Jangan Malu Dengan Orangtuamu Yang Miskin, Karena Merekalah Anda Seperti Sekarang


Jangan Malu Dengan Orangtuamu Yang Miskin, Karena Merekalah Anda Seperti Sekarang.

Jangan malu terlihat miskin malulah ketika kita pura pura kaya, dan jangan pernah menjalani hidup dengan selalu melihat "ke atas", tapi cobalah untuk melihat kebawah. Maka jika hal itu kamu lakukan, nikmat hidup itu akan jauh lebih terasa indah walaupun kamu berasal dari keluarga yang sederhana.

Jangan pernah malu pada orang tuamu walaupun mereka cuma seorang petani, pedagang kecil atau pun tukang becak. Selama mereka berjuang untuk yang halal, maka kamu patut berbangga pada mereka.
Jadi kenapa kamu mesti malu, yang patut kamu malukan adalah jika orang tua adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan penuh penipuan dan kecurangan.

Singkirkan segala bentuk gengsi, karena hidup bukan masalah harta atau pekerjaan mewah. Mulailah berusaha dan tetap bantu serta hormati orang tuamu dalam mencari rezeki yang halal. Karena tidak ada yang patut dimalukan selama kamu berjuang untuk sesuatu yang halal
.
Ketika orang tuamu sedang tidur, coba pandangilah wajahnya.

Pandangilah dan resapi dengan hati, maka kamu bisa rasakah kepenatan yang mereka rasakan sepanjang hari. Tetapi, ketika kamu adalah anak yang berbakti, suka menolong dan tidak pernah malu terhadap mereka.

Maka sesungguhnya mereka memiliki jiwa yang sangat kuat. Karena mereka yakin, dengan segala upaya yang mereka lakukan, mereka yakin bahwa kamu akan menjadi orang yang berhasil, orang yang akan membawa perubahan pada keluargamu sendiri.

Mereka bekerja keras agar kamu bisa bersekolah atau pun kuliah. Maka pada saat itu kamu akan memiliki tanggung jawab yang besar, maka jalanilah pekerjaan mu sebagai siswa ataupun mahasiswa/wi dengan baik. Tugas utamamu hanyalah menjadi siswa atau mahasiswa/wi yang berpendidikan, sehingga suatu saat kelak.

Kamu lulus dan bisa mendapatkan pekerjaan atau pun membangun sebuah usaha yang jauh lebih baik, maka jangan pernah lupakan mereka yang sudah mengantarkanmu pada titik tersebut.
Setiap orang tua selalu menaruh harapan yang besar pada anaknya. Maka perjuanganmu untuk bisa menjadi orang yang berhasil adalah bentuk rasa syukur dan terima kasihmu pada mereka.

Walaupun orang tua tidak pernah meminta, tapi kamu harus tau, bahwa itu hanya akan timbul dari kesadaran diri sendiri saja. Mereka selalu berdo’a agar kamu bisa menjadi orang yang hebat, orang yang akan membawa perubahan pada keluarga.

Ketiga anda sukses jangan lupa berterima kasih kepada orangtuamu, Karena merekalah adalah segalahnya bagi Anda dan saya.

Apa Benar Ka'bah bekas kuil hindu?


Apa Benar Ka'bah bekas kuil hindu?

Islam sebagai Penganut Paham Bakti Marga yang dikenal akan fanatisme dan pemusatan arah pemujaan (kiblat), sudah tentu Judul artikel  Benarkah Ka'bah adalah bekas kuil hindu ini akan menjadi momok yang sangat sensitif. kenapa? karena memang begitulah ciri umat yang berjalan dengan paham Bhakti Yoga, dan Mungkin hal ini terdengar terlalu kontroversial dan kadang kala dikaitkan dengan hoax oleh sebagian orang yang merasa kedudukannya/harga dirinya terancam. Namun, penyajian artikel ini tidak bertujuan untuk merendahkan kredibelitas saudara-saudara muslim, melainkah hanya untuk membuka wawasan akan apa yang sebenarnya terjadi.

Kontroversi seputar ka’bah sudah menjadi perbincangan yang sangat hot di dunia maya. Hal ini pertama kali diungkapkan oleh seorang pakar sejarah P.N. Oak. Beliau juga telah melempar isu yang tidak kalah menggegerkannya, yaitu tentang pengungkapan bukti sejarah yang menyatakan bahwa Taj’mahal pada dasarnya adalah sebuah kuil Hindu untuk dewa Siva (Tejo Himalaya) yang direbut oleh Mogul.

