Mengenal Leluhur Maha Gotra Tirta Harum


MENGENAL LELUHUR MAHA GOTRA TIRTA HARUM
ilustrasi photo via banglikab.go.id/
Tiga figure sejarah yang menjadi legenda di Bali masing-masing Dhang Hyang Subali, Dhang Hyang Jaya Rembat dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah merupakan tokoh sejarah yang menjadi leluhur prati sentana Maha Gotra Tirta Harum.

Dhang Hyang Subali dan Dhang Hyang Jaya Rembat dalam khasanah sejarah Bali adalah merupakan manggala dan bhagawanta Dalem Samprangan yang menjabat sebagai Adipati di Bali yang diberikan otoritas memerintah Bali oleh Raja Majapahit Sri Natha Hayam Wuruk, sedangkan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah seorang tokoh penting dalam strata birokrasi pemerintahan di Majapahit dikenal dengan sebutan Sapto Prabhu. Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dikenal dalam khasanah sejarah dalam periode imperium Kerajaan Majapahit menduduki tahta kerajaan di Kedatuan Wengker, Daha dan Keling.

Dhang Hyang Subali berdasarkan sejarah tradisi lisan di Bali dan beberapa babad serta pariagem adalah orang tua dari Ni Dewi Njung Asti, sedangkan Dhang Hyang Jaya Rembat menjadi ayah angkat dari Sang Angga Tirta dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah ayah biologis dari Sang Angga Tirta yang kelahirannya dikaitkan dengan Pura Tirta Harum.

Mengikuti genelogi atau hubungan kekerabatan dari ketiga tokoh sejarah yang melegenda di Bali itu maka diketahui bahwa Dhang Hyang Subali adalah kakek dari Sang Angga Tirta, sedangkan Dhang Hyang Jaya Rembat menjadi orang tua angkat dari Sang Angga Tirta setelah diangkatnya Sang Angga Tirta sebagai dharma putra dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah ayah biologis dari Sang Angga Tirta.

Fakta sejarah yang terungkap  kemudian setelah diadakannya penelitian atas prasasti Tamblingan menurut efigraf I Gusti Made Suwarbhawa dari Balai Arkeologi Denpasar diketahui bahwa prasasti yang dikeluarkan oleh Paduka Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa antara lain : prasasti Her Abang II, prasasti Tamblingan, prasasti gobleg, prasasti Pura Batur C. Paduka Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa didalam naskah Pararaton dikenal bernama Bhre Wengker wafat pada tahun saka gagana rupa anahut wulan 1310 saka atau 1388 Masehi, juga dikenal dengan nama Raden Kudamerta, ia juga dikenal dengan sebutan Bhre Parameswara, bergelar Paduka Bhatara Matahun Shri Bhatara Wijaya Rajasa  nama wikrama Tungga Dewa, Bhatara Shri Parameswara Sang Mohta ring Wisnubhuwana.

Menurut hasil kajian dari Balai Arkeologi Denpasar itu yang mengungkapkan bahwa Paduka Shri Parameswara Sang Mohta ring Wisnubhuwana itu analog dan cocok dengan sebutan atau paraban yang disuratkan pada babad Purana Batur yang secara tekstual menyebutkan bahwa Ni Dewi Njung Asti dipersunting oleh Bhatara Wisnu Bhuwana dan berputra Sang Angga Tirta.

Dengan demikian mitos yang dituangkan dalam babad Purana Batur yang bersifat kultus dewaraja adalah nama lain daripada Shri Wijaya Rajasa yang tersurat dibeberapa prasasti yang dikeluarkan oleh beliau seperti prasasti Tamblingan, prasasti Tulukbiu dan prasasti lainnya.

Hasil inventarisasi nama-nama yang merujuk pada figur sejarah Shri Wijaya Rajasa antara lain : Raden Kudamerta , Bhre Wengker, Bhre Parameswara, Paduka Bhatara Matahun, Shri Bhatara Wijaya Rajasa, nama Wikrama Tungga Dewa, Paduka Shri Maharaja Raja Parameswara Shri Wijaya Sakala Prajanandakarana, Dalem Keling, Bhatara Guru, Bhatara Shri Parameswara Sang Mokta ring Wisnubhuwana.

Candi Wisnubhuwana berlokasi di Manyar Kabupaten Gresik Jawa Timur menurut para arkeolog diketahui disebut sebagai Candi Wisnu Bhuwana setelah ditemukannya prasasti Biluluk bertarih 1391 Masehi.  Berangkat dari realitas sejarah sedemikian, maka ketiga tokoh legendaries sejarah itu adalah menjadi leluhur Maha Gotra Tirta Harum. Jika Dang Hyang Subali dan Dang Hyang Jaya Rembat dating ke Bali pada tahun 1350 Masehi, bersama-sama dengan Sri Kresna Kepakisan dan dikukuhkan sebagai manggala Bhagawanta Dalem Samprangan, maka Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa justru dating ke Bali pada tahun 1380 Masehi. Dalam Purana Batur disuratkan bahwa Bhatara Wisnu Bhuwana dijuluki sebagai Bhatara Guru sebaga “ nabe “ dari Dalem Ketut Ngelusir .

Kemelut dan krisis kepemimpinan penguasa di Bali pada tahun 1380 Masehi mendorong Raja Majapahit Sri Natha Hayam Wuruk menugaskan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa seorang anggota Pahoem Narendra yang lebih dikenal dengan nama kelompok Sapto Prabhu di Kedatuan Majapahit untuk melaksanakan pergantian mahkota kerajaan dan menata pemerintahan di daerah taklukan Bali.

Kalau dicermati tugas pokok Bhatara Sapto Prabhu yang dikenal dalam naskah Negarakertagama dengan sebutan Pahoem Narendra adalah : mengurus soal keuangan raja, menetapkan dan mempertimbangkan pergantian mahkota dan urusan kebijaksanaan kerajaan. Merujuk dari tugas pokok yang tertuang dalam Pahoem Narendra itu member petunjuk kepada kita bahwa kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa ke Bali adalah tugas penting yang bersifat strategis. Jadi pada hakekatnya kehadiran dan kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa ke Bali bukan semata-mata bertugas sebagai Dhang Guru Nabe dari Dalem Ketut Ngelusir tetapi bagaimana menata pemerintahan di daerah ini dan melaksanakan pergantian mahkota karena adanya krisis kepemimpinan di Bali.

Dalam Purana Batur disuratkan bahwa Bhatara Wisnu Bhuwana dijuluki sebagai Bhatara Guru sebaga “ nabe “ Dalem Ketut Ngelusir. Tapi interpretasi dari berbagai babad dan prasasti terungkap bahwa kehadiran Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa yang berpesraman di Pura Dalem Tengaling Kbupaten Bangli adalah untuk menata pemerintahan di Bali dan untuk mengembalikan kredibilitas Kerajaan Majapahit di daerah Bali.

Dengan asumsi demikian maka kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa seperti yang tersurat dalam 2 prasasti masing-masing Prasasti Her Abang II berangka tahun 1384 Masehi dan Prasasti Tamblingan III berangka tahun 1398 Masehi itu adalah orang kuat dan sangat berperanan penting yang diutus Raja Majapahit untuk melaksanakan pergantian mahkota Bali.

Gelar abhiseka yang tersurat dalam prasasti Her Abang II dan Prasasti Tamblingan III berupa lempengan tembaga saat ini tersimpan di Pura Tuluk Biyu Kintamani yakni manuskrip kuna menyebut gelar : Paduka Sri Maharaja Raja Parameswara Sri Sakala Raja Nanda Karana.

Gelar abhiseka ini member petunjuk pada sejarahwan bahwa gelar dan abhiseka seperti yang termaktub dalam dua prasasti penting itu adalah merupakan gelar tertinggi yang dimiliki raja yang berkuasa. Pemakaian gelar tesebut tidaklah sembarangan, hanya figure atau individu dengan kekuasaan tertinggi dan menentukan yang berhak menyandangnya.

Dalam kronik-kronik Dynasti Ming disebutkan bahwa sejak tahun 1377 Masehi terdapat dua penguasa Jawa yang mengirimkan duta dan hadiah ke Kaesar Cina. Raja Kedaton Barat disebut sebagai Wu-Lao Po Yuan, Raja Kedaton Barat tersebut adalah ejaan Bahasa Cina dari Bhre Prabhu atau penguasa tertinggi kerajaan. Identifikasinya jelas pada Raja Hayam Wuruk yang masih bertahta di Majapahit. Sedangkan yang bertahta di Kedaton Timur adalah disebut sebagai Wu-Yuan-Lao Wang Chieh. Raja Kedaton Timur tersebut adalah Bhre Wengker. Fakta sejarah ini memberi petunjuk bahwa Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah raja besar di Kedaton Timur meliputi Kerajaan Daha, Wengker, dan Keling. Berdasarkan data ikonografis yang ditemukan di lapangan maka daerah kekuasaan raja di Kedaton Timur secara geografis membentang di dua kabupaten di Jawa Timur masing-masing di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Madiun saat ini.

Menurut naskah Pararation Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa nama kecilnya dikenal bernama Raden Kuda Amerta. Beliau adalah paman dari Raja Majapahit Hayam Wuruk. Di Kedatuan Majapahit beliau mempersunting putrid dari pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya yakni bernama Raja Dewi Maharajasa atau dalam khasanah sejarah dikenal dengan nama Dyah Wiyah Sri Raja Dewi yang diangkat sebagai Bhre Daha.Ikatan perkawinan ini menjadikan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa memerintahkan kerajaan bersama-sama dengan permaisurinya. Dari hasil perkawinannya itu punya satu satunya putri tunggal bernama Paduka Sori. Dari realitas sejarah yang ditelusuri maka kita mengetahui bahwa Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa di Jawa hanya mempunyai seorang putri sehingga keturunannya di Kedatuan Majapahit adalah dari unsure wanita atau wadon.

Menurut Babad Purana Batur, Bhatara Guru atau Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa di Bali menurunkan tiga orang putri dan seorang putra. Putra bungsunya ini oleh Babad Batur atau Purana Batur dikisahkan lahir di Permandian Tirta Harum. Cuplikan yang tersurat dalam Purana Batur itu antara lain sebagai berikut : Bhatara Guru malih medrue putra lanang I Gede Putu, cahi putu manipuan cahi turunang Bapa ke Tirta Toya Mas Harum.

Di lokasi pancoran yang dicatat dalam Purana Batur dengan nama Toya Tirta Mas Harum, ini telah berdiri pura Tirta Harum yang merupakan salah satu pura bersejarah dan sekaligus menjadi juga pura kawitan, yang berhubungan dengan kisah Bhatara Wisnu Bhuwana yang mempersunting Dewi Njung Asti. Mitos yang tertuang dalam Purana Batur tentang sosok dan figur Bhatara Wisnu Bhuwana itu secara historis dapat dicermati dengan interpretasi yang benar dan utuh bahwa predikat dan sebutan yang tertuang dalam Purana Batur itu tiada lain adalah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa. Dengan konklusi itu semua maka secara historis di Bali Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa mempersunting Ni Dewi Njung Asti dengan abhiseka Sri Aji Ayu Murub Rikanang Wilwatikta secara genealogis atau hubungan kekerabatan dari hasil perkawinannya berputra putrid masing-masing putri bernama Dewa Ayu Mas Magelung, putrid kedua bernama Dewa Ayu Mas Gegelang, putri ketiga bernama Dewa Ayu Mas Murub dan putra terakhir bernama Sang Angga Tirtha.

Dalam versi lain lontar Pura Dalem Siladri menyuratkan bahwa putra bungsu dari perkawinan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dengan Ni Dewi Njung Asti oleh Dang Hyang Subali dianugrahi gelar I Dewa Gede Angga Tirta dan setelah dewasa diberi gelar I Dewa Gede Sang Anom Bagus.

