Mengenal Banten Santun Dalam Agama Hindu

Mengenal Banten Santun Dalam Agama Hindu

Tak bisa dipungkiri agama Hindu memiliki berbagai tradisi yang unik dan bermakna. Selain itu, agama Hindu juga mempunyai beragam simbol yang begitu indah serta menarik bagi siapa saja yang melihatnya. Tentunya bagi umat Hindu, simbol-simbol tersebut begitu menggetarkan hati dan memiliki makna yang begitu mendalam. Ternyata simbol-simbol tersebut adalah media bagi umat Hindu sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Selain itu simbol tersebut adalah dialog manusia dengan Yang Maha Kuasa sekaligus memohon perlindungan dan maupun wara nugraha-Nya. 
Salah satu simbol yang ada di dalam agama Hindu yaitu memakai banten untuk berbagai ritual upacara. Di dalam agama Hindu, Banten merupakan bahasa agama. Sedangkan banten di dalam lontar Yajna Praktrti mempunyai tiga arti yaitu sebagai simbol ritual yang sakral. Banten juga mempunyai banyak jenis yang masing-masing memiliki konsep hidup yang sifatnya universal. Secara lebih jelasnya, banten adalah sesajen yang rumit dan kompleks namun juga sangatlah indah. Dibalik keindahan banten tersebut tersimpan makna filsafat atau tattwa yang menyertainya. 
Dalam kitab suci Weda, Banten juga disebut Wedya yaitu sebuah istilah yang juga ditemui di Bali. Dalam sebuah tulisan karya Ida Perdana Made Sidemen disebutkan bahwa hilanglah puja tanpa menengakkan wedya seperti manusia yang akan hilang jika tanpa makanan. Hal inilah yang membuat antara Weda Puja dan Banten tak bisa terpisahkan. Di dalam ajaran Tantra disebutkan sebagai mantra serta yantra. Dimana dalam hal ini yantra menjadikan mantra sebagai jiwanya. Sehingga yantra tidak bisa terpisahkan dengan mantra. 
Di dalam kakawin Ramayana telah disebutkan bahwa sesajen untuk yadnya sudah disiapkan seperti kayu cendana, bunga, kayu bakar dan harum-haruman. Selain itu sesajen tersebut juga disertai buah, santan dan susu, madu dan biji hitam. Tak lupa juga priuk dan ujung alang-alang yang disertai bertih dan tepung. Berbagai benda yang dibutuhkan dalam upacara tersebut sampai saat ini masih terus dipergunakan. Maka jelas bahwa upakara banten memang dibutuhkan dalam upacara yadnya sehingga weda, puja dan mantra memperoleh tempat yang sebagaimana mestinya. 
Selama ini Bali disebut juga sebagai Pulau Banten karena pulau di Bali Banten mempunyai tempat yang baik serta bersatu bersama Weda, Puja, Sruti, Mantra dan Sthawa. Banten lahir dengan melewati jari jemari lalu memusatkan pikiran dalam proses yiga pada Hyang Maha Suci mengolah isi laut, isi bumi dan lain sebagainya. 
Di dalam setiap upacara yadnya di bagian tengah banten dihadirkan santun. Dimana santun ini merupakan bentuk upakara yang hadir dalam bentuk bulat. Selain itu isinya juga serba bulat seperti telur, kelapa dan lain sebagainya. Bila dilihat secara fisik, Banten santun memang terlihat seperti miniatur alam semester yang dibangun oleh planet-planet berbentuk bulat. Untuk itulah santun dijadikan untuk Sthana Hyang Maha Suci namun juga dijadikan punyai pada para pendeta ataupun orang-orang suci. 
Untuk itulah Bali membangun simbol dengan penuh makna kesucian maupun kesemestaan. Hal ini membuktikan bahwa Bali sudah melestarikan pemikiran Hindu serta dituangkan di dalam kitab-kitab sucinya. Kecuain Bali memang harus selalu dijaga karena Bali dibangun atas dasar konsep kesucian padma bhuana yaitu bunga suci yang dijadikan Sthana Hyang Maha Suci. 
Demikianlah penjelasan mengenai Banten Santun yang bisa menambah wawasan anda. Melalui informasi di atas kini anda bisa memahami bahwa dalam agama Hindu Bali terdapat berbagai jenis Banten yang masing-masing memiliki makna dan komponen yang penting dalam upacara. 

Cara Membuat Banten Pekideh



Pada zaman dahulu belum dikenal adanya sebutan banten melainkan masih dalam bentuk upakara yang dipakai sebagai saranan upacara yang awalnya hanya terbatas bagi para pengikut saja namun lama kelamaan semakin berkembang hingga ke penduduk wilayah lainnya. Jenis upakara yang dipakai tersebut memakai bahan baku berupa bunga, daun, air, buah serta api yang kemudian disebut Bali. Hal inilah yang membuat para pendudukan yang melakukan pemujaan memakai sarana upakara disebut dengan orang-orang Bali. Sehingga bisa dikatakan bahwa orang-orang Bali asal mulanya merupakan penduduk Taro. 
Lama kelamaan ajaran tersebut berkembang hingga ke seluruh pulau hingga pulau tersebut dinamakan Pulau Bali yang kala itu artinya pulau yang dihuni oleh orang-orang Bali. Namun secara lebih jelasnya, penduduk di pulau tersebut melaksanakan pemujaan memakai sarana upakara Bali. Kemudian sarana upakara tersebut berubah nama menjadi Banten yang berasal dari kata wanten yang berarti wantu atau bantu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa banten merupakan alat bantu di dalam pemujaan atau simbol keagamaan. 
Dalam melaksanakan ajaran agamanya, agama Hindu menggunakan empat jalan antara lain Bhakti Marga, Jnana Marga, Karma Marga dan Raja Marga. Untuk tahap apara bhakti pemujaan memang menggunakan berbagai alat bantu seperti banten dan jenis upakara lainnya. Biasanya di Bali keempat marga tersebut dilaksanakan sekaligus ke dalam bentuk upacara agama memakai sarana banten yang memakai bahan pokok seperti bunga, daun, air dan api. Dimana masing-masing sarana tersebut mempunyai makna yang begitu penting bagi upacara agama Hindu di Bali. 
Karena begitu sakralnya makna banten sehingga Yadnya Prakerti menyebutkan bahwa mereka yang membuat banten harus bisa berkonsentrasi untuk siapa banten tersebut akan dipersembahkan. Selain itu pembuat banten harus sudah mensucikan diri melalui upacara pawitenan. Tujuannya supaya pembuat banten tahu tata cara serta aturan dalam pembuatan banten tersebut. 
Saat membuat banten dengan kesucian maupun kedamaian hati yang selalu terjaga. Misalnya dengan memakai pakaian yang sopan, tidak mengeluarkan kata yang kasar, tidak sedang cuntaka, tidak sedih, tidak menggaruk-garuk badan dan lain sebagainya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa saat membuat banten maka kondisikan dalam situasi yang sakral, suci, penuh konsentrasi, kasih sayang dan rasa bhakti pada Hyang Widhi. 
Berkaitan dengan pembuatan banten yang harus benar-benar diperhatikan situasinya maka hal tersebut berlaku untuk pembuatan berbagai jenis banten termasuk salah satunya adalah banten pekideh. Dimana jenis banten ini ternyata setiap daerah menyebutnya dengan istilah yang berbeda yaitu banten danan atau banten nasi. Meskipun berbeda tetapi cara pembuatan dan bahan banten ini tetaplah sama. Pembuatan banten ini dimulai dengan mempersiapkan ceper yang terbuat dari janur muda ataupun janur tua tetapi biasanya masyarakat sering menggunakan janur tua. 
Selanjutnya persiapkan isi banten yang terdiri dari uyang. Adapun bahan uyang tersebut adalah tape, jaja uli, bantal, pisang disisir, jaja gina, tebu dipotong kecil, kacang yang diwadahi celemik, dua tumpeng kecil dan saur. Kemudian letakkan semua bahan di dalam ceper dan siapkan plaus yang dipakai adalah jenis plaus sederhana. Letakkanlah plaus tersebut di atas banten maka banten kini sudah siap dihaturkan untuk persembahyangan. 
Itulah tadi penjelasan mengenai cara membuat banten pekideh yang bisa menambah wawasan anda. Melalui informasi di atas tentu kini anda bisa tahu pembuatan pekideh dan bahan-bahan yang dipergunakan. Jangan sampai ada bahan yang ketinggalan sebab masing-masing bahan mempunyai makna dan fungsi tersendiri. 