Di dalam Ka’bah terdapat sebuah inskripsi yang merujuk kepada raja Vikramaditya yang menyatakan bahwa jazirah Arab dulu merupakan bagian dari Kerajaan Vikramaditya dari India.

Teks inskripsi Vikramaditya yang ditemukan dlm piring emas yang digantung didalam kuil Kabah di Mekah ini, dicatat pada halaman 315 dari buku yang berjudul ‘Sayar-ul-Okul’ (kata-kata berkesan) yang disimpan dalam perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul, Turki. Sebagian manuskrip tersebut berbunyi sebagai berikut;

Itrashaphai Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya Samaini ElaYundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin Atadari bilamasa-rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum. Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem” (Halaman 315 Sayar-ul-okul).
Yang artinya;

Beruntunglah mereka yang lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram. Ia seorang penguasa penuh kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya. Namun pada saat itu, kami Arab, tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dalam kenikmatan sensual. Komplotan dan penyiksaan merajalela … Kami, Arab, terjerat dalam kegelapan (jahiliyah) … namun pendidikan yang disebar raja Vikramaditya tidak mencampakkan kami, orang-orang asing.Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami dan mengirimkan ahli-ahli yang kepintarannya bersinar seperti matahari dari negaranya kenegara kami…”

Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan yang berpusat di India pada masa lampau juga meliputi jasirah Arab. Bahkan kalau kita kembali pada penjelasan Veda, dalam hal ini Mahabharata disebutkan bahwa Bharatavarsa/Kerajaan kekuasaan keluarga Bharata mencakup seluruh dunia.

Menurut sumber dari  http://civilizedproductions.com/television.html mengatakan bahwa bekas peninggalan peradaban bangsa Maya di Amerika sangat sesuai dengan peradaban Veda. Hal ini ditunjukkan dengan kesesuaian sistem pemujaan, sistem astronomi dan astrologi mereka yang ditulis pada tahun 300-200 SM



Sebuah laporan dari rusia juga menyebutkan bahwa disana ditemukan sebuah arca yang berbentuk menyerupai babi yang mengangkat benda bulat di moncongnya. Hal ini sesuai dengan kisah Varaha Avatara yang berwujud babi besar yang mengangkat bumi kembali ke posisi edarnya.

Di Kuwait juga ditemukan sisa-sisa arkeologi berupa pelat emas yang bergambarkan Ganesa yang membuktikan bahwa peradaban Veda pernah ada di sana.

Keberadaan Hindu di Eropa juga diperlihatkan dengan dikenalnya lambang Hindu, Swastika. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang Arkeologi Jerman Heinrich Schliemann. Mungkin hal inilah yang juga mempengaruhi Hitler dalam menyalahgunakan Lambang Swastika sebagai lambang Nazi disamping penyalah artian arti kata Aryan dalam literatur Veda yang dilakukan oleh Max Muller.

Kembali ke masalah peninggalan Hindu di Timur Tengah, di Istanbul, Turki, sebuah perpustakaan termasur bernama Makhatab-e-Sultania, mempunyai koleksi terbesar literatur Asia Barat. Di bagian literatur Arab dalam perpustakaan tersebut terdapat sebuah antologi sajak-sajak Arab purba. Antologi ini disusun pada tahun 1742M dibawah perintah Sultan Salim yang terbuat dari harir – semacam sutera yang dibuat untuk menulis. Setiap halaman memiliki pinggiran yang dihias dengan kertas emas. Antologi itu dikenal dengan nama Sayar-ul-Okul, dan dibagi dalam 3 bagian.
  1. Bagian pertama mengandung biografi dan komposisi puisi-puisi penyair-penyair Arab Pra-Islam.
  2. Bagian kedua terdiri dari kesaksian dan sajak-sajak penyair dari periode yang dimulai tidak lama setelah jaman Nabi Muhamad, sampai akhir dinasti Bani Ummayyah.
  3. Bagian ketiga adalah tentang penyair-penyair sampai jaman Khalifat Harun-al-Rashid.
Abu Amir Asamai, penyair Arab yang merupakan penyair utama kesultanan Harun-al-Rashid, menyusun dan mengedit antologi tersebut. Edisi modern pertama ‘Sayar-ul-Okul’ terbit di Berlin th 1864. Edisi berikutnya diterbitkan di Beirut th 1932.