Secara logika maka sangat wajar seorang kakek yakni Dang Hyang Subali berkenan member nama cucunya. Mencermati apa yang tersurat dalam lontar Pura Dalem Siladri itu maka secara historis tidak terbantah bahwa Ni Dewi Njung Asti adalah benar putri dari Dang Hyang Subali yang dikenal sebagai manggala dan bhagawanta Dalem Samprangan. Dang Hyang Subali berstana di Tohlangkir membangun tempat beryoga di Pura Bukit Batur berlokasi 150 meter di sebelah timur Pura Tirta Harum dan disekitar pasraman tersebut diberi nama Brasika.

Apa yang tersurat dalam lontar Pura Dalem Siladri itu cocock dan analog dengan sejarah lisan atau forklore yang secara tradisisonal turun temurun menceritakan bahwa Ni Deewi Njung Asti adalah putrid dari Dang Hyang Subali. Interpretasi yang mengaitkan Ni Dewi Njung Asti secara etimologis identik dengan Dewi Danu dan Bhatara Wisnu Bhuwana diidentikan dengan dewa penguasa air di darat adalah asumsi yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip historiografi yang reflektif dan lojik. Bhatara Wisnu Bhuwana yang tersurat dalam Babad Purana Batur secara tersirat adalah berarti raja atau penguasa pelindung rakyat. Cara pandang rakawi yang menyuratkan dalam Babad Purana Batur yang berbau kultus dewa-raja sedemikian adalah wajar pada jamannya. Tetapi secara kritis peneliti sejarawan harus mampu memberi interpretasi yang benar terhadap apa yang tersurat dan apa yang tersirat.

Perspektif baru penulisan sejarah membutuhkan metodologi sejarah yang komprehensif dan pendekatan yang multidimensional untuk ditemukannya fakta sejarah yang obyektif dan terukur validitasnya, hendaknya menggunakan metode analisis sejarah yang dikenal dalam terminology ilmiah disebut metode pendekatan struktural, agar dapat diketahui oleh sejarawan sttruktur kemasyarakatan, struktur birokrasi, struktur perwilayahan dalam bingkai waktu, peristiwa dan pelaku sejarah secara lojik dan kritis, sehingga para peneliti dan penulis sejarah tidak terperangkap pada anakronisme penafsiran yang salah kaprah.

Putra bungsu yang bernama Sang Angga Tirtha inilah kelahirannya dikaitkan dengan Pura Tirta Harum yang dikenal dalam khasanah sejarah sebagai cikal bakal pratisentana Maha Gotra Tirta Harum di Bali. Dalam rentang waktu yang panjang karena titah dan kehendak sejarah putra satu-satunya dari Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa menurunkan “ warih “ keturunan yang menjadi raja-raja di Kerajaan Tamanbali, Nyalian dan Bangli.

Dari sudut pandang geneologi atau hubungan kekerabatan dapat ditelusuri bahwa dari segi kepurusa atau garis kebapakan darah yang mengalir di tubuh Sang Angga Tirta adalah darah kesatrya sedangkan dari unsur wadon atau gari keibuan mengali darah biru catur pandita atau kebrahmanaan. Dengan mengikuti realitas sejarah itu dapat diambil kesimpulan bahwa Sang Angga Tirta sebagai cikal bakal Maha Gotra Tirta Harum di Bali adalah figure kesatrya kebrahmanaan. Ia adalah Satrya Dalem karena ayah biologisnya Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah raja di Kerajaan Wengker, Daha, dan Keling, sedangkan Ni Dewi Njung Asti sebagai wanita cikal bakal dan sumber benih dari Sang Angga Tirta adalah putrid dari Dhang Hyang Subali sebagai Manggala dan Bhagawanta Dalem Samprangan yang berdarah biru keturunan catur pandita di Bali.

Dari sudut pandang historis sosiologis dapat dicermati bahwa Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa yang berputra Sang Angga Tirta adalah sebagai Wamsakarta Maha Gotra Tirta Harum di Bali. Wamsakarta adalah akronim yang deberikan oleh para peneliti sejarah bagi sosok atau figure sejarah yang berhasil mengembangkan dan membentuk kewangsaan atau klen tertentu dan menjadi raja-raja pada kurun waktu tertentu serta dicermati ikut menentukan jalannya sejarah.

Menurut antropolog Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus dijelaskan bahwa wangsa atau klen di Bali terbentuk pada kelompok keluarga patrilinial yang memiliki pemujaan leluhur atau nenek moyang menurut garis laki-laki. Jadi mereka yang tunggal kawitan. Kelompok keluarga patrilinial ini dalam format kecil di Bali disebut soroh dalam ssatu komonitas dadia, tapi nantinya setelah dalam kurun waktu tertentu karena kehendak jalannya sejarah maka soroh ini berkembang menjadi wangssa atau gotra. Hubungan kekerabatan yang merunut pada garis patrilinial di Bali sangat penting. Wamsakarta dalam sejarah nantinya menjadi simbul pemersatu dan penghubung jaringan kekerabatan yang semakin meluas dan melebar melampaui batas-batas territorial.

Prinsip patrilinial dimaksudkan hubungan kekerabatan melalui pria saja, dank arena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat di mana semua kaum kerabat ayahnya masuk di dalam batas hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibunya di luar batas kekerabatan itu.

Dinobatkan Raja Bali Sri Kresna Kepakisan sebagai adipati wakil Kerajaan Majapahit di Bali dalam rentang waktu yang lama ternyata telah membentuk wangsa tersendiri dalam system pelapisan masyarakat Bali. Lima belas orang Arya, beberapa orang Kesatrya, tiga orang Wesia, ratusan prajurit dank aula Jawa yang ikut dalam ekspedisi militer Gajah Mada itu dan kemudian menetap untuk menyertai Sang Adipati memerintah di Bali juga telah membentuk wangsanya sendiri-sendiri. Dalam rentang waktu yang panjang secara historis sosiologis terbentuk dan terbangun trah atau wangsa-wangsa seperti Wang Bang Kresna Kepakisan, Arya Tegeh Kori, Arya Pinatih, dan tidak terkecuali juga terbentuk dan terbangunnya klen atau trah Maha Gotra Tirta Harum.

Kondisi sosiokultural dalam masyarakat Bali pada gilirannya nanti menumbulkan adanya dualisme dalam pelapisan masyarakat Bali Hindu atau Bali Jawa yang dikenal dengan sebutan Wong Majapahit dan Wong Bali Mula atau Wong Baali Aga. Dengan kata lain masyarakat Bali terbagi menjadi dua golongan yaitu Hindu Bali yang merujuk kepada orang Majapahit Jawa dan keturunannya, dan Bali Mula atau Bali Aga yang merujuk kepada orang Bali Asli yang dikalahkan oleh Kerajaan Majapahit. Secara hirarki masyarakat Bali yang merunut garis lurus hubungan kekerabatan atau genealogi sedemikian ternyata sampai kini sangat dominan mewarnai strata kekerabatan dan sosiokultural di Bali.

Paduka Bhatara Parameswara Sri Wijaya Rajasa dari realitas sejarah yang berhasil ditelusuri adalah wamsakarta bagi semua keturunanya dari garis patrilinial di Bali yang merujuk pada kelompok keluarga yang tunggal kawitan dan terbukti secara historis menurunkan warih yang menjadi raja-raja di KerajaanTamanbali, Nyalian dan Bangli selama kurun waktu lebih dari lima abad yakni sejak madeg ratunya Sang Garbajata hasil perkawinan Sang Angga Tirta dengan Ni Luh Ayu Sadri dan menjadi Raja Tamanbali sejak tahun 1524 Masehi. Diangkatnya Sang Garbajata sebagai Manca dengan kedudukan di Tamanbali nantinya bergelar abhiseka I Dewa Tamanbali sebagai Raja Kerajaan Tamanbali pertama.

Episode sejarah dengan diangkatnya Sang Garbajata sebagai Raja di Kerajaan Tamanbali pada tahun 1524 Masehi adalah merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dalam khasanah sejarah Bali, sebab dengan menjadi rajanya keturunan trah atau klen Maha Gotra Tirta Harum dalam rentang waktu yang cukup lama dalam perjalanan sejarah maka nantinya keturunannya menyebar dan meluas melampaui batas-batas teritorial dan bermukim di seluruh persada Bali.

Dengan ditemukannya wamsakarta nantinya dapat digunakan sebagai instrument untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sejarah terbentuknya system pelapisan sosial suatu masyarakat serta perubahannya. Komponen-komponen yang membentuk dan mengisi system itu tersusun berdasarkan asas keturunan yang kemudian disebut wangsa atau gotra.

Dari penelitian arkeolog Dr. Agus Munandar terungkap pakta sejarah bahwa pengaruh Majapahit di Bali dimulai sejak masa ketika Bali bernaung dibawah panji-panji kebesaran Wilwatikta di pertengahan abad ke-14. Bersamaan itu pula system pemerintahan di Bali disesuaikan penataannya  atas petunjuk pejabat Majapahit. Pejabat Majapahit itu tiada lain adalah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa selama lebih dari 9 tahun bermukim dan berkiprah di Bali setelah penaklukan Bali oleh Kerajaan Majapahit maka beliau bertugas mengawasi pemerintahan di Bali. Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa memberi petunjuk dan pembelajaran bagi Dalem Ketut Semara Kepakisan yang umurnya masih relative muda untuk melaksanakan tata pemerintahan yang benar. Masuknya kekusaan raja-raja Majapahit di Bali membawa pengaruh dan dampak yang mendalam pada penduduk dan masyarakat Bali.

Fakta sejarah yang terungkap kemudian betapa diakuinya peranan tokoh Shri Wijaya Rajasa terungkap secara tekstual penghargaan dari Dalem Sri Semara Kepakisan pada periode masa akhir Majapahit setelah Shri Wijaya Rajasa tiada lagi dengan kata-kata sebagai berikut : “ Setelah tiba di pusat kota ( Wilwatikta ) baginda Dhalem Shri Semara Kepakisan termenung sedih melihat kota sepi dan sunyi, hal ini membuat kekecewaan dihati baginda, teringat dengan cinta kasih Maharaja Shri Hayam Wuruk dan Raja Wengker Shri Wijaya Rajasa.

Pada bagian lain dari buku Sejarah Keluhuran Dhalem Suhunantara diungkapkan secara tertulis bahwa ada 3 ( tiga ) raja pada waktu paruman-agung di Wilwatikta memiliki tempat istimewa singghasana yaitu Maharaja Majapahit Shri Rajasa Negara yang disebut juga BRA Wijaya Pamungkas, Raja Wengker Shri Wijaya Rajasa dan Raja Bali Shri Semara Kepakisan .

Lebih jelas lagi betapa peranan tokoh Shri Wijaya Rajasa ketika mangkat hari Anggara Kasih bulan Jiesta tahun saka 1310 atau 1388 Masehi maka titah dari sang raja Shri Nata Hayam Wuruk ketika itu yang dibacakan oleh putrinya bernama Dyah Kusuma Wardhani sebagai berikut : pertama Sang Prabhu menyampaikan duka mendalam disertai doa puja mantra semoga beliau bersatu dengan atma Hyang Widhi di alam kelanggengan. Kedua Sang Prabhu juga berkenan memberikan penghargaan tertinggi kepada beliau yang telah tiada sebagai salah satu pahlawan atau pengabdiannya terhadap Majapahit.Ketiga menyerahkan keputusan pemilihan tempat selayaknya atas abu jenasah yang akan diprabhukan dan dicandikan nanti kepada musyawarah keluarga istana.

Abu jenasah Sang Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa akhirnya atas usul dan saran dari seluruh kerabat keluarga besar istana ditetapkan disimpan di Candi Wisnu Bhuwana desa Manyar Gresik.