Belajar Makna Banten Saiban dalam Hindu Bali


Bali merupakan sebuah pulau yang memiliki berbagai tradisi yang hingga saat ini masih begitu kental dan terus dilaksanakan oleh hampir seluruh masyarakat Bali terutama yang menganut agama Hindu. Salah satu tradisi di Bali yang cukup populer adalah Banten Saiban. Dimana banten ini juga sering disebut dengan ngejot yang merupakan sebuah tradisi Hindu di Bali yang dilakukan sesudah selesai memasak di pagi hari setiap harinya. Mesaiban atau Mejotan disebut juga dengan Yadnya Sesa yang tak lain adalah yadnya yang paling sederhana serta realitas Panca Yadnya yang dilakukan umat Hindu di kehidupan sehari-hari. 

Pelaksanaan saiban ini memang seharusnya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati hidangan makanan. Dalam tradisi ini tersimpan makna banten saiban yang begitu mendalam bagi kehidupan umat Hindu di Bali. Dimana banten saiban ini adalah penerapan dari ajaran kesusialaan Hindu yang mengharuskan umat agar senantiasa bersikap anersangsa dengan tidak mementingkan diri sendiri serta ambeg para mertha yang berarti mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan banten saiban ini bermakna bahwa manusia sesuai selesai memasak memang harus memberikan persembahan berupa makanan sebab makanan tersebut adalah sumber kehidupan di dunia. 

Tujuan dilakukannya banten saiban ini adalah sebagai wujud syukur dari yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi pada manusia. Seperti yang telah diketahui bahwa yadnya merupakan sarana dalam menghubungkan manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa agar memperoleh kesucian jiwa. Selain itu saiban juga merupakan manifestasi-Nya serta makhluk ciptaan-nya termasuk juga alam serta isinya. 

Dalam melaksanakan banten saiban juga terdapat sarana yang sederhan karena banten ini merupakan yang paling sederhana. Biasanya banten saiban ini dihaturkan memakai daun pisang yang diisi nasi, lauk pauk dan garam lalu disajikan sesuai yang sedang di masak hari ini. Tetapi tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk pauk tersebut. Saiban yang sempurna merupakan yang dihaturkan lalu dipercikkan air bersih serta dupa menyala sebagai saksi persembahan tersebut. Tetapi yang sederhana dapat dilakukan tanpa memercikkan air maupun menyalakan dupa. Sebab wujud saiban itu sendiri memang begitu sederhana. 

Setelah mengetahui sarana dan makna banten saiban, hal penting yang perlu anda pahami juga adalah tempat untuk menghaturkan saiban. Ternyata terdapat 5 tempat yang dihaturkan dalam saiban sebagai simbol Panca Maha Bhuta. Lima tempat tersebut antara lain sebagai berikut : 

  1. Pertiwi atau tanah yang biasanya ditempatkan di bagian pintu keluar rumah maupun pintu halaman. 
  2. Air atau Apah yang ditempatkan di sumur ataupun tempat air. 
  3. Api atau Teja yang ditempatkan di dapur pada tempat memasak atau tungku maupun kompor. 
  4. Bayu ditempatkan di berasa maupun nasi. 
  5. Akasa ditempatkan di tempat sembahyang baik itu pelinggih, pelangkiran dan lain sebagainya. 


Tempat untuk meletakkan saiban bila menurut Manawa Dharmasastra yaitu Sanggah Pamerajan, tempat air minum di dapur, dapur, lesung, batu asahan dan sapu. Kelima tempat terakhir yang sudah disebutkan di atas merupakan tempat dimana keluarga dapat melakukan Himsa Karma setiap hari. Sebab secara tidak sengaja sudah melakukan pembunuhan binatang maupun tumbuhan di tempat tersebut. 

Melalui penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa banten saiban merupakan sebuah tradisi Hindu Bali yang mempersembahkan apa yang dimasak di pagi hari kepada Tuhan sekaligus manifestai-nya terlebih dahulu lalu barulah sisanya dimakan. Semua itu dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan serta menebus dosa atas pembunuhan pada binatang dan tumbuhan yang diolah menjadi hidangan makanan pada hari itu.

Upacara Meseh Lawang Dalam Upacara Ngaben

Upacara Meseh Lawang Dalam Upacara Ngaben

Pulau Bali merupakan sebuah pulau yang memiliki banyak kekayaan tradisi maupun adat istiadat, keunikan budaya, kerajinan maupun keindahan alam. Masyarakat Bali juga begitu menjaga keramahan sehingga bisa membuat wisatawan yang berkunjung ke Bali merasa nyaman. Tetapi di balik kekayaan yang dimiliki oleh Bali terdapat sebuah tradisi upacara yang menarik yaitu upacara meseh lawang. Dimana meseh lawang merupakan kelengkapan dari upacara pitra yadnya yang dilakukan jika orang yang meninggal dunia sejak kelahirannya cacat tubuh atau mental ataupun mati salah pati maupun mati ngulah pati, dilakukan di catus pata ataupun perempatan jalan yang bertujuan secara simbolis agar memulihkan cacat maupun kerusakan jasad. 

Dalam pelaksanannnya, Meseh Lawang mempunyai urutan yang harus dilakukan mulai dari awal hingga akhir. Adapun urutan meseh lawang tersebut antara lain sebagai berikut. 

  1. Mereresik 
  2. Mapiuning ring Sang Hyang Catur Loka Pala 
  3. Mecaru 
  4. Mabeyaka dan Maprayascita
  5.  Malukat 
  6. Natab Banten Mesel Lawang
  7.  Sembahyangkan Sang Atma keempat penjuru angin dengan iringan preti sentana, mebija, methirta. Kemudian meprasawija mengelilingi area upacara tiga putaran, kemudian menginjak bantan meseh lawang lalu terus mungkah lawang. Dimana mungkah lawang ini terbuat dari 2 buah kelabang pintu masuk yang diapit sanggah cucuk sekaligus mapepegat dengan benang tridatu kemudian diikat di carang dapdap, lalu keluar melalui sela-sela sanggah cucuk sehingga akan ada tiga sanggah cucuk. 
  8. Lalu mapegat dan benang tridatu yang diikat di carang dapdap
  9. Kembali ke rumah kemudiah sekah jernek dilinggihkan di Bale Sawa. Kemudian diberi panyembrama atau pisuguh jika perlu ada banten pengulapan. 

Perlu anda ketahui bahwa meseh lawang ini merupakan bagian dari upacara ngaben. Dimana upacara ngaben sendiri merupakan upacara pembakaran mayat meskipun secara dari asal usul etimologi hal tersebut memang kurang tepat. Sebab terdapat tradisi ngaben yang tidak melalui proses pembakaran mayat. Ngaben adalah upacara yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bali terkecuali bagi masyarakat Desa Tenganan yang hanya meletakkan mayat di atas tanah. 

Tidak semua masyarakat Hindu di Bali bisa melaksanakan upacara Ngaben karena memang upacara ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk masyarakat Bali yang tidak bisa melaksanakan ngaben maka bisa tidak langsung membakar jasad anggota keluarga yang sudah meninggal tersebut. Adapula yang dikubur selama 5-10 tahun dan akan diikutkan upacara ngaben secara bersama-sama atau ngaben masal. Biasanya ngaben masal tersebut dilakukan setidaknya 1-2 tahun sekali. 

Upacara ngaben di Bali memang memiliki beberapa tahapan termasuk salah satu tahapannya adalah upacara meseh lawang. Berikut akan dijelaskan tahapan upacara ngaben yang perlu anda ketahui. 

  1. Ngulapin adalah pihak keluarga melakukan ritual mohon ijin dan restu pada Dewi Durga sebagai sakti dari Dewa Siwa dan upacara ini dilakukan di Pura Dalem.
  2.  Kemudian dilakukan upacara memungkah dimana pihak keluarga mempersiapkan simbolis raga dari kayu namun upacara ini tidak dilakukan untuk jasad yang masih baru. 
  3. Lalu dilanjutkan upacara meseh lawang yang bertujuan untuk memulihkan kerusakan atau cacat pada jasad secara simbolis.
  4.  Upacara Mabersih bertujuan untuk memandikan jasad yang terkadang sudah berupa tulang belulang. 
  5. Dilanjutkan dengan Ngaskara merupakan upacara penyucian jiwa di tahap awal. 
  6. Kemudian Narpana merupakan upacara persembahan sesajen atau bebanten pada jiwa yang sudah meninggal. 
  7. Ngeseng sawa merupakan upacara unti pembakaran jasad dimana jasad tersebut diletakkan didalam replika lembu. 
  8. Ngayut merupakan upacara terakhir yaitu menghanyutkan abu jasad ke laut sebagai simbolis mengembalikan ke unsur air dan bersatunya jiwa dengan alam. 


