Tepat 25 Hari Sebelum Galungan, Makna Tumpek Uduh

Tepat 25 Hari Sebelum Galungan, Makna Tumpek Uduh

Agama Hindu di Bali memiliki banyak upacara keagamaan, bukan hanya upacara atau yadnya ditujukan kepada Tuhan, tetapi juga kepada guru-guru suici, manusia, hewan dan juga tumbuh-tumbuhan.

Bentuk persembahan upacara untuk tumbuhan dikenal dengan nama Tumpek Uduh, ritual tersebut dilakukan tepat 25 hari sebelum perayaan hari raya Galungan.
Memang alam semesta memiliki kekuatan tersembunyi, yang bisa dimanfaatkan dengan baik dan benar, seperti aset pepohonan tropis, tanaman-tanaman yang banyak di sekitar kita. kalau kita bisa memanfaatkan dengan baik, akan membuat sejahtera dan berpengaruh positif dalam kehidupan kita, tapi kalau kita pergunakan dengan tidak baik akan merugikan dan berpengaruh negatif bagi kehidupan.

Tanaman yang terpelihara dengan baik, menjaga keberadaan mereka serta memeliharanya dengan benar, akan berdampak positif bagi manusia, tidak hanya berdampak bagi lingkungan sekitarnya, tapi juga dari segi ekonomi wisatawan berbondong-bondong menyaksikan keindahan alam tersebut seperti objek wisata Tegalalang dan Jatiluwih, yang menjadi tujuan berkunjung saat tour, ini tentu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Apalagi sampai manusia bisa ingat selalu ingat berterima kasih dengan alam melakukan persembahan dan ucapan terima kasih pada hari Tumpek Uduh atau tumpek Pengatag tersebut, sehingga diharapkan juga meningat kembali pentingnya tumbuhan di sekitar kita dan wajib menjaganya dengan baik, agar alam tersebut tidak rusak dan menimbulkan suatu bencana. Contoh kecilnya lainnya, tanaman-tanaman di sekitar kita, banyak memprediksi bahkan dari kalangan ilmuwan yang menekuni dunia ilmiah, meyakini akan terjadi revolusi pengobatan kedokteran modern (medis) ke pengobatan herbal menuju pengobatan pikiran dan tubuh.

Hal-hal seperti ini ditandai dengan adanya ketidak seimbangan kimiawi di dalam otak terkait langsung dengan dengan penyakit psikis yang diderita manusia. Kalau kita cermati alam sungguh mengagumkan, betapa tidak, alam ini begitu sudah sempurna diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, menyediakan beraneka macam kebutuhan manusia, tinggal kita saja bisa atau tidaknya menggali sumber-sumber yang ada di muka ini untuk sebuah kebaikan yang bermanfaat. Seperti halnya saat manusi itu sakit, segala macam bentuk tanaman bisa dijadikan sumber obat herbal berpartisipasi sebagai penyedia terbesar tumbuhan herbal berkhasiat sebagai obat. Jika anda seorang wisatawan melakukan perjalanan tour di Bali ke pusat agrowisata ataupun ke objek wisata persawahan anda akan menyaksikan kegiatan para petani melakukan kegiatan upacara yadnya ini.

Manusia memang tergantung dari alam raya, sebagai bagian dari alam semesta ini, maka umat Hindu Bali sangat memuja dan menghormati alam semesta beserta isinya. Maka dari itu dalam keyakinan beragama dan berketuhanan umat Hindu, memperingati Hari Raya Tumpek Uduh (Tumpek Uye) sebagai salah satu penghormatan terhadap alam raya, yang telah menyediakan makanan yang dikonsumsi oleh manusia Makna dan esensi terpenting dan makna dari perayaan Tumpek Uduh adalah rasa terima kasih yang sangat dalam terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Semua puja dan puji dilantunkan para pendeta, pemangku atau pemimpin upacara penuh dengan intisari terima kasih terhadap alam. Sungguh mulia. Tumpek Uduh ini juga disebut Tumpek Wariga, Tumpek Bubuh atau Pengatag, dirayakan setiap 6 bulan sekali di hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, wuku Wariga, tepat 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.

Persembahan dan pemujaan pada saat  Tumpek Uduh adalah persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara penguasa Tumbuh-tumbuhan.

Momentum ini sangat baik untuk manusia begitu pentingnya tanaman dan alam dalam arti yang sangat luas, sehingga menjadi harmoni dalam kehidupan ini.

Di Bali hal-hal yang berhubungan dengan manusia selalu diadakan upacara yadnya, bahkan barang mati seperti benda-benda yang terbuat dari logam seperti senjata, keris, perabotan dari besi, sepeda motor, mobil juga diupacarai agar diberi berkah dan berguna bagi manusia.

Artikel ini sudah pernah rilis di payanadewa.com dengan Judul Filosofi Tumpek Uduh

Jangan Menyerah, Tetap Berjuang. Gagal Bangkit Lagi Sampai Kamu Menemukan Kesuksesan

 

Jangan Menyerah! Gagal Bangkit Lagi^_^

Ketika susah banyak yang memandang rendah bahkan pura-pura tidak kenal dengan kita. Namun ketika sukses banyak orang memandang kita sebagai keluarganya.