Pemberdayaan rakayat dan masyarakat lewat kegiatan alih teknologi pertanian, penataan system pemerintahan kerajaan di Bali disesuaikan penataannya atas petunjuk arahan Dhang Guru Nabe sebagai pejabat tinggi Majapahit yang diberikan otoritas dan mission untuk menertibkan dan mengamankan daerah taklukan Bali. Mencermati kiprah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa lebih dari 9 tahun di Bali maka dapat diambil kesimpulan bahwa figure sejarah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dapat disebut sebagai tokoh Cultural-Hero pembaharu system sosio cultural masyarakat pada jamannya di Bali sejajar dengan peranan dan kiprah Rsi Markandya, Mpu Kuturan dan Dhang Hyang Nirartha di Bali. Sebagai pahlawan budaya Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dalam kiprahnya di Bali diketahui merintis budaya pemberdayaan masyarakat mulai dari penataan system pemerintahan, system kemasyarakatan dan merubah serta menata sosiokultural masyarakat yang diadopsi dari system sosiokultural yang dianut di Kerajaan Majapahit.

Ketiga figure sejarah di Bali itu masing-masing Dhang Hyang Subali berpesraman di Tohlangkir, Dhang Hyang Jaya Rembat berpesraman di Sila Parwata dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa berpesraman di Pura Dalem Tengaling Kabupaten Bangli sehingga di Bali beliau lebih dikenal dengan sebutan Dalem Keling.

Sang Angga Tirta sebagai cikal bakal leluhur Maha Gotra Tirta Harum di Bali diketahui beristtri Ni Luh Ayu Sadri. Dari perkawinannya yang adhi luhung lahir putra-putra bernama Sang Anom, Sang Telabah, Sang Rurung dan Sang Anjingan.

Sang Anom dalam blantika sejarah dikenal dengan sebutan Sang Garbhajata oleh Dalem Waturenggong diangkat sebagai Manca  di Tamanbali dan bergelar I Dewa Tamanbali.

Tonggak sejarah dinobatkannya Sang Garbhajata sebagai raja Tamanbali itu merupakan moment historis yang sangat penting sebagai babak baru lahirnya Kerajaan Tamanbali dalam blantika sejarah Bali yang jarang dituangkan secara tekstual baik oleh para rakawi yang menulis babad maupun penulis pamancangah.

Di jaman dahulu sebutan atau predikat “ sang “ dipakai sebagai identitas diri, tetapi karena telah beralih jabatan dan fungsi sebagai raja, maka predikat itu berangsur-angsur ditinggalkan. Akan tetapi mereka-mereka yang dikenal sebagai keturunan dari Sang Telabah, Sang Rurung, dan Sang Anjingan menurut tradisi lisan atau sejarah lisan tetap memakai predikat “ presanghyang “. Jejak sejarah yang gelap tentang keturunan atau leluhur soroh sang itu yang diketahui sampai saat ini ada yang menyebut diri sebagai soroh Sang Kengetan, Sang Kelingan, Sang Kembengan, Sang Bentuyung, Sang Keliki, Sang Bukit dan Sang Kaler.Mereka yang dikenal dengan sebutan soroh sang ini secara historis juga adalah tercatat dalam realita sejarah tentu menjadi satu leleuhur dalam keluarga besar Maha Gotra Tirta Harum.

Sukses Itu Bukan Cuma Tentang Berapa Banyak Harta dan Jabatan yang Kamu Miliki



Setiap orang memiliki definisi dan pandangan yang berbeda. Termasuk saya. Saya bahkan tak tahu harus mendefinsikan sukses dimulai dari mana, krena bagiku, sukses adalah ketika saya berhasil mendapatkan tujuan dari yang telah direncanakan. Tujuan kecilpun bisa dikatakan sukses. Iya itulah definisi sukses dalam lingkup yang lebih kecil.

Dalam hal lingkungan hidup yang lebih luas, mungkin kebanyakan orang memandang sukses itu adalah ketika seseorang memiliki jabatan yang tinggi, banyak uang, memiliki banyak aset, baik yang bergerak ataupun tidak bergerak. Kembali kepada pandangan setiap orang, karna mereka memiliki tupoksi sendiri dalam mendefinisikannya.

Sukses bagi saya, bukanlah ketika seseorang memiliki banyak kelimpahan harta, jabatan yang menggiurkan ataupun aset yang bernilai jutaan dolar.

Karna saya yakin, manusia tak akan pernah puas dengan kesuksesan yang menurutnya seperti itu. Walau mereka telah memiliki banyak asset, milyaran dolar, jalan-jalan kelilig duni, tetap ereka tak akan ppernah puas (buktinya banyak pejabat yang korupsi alau asetnya bak debu dijalanan). Saya pribadi, tak akan pernah puas dengan apa yang saya dapatkan, dan itu berarti kesuksesan yang dimiliki bersifat sementara atau mungkin belum dikatakan belum sukses.

Sukses bagi saya, adalah ketika saya kaya akan pengalaman, baik yang bersifat pahit ataupun manis.

saya berpandangan bahwa kaya dengan banyaknya uang saja tidak cukup, akan tetap terlihat nol jika tak memiliki pengalaman dan wawasan dalam hidupnya. Dengan kata lain, ia adalah orang yang pasif.  Saya lebih terokus pada pengalaman, daripada uang itu sendiri. Dengan pengalaman, kita akan menjadi tahu lebih banyak tentang kehidupaan yang tidak kebanyakan orang ketahui. Itulah sebuah peluang.

Sukses bukan hanya ketika kita mampu meraih cita-cita atau lulus sarjana.

Di ibaratkan seperti itu, jika ada orang yang beranggapan bahwa sukses adalah ketika cita-citanya tercapai, itu bukan salah dan bukan juga benar. Tergantung pandangan individu iu sendiri. Saya yakin, ketika kita telah meraih cita-cita, lulus sarjana, misalkan, kita tetap tak akan luut dari berbagai masalah di depan, justru tantangan akan semakin besar dan luas

Di ibaratkan seperti itu, jika ada orang yang beranggapan bahwa sukses adalah ketika cita-citanya tercapai, itu bukan salah dan bukan juga benar. Tergantung pandangan individu iu sendiri. Saya yakin, ketika kita telah meraih cita-cita, lulus sarjana, misalkan, kita tetap tak akan luut dari berbagai masalah di depan, justru tantangan akan semakin besar dan luas

Sukses bukan ketika anda bekerja di perusahaan ternama.

beberapa orang berpendapat bahwa sukses adalah ketika kita bisa bekerja di perusahaan ternama. karna mereka berpendapat bahwa untuk bisa bekerja disana membutuhkan persaingan yang ketat juga akan menyejahterakan karyawannya.

Sukses adalah apa yang sedang anda jalankan saat ini.

teruslah fokus pada ap yang seang anda lakukan. yakini bahwa pekerjaan anda adalah kebutuhan anda. namun jangan terlalu fokus dengan pekerjan anda, tetap pikirkan hal-hal disekitar anda, seperti keluarga, teman, sahabat, kolega,dsb. terus ingktkan pengalaman, karrna semakin anda memiliki pengalaman diluar, semakin luas pula peluang yang dapat anda tingkatkan dalam bisnis anda. teruslah bersilaturahmi dengan orang-orang yang bisa membuat anda semakin maju dan berkembang.

Jadi, apa sih sukses itu?

Iya, setiap orang memiliki tuposinya masing-masing. Namun, saya menyarankan agar tidak terlalu focus pada kekayaan, harta, jabatan ataupunsemacamnya. Tetplah gali potensi pada diri anda, perbanyaklah pengalaman, karna pengalaman akan membawa dan menjadikanmu orang-orang yang berbeda, orang yang kaya dan orang yang sukses. Karna dengan pengalaman, kita akan tahu bagaimana menghadapi situasi yang sedang diihadapai. Tapi ingat ya, pengalaman yang positif, walau harus pahit.

Juga ingat, bahwa apa yang kita dapatkan, itu adalah campur tangan dari yang Kuasa, karna kau tak akan bisa seperti sekarang ini, dengan banyaknya harta jika tidak ada izin/ridho dari Tuhannya.

Tetaplah bersikap baik kepada orang-orang disekitarmu, tetap berbagi, karna apa yang kalian dapatkan tak sepenuhnya milik kalian.

Terimkasih

Fakta! Orang Yang Sok Kaya Itu Memang Lebih Sombong Dari Orang Yang Beneran Kaya



Hidup di dunia ini siapa yang tidak ingin kaya dan siapa sih, yang mau hidup miskin! Pasti nggak ada yang mau kan? Saya sendiri bukan keturunan dari orang kaya. Jika memang lahir dengan keadaan miskin, ya saya terima aja, tetapi saya tetep berusaha, yang penting jangan menjadi beban orang tua.

Tapi zaman sekarang orang pada sok-sokan kaya tapi sebetulnya dia lebih parah dari saya. . . Hehe, pura-pura kaya untuk ngebohongin orang apa sebenarnya yang didapat ya? Dan omongannya sangat nggak masuk akal 'wah' baju ini mahal, jam ini dibeli dari luar negri seharga 3 milyar. Kenyataannya miskin, ingin terlihat kaya tapi pembohong, kenyataan dirumahnya tidak ada apa-apanya.

Bicaranya yang sok gagah dan selalu berkata angkuh dan pembohong. Selalu meremehkan teman. Sok neraktir orang, pas mau bayar, eh,,, dompet ketinggalan. Pinjam uang ngakunya balikin satu Minggu lagi, pas ditagih bilang sayanya yang sombong dan jalan satu-satunya agar hutangnya lunas ya musuhan. Banyak kaya gitu, saya aja udah tiga kali dapat teman yang pinjam uang akhirnya musuhan.

Berpura-pura kaya padahal aslinya miskin, dan ingin bersikap seperti orang punya sih boleh-boleh saja, tapi jangan nyusahin orang lain dong! Pengemis saja masih punya hati untuk minta-minta dan lebih setia jika mempunyai teman. Beda sama orang yang sebenarnya aslinya miskin tapi sok- Sokan kaya.

Nah, langsung saja saya kasih tau ya, tentang ciri-ciri orang miskin tapi sok kaya:

  1. Pinjam uang tapi nggak pernah balikin, dan ujung-ujungnya musuhan.
  2. Sering minta traktir dimanapun padahal sama-sama punya penghasilan.
  3. Prospek temen-teman untuk kasih tahu bahwa ada tempat yang ‘wah’ tapi lagi-lagi minta di traktir.
  4. Kalo ngomong tinggi banget. Dan suka ngerendahin finansial orang. Padahal ekonominya dia udah nyungsep!
  5. 5. Ga update, tapi sok tahu barang-barang branded dan seakan jijik sama barang KW.
  6. Punya ini itu hasil minjem.


Itulah ciri-ciri orang miskin yang sok kaya yang memang tidak punya segala-galanya. Hati-hati ketemu orang kaya gini ya!

Ciri-ciri Orang Yang Benar-benar Kerauhan

ilustrasi photo via bali.tribunnews.com

Jika berbicara masalah tentang kerauhan, ini merupakan sebuah fenomena religi yang memang banyak kita saksikan ketika orang menggelar ritual keagamaan. Terutama pada konsep Dewa Yadnya atau odalan di pura. Ada anggapan masyarakat bahwa kalau orang ngodalin atau mekarya di pura, kalau tidak ada kerauhan, berarti Ida Bhatara tidak turun menyaksikan. Tapi ini kan tidak bisa dibuktikan. Mana tedunnya Bhatara kebenaran dan mana yang mengada-ada.