Itulah tadi penjelasan mengenai meseh lawang yang juga merupakan bagian dari ngaben. Melalui penjelasan di atas kini anda semakin paham mengenai meseh lawang dan upacara ngaben yang menjadi bagian dari tradisi rutin umat Hindu di Bali.

Upacara 3 Bulanan (Mecolongan)





Lontar Tutur Panus Karma menjelaskan bahwa Nyama Bajang merupakan sebuah kelompok dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menjalankan tugas untuk membantu Kanda Pat dalam menjaga bayi yang masih ada didalam kandungan ibu. Nama Bajang sendiri merupakan kelompok yang terdiri dari berbagai mahluk halus mulai ada yang namananya Bajang Dedari, Bajang colong, Bajang dodot, Bajang yeh, Bajang lengis, Bajang simbuh, Bajang sapi, Bajang lelawah, Bajang kebo dan masih banyak lainnya.

Upacara Mecolongan (3 bulanan) ini akan dilaksanakan ketika sang bayi sudah menginjak usia 105 atau pas 3 bulan. Ini semua bersumber dari Kalender Bali 3 x 35 = 105 hari. Mengadakan upacara 3 bulanan ini bertujuan untuk : 

  1. Ucapan terima kasih kepada Nyama Bajang berkat bantuannya dalam menjaga jabang bayi ketika masih ada didalam kandungan ibunya. Mengingat tugasnya sudah selesai maka diharapkan Nyama Bajang ini bisa kembali ke asalnya masing-masing. 
  2. Upacara ini juga bertujuan untuk menyucikan si jabang bayi 
  3. Memberi nama yang diberikan oleh orang tuanya untuk bayinya 
  4. Menguatkan kedudukan Atman yang ada di tubuh bayi 


Pada saat akan melaksanakan upacara Mecolongan ini akan dilaksanakannya acara Mebajang Colong atau yang dikenla dengan sebutan Mecolongan. Hal ini dilakikan sebagai ucapan terima kasih dan ucapan selamat jalan. Upacara yang akan disiapkan adalah banten Bajang Colong. Kalau Nyama Bajang ini akan disimbulkan sebagai raregek. 

Selain itu ada Kanda Pat yang juga akan diupacarai dengan simbul : papah Kelapa, mentimun untuk simbol lamas, simbul ari-ari, batu bulitan sebagai simbol yeh nyom, pusuh atau jantung pisang sebagai simbol getih. 

Peralatan yang digunakan untuk upakara lainnya seperti ayam pesolsoan sebagai simbol atma, air di dalam pane ini sebagai akasa, pane sebagai simbol bumi, tangga tebu sebagai simbol Sanghyang Semara Ratih, lesung batu sebagai simbol kekuatan, gelang kaki sebagai simbol Brahma, pupuk sebagai simbol Siwa dan gelang tangan sebagai simbol Wisnu. 

Sebelum digunakan semua simbol-simbol tersebut harus diupacarai dengan rangkaian mareresik, mapasupati, matepung tawar, malis-lis dan ngayab banten. Setelah semua simbol itu selesai diupacarai maka segera di praline. Papah dan raregek kemudian dibawa ke tepi sungai dengan diiringi lagu Babi anung. Mentimun, pusuh, dan batu bulitan akan ditanam disebelah tanaman ari-ari. Setelah semua selesai maka bayi akan menaiki tangga dan tidak harus menginjak tanah. Kemudian bayi akan dimandikan di pane dan diteruskan dengan megogo-gogoan. 

Setelah selesai megogo-gogoan maka bayi kemudian mapasolsolan ayam ti digunakan sebagai penguat kedudukan atma pada tubuh bayi. Dilakukan upacara mapetik atau acara memotong rambut bayi. Pemtongan rambut ini ada di lima tempat yaitu mulai dari samping kanan, samping kiri, ubun-ubun, dan belakang. Kemudian diusehan hal ini sebagai simbol membuang kotoran. Hal ini dikarenakan rambut terdapat kotoran yang dibawa sejak bayi di dalam rahim dan dilanjutkan bayi natab banten sambutan. 

Dengan berbagai serangkaian upacara ini maka akan hilanglah cuntaka atau sebel pada bayi. Ketika seseorang belum pernah diupacarai Mecolongan, jadi orang tersebut sampai tua akan dianggap tetap cuntaka atau sebel. Setelah selesai acara maka bayi akan dihadapkan pada Palinggih Kemulan. Kaki bayi kemudian dicuci dengan air dan diinjakkan ke tanah tiga kali. Hal ini sambil meminta kepada Ida Bethara Kemula untuk memberi nama bayi. Nama ini mengandun arti yang skral dan tidak boleh diganti kecuali diganti oleh ayah atau ibunya. Demikianlah segi sacral yang ada pada pemahaman agama Hindu.

Beli Motor Baru Jangan Lupa Lakukan Upakara Banten Ini

Ilustrasi photo via https://youtu.be/ujtNsqHoebY

Berbagai tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Bali terutama umat Hindu di Bali memang masing-masing memiliki makna tersendiri yang begitu mendalam. Termasuk salah satu tradisi tersebut yaitu upakara banten untuk motor baru

Biasanya menjelang rahina Tumpek Landep akan ada banyak orang yang membeli kendaraan mobil ataupun motor. Banten Pasupati adalah sarana upacara yang harus dilakukan untuk kendaraan yang baru anda beli. 

Bagi anda yang membeli motor baru maka wajib melakukan upacara banten pasupati. Bahkan upacara ini juga perlu dilakukan untuk motor yang baru saja dibeli meskipun kondisinya sudah bekas. 

Sebelum memahami banten pasupati maka anda perlu mengetahui bahwa banten merupakan rangkaian beberapa saranan upakara yang telah diatur sedemikian rupa sehingga sesuai bentuk serta ketentuan yang sudah ditetapkan. 

Dengan begitu bisa diyakini bahwa banten tersebut mempunyai nilai religius sehingga bisa mewakili maksud serta tujuan yang mempersembahkannya. Dalam agama Hindu terdapat berbagai jenis banten yang masing-masing memiliki makna dan tujuan tersendiri. 

Tentunya dalam melaksanakan banten tersebut harus tersedia sarana yang diperlukan serta prosesi upacara yang sebaiknya mengikuti ketentuan yang berlaku. 

Upacara pasupati adalah bagian dari Panca Yadnya dimana masuk ke dalam jenis upacara Dewa Yadnya. Umat Hindu melakukan pemujaan pada Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Pasupati atau Siwa supaya kendaraan tersebut mempunyai ikatan dengan pemiliknya. 

Hal tersebut tentu bertujuan untuk menghidupkan jiwa dari kendaraan tersebut agar nantinya senatiasa dapat bersinergi dengan manusia saat dikendarai. Upacara ini prosesinya diawali Ngastawa Tirtha lalu dilanjutkan dengan ngaturang banten pareresik, mapiuning serta natab banten Pasupati. 

Mungkin selama ini banyak yang berpikir bahwa umat Hindu melakukan persembahan atau menyembah motor. Padahal anggapan tersebut sangatlah keliru karena yang sebetulnya dilakukan adalah pemujaan kepada Sang Hyang Widhi sebagai Dewa Siwa atau Sanghyang Pasupati dengan memohon supaya diberi keselamatan untuk pengendaranya. Selain bagi kendaraan, banten tersebut juga wajib dilakukan pada mesin-mesin, perkakas dari besi, dan alat pertanian. Kemudian upacara pasupati tersebut dilakukan setiap 6 bulan sekali atau ketika tumpek landep. 