Mau tidak mau seperti inilah realitas kehidupan manusia sekarang ini. Sangat materialistik. walaupun memang banyak juga orang yang masih memiliki sisi baik tanpa memandang apa yang kita miliki.

Namun terkadang yang telah saya utarakan pertama diatas memang banyak terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, walaupun kita bukan terlahir dari keluarga kaya namun kita harus sukses.

Buatlah keluargamu menjadi terpandang dalam masyarakat dengan kesuksesanmu agar semua orang yang pernah memandang rendah dirimu dan keluargamu berkata “keluargaku itu”. Kamu pasti bisa kok.

Jangan Dengar Perkataan Yang Menyudutkanmu

Banyak orang yang tidak ingin melihat kamu berhasil terutama orang-orang yang sudah memandang rendah dirimu dan keluargamu. Jangan dengarkan perkataan mereka namum fokuslah pada impianmu, fokus pada cita-citamu.

Balikkanlah semua apa yang telah mereka bicarakan tentangmu pada mereka sendiri ketika kamu sudah ada di puncak kesuksesan. Otomatis mereka akan malu sendiri dan mau tidak mau mereka akan mengakui dirimu dan keluargamu.

Jangan Malas, Itu Akan Melemahkanmu

Di suatu titik dalam mencapai kesuksesanmu, pasti ada kegagalan yang akan kamu jumpai sehingga membuatmu malas untuk berusaha. Namun tanamkan dalam dirimu bahwa kamu harus bangkit demi dirimu dan orang yang kamu kasihi. Rasa malas untuk bangkit hanyalah akan melemahkanmu.

Jangan Lupa Selalu Berdoa Kepada Tuhan

Segala usaha jika tidak dibarengi dengan doa dan memohon penyertaan Tuhan maka akan sia-sia. Oleh karena itu tetap minta petunjuk kepada Tuhan atas segala apa yang telah kamu rencanakan bagi masa depanmu.

Sebelumnya artikel ini sudah rilis di payanadewa.com dengan judul kerja keraslah sampai semua yang meremehkan mu itu keluargaku

Jangan Menyerah, Tetap Berjuang. Gagal Bangkit Lagi Sampai Kamu Menemukan Kesuksesan.

Mimpi Meju (Buang Air Besar) Baik atau Buruk? Ini Penjelasannya

Mimpi Meju (Buang Air Besar) Baik atau Buruk? Ini Penjelasannya

Apakah Semeton Hindu pernah mimpi yang didalamnya ada hal yang berhubungan dengan buang air besar atau Meju?

Setiap orang pasti pernah bermimpi. Bagi setiap orang mimpi atau bunga tidur sering diabaikan begitu saja. Tapi, bagi beberapa orang yang memang percaya tentang arti mimpi apalagi buang air besar, dianggap sebagai isyarat akan datangnya suatu kejadian, sehingga harus ditafsirkan atau diartikan.

Menurut pandangan orang Hindu arti mimpi buang air besar bermakna positif, atau juga bisa untuk kehidupan Anda. Tergantung sudut pandang yang mengartikan, Sebagian orang mengatakan mimpi buang air besar/Meju ini diartikan akan kedatangan rezeki besar, ada juga yang mengartikan akan kedatangan musibah besar.

Bagaimanapun, Semeton yang memutuskan tentang arti mimpi tersebut, hanya Anda yang bisa memutuskan soal mimpi Anda sendiri, sembari memikirkan segala sesuatunya ada di tangan Anda.

Karena itulah, penafsiran makna dan arti mimpi "arti mimpi buang air besar menurut hindu" ini hanya sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam hidup Anda, bukan sebagai suatu acuan mutlak dan menjadi pegangan hidup Anda di masa medatang.

Dengan tetap bersikap dan berpikiran positif walau sebelumnya Anda sudah bermimpi tentang arti mimpi buang air besar menurut hindu akan memberikan keteguhan hati bahwa Ida Sanghyang Widhi yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Karena itulah, dalam kondisi bagaimanapun, Anda sebaiknya tidak melupakan kekuasaan Ida Sang Hyang Widhi atas mimpi arti mimpi buang air besar menurut hindu yang Anda alami dan segala hal lainnya dalam kehidupan Anda sehari-hari.

Jika Anda adalah seorang Hindu, disarankan untuk selalu membaca doa setelah terbangun dari mimpi, baik itu mimpi baik maupun mimpi yang buruk.

Kenapa? Jika mimpi kita baik, semoga saja itu menjadi sebuah kenyataan dan apabila mimpi buruk, semoga kita semua terjaga dari mimpi tersebut atau tidak menjadi kenyataan dalam kehidupan sebenarnya.

"Om Utedanim bhagawantah syamota prapitwa uta mandhye ahnam utodita maghawanta suryasya wayam dewanam sumantau syama.

Terjemahan Dari Mantra :                                  

"Ya tuhan yang maha pemurah , jadikanlah hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini , menjelang tengah hari , dan seterusnya . Semoga para dewa melindungi kita"

Sebelumnya artikel ini sudah pernah rilis di payanadewa.com dengan judul Arti Mimpi Meju Menurut Hindu

 Intinya ada pada diri kita, apapun itu usahakan selalu berpikir yang positif, semoga bermanfaat.