Ketika kita melakukan ritual, dalam aspek psikologis dan rasa, sesungguhnya berupacara merupakan ungkapan rasa mesra atau kerinduan dengan Ida Bhatara. Karena Ida Sang Hyang Widhi dengan prabawanya Bhatara itu bersifat abstrak, sangat sulit untuk kita berkomunikasi.

Saat itulah rasa-rasa mesra dan ekspresi kerinduan dengan Tuhan itu, menyebabkan orang yang ikut dalam ritual tersebut seakan-akan bisa masuk pada alam berbeda atau niskala. Alam yang berbeda inilah kemudian menimbulkan kerauhan. Dalam Tatwa Siwa Purana dikatakan, apabila ada orang yang mengaku-ngaku Dewa atau manifestasi Tuhan yang memasuki orang itu (kerauhan), itu mesti harus diuji coba terlebih dahulu dengan api pembakaran tempurung kelapa.

Kalau ternyata tidak terbakar oleh api, berarti betul yang bersangkutan memang kelinggihin atau dimasuki roh suci. Tapi kalau ternyata terbakar, itu berarti kerauhan bohongan dan menyebabkan pura tersebut menjadi leteh. Maka dengan hal demikian, tentu bila hal ini kita lakukan, menjadi sangat berat kalau orang sampai terbakar. Namun, hal ini dapat menjadi shock theraphy supaya jangan sampai ada yang mengaku-ngaku Dewa. Malah akan jadi masalah. Apalagi orang-orang yang suka kerauhan perilakunya di masyarakat tidak benar, ini akan merusak desa atau banjar itu sendiri.

Marilah kita beragama yang cerdas. Kerauhan silakan saja. Tapi masyarakat harus tahu bagaimana ciri-ciri kebenarannya. Sekarang payanadewa.com kasih tahu, ciri-cirinya adalah tidak terbakar oleh api, tidak basah oleh air, dan masyarakat yang ada di areal tempat kerauhan tersebut merasakan bulu kuduk merinding.

Arti dan Makna Simbol Swastika dalam Hindu



Swastika merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu, merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.

Makna simbol Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut kita Dharma baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum (selamat, bahagia dan sejahtra) yaitu:

  • Dharma Kriya = Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab
  • Dharma Santosa = Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.
  • Dharma Jati=Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum


Dharma Putus=Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusia.
Makna yang lebih dalam yaitu Empat Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga: Dharma, Kama, Artha, Moksa.
  1. Dharma=Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat
  2. Artha = Harta benda / Materi
  3. Kama = Kesenangan / Hawa Nafsu
  4. Moksa = Kebebasan yang abadi

Swastika pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna (swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno (swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan). Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi dengan simbol tersebut.

Demikian ulasan tentang Arti Dan Makna Simbol Swastika Dalam Agama Hindu. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan tentang agama Hindu,Semoga bermanfaat..

Makna Menggunakan Arak dan Berem Dalam Persembahan

Makna Menggunakan Arak dan Berem Dalam Persembahan

Dalam setiap persembahyangan umat Hindu, khususnya saat menghaturkan segehan tentunya menggunakan arak berem sebagai tetabuhan (petabuhan). Dimana makna dari Arak/Tuak Berem dalam persembahyangan, upacara yadnya dan tetandingan banten umat Hindu Bali adalah sebagai sarana pengastawa dengan simbol Ang Ah.

Bagi umat Hindu Bali yang belum memiliki kewenangan “Nganteb” banten dengan “Pengastawa” sebagaimana layaknya seorang pemangku, bukan berarti tidak ada cara nganteb yang diperbolehkan. Bagi orang awam tentu saja agak kesulitan untuk ngastawa mempergunakan puja mantra, tetapi bisa dilakukan dengan nyanyian pemujaan seperti kidung wargasari dan lain-lain.

Ada juga menggunakan simbol-simbol seperti melakukan “tetabuhan arak-berem”.

Kenapa menggunakan Arak dan Berem? Kenapa tidak memakai yang lain? Kadang-kadang memakai simbol ini pun warga Hindu Bali banyak yang belum memahaminya. Berikut ini penjelasan tentang maksud dan makna arak berem.

Mantra Pengastawa Sehubungan dengan “Utpeti”, “Stiti”, dan “Pralina”
Arak merupakan simbol dari aksara suci “Ah-kara”, sedangkan berem adalah simbol dari aksara suci “Ang-kara”. Hal ini terkai mantra pengastawa sehubungan dengan “Utpeti”, “Stiti”, dan “Pralina” dengan menggunakan dasar dari sastra Rwa Bhineda sebagai berikut;

1. Utpeti (Pengastawa/Ngajum/Puja)

Yang dimaksud dengan Utpeti adalah memohon kehadapan Sang Hyang Widhi agar Beliau berkenan kontak dengan manusia melalui manifestasi Nya sesuai dengan fungsi Nya, untuk menyaksikan persembahan dari pemuja Nya berdasarkan keyakinan dan kekuatan magis dari upacara Bija Mantra seperti “Ang… Ah”.

Dalam hal ngastawa mempergunakan sarana (simbul) maka kalau metabuh dalam tujuan ngastawa harus mengikuti urutan Berem (Ang) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Arak (Ah).

2. Stiti (Ngadegang)

Yang dimaksud adalah menstanakan Beliau, dalam imajinasi seolah-olah Beliau telah duduk pada stana Nya, telah siap menerima dan menyaksikan persembahan pemuja Nya. Maka pada saat inilah kita melakukan persembahyangan kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasi Nya.

3. Pralina (Ngamantukang)

Pengertiannya adalah menghaturkan persembahan untuk memohon agar Beliau berkenan kembali ke Kahyangan (kembali pada keheningan Nya), karena acara persembahyangan pemuja Nya telah selesai. Dalam hal ini mempergunakan sarana maka kalau metabuh dalam tujuan pralina harus mengikuti urutan Arak (Ah) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Berem (Ang).

Penggunaan Arak Berem

Arak merupakan simbol dari aksara suci “Ah-kara”, sedangkan berem adalah simbol dari aksara suci “Ang-kara”. Dalam menghaturkan “Segehan”, letakkan segehan di posisi yang seharusnya, kemudian ngastawa (Berem-Arak), lalu “ketis” toyo ening, kemudian “ayab” dan
terakhir pralina (Arak-Berem).

Sehingga dalam mesegehan pun telah terlaksana Utpeti-Stiti-Pralina. Dalam mesegehan sesuaikan warna nasi kepelnya dengan arah mata angin (Putih-Timur, Merah-Selatan, Kuning-Barat, Hitam-Utara dan Brumbun (campuran keempat warna)-Tengah).

Demikian ulasan singkat tentang makna Arak-Berem untuk dipahami, sehingga tidak lagi berpikir bahwa arak itu untuk minuman Bhuta Kala. Semoga secara bertahap kita bertambah pengetahuan dan pemahaman tentang makna filosofi yang disampaikan setiap banten (sesajian) yang kita haturkan kepada Hyang Widhi.

Semoga bermanfaat...
Rahayu..

Warna, Jumlah dan Makna Dupa Dalam Bersembahyang, Hindu Bali


Warna, Jumlah dan Makna Dupa Dalam Bersembahyang, Hindu Bali

Dalam persembahyangan Umat Hindu khususnya di Pulau Bali menggunakan unsur api yang diwujudkan dengan Dupa. Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berasap dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya merupakan lambang dari Dewa Agni, yang mana berfungsi sebagai berikut:
  1. Sebagai Pendeta pemimpin upacara
  2. Sebagai perantara menghubungkan pemuja dengan yang dipuja
  3. Sebagai pembasmi segala kotoran dan pengusir roh jahat.
  4. Sebagai saksi upacara.
Penggunaan Api dalam tradisi agama Hindu bersumber dari Kitab Suci Hindu. Dalam kelompok kitab suci Vedanga yang terdiri dari kitab :Siksa, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa.

Dalam Reg Weda dan Sama Weda api memiliki peranan:
Api adalah pengantar upacara, penghubung manusia dengan Brahman. (Regweda X, 80 : 4)
Api (Agni) adalah Dewa pengusir Raksasa dan membakar habis semua mala dan dijadikannya suci. (Regweda VII 15 : 10)
Hanya Agni (api) pimpinan upacara Yajna yang sejati menurut weda. (Regweda VIII 15 : 2)

Warna Dupa dan Jumlah Dupa Saat Sembahyang


  • Dupa batang warna kuning [atau coklat muda alami] untuk sembahyang dan persembahan umum.
  • Dupa batang warna merah untuk sembahyang dan persembahan yang khusus memohon sesuatu.
  • Dupa batang warna hitam untuk menemani kita saat meditasi atau menjapakan mantra.
  • Dupa batang warna hijau untuk sembahyang dan persembahan [upacara] bagi orang meninggal.

Selain itu, terdapat simbol atau kode niskala berapa batang jumlah dupa yang kita haturkan dalam persembahan, yaitu :


  • 1 batang untuk persembahan umum di tempat suci atau palinggih di dalam lingkungan rumah, misalnya saat kita mebanten.
  • 3 batang untuk persembahan umum di tempat suci di luar lingkungan rumah.
  • 5 batang untuk persembahan di tempat usaha atau dagang.
  • 7 batang untuk persembahan yang kita khusus memohon sesuatu secara spesifik.
  • 9 batang untuk persembahan saat kita melakukan puja mantra kepada para Ista Dewata.
  • 11 batang untuk persembahan ke seluruh penjuru alam semesta, agar semua makluk di alam semesta mendapatkan kebahagiaan.


Menghaturkan dupa batang usahakan berjajar seperti kipas.

Mantra saat meletakkan dupa batang
Ong Ang dupa dipa astra ya namah swaha”
Mantra saat ngayabang [menghaturkan] dupa batang
 Om agnir agnir jyotir swaha, Om dupam samarpayami swaha”

Letakkan dan haturkan dupa batang dengan penuh rasa hormat.

Jadi dengan demikian kita bisa ketahui makna dari penggunaan dupa saat sembahyang adalah sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.

Makna Pengggunaan Dupa Saat Sembahyang

Tentu dalam persembahyangan selalu kita jumpai Dupa sebagai salah satu saranya. Jika kita coba renungkan kembali akan arti dan fungsinya, tentu mempunyai makna yang dalam. Sehingga wajib ada dalam persembahyangan.

Dupa berasal dari  “wisma” yaitu alam semesta menyala dan asapnya bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Ini dapat dikatakan sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.

Dengan demikian, dapat dikutip bahwa Dupa adalah lambang pertemuan antara umat dengan Tuhannya.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma….

Tempat Mebanten Saiban atau Ngejot, Beserta Doanya

Om Swastyastu. . .
Tempat Mebanten Saiban atau Ngejot, Beserta Doanya
Ilustrasi photo via w-wiratmadja.blogspot.com

Semeton dan Sahabat Pembaca Setia Payanadewa.com kali ini kami membagikan cara mesaiban atau Ngejot dan beserta doanya.

Menjadi seorang Umat yang patuh dalam menjalankan Upakara akan selalu mendapat lindungan dan keselamatan, Kerahayuan.

Mungkin ada Umat yang belum tau menaruh Banten Saiban dan mungkin belum tau doanya? Maka dari itu izinkan kami membagikan hal yang berguna ini  untuk kerahayuaan jagat.

Sebelum kami membagikan tempat dan doa mesaiban Semeton bisa loncat atau lihat nanti Makna Mebanten Saiban, Untuk Keselamatan Jagat. Nah, jika sudah kami lanjutan tempat dan doa mesaiban mulai dari:

Di Dapur

a. Tempat Beras

  •  Doa : Om Sri Dewya Namah Swaha
  •  Arti     :  Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Amertha, hamba bersujud pada-Mu.

b.    Kompor / Tungku

  • Doa  :   Om Sang Hyang Tri Agni Ya Namah Swaha
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Agni, sebagai penguasa penerang dalam kegelapan, sebagai sumber energi bagi kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.

c. Tempat Air

  • Doa  : Om Gangga Dewya Namah Swaha
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Gangga, hamba bersujud pada-Mu.

d. Pelangkiran

  • Doa : Om Dewa Datta Ya Namah Swaha
  • Arti :  Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Purusa Predana, sebagai sumber dari kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.