Tidak berbeda dari banten lainnya, dalam upakara banten untuk motor baru tersebut juga menggunakan berbagai sarana. Dimana sarana banten upakara yang diperlukan dalam pasupati kendaraan ini antara lain sebagai berikut. 
  1. Paling sederhana atau Kanistama yaitu canang sari, tirtha pasupati dan duap pasupati. 
  2. Lebih besar atau Madya bisa menggunakan upakara banten peras, pejati atau daksina.
  3. Paling besar atau utama biasanya bisa dilengkapi dengan jenis upakara yang termasuk sesayut yakni sesayut pasupati dengan kelengkapan sorohan alit, banten prayascita, pejati dan banten durmanggala. 
Dalam upacara pasupati juga menggunakan mantra tertentu yang didalamnya juga akan disampaikan permohonan yang hendak dipasupati. Melalui penjelasan di atas bisa pahami bahwa upacara pasupati merupakan bentuk rasa syukur manusia atas peralatan atau kendaraan yang baru saja dibeli serta permohonan pada Sang Hyang Widhi supaya senantiasa diberikan keselamatan ketika menggunakan kendaraan tersebut. 

Demikianlah penjelasan mengenai upacara pasupati untuk motor baru yang bisa menambah wawasan anda. Melalui penjelasan di atas kini bagi umat Hindu di Bali yang baru saja membeli motor baru sebaiknya segera dilakukan upakara banten untuk motor baru. Sebab di dalam banten tersebut terdapat makna yang begitu mendalam sebagai rasa syukur sekaligus melindungi pemilik motor baru dari malatapetaka ataupun bahaya selama diperjalanan.

Banten Ayaban Tumpeng (Tulung Pengambean)

Banten Ayaban Tumpeng (Tulung Pengambean)
Hallo sobat, setelah kita lama tidak membahas tentang tentang upakara maka pada kesempatan kali ini akan dijelaskan tentang Tulung pengambean. Upakara ini merupakan informasi tentang bebantenan. Sebelumnya sudah membahas tentang banten penyeneng, banten santun dan masih ada beberapa lainnya. Maka dari itu langsung saja, simak penjelasannya berikut ini.
 
Banten Ayaban ini terdiri dari 25 komponen, namun pada kesempatan kali ini akan dijelaskan beberapa saja, diantaranya adalah : 
1. Banten Peras 
Banten Peras merupakan sebuah pengesahan dan peresmian pada sebuah acara yang akan diselenggarakan lahir batin. Kalau secara lahiriah, banten peras ini sebuah perwujudtan sebagai sarana. Kalau secara batin ini sebuah permohonan untuk sebuah persembahan. Dalam sebuah pelaksanaan upacara agama, kalau tidak ada banten peras maka upacara tersebut dapat dikatakan tidak sah atau tidak resmi. Banten peras ini memiliki makna kesuksesan. Jadi didalamnya ada nilai tentang konsep kehidupan yang sukses. 

2. Banten pengambean
Tulung pengambean merupakan simbol dari permohonan dan menanggil. Banten pengambean ini memiliki arti sebagai simbul permohonan karunia kepada Sang Hyang Widhi. Selain itu juga pada leluhur untuk dapat menikmati kehidupan. Sehingga kehidupan ini sebuah karunia berdasarkan Dharma dan lindung Syang Hyang Widhi. Akhirnya munculah sebuah makna permohonan dan bimbingan agar umat manusia dapat diarahkan pada kehidupan yang lebih berkualitas. 

3. Banten Dapetan

Banten dapetan ini merupakan simbul permohonan kepada Syang Hyang Widhi. Hal ini bertujuan agar dikaruniani kekuatan Tri Pramana dan kekuatan Tri Bhuwananya. Selain itu banten dapetan ini mengandung arti yaitu apabila seseorang akan menghadapi sebuah kenyataan didalam kehidupan  baik suka ataupun duka. 

Tentunya setiap orang menginginkan kelimpahan kesejahteraan dan penuh kebahagiaan. Memiliki umur yang panjang dan sehat sentosa. Selain itu banten dapetan ini juga sebagai ungkapan syukur dan terima kasih terhadap karunia Tuhan karena sudah memberikan keselamatan. 

4. Banten Penyeneng
Penyeneng ini merupakan bahasa Bali yang memiliki arti hidup. Jadi banten penyeneng ini memiliki makna sebuah permohonan kepada Sang Hyang Widhi. Permohonan agar dikaruniai kehidupan yang baik dan seimbang atau selaras. Banten penyeneng ini memiliki fungsi sebagai menistanakan Ida Sang Hyang Widhi atau Ida Bhatara pada sebuah tempat yang sudah disediakan. Selain itu penyeneng ini merupakan sebuah simbol konsep kehidupan yang dinamis, produktif dan seimbang. 

5. Banten Gebogan

Banten gebogan ini merupakan lambang dari rasa syukur dan persembahan kepada Sang Hyang Widhi. Gebogan ini merupakan sebuah persembahan berupan rangkaian bunga dan buah-buahan. Pada umumnya gebogan ini akan dibawa ke pura untuk acara upacara panca yadnnya. Jadi gebogan ini merupakan sebuah rangkaian berbagai jenis buah yang menjadi hasil bumi sebagai rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi. 

6. Banten sesayut

Banten sesayut merupakan mempersilahkan kepada linggaDewata. Hal ini ditujukan untuk menahan dan mencegah seseorang dari mala gangguan sehingga dibuatkanlah sesaji yang sering disebut dengan sesayut. 

7. Banten rayunan

Banten rayunan ini digunakan untuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan untuk melengkapii daksina lainnya. Kalau dimaknai banten rayunan ini merupakan sebuah persembahan berupa makanan untuk Ida Sang Hyang Widhi atau Bhatara ataupun leluhur. Kalau ditunjukkan untuk para leluhur maka diisi kunir atau nasi kuning. 

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai beberapa  Banten Ayaban Tumpeng. Semoga anda bisa lebih memahami penjelasan ini dan mendapatkan informasi lebih dalam lagi. 

Wanita Dijajah Pria Sejak Dulu, dijadikan Perhiasan Sangkar Madu



Inilah penggalan lirik lagu Sabda Alam yang lekat benar dalam ingatanku. Sebuah lagu karya Ismail Marzuki yang usianya sudah sangat tua. Lagu yang mengisahkan tentang kelemahan dan ketidak-berdayaan wanita. Wanita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sejak dulu digambarkan sebagai makhluk yang lemah, penuh kelembutan, menarik dan juga penuh misteri.

Banyak hal yang tidak mungkin terjadi akan tetapi bisa dilakukan oleh seorang wanita yang lemah dan lembut itu. Wanita bisa menjadi sosok yang sangat kuat dan sangat tangguh, menjadi sekuat karang dan setangguh gunung es.
Di belahan dunia yang besar ini, segala sesuatu yang indah pun sering kali diidentikkan dengan wanita.

Wanita diibaratkan dengan bunga, sesuatu yang indah, cantik, berseri, harum dan menyegarkan. Dari keindahannya ini banyak pula para lelaki yang pada akhirnya bertekuk lutut di sudut kerling wanita. Sejak dulu, wanita selalu dikatakan penuh misteri, wanita selalu menarik untuk diperbincangkan, wanita selalu menjadi bagian sejarah dalam setiap perjalanan jaman.

Beberapa mitos dan cerita tentang wanita hampir selalu ada di setiap penjuru dunia. Dalam budaya Thailand misalnya, terdapat sebuah mitos tentang pohon ajaib yang buahnya menyerupai tubuh sorang gadis. Dari situlah mereka menyebut buah tersebut dengan nama “makalee pon”, yang artinya : Wanita yang terlahir dari sebuah pohon di hutan Himmapen.
Hutan Himmapen adalah hutan hunian atau hutan jin. Konon katanya ketika buah ini jatuh ke tanah, ia akan berubah menjadi seorang wanita. Dan dalam mitos agama Budha di Thailand, wanita-wanita inilah yang kelak akan menjadi istri-istri para pertapa.

Di dalam kehidupan, wanita memang selalu bisa menjadi peran utama yang baik. Seperti diceritakan pada jaman Nabi Sulaiman dimana ilmu sihir masih banyak dipergunakan, Nabi pernah digoda oleh bangsa jin untuk menanam sebuah pohon di istana-nya.

Dikatakan oleh jin bahwa pohon itu memiliki buah ajaib, yang apabila buahnya sudah masak dan sangat matang akan berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Tetapi Nabi menolak bujukan itu karena Nabi mengetahui bahwa pohon itu adalah hasil sihir jin yang bisa menimbulkan dosa besar.
Sudah terukir didalam sejarah bahwa beberapa wanita cantik dan tangguh pernah memperkokoh kejayaan Indonesia, seperti Gayatri Rajapatni.