Ini Arti Dari Mimpi Sembahyang di Pura dan Mimpi Sembahyang di Vihara

 Ini Arti Dari Mimpi Sembahyang di Pura dan Mimpi Sembahyang di Vihara

Mimpi merupakan Bunga tidur dimana setiap mimpi mempunyai maknanya sendiri dan merupakan sebuah pertanda bagi yang mempercayainya. Berikut ini merupakan ulasan dari Makna Mimpi Sembahyang;

Arti mimpi sembahyang di Pura adalah baik di mana Anda akan menemui banyak kebaikan dari orang-orang di sekitar Anda. Hal ini tak mengherankan karena kegiatan sembahyang di pura juga adalah aktivitas yang baik dan sekaligus menjadi sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.

Arti mimpi  sembahyang di Vihara adalah akan mendapat rezeki . Rezeki ini bisa berupa kesehatan yang menjadi berkah, mendapat keuntungan finansial ataupun berhasil dalam bidang pendidikan. Makna Mimpi yang bagus ini adalah karena vihara merupakan tempat suci dan dengan beribadah juga pastinya akan memberi ketenangan batin sehingga bisa lebih fokus dalam mencari rezeki di jalan yang benar.

Arti mimpi  sembahyang di tempat suci adalah akan mendapat kebajikan dari orang-orang yang sebelumnya pernah ditolong. Sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap tindakan baik sekecil apapun yang dilakukan akan mendapat imbalan berupa kebaikan pula di masa yang akan datang. Sehingga, mimpi ini sekaligus menjadi tanda bahwa perbuatan baik di masa lalu akan segera dibalas dengan perbuatan baik pula. Demikian adalah tafsir mimpi yang berhubungan dengan aktivitas sembahyang di tempat-tempat peribadatan agama tertentu. Rata-rata memang memiliki arti yang baik dan memberi sinyal bagus mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Artikel ini sebelumnya sudah rilis di Payanadewa.com dengan judul (Pernah Mimpi Sembahyang? Ini Beberapa Maknanya)

Jadilah Hindu Bali, Jangan Sampai Pura Hindu Menjadi Kenangan Seperti Zaman Majapahit

 

Jadilah Hindu Bali, Jangan Sampai Pura Hindu Menjadi Kenangan Seperti Zaman Majapahit
Bali sangat identik dengan pulau seribu pura. Bagaimana nasib seribu pura ini apabila sedikit demi sedikit umatnya kena bujuk rayu untuk pindah keyakinan...? Baik melalui perkawinan, atau karena seringnya dibujuk rayu dan diberi uang juga sembako..?

Masihkah Bali akan mempesona dunia dengan julukan seribu pura..? Masihkah Bali akan menjadi wisata favorite dunia..?

Jawabannya TIDAK SAMA SEKALI !... saya jamin dan pastikan dengan NYAWA SAYA

Bali sudah banyak dikunjungi oleh artis-artis dan pemimpin dunia seperti David Bechkam dan Victoria Adam, Kimkadarsih, Raja Salman dan masih banyak lagi yang lainnya.

Yang mereka cari adalah Pura yang memancarkan vibrasi yang begitu kuat dan memiliki daya magis yang sangat luar biasa. Padahal kalau mau jujur di eropa dan negara lainnya banyak tempat wisata yang sangat bagus dengan pemandangan yang indah-indah yang tak kalah bagusnya dengan Bali. 

Tapi kenapa mereka tertarik datang ke Bali ? Bahkan banyak yang berinvestasi di bali. Dan bahkan banyak pula yang ingin menghabiskan masa tua dibali dan memilih meninggal di Bali. Semua itu tak lain karena adanya PURA DAN UMAT HINDU DENGAN SEGALA TRADISI UPACARANYA YANG METAKSU tanpa itu PULAU BALI HANYA TANAH MATI YANG DIKELILINGI LAUTAN SAJA

Para wisatawan itu ke Bali bukan karena ingin melihat bangunan - bangunan pencakar langit.,lapangan sepak bola ,sirkuit mobil ataupun tempat modern lainnya. Tapi karena tradisional masyarakat HINDU BALI Yang masih kuat melaksanakan upacara yadnya. Itulah keunikan Bali dibandingkan tempat lain.

Kalau ada orang yang mengatakan BALI akan hancur oleh Tsunami saya yakin jika Umat Hindu masih berpegang pada ajaran leluhur masih kuat dengan tradisi yadnya nya maka alam pun akan melindungi PULAU BALI DARI BENCANA.
Dan jangan biarkan orang yang bermulut dan berhati busuk itu mentertawakan nasib pulau bali..hendaknya kita tetap mempertahankan kepercayaan dan kebudayaan nenek moyang kita yang sudah terbukti metaksunya dan membawa berkah dan uang dari luar pulau bali..masuk ke bali...ini adalah nyata karena nenek moyang orang bali metaksu dan tidak main2 akan keyakinanya !

BANYAK AGAMA PINTAR BERSILAT LIDAH KALAU DAPAT REJEKI ATAU SELAMAT DIBILANGNYA BERKAT TUHANYA DIA...TETAPI BEGITU SIAL HABIS2AN DAN MATI DIBILANG COBAAN ATAU KEHENDAK TUHAN ATAU TUHAN PUNYA RENCANA.. ATAU , ATAU, ATAU....