2.  Di Sumur
  • Doa  : Om Ung Wisnu Ya Namah Swaha
  • Arti  :  Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa Air kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.

3.  Lubang Saluran Air Limbah

  • Doa  :  Ih Sang Kala Sumungsang Ya Namah
  • Arti  :  Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Kala Sumungsang, hambaa bersujud pada-Mu.

4. Di Merajan

a.    Kemulan

  • Doa : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
  • Arti  :  Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.
b.    Taksu
  • Doa  : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.
c.   Sri Sedana
  • Doa : Om Kuwera Dewa Ya Namah Swaha
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Sang Hyang Kuwera, sebagai penguasa kekayaan, hamba bersujud pada-Mu.
d.  Tugu Capah
  • Doa :Om Sang Hyang Durga Maya Ya Namah
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Durgamaya sebagai saktinya Siwa, penguasa atau dari Butha Kala, hamba bersujud kepada-Mu.

e.    Penglurah
  • Doa : Om Anglurah Agung Bhagawan Penyarikan Ya Namah Swaha
  • Arti :  Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Anglurah sebagai perantara bagi Sang Anembah dengan Sang Kasembah, hamba bersujud kepada-Mu.

5.  Tugu Penunggun Karang

  • Doa :  Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha
  • Arti :  Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.

6.  Pengijeng

  • Doa : Om Sang Hyang Indra Blaka Ya Namah Swaha
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud sebagai penguasa alam, hamba bersujud pada-Mu.

7.   Pengadang-adang

  • Doa : Om Sang Maha Kala, Nandikala Boktya Namah
  • Arti : Ya Tuhan, Nandi Kala sebagai penjaga pintu masuk, hamba menghaturkan persembahan semoga berkenan.

8. Pintu Masuk

  • Doa :  Om Sang Hana Dora Kala Ya Namah
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dorakala, hamba bersujud kepada-Mu.

9. Tempat Ari-Ari

  • Doa : Ih, Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, Ya Namah
  • Arti : Ya Anta, Preta. Butha, Kala Dengen hamba bersujud pada-Mu.

Berikut adalah Mantra tambahan untuk keluarga yang memiliki Pelinggih yang lengkap.

Panglurah Telenging Segara:

  • Doa : Ih, Ah Ing Panglurah Telengin Segara ya namah swaha.
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud Penglurah Telenging Segara, hamba memuja Mu.
  • Tugu Penyarikan:
  • Doa  : Ih, Ah Ing Panglurah Agung ya namah swaha.
  • Arti   : Ya Tuhan, dalam wujud Panglurah Agung, hamba memuja Mu.

Gedong Hyang:

  • Doa :  Om Ung Prajapatya namah, Om Mang Mataya namah, Om Tang Prapita ya namah, Om Ing Paramataya ya namah.
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Mu sebagai Prajapati, Mataya, Prapita, Paramataya, hamba bersujud dihadapan Mu.
Pelinggih Menjangan Saluwang:

  • Doa  : Om Ah Sukla Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati Sukla Pawitrani swaha.
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati, hamba menghaturkan sembah sujud kehadapan Mu.

Gedong Agung:

  • Doa  : Om Giripati ya namah swaha
  • Arti  : Ya Tuhan, dalam wujud Giripati, hamba bersujud dihadapan Mu.
Gedong Sari:

  • Doa : Om Sri Laksmi Dewi ya namah swaha.
  • Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Dewi Sri Laksmi, hamba bersujud dihadapan Mu.
Itulah Tempat Mebanten Saiban atau Ngejot, Beserta Doanya, semoga Bermanfaat ( gedetoya.blogspot.com )

Om Santih, Santih, Santih Om

Banten Segehan Makna dan Macam-macam Segehan, Budaya Bali


C
Banten Segehan Makna dan Macam-macam Segehan, Budaya Bali

Banten Segehan merupakan Banten Upakara  tingkatan kecil atau sederhana dari Upacara Bhuta Yadnya. Sedangkan tingkatan yang lebih besar lagi disebut dengan tawur. 

Kata Segehan ini, berasal dari kata “Sega” berarti nasi jika dalam bahasa Jawa adalah sego. Oleh sebab itu, banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pauknya. Bentuk nasinya ada berbentuk nasi cacahan (nasi tanpa diapa-apakan), kepelan (nasi dikepal), tumpeng (nasi dibentuk kerucut) kecil-kecil atau dananan.

Wujud banten segehan berupa alas taledan (daun pisang, janur), diisi nasi, beserta lauk pauknya yang sangat sederhana seperti “bawang merah, jahe, garam” dan lain-lainnya. dipergunakan juga api takep (dari dua buah sabut kelapa yang dicakupkan menyilang, sehingga membentuk tanda + atau swastika), bukan api dupa, disertai beras dan tatabuhan air, tuak, arak serta berem.

Makna Banten Segehan

Segehan artinya “Suguh” (menyuguhkan), dalam hal ini segehan di haturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu dan  juga Ancangan Iringan Para Betara dan Betari, yang tak lain adalah akumulasi dari limbah/kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dalam kurun waktu tertentu. Dengan segehan inilah diharapkan dapat menetralisir dan menghilangkan pengaruh negative dari limbah tersebut. Segehan juga dapat dikatakan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan (palemahan).

Segehan ini biasanya dihaturkan setiap hari. Penyajiannya diletakkan di bawah atau sudut- sudut natar Merajan / Pura atau di halaman rumah dan di gerbang masuk bahkan ke perempatan jalan. Segehan dan juga Caru banyak disinggung dalam lontar Kala Tattva, lontar Bhamakertih. Dalam Susastra Smerti (Manavadharmasastra) ada disebutkan bahwa setiap kepala keluarga hendaknya melaksanakan upacara Bali (suguhan makanan kepada alam) dan menghaturkan persembahan di tempat-tempat terjadinya pembunuhan, seperti pada ulekan, pada sapu, pada kompor, pada asahan pisau, pada talenan.

Jenis-Jenis Banten Segehan

1. Segehan Kepel Putih

Segehan kepel putih ini adalah segehan yang paling sederhana dan biasanya seringkali di haturkan setiap hari.

2. Segehan Putih Kuning

Sama seperti segehan putih, hanya saja salah satu nasinya diganti menjadi warna kuning.

biasanya segehan putih kuning ini di haturkan di bawah pelinggih adapun doanya sebagai berikut :
Om. Sarwa Bhuta Preta Byo Namah
Artinya :
 Hyang widhi ijnkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada bhuta  preta  seadanya

3. Segehan Kepel Warna Lima (Manca Warna)

Sama seperti segehan kepel putih, hanya saja warna nasinya menjadi 5, yaitu putih, merah, kuning, hitam dan brumbun. Dan penempatan warna memiliki tempat atau posisi yang khusus sebagi contoh ;

  • Warna Hitam menempati posisi Utara.
  • Warna Putih menempati posisi Timur.
  • Warna merah menempati posis selatan.
  • Warna kuning menempati posisi Barat.
  • Sedangkan Warna Brumbun atau kombinasi dari ke empat warna di atas menempati posisi di tengah tengah, yang bisa di katakan Brumbun tersebut sebagai Pancernya.


Segehan Manca Warna ini biasanya di letakkan pada pintu masuk pekarangan (lebuh pemeda­l)atau di perempatan jalan adapun doa dari segehan manca warna ini adalah :
Om. Sarwa Durga Prate Byo Namah
Artinya :
Hyang Widhi Ijinkan Hamba Menyuguhkan Sajian Kepada Durga Prete Seadanya

4. Segehan Cacahan

Segehan ini sudah lebih sempurna karena nasinya sudah dibagi menjadi lima atau delapan tempat. sebagai alas digunakan taledan yang berisikan tujuh atau Sembilan buah tangkih.

Kalau menggunakan 7 (tujuh) tangkih, sebagai berikut:

  • 5 tangkih untuk tempat nasi yang posisinya di timur, selatan, barat, uatara dan tengah.
  • 1 tangkih untuk tempat untuk lauk pauknya yaitu bawang, jahe dan garam.
  • 1 tangkih lagi untuk tempat base tampel, dan beras.
  • kemudian diatas disusun dengan canang genten.
  • Kalau menggunakan 9 (sembilan) tangkih,sebagai berikut:
  • 9 tangkih untuk tempat nasi yang posisinya di mengikuti arah mata angin.
  • 1 tangkih untuk tempat untuk lauk pauknya yaitu bawang, jahe dan garam.
  • 1 tangkih lagi untuk tempat base tampel, dan beras.
  • kemudian diatas disusun dengan canang genten.
  • Keempat jenis segehan diatas dapat dipergunakan setiap kajeng kliwon atau pada saat upacara–upacara kecil, artinya dibebaskan penggunaanya sesuai dengan kemampuan.


5. Segehan Agung

Merupakan tingkat segehan terakhir. Segehan ini biasanya dipergunakan pada saat upacara piodalan, penyineban Bhatara, budal dari pemelastian, serta menyertai upacara Bhuta Yadnya yang lebih besar lainnya. Adapun isi dari segehan agung ini adalah; alasnya ngiru/ngiu, ditengahnya ditempatkan daksina penggolan (kelapanya dikupas tapi belum dihaluskan dan masih berserabut), segehan sebanyak 11 tanding, mengelilingi daksina dengan posisi canangnya menghadap keluar, tetabuhan (tuak, arak, berem dan air), anak ayam yang masih kecil, sebelum bulu kencung ( ekornya belum tumbuh bulu yang panjang) serta api takep (api yang dibuat dengan serabut kelapa yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk tanda + atau tampak dara).

Adapun tata cara saat menghaturkan segehan adalah pertama menghaturkan segehannya dulu yang berdampingan dengan api takep, kemudian buah kelapanya dipecah menjadi lima, diletakkan mengikuti arah mata angin, kemudian anak ayam diputuskan lehernya sehingga darahnya menciprat keluar dan dioleskan pada kelapa yang telah dipecahkan tadi, telor kemudian dipecahkan, di”ayabin” kemudian ditutup dengan tetabuhan. Doa dalam menghaturkan segehan ini adalah :

Om. Arwa kala perete byo namah.
Artinya :
Hyang Widhi Ijinkanlah Hamba Menyuguhkan Sajian Kepadakala Preta Seadanya.
Setiap menghaturkan segehan lalu di siram dengan tetabuhan, tetabuhan ini bisa menggunakan air putih yang bersih, atau tuak, brem, dan arak. Dengan cara mengelilingi segehan yang di haturkan. 

Ketoka menyiram atau menyiratkan kita ucapkan doa :

Om. Ibek Segar, Ibek Danu, Ibek Bayu, Premananing Hulun.
Artinya :
Hyanng widhi semoga hamba di berkahi bagaikan melimpahnya air laut, air danau, dan memberi kesegaran jiwa dan batin hamba.

Unsur-unsur Banten Segehan

Setiap unsur-unsur dari segehan sejatinya memiliki filosofi didalamnya, berikut penjelasannya:

Alas dari daun / taledan kecil yang berisi tangkih di salah satu ujungnya. taledan = segi 4, melambangkan   arah mata angin.Nasi putih 2 kepal, yang melambangkan rwa bhinedaJahe, secara imiah memiliki sifat panas. Semangat dibutuhkan oleh manusia tapi tidak boleh emosional.Bawang, memiliki sifat dingin. Manusia harus menggunakan kepala yang dingin dalam berbuat tapi tidak boleh bersifat dingin terhadap masalah-masalah sosial (cuek)Garam, memiliki PH-0 artinya bersifat netral, garam adalah sarana yang mujarab untuk menetralisir berbagai energi yang merugikan manusia (tasik pinaka panelah sahananing ngaletehin).