Dia terkenal sebagai ibu suri Kerajaan Majapahit semasa putrinya Tribuwana Wijayatunggadewi naik tahta.
Beliau ternyata berperan sebagai penasihat spiritual untuk raja-raja Majapahit hingga akhir hayatnya. Begitu pula dengan Tribuwana Wijayatunggadewi. Dibalik kecantikan dan kelemah lembutannya, ia mampu membuktikan dan mempertahankan keutuhan Kerajaan Majapahit, dan berandil besar dalam membawa kerajaan Majapahit menguasai hampir seluruh Nusantara. Dalam etimologi Jawa, kata wanita berasal dari frasa “wani ditoto” atau berani diatur.

Nah, sebutan wanita disini dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu menurut bahasa Sansekerta kata perempuan muncul dari kata “ per-empu-an”.
“Per” memiliki makna makhluk dan “empu” artinya mulia, tuan atau mahir.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia atau makhluk yang memiliki kemampuan. Apapun mitos, cerita, peran dan bahasan tentang wanita, yang pasti wanita telah diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mulia.
Opini, wanita diciptakan untuk menjalani kodratnya sebagai ibu, yang ditakdirkan untuk mensyukuri rasa sakit saat melahirkan, mendidik dan menyayangi manusia hingga akhir jaman.

Kehangatan dan kenyamanan adalah sifat wanita secara umum. Seorang anak yang menangis akan merasa nyaman ketika sang ibu memeluknya, memberikan rasa hangat, nyaman dan menentramkan hati. Bahkan sampai setua apapun kita, kita masih ingin merasakan belaian kasih sayang ibu.

Dan inilah salah satu keajaiban dan kemuliaan wanita. Ibu, ibu, ibu. Ibu adalah wanita. Surga di bawah telapak kaki ibu. Wanita adalah tiang negara. Kata-kata itu hanya dipersembahkan untuk wanita.

Ternyata di balik kelemahan fisik wanita tersimpan kekuatan gaib yang maha dahsyat yang telah dirahmatkan Tuhan untuk wanita. Ibuku yang pintar dan penyabar pun pernah menasihati aku. “Menjadi wanita harus bisa seperti pohon,” kata beliau. Dan ketika aku menjalani kenyataan dalam kehidupan ini, peran untuk bisa menjadi seperti pohon ternyata benar-benar harus bisa aku jalani. 
Nasihat ini selalu memberiku kekuatan dan semangat untuk terus berjuang dengan keikhlasan. “Lihatlah pohon !” kata beliau saat itu. “Dia selalu meneduhkan. Dia selalu tumbuh dengan sabar, perlahan tanpa ada batas waktu. Dia selalu bisa menyesuaikan diri dimanapun dia tumbuh.

Apapun kondisinya, oksigen selalu disedekahkan untuk sekitarnya. Semua bagian dari pohon bisa bekerjasama dengan baik, penuh rahmat dan keikhlasan tanpa pernah ada yang mengeluh. Akarnya berfungsi menyokong berdirinya tumbuhan, dia harus kuat dan kokoh meski diterjang angin kencang. Batang pohon sebagai penghubung antara akar dengan tajuk pohon. Daun selalu berisi klorofil yang berfungsi menyerap sinar matahari untuk diolahnya menjadi energi dan gula. Ketika dia berbunga, bunganya tampak cantik dan indah. Ketika ada penyerbukan bisa menghasilkan buah. Buahnya akan dinikmati manusia.

Dia selalu ikhlas, penuh kesabaran, selalu berjuang dan bermanfaat sampai akhir hayatnya.” Mungkin seperti itulah cermin untuk menjadi seorang wanita. Makhluk Tuhan yang ditakdirkan penuh dengan kemuliaan. Makhluk Tuhan yang selalu diselimuti dengan keindahan rahasia-Nya. Di dalam kemuliaannya harus ada keihklasan dan kesabaran.

Di dalam kelembutan dan kelemahannya, wanita harus mampu melindungi, memberikan kasih sayang dan memberikan manfaat untuk keluarga dan sekitarnya. Wanita harus sehat dan kuat secara mental dan fisik, karena dia juga diibaratkan menjadi akar sebuah pohon, tidak goyah meski diterpa angin yang kencang.

Wanita harus cerdas, cerdik dan pandai karena dia harus mampu mengatur dan mengendalikan berbagai hal untuk putra-putrinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ibarat daun, wanita harus selalu tabah dan selalu bisa memberi semangat.

Semua wanita di dunia ini selalu dipuji dengan sebutan cantik, seperti cantiknya sekuntum bunga, karena memang benar wanita adalah makhluk yang cantik, makhluk yang dirahmati dengan kasih sayang, ditakdirkan untuk mengandung, melahirkan, mengayomi, serta mendidik untuk menjadi insan yang beriman, kokoh dan tangguh.

Jadi, wanita harus bisa menjadi perempuan, yaitu makhluk yang mulia, makhluk yang dianugerahi kemampuan luar biasa.

Buatan Rusia, Benarkah FaceApp Berbahaya?

Buatan Rusia, Benarkah FaceApp Berbahaya?


Banyak berseliweran foto-foto di Facebook yang menampilkan Wajah menyerupai Tua, perbandingan saat kita sekarang dan kelak di masa tua.

Dengan Hastag #AgeChallenge mereka meramaikan beranda media sosial. Sebagaimana biasa Aplikasi itu membuat banyak orang penasaran dan segera ingin mencobanya. Kita selalu senang mencoba segala sesuatu yang baru, mungkin karena rasa penasaran dan persaingan, tidak ingin ketinggalan oleh orang lain.

Hal ini boleh-boleh saja, tetapi sebaiknya dengan pertimbangan yang matang, apakah Aplikasi itu hanya diciptakan untuk kesenangan atau ada maksud lain. Baru-baru ini terungkap bahwa Aplikasi FaceApp yang tengah viral itu adalah buatan Rusia. Pertama kali saya membacanya melalui media online Daily Mail. Kemudian juga dibahas oleh media tanah air tempo.co dan kompas.com, serta media tanah air lainnya. Mereka memperingatkan bahwa Aplikasi itu bisa mengancam keamanan data privasi kita. FaceApp dibuat oleh negara pimpinan Vladimir Putin tersebut pada tahun 2017.

Berdasarkan penuturan media-media tersebut, apabila kita menggunakan Aplikasi ini, maka data dan foto kita akan masuk ke dalam data intelejen Rusia. Ini bisa digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk urusan Politik.

Aplikasi FaceApp memang amat sangat menarik, bisa membuat wajah kita menjadi lebih muda atau lebih tua. Ada yang kembali ke masa ABG, ada yang diubah menjadi kakek-nenek, dan ada pula yang bisa memainkan wajahnya menjadi lawan jenis, laki-laki berubah menjadi perempuan dan sebaliknya. Bahkan sekarang kita juga bisa mengganti latar belakang (Background) di mana kita berada.

Jadi tidak usah heran jika banyak "Traveller" palsu yang seolah-olah selalu jalan-jalan keluar negeri. Padahal ia hanya mengganti pemandangan di belakangnya dengan Aplikasi sejenis ini. Kembali ke topik pembahasan. Namun apakah benar Aplikasi ini menjadi berbahaya untuk setiap pengguna-nya?

Saya kira tidak. Ketika kita mengunduh Aplikasi dan menyetujui syarat dan ketentuan, kita juga setuju untuk lebih dari membiarkan usia Aplikasi selfie kita. Semua yang ada di telepon genggam kita bisa diambil oleh Aplikasi ini. Tentu ada semacam peringatan, apakah kita mengijinkan Aplikasi ini mengakses semua data. Nah, di sinilah kita harus berpikir, apakah kita membolehkan FaceApp mengambil data.

Jika kita merasa keberatan, beres, tolak saja. Dan berarti kita tidak perlu menggunakan Aplikasi ini. Tetapi jika kita merasa bahwa data yang ada di telepon genggam bukan data penting. Atau kita berpikir bahwa kita bukan siapa-siapa kecuali masyarakat biasa, maka tak ada larangan kita menggunakan Aplikasi ini untuk bersenang-senang. Lumayan untuk menghilangkan kepenatan atau stress.

Aplikasi ini mudah digunakan. Pertama, kita mengambil selfie atau memilih satu dari foto galeri kita dan mengunggahnya. Setelah beberapa sentuhan dan sedikit bantuan dari kecerdasan buatan (AI), Aplikasi ini mengubah foto menjadi diri kita yang lebih tua atau lebih muda sesuai keinginan kita.