TAPI....
AGAMA HINDU ADALAH KEYAKINAN NENEK MOYANG  BUKANLAH PERMAINAN KATA2 SEPERTI TELAPAK TANGAN DIBULAK BALIK...

BERHATI-HATILAH WAHAI SAUDARAKU, banyak yang ingin menghilangkan bahkan memusnahkan ajaran Agama Hindu dari muka bumi ini. Segala macam upaya dilakukan untuk memusnahkan Agama Hindu. Jika satu persatu umat hindu pindah keyakinan maka seribu pura yang ada di Bali hanya akan tinggal kenangan. Jangan anda kira jika anda pindah keyakinan Bali tidak akan kenapa-napa ! 

BALI AKAN KEHILANGAN TAKSUNYA. DAN ANDA SENDIRI AKAN MENERIMA AKIBATNYA. SAAT VIBRASI SPIRITUAL DARI BALI MENGHILANG MAKA DIJAMIN ALAM SEMESTA AKAN SEGERA DILEBUR OLEH SANG PENCIPTA.
SEMUA INI SUDAH TERTULIS DALAM KITAB SUCI WEDA. MANAKALA UMAT MANUSIA SUDAH TIDAK LAGI MENJALANKAN AJARAN WEDA, AJARAN BUDHI PEKERTI DITINGGALKAN, SUDAH TIDAK ADA LAGI YANG MELAKUKAN YADNYA, MAKA KIAMAT AKAN SEGERA DATANG....LIHATLAH AJARAN BUDI PEKERTI DITINGGALKAN OLEH KERAJAAN MAJAPAHIT...BENCAN ALAM DIMANA2 TAK HENTI2..ORANG JUAL ANAK...ANAK BUNUH ORANG TUA..PENJARAHAN...BANGKAI AYAM DIJUAL UNTUK DIMAKAN PEMBELI DAN LAIN2...INILAH BUKTI NYATA  DARI AJARAN BUDHI PERKERTI NENEK MOYANGNYA YANG DITINGGALKAN

Saya tau akan ada orang yang nyinyir mengatakan bahwa saya sok tau, atau mendahului Tuhan. Tidak sama sekali. Yang saya katakan itulah kebenaran yang sudah tertulis dalam kitab suci weda.

Bagi para spiritualis yang benar-benar mengerti tentang pesan dari alam semesta pasti tau bahwa memang benar dengan Upacara atau Yadnya bisa menghentikan bencana alam. Itu sudah terbukti dan bisa dibuktikan kebenarannya. Kekuatan Yadnya / Upacara sangat saya yakini. 

Tapi saya tidak yakin kalau kekuatan dari nyanyian pake gitar atau pakai group band seperti orang konser ..
bisa menghentikan bencana alam....  
Belum pernah saya temui dan alami. 

KALAU KEKUATAN MANTRA AGAMA HINDU SANGAT SAYA YAKINI KEMUJIZATANNYA. INI FAKTA...dan banyak bukti peninggalan pusaka..candi keris..jimat..ilmu kesaktian...mustika dll

SADARLAH SAUDARAKU YANG BERAGAMA HINDU MARI KITA BENTENGI DIRI KITA SUPAYA KEYAKINAN KITA AKAN AJARAN DHARMA/WEDA TETAP TEGUH TAK TERGOYAHKAN. KUATKAN PERSAUDARAAN KITA UNTUK MENJAGA TAKSU PULAU BALI INI. JANGAN BIARKAN SEJARAH  KELAM MAJAPAHIT TERULANG KEMBALI DI BALI

OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Baik, Buruk Hidup Ini adalah Salah Satu Dari Karma Perbuatan Kita

 

Baik, Buruk Hidup Ini, Salah Satu Dari Karma Perbuatan Kita

Bahagia dan sengsara kehidupan seorang manusia ditentukan oleh perbuatannya sendiri. Percayalah karma itu ada dia berjalan bersama waktu.

Kita petik apa yang kita tanam. Tidak mungkin menanam jagung akan tumbuh padi. Pepatah Bali mengatakan bahwa jagung ditanam jagung dipetik, padi ditanam padi dituai. Jika tidak berbuat baik, mana mungkin akan mendapatkan kebaikan dari orang lain.

Ada penyakit tentu ada penyebabnya, demikian pula penderitaan itu, pasti ada sebab musababnya. Tetapi kita harus yakin bahwa penyakit atau penderitaan tersebut pasti dapat diatasi. Seseorang tidak bisa menghindari hasil perbuatannya, apakah baik atau pun buruk, sehingga seseorang tidak boleh iri jika melihat orang lain hidupnya bahagia atau lebih baik. Demikian pula sebaliknya, seseorang tidak perlu menyesali nasibnya, karena apa yang ia terima merupakan tanggung jawabnya. Ini harus disadari, bahwa penderitaan di saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, baik yang sekarang maupun yang telah lampau. Namun kita harus sadar pula bahwa suatu saat penderitaan itu akan berakhir asal kita selalu berusaha untuk berbuat yang baik. Perbuatan baik yang dilakukan saat ini akan memberikan kebahagiaan baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.