Di atasnya disusun canang genten.
Tetabuhan Arak, Berem, Tuak, adalah sejenis alkhohol, dimana alkhohol secara ilmiah sangat efektif dapat dipakai untuk membunuh berbagai kuman/bakteri yang merugikan. Oleh kedokteran dipakai untuk mensteril alat-alat kedokteran. Metabuh pada saat masegeh adalah agar semua bakteri, Virus, kuman yang merugikan yang ada di sekitar tempat itu menjadi hilang/mati.

Mencari Kesuksesan Itu Tidak Harus Berseragam dan Bersepatu



Semua manusia yang lahir ke dunia ini, pastilah dibekali kemampuan tertentu sebagai modal penting untuk menjalani hidup. Saah satunya adalah memaksimalkan bakat yang ada dengan cara berusaha dan bekerja. Kesuskesan pun bisa diraih oeh siapa saja, Tak peduli dengan latar belakang, kondisi eknonomi dan sebagainya. Termasuk Sahabat juga.

Inilah kisah seseorang petani yang menakjubkan. Bahwa manusia diberikan potensi untuk sukses dengan segala sumber daya yang dimiliki maka ia pun dengan mudah mendapatkan keberhasilan. Hal tersebut dialami oleh pria bernama Agung. Pada mulanya pria ramah ini seorang manajer. Lalu berjalan waktu memutuskan meninggalkan karir di sebuah perusahaan dan memilih jadi seorang petani.

Perubahan yang mendadak dilakukan pria tampan ini mendapatkan penentangan keras dari keluarga besarnya. Pria yang akrab disapa Agung ini dianggap gila. Karena ia sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dan jabatan tinggi. Sebuah hal yang diidam-idamkan banyak orang. Tapi ia meninggalkan semua itu hanya untuk menjadi seorang petani yang identik dengan kemiskinan.

Kisah Petani Sukses Dari Nol

Pria lulusan akademi teknik mesin industri ini lebih memilih jadi petani di kampung halamannya daripada meneruskan karir dan jabatan sebagai manajer. Penentangan keluarga yang sangat keras tak membuat ia gentar. Justeru ia semakin bertekad untuk membuktikan bahwa seorang petani tidak identik dengan sengsara. Seorang petani bisa sukses dan kaya raya. Maka pembuktian dilakukan Agung hingga ia bisa membuktikannya dan berhasil. Perlahan-lahan keluarganya luluh dan berbalik mendukung Agung dalam menjalani usaha dalam bidang pertanian.

Lalu apa yang membuat Agung tertarik untuk menekuni usaha pertanian?

Setelah ditanya langsung oleh Team Redaksi, ia mengungkapkan ketertarikannya dalam usaha pertanian di desa tak terlepas dari kekhawatirannya dalam melihat para petani di desa yang sebagian besar orang lanjut usia. Jarang sekali hampir tak ada seorang pemuda yang melakoni usaha pertanian, bergelut di lahan pertanian.


Langkah Agung memilih usaha pertanian telah dipersiapkan dengan matang. Pada waktu menjadi manajer, ia sudah terlebih dahulu belajar pertanian seperti belajar cara menanam padi di sawah. Walaupun ia tidak mempunyai latar belakang ilmu dalam bidang pertanian. Bahkan keluarganya tidak berasal dari kalangan petani tidak membuat ia goyah untuk menekuni bisnis pertanian. Sebab ilmu pertanian bisa ia pelajari secara langsung di lapangan atau melalui buku dan internet.

Secara perlahan-lahan Agung menguasai ilmu pertanian. Misalkan lahan mesti diberikan pupuk dengan komposisi yang tepat agar tanah subur dan gembur atau tak kering. Yang membuat tanaman tumbuh baik. Beda dengan tanaman di lahan yang kering dan tak subur maka tanaman cepat mati.

Teori yang didapatkan Agung langsung dipraktekkan. Bagaimana pun omongan atau ucapan sangat mudah dilakukan tapi kenyataan berbeda. Agung menderita kerugian keuangan sampai sepuluh juta sebab hasil tanamannya gagal panen. Kegagalan pertama dalam memulai usaha pertanian. Tapi hal itu tidak membuatnya ia kapok.

Agung mengeluarkan biaya lagi untuk usaha pertanian. Ia mengambil uang tabungannya sebesar Rp 80 juta dan menjual mobil seharga Rp 100 juta. Dengan uang sebesar Rp 180 juta maka ia membeli pupuk dan menyewa sebuah lahan sawah yang cukup luas. Kemudian Agung menanam padi secara sendiri. Pada waktu panen, Agung mendapatkan gabah sebesar 60 ton. Kerja keras yang membuahkan hasil.

Dari cerita dan kisah sukses di atas menunjukkan kepada kita bahwa sukses bisa didapatkan dari mana saja.

Seorang petani bisa sukses dan kaya raya berkat ilmu pertanian yang dikuasainya. Semua orang bisa sukses dan termasuk anda. Untuk sukses dalam usaha pertanian anda harus belajar dulu ilmu pertanian dan mempersiapkan modal usaha bagi pembelian pupuk.

Setelah anda mampu menghasilkan hasil pertanian yang besar selanjutnya menjual langsung dengan harga tinggi. Yang biasanya langsung dijual ke tangan konsumen.

Manfaat Puasa Saat Nyepi Yang Terlupakan

Manfaat Puasa Saat Nyepi Yang Terlupakan


Setiap agama mempunyai perayaan Hari Raya Tahun Baru nya masing-masing. Sepertinya di Bali yang mayoratis adalah umat Hindu yang setiap setahun sekali merayakan Hari Raya Nyepi . Selain merupakan ajaran dari agama Hindu di Indonesia khususnya di Bali, Nyepi itu sendiri sudah melekat dan menjadi satu dengan Budaya Bali.

Ada 1 hal yang menarik pada hari Raya Nyepi yaitu berpuasa. Mungkin tidak banyak yang tahu atau sudah ada yang tahu tapi tidak banyak melakukan puasa saat Nyepi. Jika kalian bertanya kenapa berpuasa? apa manfaatnya? apakah puasa saat Nyepi itu kewajiban? Kali ini saya akan memaparkan penjelasannya sebagai berikut:

1. Kenapa Berpuasa?

Tentu saja karena berpuasa itu mempunyai manfaat baik dari segi medis , psikologis dan spiritual. Oleh karena itu kenapa disetiap agama menganjurkan umatnya untuk berpuasa.

2. Apa Manfaatnya?

Manfaat berpuasa sangat banyak, misalnya saja dari segi medis. Banyak penelitian sudah dilakukan dan diketahui bahwa ketika berpuasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari segi psikologis yaitu dapat menjadi sara kita untuk bisa belajar lebih sabar ,belajar menahan hawa nafsu dan dapat mengajarkan kita bersyukur karena ketika puasa tentu kita akan merasa lapar pada saat seperti itu kita dapat menyadari betapa beruntungnya kita setiap hari bisa makan bahkan bingung memilih makan apa sedangkan di luar sana masih banyak yang bingung bagaimana caranya makan. Dan yang terakhir dari segi spiritual, tentunya jika ingin melakukan meditasi dengan berpuasa akan mampu lebih mengkonsentrasikan pikiran supaya bisa terfokus satu arah menuju Tuhan Yang Maha Esa.

3. Apakah Puasa Saat Nyepi itu Kewajiban?

Mungkin lebih tepatnya puasa saat nyepi adalah pilihan. Bagi yang mampu, merasa masih sehat dan sudah tahu manfaat dari puasa akan lebih baik jika memilih untuk berpuasa. Contohnya saja diangkat dari cerita seorang teman penulis. Dia tahu akan manfaat berpuasa sesungguhnya dan ingin melaksaan puasa saat nyepi akan tetapi dia punya penyakit maag dan akhirnya seorang teman itu memilih untuk tetap puasa akan tetapi berpuasa untuk tidak makan tapi tetap minum air putih. Karena inti utama dari berpuasa adalah sebagai media untuk belajar bisa menahan dan mengontrol diri sendiri.

Penulis pun sudah pernah melakukan puasa dan semoga Nyepi yang akan datang ini masih bisa melaksanakannya dengan lacar dan para pembaca juga tergerak untuk melakukannya. Bagi yang ingin belajar atau pertama kali berpuasa saat Nyepi bisa melakukan setangah hari atau sampai anda merasa tidak kuat lagi. Kunci utama lancar melakukan puasa adalah jangan lupa sarapan dulu dengan masakan yang bergizi dan minum susu agar tidak lemas.

Sekian tentang artikel kali ini. Jika ada penjelasan yang salah atau masih kurang mohon tolong di koreksi. Mari kita belajar bersama-sama menjadi lebih baik.

Jenis-jenis Ngulapin dan Banten yang Digunakan

Payanadewa.com Begitu banyaknya tradisi yang terdapat di Bali yang sudah diwariskan oleh para leluhur yang mana tradisi dan Agama Hindu di Bali menjadi satu kesatuan yang sulit dibedakan atau dipisahkan.


 Bali mempunyai banyak aneka ragam upacara, yang setiap upacaranya mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Seperti halnya Upacara Ngulapin.

Kata Ngulapin berasal dari kata ulap. Ulap adalah bahasa Jawa kuna dan juga bahasa Bali, yang artinya silau. Silau yang dimaksudkan di sini adalah seperti keadaan mata ketika menatap atau memandang sinar matahari. Kalau dijadikan kata majemuk menjadi ulap-ulap”. Ulap-ulap dalam bahasa Bali  berarti suatu alat yang berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, terbuat dari secarik kain putih yang berisi tulisan hurup-hurup keramat yang menurut agama Hindu dikatakan mempunyai kekuatan yang magis. Biasanya itu diletakan pada halaman depan dari sebuah bangunan, dibawah atap pada kolong rumah,pada waktu memberi upacara ngulap ngambe dari suatu bangunan tersebut. Maksudnya adalah untuk memohon kehadapan Tuhan yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi, agar supaya jika ada unsur-unsur yang ingin mengganggu, menjadi silau.

Tentang Upacara Ngulapin

Upacara Ngulapin merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya, yang mana biasanya Upacara Ngulapin dilakukan untuk menormalisasi kehidupan seseorang setelah mengalami kejadian yang mengejutkan. Karena jika seseorang mengalami suatu kejadian yang mengejutkan, hal ini akan berdampak pada kehidupannya. Jika dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak normal.

Biasanya upacara ngulapin ini lebih sering dijumpai ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Karena ketika kecelakaan dikatakan bahwa  bayu yang ada pada diri manusia akan terlepas. Ini tentu akan berdampak negatif karena bayu menjadi penggerak kehidupan manusia. Upacara pengulapan inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala. Upacara pengulapan bisa dilakukan di perepatan terdekat, karena tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian.

Upacara Ngulapin juga dilakukan untuk menyeimbangkan empat saudara yang ada dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan catur sanak — anggapati, rajapati, banaspati dan banaspati raja. Jika manusia terkejut, maka keempat saudara yang ada pada diri seseorang akan menjadi tidak seimbang. Keseimbangan inilah yang akan dikembalikan melalui berbagai sarana yang digunakan dalam upacara pengulapan. Selain itu juga dikatakan bahwa dengan upacara ngulapin, dapat mengurangi atau menghilangkan trauma pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau kejadian yang mengejutkan.