Aplikasi FaceApp terbaru ini juga memiliki berbagai filter yang memungkinkan kita untuk menambahkan berbagai aksesoris tambahan seperti kacamata, jenggot atau bahkan mengubah gaya rambut kita.

Dan bagian baiknya adalah Aplikasi ini gratis, bisa diunduh melalui Playstore.

Makna Manis Galungan Sebenarnya, Kita Wajib Sebarkan Dharma


Satu hari sesudah Hari Suci Galungan yang jatuh pada hari wrhaspati (Kamis) Umanis atau Legi wuku Galungan dinamakan “Hari Manis Galungan”.

Yang dapat dimaknai sebagai saat dimana manusia yang merasakan nikmatnya (manisnya) kemenangan, yakni; dengan mengunjungi sanak saudara dengan penuh keceriaan, berbagi suka cita, mengabarkan ajaran kebenaran betapa nikmatnya bisa merayakan kemenangan.

Nah, pada hari ini para umat Hindu wajib mewartakan atau menyampaikan pesan dharma kepada semua manusia inilah misi umat Hindu: Dharma Vada- menyampaikan ajaran kebenaran dengan Satyam Vada – mengatakan dengan kesungguhan dan kejujuran hati. Hari ini juga merupakan hari dimana berkumpulnya para keluarga, atau saudara perempuan yang nikah dan tinggal di rumah suami datang ke rumah bajang. Baca juga Saudara Kandungmu Sangat Penting Dalam Hidupmu

Kabarkan kebenaran ini kepada mereka yang masih tersesat agar kembali ke ajaran Dharma, sampaikan kepada mereka wahai putra Utama”- janganlah malahan Engkau yang menjadi manusia tersesat dan kesasar dengan meninggalkan Dharma” (kitab: Sataphata Brahmana).

Demikianlah makna hakiki dari hari Manis Galungan hari ini. Yang berarti adalah saat ini kita berbagi keceriaan, suka cita, sekaligus merangkul dan mengajarkan saudara-saudara yang lainnya untuk lebih giat di jalan Dharma.


Semoga bermanfaat.

Makna Penjor, Simbol Naga Kesujuran

Makna Penjor, Simbol Naga Kesujuran

Penjor adalah salah satu bentuk upakara yang di gunakan pada saat hari raya tertentu salah satunya yang fenomena adalah rerahinan gumi atau piodalan jagat Galungan.

Penjor bukanlah hiasan biasa yang bisa di gunakan dimana saja dan di isi apa saja, penjor merupakan bagian dari pelaksanaan Galungan yang sangat sakral sehingga keberadaannya harus sesuai dengan tatwa atau falsafah agama Hindu.

Penjor menurut Ida Bagus Sudarsana berasal dari kata Penjor yang berarti pengajum atau pengastawa , kalau dihilangkan huruf “ny” menjadi kata benda yaitu penyor yang berarti sebagai sarana untuk melaksanakan pengastawa. Sehingga penjor merupakan sebuah pengastawa atau doa dan persembahan rasa syukur atas kemurahan Tuhan dengan menghaturkan segala hasil alam yang telah diberikan.

Dalam Keputusan Kesatuan Tafsir Aspek-Aspek Agama Hindu disebutkan bahwa penjor merupakan simbol Nagaraja Anantaboga, yaitu Dewa Naga yang berada di dalam tanah yang merupakan simbol kemakmuran sekaligus sumber kehidupan, sehingga banyak penjor yang berisi ornamen naga. Penjor juga merupakan simbol Gunung, sebagai tempat paling sakral dalam mepercayaan Bali. Gunung di yakini memberikan kemakmuran dan keselamatan, gunung juga merupakan sumber kehidupan dan sumber makanan, segalanya dapat tumbuh disini dan juga merupakan sumber segala obat seperti terdapat dalam Itihasa khususnya cerita Ramayana.

Penjor ini disimbolkan gunung yang sarat akan buah-buahan, umbi-umbian dan sumber makanan lainnya. Penjor di buat dari sebatang bambu yang melengkung dengan indah dan usahakan agar tidak terpotong ujungnya (masih utuh) karena sebagai simbol naga haruslah seperna jika terpotong bukan sebagai Naga Antaboga lagi tapi menjadi Naga sesa yang berpengaruh negatif sehingga usahakan batang bambunya yang tidak terpotong ujungnya. Yang dihias dengan daun enau (ambu) / janur yang muda serta daun-daun lainnya (plawa).


Bagian bawahnya di hiasi dengan useran atau ambu dililit sebagai simbol leher naga dan kepalanya tertanam di bawah tanah. Jika sebagai gunung sebagai simbol hutan lebat.

Lowongan Kerja Daerah Bali 2019

Lowongan Kerja Daerah Bali 2019


Halo Sahabat, Kali ini saya ingin membatu, bagi sahabat Bali yang belum punya pekerjaan.

Disini ada berbagai data lowongan pekerjaan yang ada di seluruh Dunia, tetapi saya cuma menautkan tentang di Bali saja.

Silakan kunjungi dan baca selengkapnya di Indeed. Semoga saudara menemukan perkerjaan yang saudara inginkan.


Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan 2019

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan 2019

www.payanadewa.com kami selaku pengurus blog ini mengucapakan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan 2019. 

Semoga sahabat yang setia mengikuti payanadewa.com khususnya warga Bali semoga selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Masa Esa.

Trimakasih sudah selalu mengikuti payanadewa.com dan jika ada kata-kata yang kurang berkenan dalam tulisan di blog payanadewa.com ini, kami selaku Admin mohon maaf sebesar-besarnya.



  • Semoga saudara mendapatkan rejeki berlimpah dan umur panjang. ASTUNGKARA.

Renungan Hari Suci Galungan dan Kuningan

Renungan Hari Suci Galungan dan Kuningan

Om Swastyastu. Sami rahayu lan santi.

Renungan Hari Suci Galungan dan Kuningan

Seperti kita ketahui, perayaan Galungan adalah merupakan hari suci yg mengandung makna kemenangan Dharma atas Adharma atau kemenangan kebenaran dari ketidak benaran dan kebatilan.

Perayaan Galungan adalah suatu upacara sakral yg memiliki nilai spiritual, tidak hanya dilakukan pada saat hari raya Galungan itu sendiri, tetapi didahului berbagai upacara agama, baik sebelum dan sesudah hari Galungan, hingga perayaan hari Raya Kuningan.

Sesuai makna Galungan, sebagai hari kemenangan Dharma, bagi umat Hindu dlm menyambut perayaan Galungan melaksanakan serangkaian kegiatan, meliputi :

1. HARI SUGIAN. ( Persiapan ) - Sugian Tenten ( ingat/ mengingatkan ( enten ) Dilaksanakan pd hari Rabu Pon- Wuku Sungsang ) - Sugian Jawa. ( pembersihan/ menyucikan Bhuwana Agung ( jawa=jaba/ diluar diri Dilaksanakan.pd hari Kamis- Wage- Wuku Sungsang. - Sugian Bali ( penyucian di dlm diri ( Bhuwana Alit ) Dilaksanakan pd hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang.

2. HARI SUCI PENYEKEBAN ( bermakna pengendalian diri melalui perenungan ke dlm diri/evaluasi, koreksi, instrospeksi/ meditasi. Dilaksanakan pd hari Minggu Paing Wuku Dungulan.

3. HARI SUCI PENYAJAN. ( Bermakna sungguh-2 dan disiplin melaksanakan kegiatan spiritual semakin mantap ) Dilaksanakan pd hari Senin Pon Wuku Dungulan.

4. HARI SUCI PENAMPAHAN.( bermakna bunuhlah sifat-2 kebintangan yg masih ada didalam diri. Simbolisasi membunuh sifat-2 rajas dgn memotong ayam sebagai pelengkap sarana upakara. Memotong babi simbolisasi menghilangkan sifat-2 malas./ awidya/ kegelapan. Dilaksanakan pd hari Selasa Wage Wuku Dungulan.

5. HARI SUCI GALUNGAN. ( bermakna sebagai hari kemenangan Dharma ) Patut dirayakan dgn semangat bhakti dan berhak menerima berkah Waranugraha dari Tuhan dgn berbagai manifestasi-NYA. Kemenangan atas rangkaian kegiatan yg telah dilaksanakan dgn disiplin dan semangat bhakti itulah disebut juga sebagai kemenangan.

Perayaan Galungan adalah juga salah satu upacara agama Hindu utk mengingatkan umat manusia secara ritual meningkatnya kekuatan dan ketahanan mental moral dan spiritual agar dpt lbh siap secara rohani menghadapi berbagai masalah dan persoalan-2 hidup.