Jelasnya dengan itu seseorang tidak perlu sedih atau menyesali orang lain karena mengalami penderitaan dan tidak perlu sombong karena mengalami kebahagiaan, karena hal itu adalah hasil karma. Satu hal yang perlu diingat, bahwa hukum karmaphala itu tidak terlepas dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang menentukan pahala dari karma seseorang. Beliaulah yang memberi ganjaran sesuai dengan Hukum Karma.

Ini Tujuan Pelinggih Menjangan

 

Ini Tujuan Pelinggih Menjangan
Sering kita lihat Pelinggih Menjangan di Merajan Gede ( Sanggah Gede) apa sih tujuannya? 

Payanadewa, Tujuan Pelinggih Menjangan. Menjangan merupakan simbul kemuliaan. Dalam Sejarah Hindu, Kemuliaan merupakan tahapan yang sudah melampaui kesucian untuk mencapai kesempurnaan.

Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan kita mendapatkan kehormatan, dengan kehormatan kita mendapatkan kebenaran, (Yayur Weda, XIX, 30).

Menjangan Saluang adalah Pelinggih untuk menghormati para leluhur yang telah menata Bali dan yang sudah mencapai kemuliaan, karena telah menguasai Jnana tiganya yaitu Bayu, Sabda, dan Idep.

Begitulah cara orang Bali menghormati para leluhur yang sudah mencapai kemuliaan, bukan seperti sampradaya import yg menghormati Guru posternya dgn mengangkatnya atau menobatkannya menjadi Tuhan pencipta alam semesta.

Prinsip Nak Melu Keto, Agama Hindu Tidak Pernah Memiskinkan Umatnya ( Ida Pedanda Made Gunung)

Prinsip Nak Melu Keto, Agama Hindu Tidak Pernah Memiskinkan Umatnya ( Ida Pedanda Made Gunung)
Sugra Ratu Bhatara 🙏🏿

 Ida Ratu Pedanda Made Gunung memang sudah Lebar (tidak ada/meninggal) namun spirit almarhum masih sangat melekat pada masyarakat Hindu terutama Hindu Bali. 

Dharma Wecana Ida sangat masyarakat rindukan, dimana masyarakat Bali kangen dengan wejangan tentang spiritual, salah satu tentang beragama Hindu yang sarat dengan bisnis Banten dan mahalnya upakara/upacara keagamaan. 

Hindu itu fleksibel, gengsi yang membuat segalanya serba wah... Simak tutur Ida dibawah ini! 

Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. Layon aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi)." — Almrhum. Ida Pedanda Made Gunung.

Menurut Ida Pedanda Made Gunung, agama Hindu tidak pernah memiskinkan umatnya. Atas dasar itulah, beliau mengingatkan agar setiap umat tidak terpaku melaksanakan upacara keagamaan yang berdasarkan prinsip nak mule keto (memang begitu). "Umat kita di Bali tidak hentinya melaksanakan upacara keagamaan dan bahkan makin lama kian besar, namun sayangnya berbagai sendi kehidupan masyarakat justru menunjukkan keadaan kian merosot dan terjadi degradasi moral," katanya.

Sikap ini dipertahankan sampai akhir hayat beliau. "Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. Layon aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi)." begitu wasiat Ida Pedanda Made Gunung kepada keluarganya.

तद्विद्धि प्रणिपातेन परिप्रश्न‍ेन सेवया ।

उपदेक्ष्यन्ति ते ज्ञानं ज्ञानिनस्तत्त्वदर्शिनः ॥ ३४ ॥

tad viddhi praṇipātena

paripraśnena sevayā

upadekṣyanti te jñānaṁ

jñāninas tattva-darśinaḥ

"Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu." (Bhagavad-gītā. 4.34)

Ini Arti dan Dasyatnya Mantra Om Namaḥ Śivāya

 

Ini Arti dan Dasyatnya Mantra Om Namaḥ Śivāya

Meskipun ada banyak mantra, tidak ada yang seperti mantra suci yang diucapkan oleh Śadāśiva Parameśvara. Veda dan Śāstra beserta dengan batang tubuh lainnya mereka muncul bersama dari mantra 6 suku kata ini (Oṁ Namaḥ Śivāya). Oleh karena itu tidak ada mantra lain yang setara dengannya.

बहुत्वेपि हि मंत्राणां सर्वज्ञेन शिवेन यः ।

प्रणीतो विमलो मन्त्रो न तेन सदृशः क्वचित् ॥ ३० ॥

सांगानि वेदशास्त्राणि संस्थितानि षडक्षरे ।

न तेन सदृशस्तस्मान्मन्त्रो ऽप्यस्त्यपरः क्वचित् ॥ ३१ ॥

— Śiva Mahāpurāṇa: Vāyavīya Saṁhitā 2.12.30-31

Namaḥ Śivāya adalah mantra yang diambil dari hymne Śrī Rudram pada Kṛṣṇa Yajurveda (Taittirīya Saṁhitā 4.5, 4.7). "Namaḥ Śivāya" berarti salam (namaḥ) pada yang Maha Beruntung (śiva), atau "sembah kami pada Tuhan Śiva".

Namaḥ Śivāya disebut Pañchākṣarī Mantra karena terdiri dari 5 suku kata (Na, Ma, Śi, Vā, Ya) atau di Bali disebut Akṣara Pañca Tīrtha (Na, Ma, Si, Wa, Ya). Namaḥ Śivāya berubah menjadi mantra 6 suku kata jika didahului awalan Oṁ di depannya — menjadi Oṁ Namaḥ Śivāya.