Upacara Ngulapin selain untuk orang yang mengalami kecelakaan, juga ada ada beberapa macam  Upacara Ngulapin yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Yaitu sebagai berikut:

1. Ngulapin Pitra

Mula pertama dari proses pembakaran mayat, adalah upacara ngangkid atau ngulapin di setra. Yang dimaksud dengan upacara ini adalah mencari galih atau tulang yang akan diaben. Setelah pelaksanaan ini selesai maka terjadilah macam-macam versi, ada juga yang diajak pulang untuk sembahyang pada sanggah kemulan Ring Bhatara Yang Guru.

2. Ngulapin Orang baru Sembuh dari Penyakit

Adapun maksudnya disini adalah supaya orang yang diupacarai ini bisa makan segala macam makanan, maksudnya tidak terpengaruh oleh makanan yang menyebabkan sakitnya kumat/kambuh, dalam bahasa Bali disebut dengan betus. Kendatipun ia sudah sehat tapi kalau belum diadakan upacara pengulapan ia tidak boleh makan sewenang-wenang seperti makan jotan, daging guling dan lain sebagainya, dan juga tidak diperkenankan keluar rumah.

3. Ngulapin Pretima

Yang dimaksud dengan upacara ngulapin ini ialah apabila pretima itu pernah jatuh, disebabkan karena disenggol oleh binatang, seperti kucing tat kala ada upacara di sekitar pratima itu, jatuh karena tempatnya tidak baik, dibawa oleh manusia, selain dari itu mungkin pratima itu pernah dicuri atau dimasuki oleh pencuri.

Sarana atau Tetanding Banten Pengulapan

Untuk Tentanding Banten pengulapan yaitu sebagai berikut:


  • Medasar antuk tetempeh masusun antuk taledan gede
  • dagingin raka who-wohan jangkep,
  • tumpeng alit 11 bungkul dados a ceper,
  • untek 22 bungkul dados aceper,
  • kojong rangkadan,
  • Daksina 1,
  • ketipat kelanan,
  • ajuman/sodaan alit,
  • tulung sesayut,
  • peras alit,
  • penyeneng alit,
  • wewakulan masampyan nagasari,
  • sasedep tepung tawar,
  • lis peselan,
  • padma 1,
  • sangga urip,
  • tegteg,
  • canang pahyasan,
  • coblong 1,
  • payuk pere 1.


Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton, jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Sukma…

Ini 46 Daftar Orang Kaya di Bali Terbaru


Ini 46 Daftar Orang Kaya di Bali Terbaru

Ini dia daftar orang kaya di Bali dengan jumlah kekayaan mulai di bawah Rp.100 milyar hingga di atas Rp 1 trilyun. Sebagian besar bergerak di bidang usaha pariwisata. Mungkin ini karena Bali identik dengan pariwisata, sehingga industri yang paling menonjol dan bisa menghasilkan orang-orang kaya adalah dari bisnis pariwisata.

1. I Gede Wiratha dan Kadek Wiranatha

I Gde Wiratha dan Kadek Wiranatha Basis operasional di Bali. Mendirikan PT Gde & Kadek Brothers. Bidang usaha pariwisata (penginapan, biro perjalanan, restoran kafe, kapal pesiar, dan penerbangan). Group Bounty (Bounty Hotel, Hotel Barong, Dewi Sri Cottages, Vila Rumah Manis, Bounty Cruises, Paddy’s Cafe, Sari Club, Bounty Mall, Double Six, Gado Gado Restaurant, AJ Hackett Bungy, taksi Pan Witri dan Praja Taksi), biro perjalanan Calvin Tour & Travel, Bali Safari Rafting, Air Paradise International. Berencana membangun kembali Sari Club –yang dibom teroris pada 2002- dan sirkuit balap F1.

Kelompok Usaha Keluarga The Bounty : Biro Perjalanan Calvin Tour & Travel - Rumah Cuci Laundry - Hotel Food Suppliers - Indo Wine - Stussy Garment Industry - Engine Room Club – Embargo Club - Paparazzi Lounge - Double Six Club - Bounty Discotheque – Bacio Lounge – Paddy’s Club - Agro Bisnis Strawberry - Montessori International School – Taxi Praja - Panwirthi Taxi - Bounty Hotel - Barong Hotel - Dewi Sri Hotel - Ida Hotel - Gili Meno Bungalow - Bounty Cruises – Kudeta Restaurant - Gado-Gado Restaurant - Vanila Bean Exporter - Bali Advertiser Media - Sari Club - Rivoli Club - Jaan Club - Villa Rumah Manis - Aj Hackett Bungy Jumping - Gili Rengit Water Sport Recreation Island Resort - Lembongan Recreation Poonton - Air Paradise International - The Breeze Hotel (Contiki) - Syndicate Lounge - Tepi Pantai Restaurant – Unipara Cargo. (0361) 753030-756666

2. Putu Gde John Sastrawan - Made Setiawan - Nyoman santiawan

Kelompok Usaha Keluarag Ramayana : Ramayana Hotel - Rama Beach - Rama Garden – Pepito Mini Market - Mini Mart – Laundry. 0361) 751884

3. I Wayan Kari – Ir. Ketut Siandana

Keluarga I Wayan Kari Pemilik Grup Waka. Basis operasional di Bali. Bidang usaha pariwisata (Waka Land Cruise, Waka di Ume, Waka Nusa, Waka Maya, Waka Gangga, Waka Shorea, Waka di Abian, Waka Namya, Waka Barong, Hotel Oberoi Bali dan Lombok, Waka Dive), konsultan manajemen, arsitektur (Sain D Sain), transportasi (taksi, rental mobil, kapal penumpang sepat), periklanan (Matamera Advertising), dan perumahan (menggarap hotel satu grup dan knockdown house), tiga hotel di Manado, dan satu di Bintan.

Kelompok Usaha Wayan Kari (Waka) : Waka Land Cruise - Waka Ume - Waka Nusa - Waka Maya - Waka Gangga - Waka Shorea - Waka Abian - Waka Namya - Waka Barong - Hotel Oberoi Bali - Hotel Oberoi Lombok - Waka Dive - Konsultan Manajemen – Biro Arsitektur - Transportasi (Dian Taksi - Rental Mobil - Kapal Penumpang Wisata) - Periklanan (Matamera Advertising) - Hotel di Manado - Hotel di Bintan. (0361) 750361

4. Ida Bagus Tjentana Putra

Keluarga Ida Bagus Tjetana Putra Pemilik Grup Santrian. Basis operasional di Denpasar. Bidang usaha perhotelan (Griya Santrian, Puri Santrian, Santrian Club), resto (Arena Sport Cafe, Mezzanine, dan The Village), transportasi (Sekar Menuh), rafting dan seawalker.

Kelompok Usaha Keluarga Santrian : Perhotelan (Puri Santrian - Griya Santrian - Royal Santrian - South Lombok Resort) - Resto (Arena Sport Café – Mezzanine - The Village) - Transportasi (Sekar Menuh) - Rafting dan Seawalker . (0361) 288009

5. Cahaya Wirawan Hadi

Kelompok Usaha Wirawan Hadi : Cahaya Surya Bali Indah - Dealer Sepeda Motor Suzuki - Truk Hino - Mobil Suzuki – Dealer Suzuki Marine. (0361) 435010

6. Tjokorda Gde Agung Sukawati- Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati - Cokde Sukawati

Tjok Oka Artha Ardhana S Pemilik Grup Tjampuhan. Basis operasional di Ubud. Bidang usaha puri, hotel, spa, dan sekolah. Meneruskan usaha keluarga pada 1984. Puri Tjampuhan mengembangkan usaha jadi 60 unit bungalow, mendirikan Puri Pita Maha, Hotel Royal Pita Maha, Kirana Spa, Sekolah Tinggi, dan berbagainya.

Kelompok Usaha keluarga Puri Ubud : Pita Maha Hotel - Resort - Spa - The Royal Pita Maha - Campuhan Hotel - Museum Lukisan Puri Ubud - Royal Lombok South Investment. (0361) 974330

7. Tomy Raka (alm) dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Tomy Raka : Carefree Holiday – Kuta Beach Club – Sol Benoa Hotel – Dharma Wisata Hotel (0361) 751361

8. Anak Agung Made Putra dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Agung Putra : Laundry - Bali Niksoma Hotel Dan Power Station 0361-751946

9. ABG Satria Naradha

Anak Bagus Gede (ABG) Satria Naradha Pemilik Kelompok Media Bali Post. Basis operasional Bali dan Mataram. kini juga merambah Jakarta, Jogja, Bandung, Semarang, Palembang, dan Aceh-. Bidang usaha koran (Bali Post, Denpost, Bisnis Bali, Suara NTB, dan Prima), tabloid (Tokoh, Bali Travel News, Wiyata Mandala, dan Lintang), radio (Swara Widya Besakih, Global Kinijani, Genta Bali, Singaraja FM), TV (Bali TV, Jogja TV, Semarang TV, Bandung TV, Palembang TV, dan Aceh TV-). Pendapatan iklan diperkirakan Rp 198,3 milliar (Bali Post) dan Rp 33,3 milliar (Bali TV).

Kelompok Usaha Keluarga Bali Post : Koran (Bali Post – Denpost - Bisnis Bali - Suara NTB - Dan Prima) - Tabloid (Tokoh - Bali Travel News - Wiyata Mandala - Lintang) - Radio (Swara Widya Besakih - Global Kinijani - Genta Bali - Singaraja FM) - TV (Bali TV - Jogja TV - Semarang TV - Bandung TV - Palembang TV - Aceh TV) (0361) 225764

10. Ir. Anak Agung Sukadhana Wetan

AAM Sukadhana Pemilik Grup Kusemas yang berdiri pada 1990. Basis operasional di Denpasar. Bidang usaha di properti (spesialis pengembang rumah sederhana tipe 21 – 70 dan ruko), rumah mewah, migas, perbankan, travel, dan money changer. Sampai pertengahan 2006 telah membangun 8000 unit rumah sederhana di Bali (Permata Anyar, Griya Tantra Trisna, Bumi Dalung Permai, Permata Nambi, New Bumi Dalung Permai) dan 200 unit toko di Dalung. Ekspansi usaha di lima pompa bensin di Bali, kebun kelapa sawit 40 hektar di Kalimantan, rumah makan waralaba Ayam Bulungan, refleksi dan spa, gallery phone shop, bank perkreditan rakyat, minimarket, vila, resor, biro perjalanan, dan money changer.

Kelompok Usaha Keluarga Kusemas : Kusemas Bali Hotel - Vila - Resort – PT Kusemas Citramandiri (Pengembang Rumah Sederhana) - Ruko Permata Anyar - Griya Tantra Trisna - Bumi Dalung Permai - Permata Nambi - New Bumi Dalung Permai - Toko Di Dalung - Rumah Mewah – Perumahan Migas – Perumahan Perbankan - Travel - Money Changer - Kebun Kelapa Sawit Di Kalimantan - Rumah Makan Waralaba Ayam Bulungan - Refleksi Dan Spa - Gallery Phone Shop - Bank Perkreditan Rakyat – Minimarket. (0361) 224022

11. Gede Hardiawan

Gede Agus Hardiawan Pemilik PT Hardys Retailindo. Basis operasional di Bali dan Jawa Timur. Bidang usaha super market yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali dan beberapa kota lain seperti Banyuwangi, Jember, dan Mataram. Hardy’s kini bekerja sama dengan PT Ramayana Lestari Sentosa.