Selamat Menyambut Hari Suci Galungan Kuningan, mugi kemenangan dharma selalu ada dihati. mugi bermanfaat Om Tat Sat Astu Swaha Om Santhi Shanti Shanti Om Rahayu Rahayu Rahayu.

Makna Hari PENAMPAHAN bukan sekedar nglawar dan makan-makan

Makna Hari PENAMPAHAN bukan sekedar nglawar dan makan-makan

Penampahan bermakna untuk mengalahkan Bhuta Galungan/Dunghulan dengan upacara pokok yakni Mabyakala yaitu memangkas dan mengeliminir sifat-sifat kebinatangan/keraksasaan yang ada pada diri, bukan semata-mata membunuh hewan untuk dijadikan korban atau persembahan, karena musuh sebenarnya ada di dalam diri, bukan di luar termasuk sifat hewani tersebut.

Lontar Sundarigama memberikan landasan pelaksanaan Penampahan tersebut yaitu; “Pamyakala kala malaradan” (memangkas dan mengeliminir sifat-sifat kebinatangan/keraksasaan yang ada pada diri). Penampahan merupakan puncak dari Brata dan Upawasa umat Hindu, bertempur melawan semua bentuk Ahamkara – kegelapan yang bercokol dalam diri.

Selama ini justru sebagain besar dari kita malah berpesta pora makan, lupa terhadap jati diri, menikmati makanan, mabuk. Sehingga bukan Nyomya Bhuta Kala- Nyupat Angga Sarira, malah kita akhirnya menjelma jadi Bhuta itu sendiri…nah kalau sudah begini, berarti kita belum mampu memenangkan Dharma atas Adharma. ini yang mesti kita renungkan..!! Mari kita untuk selalu mawas diri, eling ring kesujatian diri, melalui ke upacara, dan brata upawasa, serta tapa dan yoga.


Om Santih Santih Santih Om

Urutan, Sosis Khas Bali yang Lezat dan Cara Membuatnya

Jika ada Orang yang mengatakan kata-kata “Urutan” pasti di benak otak kita memikirkan angka yang berurutan. Apabila jika kita mendengar urutan yang enak dan lezat, tentu kita akan menjadi sangat lapar, hehehe. . . Kenapa sih urutan itu bisa enak? Hem. . .ya baca dulu yuk!

Urutan, Sosis Khas Bali yang Lezat dan Cara Membuatnya

Urutan ini bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan matematika, melainkan sebutan makanan khas dari Bali yang super enak dan lezat. Jika Anda ke Bali, Anda pasti menemui banyak sekali warung makan yang menjual masakan dengan daging utamanya adalah daging BABI.

Nah, urutan ini adalah sosis khas andalan Bali yang dibuat dari daging Babi, kelezatannya sangat menggoda dan hal ini bukan diakui oleh orang lokal saja, bahkan turis mancanegara pun sangat menyukai sosis khas Bali ini.
Sosis ini dibuat dengan cara tradisional sehingga memberikan cita rasa unik dari rempah-rempah yang disertakan di dalamnya.

Menu “Urutan” ini juga merupakan menu wajib di Bali seperti halnya Lawar, Jukut Ares, Anyang atau Tum.
Menu ini juga disajikan pada upacara keagamaan khususnya pada hari Galungan dan Kuningan. 

Menu ini dijual secara bebas di Bali di banyak Warung Makan Babi Guling hingga warung makanan Nasi Campur di pinggir jalan dengan harga yang cukup murah. Penyajiannya pun dibuat sama dengan yang disajikan pada saat upcara keagamaan.

Walau dijual dengan harga yang cukup murah, karena itu, banyak orang yang suka kuliner khas Bali satu ini. Bahkan banyak turis yang pergi ke Bali untuk mencoba kuliner khas Bali ini.

Apa yang membuat unik sosis babi “Urutan” ini?

Ada 3 hal yang membedakan sosi Urutan ini dengan sosis babi yang lainnya yaitu:
Jika sosis pada umumnya memiliki permukaanya yang halus, urutan memiliki permukaanya lebih kasar. Hal ini dikarenakan pembuatannya yang tradisional, sehingga cacahan daging yang diisikan di dalamnya tidak memiliki ukuran yang sama satu sama lain.
Dari segi rasa sosis rasanya manis, sedangkan urutan rasanya bumbu genep (bumbu campur).

Karena campuran bumbu ini, Urutan dikenal sebagai Basa Genep oleh warga Bali.

Jika menyimak dari segi pembuatan sosis sapi di jemur dahulu di terik matahari kemudian di goreng. Nah, sedangkan urutan Bali ini bisa langsung di goreng.
Proses pembuatannya urutan ini sama, tapi ditambahkan dengan bumbu-bumbu rempah seperti lengkuas, ketumbar, bawang merah, lada, dan bawang putih.

Untuk campuran bumbu rempah-rempah ini berguna untuk menambah aroma dan cita rasa, dan untuk daya tahan sekaligus dapat menimbulkan aroma tajam untuk memacu selera makan ya, pokoknya Lezat.
Mengapa memberikan citra rasa rempah-rempah?  Karena berfungsi sebagai penghambat atau pencegah berkembangbiaknya bakteri. 

Selain itu, garam yang digunakan pada urutan juga berfungsi sebagai pengawet alami yang dibutuhkan selama urutan diawetkan.

Nah, ada dua jenis urutan, yaitu urutan yang dijemur di bawah sinar matahari, dan urutan yang langsung digoreng.
Untuk urutan yang dijemur, biasa disebut sebagai urutan terfermentasi.

Urutan jenis ini biasanya sosis sudah siap jemur yang dililitkan pada tangkai buah kelapa bercabang cabang.

Bisa juga urutan ini diletakkan di kelakat, yakni anyaman dari bambu yang selanjutnya digantung di pohon.
Harga urutan babi ini ditawarkan bervariasi tergantung campurannya, ada yang menjual Rp 65.000 per kg sampai Rp 80.000 per kgnya, atau bahkan lebih (ada yang menjual hhingga Rp 120.000,00 / kg).
Sedangkan yan dijual eceran harganya Rp 3.000 atau Rp 5.000 per bungkus.

Untuk Urutan yang dibuat murni tanpa pengawet hanya bisa bertahan 2-3 hari di udara terbuka, jika disimpan dalam freezer hanya bisa bertahan kurang dari 1 bulan. Kita bisa membuat Urutan ini sendiri loh.

Berikut Resep Cara Membuat Urutan Lezat:

BAHAN : 100 gr daging babi Usus babi (secukupnya) 

BUMBU :
  • 20 gr bawang merah
  • 15 gr bawang putih 
  • 1/2 sdm ketumbar 
  • 1/2 sdm jinten 
  • 7.5 gr kencur 
  • 15 gr lombok kecil 
  • garam (secukupnya) 
  • 1/2 gr terasi 
  • 1/2 sdm merica 
  • 5 gr kunir 5 gr jahe 
  • 5 gr laos

CARANYA MEMBUAT :

Semua bumbu dicincang halus, setelah itu usus babi dibersihkan berkali-kali dengan memasukkan air ke dalam usus, daging dipotong dengan ukuran tertentu sehingga dapat dimasukkan ke dalam usus.
Potongan daging selanjutnya dicampur dengan bumbu dan diaduk merata. 
Kemudian campuran daging dan bumbu tadi dimasukkan ke dalam usus satu persatu sampai penuh.

Jika sudah penuh, setelah itu, ikat kedua ujung usus tadi dengan tali atau serat serabut kelapa.


Kemudian digoreng dan siap disajikan.

Cara Membuat Lawar Super Enak, Penampahan Galungan

Cara Membuat Lawar Super Enak, Penampahan Galungan
Jaen

Label Galungan, Lawar merupakan makanan khas dari daerah Bali ,makanan ini mempunyai cita rasa yang enak, kaya akan rempah-rempah dan pedas. Namun kali ini kita akan membahas mengenai Cara Membuat Lawar Khas Bali ,sebelum membahas cara pembuatanya sudah tau jenis-jenis lawar yang ada dibali? Kalau belum mari simak sedikit :

Lawar Celeng (Lawar Babi) – Lawar yang menggunakan daging babi sebagai bahan utama.

Lawar Siap (Lawar Ayam) – Lawar yang menggunakan daging ayam sebagai bahan utama.