"Oleh karena itu, apa gunanya banyak mantra dan berbagai Śāstra pada seseorang yang hatinya teguh pada mantra 'Oṁ Namaḥ Śivāya'? Seseorang yang teguh pada japa dan mantra lima suku kata segera dilepaskan dari sangkar doṣa apakah dia seorang śūdra, kelahiran rendah, bodoh, atau orang yang terpelajar sekalipun. Ini dijawab oleh Śiva ketika diminta oleh Pārvatī, untuk kepentingan bersama."

— Śiva Mahāpurāṇa: Vāyavīya Saṁhitā 2.12.34, 37-38

Mantra Pemujaan Rong Tiga di Merajan

 

Mantra Pemujaan Rong Tiga di Merajan

Selain sebagai tempat memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa, Rong Tiga/Sanggah Kemulan juga tempat untuk memuja dan menstanakan roh suci lelulur tentu melalalui proses upacara Ngunggahang Dewapitara.

Untuk kita ketahuin bahwa yang bersthana pada sanggah kamulan adalah Sang Hyang Triatma sesuai dengan lontar dibawah ini.

Lontar Usana Dewa, Lembar 4 berbunyi sebagai berikut:

  1. Ring kamulan ngaran Ida Sanghyang Atma,
  2. Ring kamulan tengen bapa ngaran Sang Paratma,
  3. Ring kamulan kiwa ibu ngaran Sanghyang Sivatman,
  4. Ring kamulan tengah ngaran Raganyam tu Brahma dadi meme papa, meraga Sanghyang Tuduh.

Artinya: 

Padang sanggah kamulan beliau Sanghyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sanghyang paratma, pada kamulan kiri ibu disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengan diri-Nya itu Brahma , menjadi purusa pradana berwujud Sanghyang Tuduh(Tuhan yang menakdirkan).

Lontar Gond Wesi lembar 4b juga menyebutkan hal yang sama:

..ngaran isa Sang Atma ring kamulan tengen bapanta, nga Sang Paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga Sang Sivatman, ring kamulan madya raganta, Atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi Sanhyang Tunggal, nunggalang raga

Artinya: 

nama beliau Sang Atman, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, Pada ruang kamulan kiri ibumu yaitu Sang Sivatman, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud.

Pada sekte Siwa Sidanta yang dimaksud dengan Tri Atma adalah Am; Atma dewanya Brahma, Antara Atma dewanya Wisnu dengan wijaksarannya Um, dan Paratma dewannya adalah Iswara dengan wijkasarananya adalah Mang. 

Ketiga Dewa tersebut disebut Tri Murti (Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek horizontal) yang merupakan roh alam semesta. Sebagai roh alam semesta beliau bergelar Tri Purusa atau Tri Lingga (Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek vertikal).

Makna dan Filosofi Angkul-angkul. Zaman Sekarang Tak Lagi Ada Membandingkan Mana Kori Agung - Mana Angkul-angkul

 

Makna dan Filosofi Angkul-angkul. Zaman Sekarang Tak Lagi Ada Membandingkan Mana Kori Agung - Mana Angkul-angkul

Seiring perkembangan zaman dan dinamika sosial di Bali, kemutlakan ketentuan jenis dan bentuk pamesuan, sebagaimana masa lampau, makin mengalami pergeseran nilai.

Pamesuan, dari kata kerja ‘pesu’ (bahasa Bali) berarti ‘keluar’. Dengan mendapatkan awalan ‘pa’ dan akhiran ‘an’, kata ini  menjadikan kata benda, pamesuan. Pamesuan yakni bangunan gerbang depan rumah pekarangan/tempat tinggal orang Bali adalah bangunan sarat makna. Bukan semata sebagai akses keluar – masuk, dari dan keluar rumah, atau sebaliknya. Bukan pula, akses yang penghubungkan empunya rumah dengan masyarakat di luar pekarangan.

Namun pamesuan memiliki arti dan makna lebih dari sekadar tempat keluar - masuk sang pemilik rumah.

Pamesuan Menunjukkan Indentitas, Siapa Penghuninya

Sosok bentuk pamesuan, menjadi salah satu untuk menakarnya. Selain mengatakan, pamesuan memang bisa dipakai semacam referensi untuk mengetahui indentitas siapa pemilik sebuah rumah atau pekarangan. Pada masa lampau di zaman agraris, pamesuan dalam bentuk angkul-angkul adalah untuk masyarakat kebanyakan. 

Bentuknya sederhana, bahan atau material strukturnya hanya tanah liat dan alang atau  jerami sudah cukup. Tidak boleh melebihi. “Dalam masyarakarat agraris dulu semua seragam.

Kemudian ada pamesuan yang disebut ‘Bintang Aring’ dan ‘Kori Agung’. Material atau bahannya juga berkelas. Mulai dari tanah cetakan sampai batu bata. Strukturnya lebih rumit dan tentu saja lebih megah. Plus ragam hias yang menyesuaikan.

Pamesuan Bintang Aring dan Kori Agung ini pada masyarakat agraris zaman dulu, memang terbatas untuk kelompok masyarakat tertentu, penguasa atau bangsawan saja. Atau trah, klan tertentu saja.