Kelompok Usaha Keluarga Bardy’s : PT.Hardys Retailindo Group - Hardy’s Gatot Subroto - Hardy’s Sesetan - Hardy’s Tukad Pakerisan - Hardy’s Tabanan - Hardy’s Sanur - Hardy’s Gianyar - Hardy’s Buleleng - Hardy’s Negara - Hardy’s Karangasem - Hardy’s Banyuwangi - Hardy’s Mataram - Hardy’s Jember. (0361) 256990

12. Putu Suryajaya

Putu Suryajaya Pemilik Grup Nikki yang berdiri pada 2000. Basis operasional di Denpasar dan Kuta. Bidang usaha hotel (Hotel Nikki), pusat kebugaran (Nikki Fitness Centre), rumah sakit (RS bersalin Puri Bunda), pusat pelatihan perhotelan berstandar internasional, dan waralaba sekolah Highscope. Saat ini juga mendirikan kondotel Nikki Denpasar dan kondotel lain di pinggiran Kuta.

Kelompok Usaha Keluarga Suryajaya Nikki : Nikki Hotel - Hotel Aston Denpasar - Pusat Kebugaran Nikki Fitness Centre - Rumah Sakit RS Bersalin Puri Bunda - Pusat Pelatihan Perhotelan Internasional - Kondotel Nikki Denpasar Dan Kuta - Nikki Medika – Catering. (0361) 813888

13. Peter Arya

Kelompok Usaha Keluarga Peter Arya : Legian Beach Hotel – Maya Ubud Resort & Spa - Trading Industri (0361) 755406 – 977888

14. Putu Robin

Kelompok Usaha Keluarga Putu Robin : Hero Group – Kontraktor - Dealer Sepeda Motor Honda – Puri Lukisan(0361) 222504

15. Tony dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Tony : Air Bali Helicopter Carter - Distributor Listrik – Hotel Aston Kuta. (0361) 767466

16. Gde Sumarjaya Linggih

Pemilik Grup Ganeca. Basis operasional di Bali dan Bandung. Bidang usaha hotel (Hotel Sol Lovina berkapastas 120 kamar, 8 villa, dan satu president suite, serta hotel di Nusa Dua), printing supplier, dan minuman anggur (Indico Wine). Kini Grup Ganeca Prima membawahkan 11 anak usaha dan membangun Bali Trade Centre.

Kelompok Usaha Keluarga: Hotel Sol Lovina (Hotel Sunari Lovina) – Kelompok Pendidikan Ganesha – Percetakan Ganesha - Trading Company Di Bandung Dan Jakarta – Perusahan Jasa Lainnya. 0362 - 41658

17. Putu Agus Suradnyana

Kelompok Usaha Keluarga Suradnyana : Green Kori Utama – Hotel & Villa 0361 - 221859

18. Pande Wisastra - Agus Pande dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Wisastra : Pengembang Perumahan – Hotel Camplung Mas – Ubud Village. 0361 - 763488

19. Kristianto Tjahjadi - Djuwito Tjahjadi

Kelompok Usaha Keluarga Tjahjadi : PT Putra Bhineka Perkasa - Produsen Kopi Merk Kupu-Kupu Bola Dunia - Pelatihan Tentang Kopi - Jazz Bar - Grill Cafe - Kopi Bali House. (0361) 222053

20. Ayu Made Zennyik Sukeni

Kelompok Usaha Keluarga Zennyik : Poppies Restaurant - Poppies Hotel - Poppies Cottage – The Kopi Pot Restaurant. (0361)751059

21. Ni Made Marsis / Pitter

Kelompok Usaha Keluarga Warung Made : Warung Made 1 Jl. Raya Seminyak Kuta & Warung Made 2 Jl. Pantai Kuta (0361) 751923

22. Made Suwita

Kelompok Usaha Keluarga Adhi Dharma : Adhi Dharma Beach Hotel - Adhi Darma Bungalow. (0361) 754280

23. Desak Putu Subakti Cadra

Kelompok Usaha Keluarga Dokter Candra : Fourteen Rose Legian Hotel - Fourteen Rose Beach Hotel (0361) 752078 - 759990

24. Hadi Tariyoto

Kelompok Usaha Keluarga Bali Rani : Bali Rani Hotel – Restaurant - Spa (361) 751369

25. Jero Gede Tangkit Suarsana

Kelompok Usaha Keluarga Jero Gede Suarsana : Nusa Jaya Bali Tour - Bali Tropik Resort & Spa Nusa Dua - Industri Pertanian. (0361)772130

26. Gusti Ngurah Mahendra

Kelompok Usaha Keluarga Khrisna: Khrisna Kreasi - Visi Media - Printing Company - Garment Industri – Cargo - Advertising - Travel Agent - Money Changer (0361) 75422

27. Putu Antara

Putu Agus Antara Pemilik PT Mama & Leon, hotel, dan properti. Bidang operasional di Denpasar. Bidang usaha garmen (PT Mama & Leon), hotel (hotel Keraton Jimbaran Resort), International Trade and Promotion Centre, Garuda Wisnu Kencana, dan The Renaissance. Ekspansi usaha merambah portofolio merk, pakaian kasual, kebaya, serta outlet.

Kelompok Usaha Keluarga Mama Leon : PT Mama Leon – Keraton Jimbaran Hotel & Resort - Garment Industri - Property - International Trade & Promotion Centre. (0361) 701961

28. Joseph Theodorus Wulianadi (alias) Mr Joger

Joseph Theodorus Wulianadi alias Joger Pemilik CV Wira’s Garment Melania Soraya, produsen kaos Joger. Basis operasional di Kuta. Bidang usaha kaos dan merchandise Joger dan Jok Mah Li (pojok mahal sekali, barang-barang dari luar negeri dengan harga miring). Menjual sekitar 10 ribu item barang dengan marjin yang diambil 5,8 persen.

Kelompok Usaha Keluarga Joger : Produsen Kaos Joger di Kuta dan Baturiti . (0361) 752523

29. Desak Nyoman Suarti

Kelompok Usaha Keluarga Suarti : Pemilik PT Suarti (Suarti Collection) – Gold and Silver Exporter (0361) 295870

30. Ida Bagus Kompyang – Ida Bagus Ngurah Wijaya

Kelompok Usaha Keluarga Segara village : Segara Village Hotel - Bar – Restaurant (361) 288407

31. Purnayasa

Kelompok Usaha Keluarga Purnayasa : Purnayasa Transportasi Wisata Bus - Bedugul Hotel & Restaurant - Bedugul Village - Bedugul Water Sports (0361) 7486060

32. Ida Ayu Kompyang Sutarti Oka dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Ida Ayu Sutarti : Puri Raja Hotel – Villa Dampati Sanur 0361 – 754828

33. Pande Suteja Neka dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Neka : Museum Neka – Gallery Neka – Hotel Kupu-Kupu Barong Ubud. 0361- 975666

34. Anak Agung Gede Rai dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Arma : Arma Museum – Arma Hotel – Arma Gallery. 0361-976659

35. Ida Bagus Rai Mantra (Walikota Denpasar) dan Keluarga

Kelopok Usaha Keluarga Rai Mantra : Bendega Restaurant – Hotel Villa Bintang Tanjung Benoa. 0361-249555

36. Nyoman Rudana dan Keluarga

Kelompok Usaha Keluarga Rudana : Rudana Art & Gallery – Rudana Museum – Rudana Villa. 0361-975779

37. Anak Agung Ngurah Mahendra

Basis operasional di Bali. Mendirikan PT Khrisna Kreasi pada 1985 di bidang usaha produksi dan eksportir garmen, forwarder dengan tiga cabang (Ubud, Jakarta, dan Surabaya), periklanan, perdagangan, jasa gudang, money changer, teknologi informasi, dan agen wisata. Perusahaannya kini berjumlah 12.

38. Putu Subada Kusuma

Basis operasional di Denpasar. Pemilik Hotel Sri Kusuma, workshop Melia Laundry, Toko Bunga Roses, dan biro hukum Putu Kusuma & Rekan. Pemilik master franchise 8 gerai waralaba Melia Laundry dan bermitra dengan petani mendirikan kebun bunga di Bedugul.

39. Nyoman Dana Asmara

Pemilik CV Dana’s Company. Basis operasional di Denpasar. Bidang usaha rencana desain, desain, konstruksi hingga pemeliharaan produk dan eksportir rumah knock down dengan tarif antara US $100 – 600 ribu per proyek (biaya desain hingga pembangunan di luar transportasi, akomodasi, ongkos tukang, dan pengiriman material rumah dari Bali ke negara tujuan). Salah satu arsitek kelas dunia, anggota Asosiasi Arsitek Internasional. Karya: renovasi Bandara Ngurah Rai, Banyan Tree & Spa di Maladewa, rumah keluarga Raja Fahd Arab Saudi, dll.

40. Djuwito Tjahjadi

PT Putra Bhineka Perkasa, produsen kopi merk Kupu-kupu Bola Dunia. Bidang operasional di Denpasar. Berdiri sejak 1935 dan usaha di bidang pengolahan dan perdagangan kopi, termasuk semua hal yang berhubungan dengan kopi seperti pelatihan tentang kopi. Mendirikan Jazz Bar & Grill Cafe dan Kopi Bali House.

41. Desak Nyoman Suarti

Pemilik PT Suarti (Suarti Collection). Basis operasional di Gianyar sejak 1990. Bidang usaha perhiasan dan home wear dari perak murni. Punya gerai di Sanur, Ubud, dan Kuta serta satu toko di New York. Lebih dari 90 persen produk diekspor ke Inggris, Italia, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.

42. Gde Ngurah Wididana alias Pak Oles

Pemilik PT Karya Pak Oles Tokcer. Bidang usaha produksi dan perdagangan obat alternatif, pupuk alternatif, resto, media (dua koran dan tiga radio), klinik pengobatan, dan lembaga penelitian dan pendidikan. Jumlah produk 32 buah mulai dari madu, jamu, gelang penyembuh, pupuk, hingga penghemat bahan bakar kendaraan. Punya 39 kantor cabang pemasaran.

43. Bagus Sudibya

Pemilik Bagus Discovery. Basis operasional di Bali. Bidang usaha pariwisata dan agrobisnis. Berdiri pada 1978 dengan Baruna Water Sport, perintis bisnis menyelam di Bali dan Pulau Komodo. Mendirikan Nusa Dua Tour & Travel, Puri Bagus Manggis, Puri Bagus Candidasa Villa Resort & Spa, Puri Bagus Lovina Villa Resort & Spa, Bagus Jati Health & Wellbeing Retreat, The Baliyem Valley Resort di Wamena Papua, Bagus Agro Pelaga (agrobisnis dan agrowisata), dan Bagus Agro Ponjok (pemasok bahan baku ke hotel satu grup dan supermarket di Bali).

44. Jaya Susila

Pemilik Grup Alpha. Basis operasional di Denpasar di bidang kargo sejak 1978. Bidang usaha eksportir garmen dan kerajinan tangan (PT Alpha Sigma Bali), kargo (PT Alpha Sigma Cargo), konsultan bisnis dan pengadaan software (PT Sari Alpha Dwi Karya). Aset sekitar Rp 10 milyar.

45. Panudiana Kuhn

Pemilik PT Dianatina Ayu dan PT Dianasurya Ratna Cargo. Basis operasional di Kuta. Bidang usaha garmen, kargo, dan penginapan. Berdiri pada 1985 (CV Diana dan pada 1993 menjadi PT Dianatina Ayu). Memproduksi garmen pesanan dari merk internasional seperti Bebob, Transparant, dan Tbob dengan pasar Eropa, Kanada, AS, dan Australia. Pemilik Vila Diana Bali, Hotel Ratna Bali, dan Istana Ratna Hotel Yogyakarta.

46. M Sunhaji Pemilk Grup Risun.

Basis operasional di Bali. Bidang usaha budi daya dan perdagangan mutiara lepas dan perhiasan mutiara (Risun Pearl) dan jasa pemasaran serta penyewaan properti (tanah, vila, dan rumah). Pemilik tiga gerai di Sogo, Discovery Shopping Mall, dan Risun Pearl di Kuta.(litbang bb.com/berbagai sumber)