Lawar Penyu – Lawar yang menggunakan daging penyu sebagai bahan utama (untuk kelestarian lingkungan, dianjurkan untuk tidak menggunakan daging penyu, kecuali benar-benar untuk keperluan upacara/upakara).

Lawar Barak (Lawar Merah) – Lawar yang menggunakan darah sebagai bahan campuran, sementara dagingnya bisa salah-satu diantara ketiga jenis daging di atas.

Lawar Putih – Lawar yang tidak menggunakan darah samasekali. Disamping memang ada jenis upacara/upakar yang mengharuskan penggunaan lawar putih, ada juga yang tidak suka menggunakan darah sebagai bahan campuran.

Bahan-bahan Untuk Membuat Lawar

Ada beberapa bahan yang bisa ditambahkan atau dikurang sesuai selera, namun jika menginginkan lawar yang rasanya benar-benar seenak lawar asli buatan semeton Bali, sebaiknya diusahakan agar bahannya lengkap. Berikut ini adalah bahan lengkapnya : 

1 butir kelapa muda yang (dagingya masih agak lembek, di Bali disebut ”kuwud”)

2 butir kelapa sedang (sudah tidak lembek lagi namun belum tua).

Darah babi/ayam secukupnya (jika mau bikin lawar barak, jika mau lawar putih berarti tidak perlu darah)

1 kg Kulit Babi (jika mau bikin lawar babi, jika mau bikin lawar ayam berarti tidak diperlukan)

1/2 kg usus babi/ayam 1/2 kg hati babi/ayam
Kacang Panjang (jika lebih suka lawar yang ada campuran kacang panjangnya)

Bumbu Lawar Khas Bali

Jika mau lawar yang seenak aslinya, ada 3 kelompok bumbu yang diperlukan, yaitu:

a. Bumbu Utama (“basa gede”), terdiri dari:

Laos Kencur
Jahe
Kunyit
Bawang putih
Bawang merah
Kemiri
Lada hitam + lada putih

b. Bumbu Penggurih ("basa penyangluh"), terdiri dari:

Laos Kencur
Bawang putih
Kemiri

c. Bumbu “Embe”, terdiri dari:

Bawang merah
Bawang putih
Cabe
Terasi
Jeruk limau

Langkah-langkah Membuat Lawar Khas Bali

Ada banyak langkah-langkah membuat Lawar saya sebutkan 3 saya yang utama yang perlu dilakukan untuk membuat lawar Bali:

Tahap-1
Olah Bahan Utama – Di atas telah disampaikan rincian bahan utama yang diperlukan. Berikut adalah proses pengolahannya:

Sebutir kelapa muda yang telah dikupas, dipotong menjadi 4 lempengan daging kelapa, lalu dibakar kurang lebih 5 menit dengan api sedang (jangan sampai gosong).

Kelapa bakar diiris tipis serong lalu di rajang setengah halus (namun tidak sehalus kelapa parut). Simpan di mangkok atau piring.

Sebutir kelapa sedang yang telah dikupas, diparut, lalu diremas-remas seperti membuat santan hingga semua air dan minyaknya keluar.

Santannya disimpan di mangkok atau panci (untuk digunakan nanti). Sedangkan ampas kelapanya di simpan bersama-sama dengan kelapa bakar yang telah di cincang tadi.

Satu kilogram kulit babi (jika mau buat lawar babi), direbus hingga matang. Ciri kulit babi yang sudah matang adalah kaku.

Setelah kulit matang, diris tipis-tipis seukuran dengan irisan kelapa muda bakar tadi.
Selesai diiris, gabung dengan kelapa muda dan ampas perasan kelapa.

Jika mau bikin lawar ayam, berarti proses ini tidak diperlkan.
Setengah kilogram usus dan setengah kilogram hati babi/ayam ditusuk-tusuk lalu dibakar hingga cukup matang.

Ciri usus dan hati yang sudah cukup matang, tidak mengeluarkan air lagi dan menjadi kaku. Jangan sampai gosong.

Setelah matang, baik hati maupun usus diiris-iris seukuran kulit babi di atas, lalu simpan dalam mangkok atau piring tersendiri.

Tahap-2
Olah Bumbu Lawar – Masing-masing bumbu yang telah dirinci di atas diolah secara terpisah, tentunya dengan cara yang berbeda juga, Berikut adalah proses pengolahannya:

Bumbu Utama (basa gede) yang terdiri dari laos, kencur, jahe, kunyit, bawang putih, kemiri, lada hitam + lada putih, dirajang.
Bumbu penggurih (basa penyangluh) yang terdiri dari laos, kencur, bawang putih, kemiri, ditambah dengan bumbu utama (basa gede) di atas ditumbuk bersama-sama hingga halus.

Setelah halus, goreng dengan minyak kelapa (usahakan minya kelapa asli), hingga cukup matang.
Setelah mengeluarkan aroma, tuang santan hasil perasan kelapa di tahap-1.

diaduk-aduk dengan bumbu hingga merata dan kental (tidak ada kuah yang tersisa). Bumbu “embe”, bawang merah dan bawang putih diiris melintang tipis-tipis dan cabai dicincang kasar.

Bawang dan cabai digoreng bersama-sama dengan terasi hingga matang (tapi tidak sampai gosong). Setelah matang disimpan di mangkok, tambahkan garam secukupnya, lalu diremas-remas.

Tahap-3
Buat Adonan Lawar (Ngaduk Lawar) – Semua bahan utama dan bumbu lawar telah siap, selanjutnya tinggal diaduk.
Proses ini, di Bali, disebut “ngadukang lawar”— proses yang paling ditunggu-tunggu, karena sebentar lagi lawar siap untuk disantap.

Berikut adalah prosesnya: Siapkan tempat adonan yang agak besar, bisa pakai mangkok/panci ukuran besar.

Sekedar untuk diketahui, di desa-desa di Bali, proses “ngadukang” lawar biasanya dilakukan di atas “Nyiu/Ngiu” (alat penampon beras) yang dialasi daun pisang.
Untuk konsumsi massal dalam jumlah banyak, di daerah-daerah tertentu (seperti di Buleleng), lawar diaduk di atas tikar yang terbuat dari pandan. Tentu saja menggunakan tikar baru yang dicuci bersih.

Masukan bahan utama (kelapa bakar cincang, kulit iris, usus iris, hati iris dan ampas kelapa)—yang telah disiapkan di tahap-1—ke dalam tempat adonan. Lalu diaduk hingga merata.

Masukan bumbu ke dalam tempat adonan yang sama bersama-sama dengan bahan utama, lalu diaduk hingga merata.

Catatan penting: Untuk konsumsi massal dalam porsi banyak, biasanya tidak semua bahan dan bumbu diaduk sekaligus, mungkin hanya tiga-per-empat-nya saja dahulu.

Sambil mengaduk bahan utama dan bumbu bisa dicicipi, apakah kurang asin, kurang pedas, atau sebaliknya?

Jika kurang asin tambahkan garam. Jika kurang pedas tambahkan bumbu sisanya yang lagi seperempat. Jika sebaliknya (kebanyakan bumbu) tambahkan sisa bahan yang seperempatnya. Lalu diaduk lagi. Masukan darah ayam/babi secukupnya (jika mau bikin lawar barak/merah) ke dalam tempat adonan yang sama, dicampur dengan bahan dan bumbu yang telah diaduk rata. Lalu diaduk sambil diremas-remas.

Proses meremas-remas ini perlu supaya tidak ada darah yang menggumpal.
Usahakan agar tidak terlalu banyak darah. Mungkin ini tergantung selera; di daerah Buleleng misalnya, mungkin lebih suka dengan lawar merah yang benar-benar merah (menggunakan darah yang cukup banyak), sedangkan di Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan biasanya tidak terlalu banyak darah.

Catatan: Jika mau bikin lawar putih (tanpa darah), proses ini tidak diperlukan. Peras jeruk limau yang sudah dibelah dua. Lakukan secara bertahap—jangan sampai terlalu banyak limau atau terlalu sedikit. Tambahkan seperlunya.

Terakahir, setelah bahan+bumbu+darah sudah dicampur rata, bumbu “embe” dituangkan ke dalam tempat adonan lawar, lalu dicampur hingga rata. Ada kalanya basa embe disisakan—untuk ditaburkan di atas lawar pada saat disajikan, atau disajikan terpisah, diwadahi piring kecil khusus embe, bisanya bersama-sama dengan garam, dan cabai yang masih utuh.

Lawar siap Disantap, Sekian Semoga bermanfaat.