Seiring perkembangan zaman dan dinamika sosial di Bali, kemutlakan ketentuan jenis dan bentuk pamesuan, sebagaimana masa lampau, makin mengalami pergeseran nilai. Apa yang pantang dan tabu pada masa lalu, tidak mutlak lagi. Semua menjadi lebih cair. Sekat batas peruntukkan pamesuan yang sempat baku mulai baur.

Sehingga pamesuan dalam bentuk Bintang Aring dan bahkan Kori Agung, tidak lagi hanya boleh untuk kelompok masyarakat tertentu saja, sebagaimana pada masa lampau yang murni agraris. “Sekarang kan ada yang pengusaha, ada yang pejabat. Mereka juga merepresentasikan diri lewat arsitektur. Salah satunya dengan bangunan pamesuan yang megah.

Contoh lain, candi bentar yang pada awalnya merupakan pamesuan untuk bangunan atau tempat suci, kini banyak dipakai sebagai batas atau pintu keluar - masuk di perkantoran, hotel, atau tempat lainnya.

Namun apapun itu pamesuan memiliki fungsi sekala-niskala. Secara sakala sebagai bagian dari batas luar (termasuk tembok penyengker) menjaga privasi yang empunya rumah, sehingga memberi rasa aman kepada penghuninya. Demikian juga secara niskala.

Karena itulah pembangunan pamesuan dilakukan dengan perhitungan-perhitungan tertentu dengan filosofi dan harapan. Misalnya bagaimana agar penghuninya aman, murah rejeki dan harapan positif lainnya.

Jarak lokasi pamesuan, ukuran ruang pintu dengan tembok penyengker dan aling-aling ada hitungannya. Dulu secara tradisional ukuran untuk pintu masuk pamesuan adalah panyengking. Juga sanan padi (bambu galah alat memikul padi) digunakan sebagai ukuran untuk menentukan, kelayakan bangunan pamesuan.

Dikutip dari situs NusaBali.com dimana Ida Pedanda Istri Putri Jelantik Kemenuh dari Griya Kemenuh Tri Gading Banjar Tegehe Buleleng menyatakan hal senada. Pamesuan pada zaman dulu sangat erat dengan symbol atau identitas penghuninya/ pemiliknya. “Kalau pemiliknya petani korinya disebut angkul-angkul,” ujar Ida Pedanda yang juga akademisi FT Unud ini. 

Bentuknya sederhana, bahannya dari tanah popolan dan atap alang-alang. Meningkat lagi (strata sosial) sebagai pedagang, pamesuannya disebut bintang aring. “Ini jarang dibicarakan sekarang,” jelas Ida Pedanda. Hiasannya patra punggel. Ada tempat untuk mebanten. Sampai dengan pamesuan yang disebut kori agung yang megah dengan tembok tinggi dan tebal, menunjukkan keagungan sekaligus benteng digunakan oleh kaum bangsawan.

Dengan melihat pamesuannya saja, lanjut Ida Pedanda sudah diketahui siapa yang empunya rumah. Pamesuan juga berdimensi aman secara niskala. Hal itu ditandai dengan adanya palinggih pengapit lawang. Secara niskala dimaksudkan untuk memohon yang empunya atau penghuni rumah terhindarkan dari marabahaya.  “Jadi tak hanya secara sakala menjaga privasi penghuninya, namun pamesuan juga berdimensi aman secara niskala,” jelas Ida Pedanda. *nata

Dewasa Ayu Nganten, Hari Baik Pawiwahan Berdasarkan Wuku, Sasih, dan Penanggal

 

Dewasa Ayu Nganten, Hari Baik Pawiwahan Berdasarkan  Wuku, Sasih, dan Penangga

Dewasa Ayu Nganten atau Hari baik Pawiwahan (Upacara Pernikahan Hindu Bali) dimana dalam melakukan ritual/Pawiwahan ini selalu menggunakan dewasa ayu (hari baik). 

Pernikahan Hindu Bali selalu mempertimbangkan dan menggunakan pedoman Dewasa Ayu Nganten (Nikah Adat Bali) adalah Wuku, Sasih, Penganggal/Pangelong, Ingkel, jejepan, Triwara, Tika (kala temah dan kala kingkingan). Untuk pati paten, kala Tampak, kala Mertyu, Naga Naut, Sampar Wangke dan Geni Agung, masih diabaikan, sehubungan dengan proses perumusan.

Dewasa Ayu Nganten, Hari Baik Pawiwahan Berdasarkan  Wuku, Sasih, dan Penanggal;

Wuku

Berdasarkan Wuku, ada 3 (tiga) kelompok wuku yang dihindari dalam memilih dewasa ayu nganten, diantaranya:

  • Rangda Tiga, yang artinya Cerai dan menjanda/menduda hingga tiga kali.
  • Carik walangati, carik yang bermakna selesai, masalah keluarga akibat pihak ketiga, fitnah, dan/atau tidak memiliki anak/keturunan.
  • Tanpa Guru, yang artinya anak/keturunan sering menentang orang tua, seperti tidak memiliki orang tua (guru).
  • Uncal Balung, yang artinya keluarga yang dibangun bersama (suami-istri dan keturunannya) menemui sengsara, seperti halnya tulang yang dihancurkan.

Pada WUKU diatas, itu hanya wuku-wuku yang HALA (berdampak buruk).

Sasih

Sasih yang baik untuk melaksanakan upacara perkawinan:

  • Sasih Katiga (bulan ke-3), banyak anak/keturunan
  • Sasih Kapat (bulan ke-4), banyak harta dan sahabat
  • Sasih Kalima (bulan ke-5), banyak rejeki
  • Sasih Kapitu (bulan ke-7), mendapatkan keselamatan
  • Sasih Kadasa (bulan ke-10), hidup rukun bahagia

Sedangkan, Sasih yang dihindari diantaranya:

  • Sasih Kasa (bulan ke-1), anak/keturunan sengsara
  • Sasih Karo (bulan ke-2), miskin
  • Sasih Kaenem (bulan ke-6), tiada pasangan, janda/duda
  • Sasih Kawulu (bulan ke-8), miskin
  • Sasih Kasanga (bulan ke-9), sengsara, lara-pati
  • Sasih Jyesta (bulan ke-11), mendapatkan malu
  • Sasih Sadha (bulan ke-12), kesakitan, sengsara

Penganggal/Pangelong

Penanggal yang baik untuk melaksanakan upacara perkawinan:

  • Penanggal 1, Selamat sentosa
  • Penanggal 2, disayang sanak keluarga
  • Penanggal 3, banyak anak
  • Penanggal 5, selamat sentosa
  • Penanggal 7, hidup bahagia
  • Penanggal 10, kaya dan disegani
  • Penanggal 13, hidup senang

Penanggal yang dihindari:

  • Penanggal 4, janda/duda
  • Penanggal 6, susah dan sengsara
  • Penanggal 8, sering mendapatkan halangan
  • Penanggal 11, kesulitan, sulit mendapatkan kaselamatan
  • Penanggal 12, hidup sengsara
  • Penanggal 14, bertengkar, cerai
  • Penanggal 15, hidup sengsara

Itulah Dewasa Ayu Nganten dari Wuku, Sasih dan Penanggal yang Baik. Semoga bermanfaat.

Ngaben Swastha

 

Ngaben Swastha

Ngabenan sederhana, dengan tingkat terkecil  karena tidak dengan pengaskaran. Berarti tidak menggunakan kajang, otomatis tanpa upacara Pengajuman Kajang. Tidak  menggunakan bale paga, damar kurung, damar layon, damar angenan, petulangan, tiga sampir, baju antakesuma dan payung pagut. Hanya menggunakan peti jenasah  dan Pepaga/penusangan untuk mengusung ke setra. Pelaksanaan upacara di setra saja. Pengabenan Swastha Geni ini sering rancu dengan pengabenan Geni Pranawa.

Swasta asal katanya “su” (luwih, utama). Astha berasal dari Asthi (tulang, abu). Dengan demikian Swastha berarti pengabenan kembali ke intinya tapi tetap memiliki nilai utama. Pengabenan swstha terdiri dua jenis:

  1. Pengabenan Swastha Geni. Penyelesaian di setra dengan cara membakar jenasah maupun tanpa jenasah. Hanya ada pelaksanaan “pengiriman” setelah dibuatkan bentuk sekah tunggal, kemudian dilanjutkan dengan upacara nganyut. Setelah itu selesai.
  2. Pengabenan Swastha Bambang. Semua runtutan pelaksanaannya upakaranya dilaksanakan di atas bambang penguburan jenasah. Kwantitas upakaranya sama dengan pengabenan Swastha Geni hanya saja dalam upakaranya ditambah dengan “pengandeg bambang”. Pengabenan swastha bambang ini tidak disertakan upacara pengerekan dan penganyutan , karena tidak dilakukan pembakaran melainkan dikubur. Sedangkan “pengelemijian” dan pengerorasan tetap dilaksanakan seperti ngaben biasa. Pengabenan Swastha Geni atau Swastha Bambang termasuk pengabenan nista utama, tidak memakai bale paga, tidak melaksanakan pengaskaran dan pada saat ke setra memakai tumpang salu saja.
  3. Pengabenan Kerthi Parwa. Termasuk pengabenan tingkat nistaning utama. Dilakukan pada umat Hindu yang gugur di medan perang. Tidak dilakukan pengaskaran, hanya upacara ngentas dan pengiriman saja. Pelaksanaanya seperti pengabenan Swastha Geni.
  4. Pengabenan Ngelanus. Sebenarnya tidak termasuk bagian dari jenis pengabenan.
Hanya teknisnya yang dibuat cepat. Ada dua jenis:

  1. Ngelanus Tandang Mantri. Pengabenan dan pemukuran diselesaikan dalam satu hari. Pengabenan ini mengacu pada sastra agama “Lontar Kramaning Aben Ngelanus”. Disebut juga dengan Pemargi Ngeluwer. Pengabenan ini hanya untuk para Wiku, tidak diperkenankan untuk walaka.
  2. Ngelanus Tumandang Mantri. Dilakukan untuk walaka dalam kurun waktu satu sampai dua hari untuk para walaka . Upakara dan upacaranya tergantung kwantitas upakara dan upacaranya.
Itulah ngaben Swastha... semoga bermanfaat.