Koleksi ini dianggap sebagai antologi paling penting dan berotoritas dlm sajak-sajak Arab purbakala. Koleksi ini menujnukkan adat, tata tertib dan hiburan Arabia dijaman purbakala. Buku ini juga mengandung penjabaran deskriptif tentang kuil purbakala Mekah dan bazar tahunan yang dikenal sebagai OKAJ disekitar kuil Ka’abah di Mekah. Ini berarti bahwa berkumpul di Mekah setiap tahun untuk naik haji berasal dari tradisi pra-Islam.

Bazar OKAJ bukan sebuah karnaval tempat anak muda bermarijuana. Ini merupakan kesempatan kaum elit dan terpelajar untuk membahas aspek-aspek sosial, religius, politis, literatur dan aspek2 budaya Hindu lainnya yang menyebar di Arabia. ‘Sayar-ul-Okul’ mengatakan bahwa kesimpulan yang didapatkan dari diskusi-diskusi disana diterima dan sangat dihormati diseluruh Arabia. Mekah, oleh karena itu, mengikuti tradisi Varanasi (dari India). Kuil-kuil utama di Varanasi (India) dan di Mekah (di Arvasthan/Arabia) adalah kuil-kuil dewa Siva. Ciri terpenting dari praktek pemujaan Dewa Siva adalah adanya Lingga yang biasanya berbentuk batu hitam yang lonjong dan Yoni sebagai alasnya. Batu Hajar Al-Aswat yang disentuh dan dicium saat menunaikan ibadah haji sangat sesuai dengan bentuk lingga Siva, apakah berarti batu itu awalnya adalah sebuah lingga?

Raja Vikramaditya memang terkenal penyembah Siwa. Di Ujjain (India), ibukota Vikramaditya, ada kuil dewa Siva yang terkenal Mahankal, yang diasosiasikan dengan Vikramaditya. Karena menurut manuskrip Vikramaditya, dialah yang menyebarkan agama Hindu.

  1. Dengan demikian apakah bukti ini dapat menyimpulkan bahwa raja Vikramaditya adalah pendiri kuil Siva yang sekarang disebut Ka’bah di Mekah?
  2. Kenyataan lain yang juga perlu digaris bawahi adalah bahwasanya di India, Dewa Siva sangat diidentikkan dengan simbol bulan sabit yang terdapat pada ikat rambut beliau. Dan saat ini lambang bulan sabit juga digunakan untuk lambang Islam, apakah itu artinya Islam lahir dari warisan pemuja Siva?
  3. Untuk masuk ke wilayah Ka’bah, umat muslim diwajibkan menggunakan jubah putih yang dililitkan ke seluruh tubuh. Mereka juga di wajibkan mencukur rambut dan janggut dan dalam keadaan bersih. Jika kita bandingkan dengan tradisi Hindu dalam memasuki tempat suci, kenapa hal ini sangat mirip?
pakaian Umroh Haji, Pakain brahmin Hindu, pakaian Budha

Menurut Encyclopaedia Britannica, Ka’abah pada awalnya memilikii 360 arca yang pada akhirnya hanya disisakan 1 oleh Nabi Muhammad yang dikatakan diletakkan pada salah satu sisi Ka’bah.

Satu lagi tradisi Hindu lainnya adalah sungai suci Gangga. Menurut tradisi Hindu, air Gangga jatuh bumi setelah disangga oleh Dewa Siva dan dipandang suci oleh Umat Hindu. Dimanapun ada lambang Siwa, disanalah ada air Gangga. Didekat Ka’abah juga ditemukan sebuah sumber mata air suci yang disebut ZAMZAM yang sampai sekarang dianggap suci.

Tidak terdapat masjid atau tempat ibadah muslim yang dikelilingi sebanyak 7 kali (Tawaf) selain dari Ka’bah. Hal ini sangat sesui dengan kebiasaan umat Hindu mengelilingi tempat ibadah/kuil/pura yang disebut Parikram atau di Bali di sebut Maider-ider. Kenapa tradisi ini dapat dilakukan di Ka’bah?

Apakah hal ini bukan merupakan bukti yang menguatkan bahwa Tradisi Hindu masih terpelihara disana?

Jangan kaget bahwa kata ‘ALLAH’ sendiri disinyalir berasal dari bahasa Sansekerta. Allah, Akka dan Amba adalah sinomin. Nama-nama ini berarti : DEWI atau Ibu. Istilah ‘ALLAH’ merupakan bagian dari stanza-stanza Sansekerta yang memuja Dewi Durga, yang juga dikenal sebagai Bhavani, Chandi dan Mahishasurmardini yang merupakan Sakti Dewa Siva.

Coba anda perhatikan gambar berikut ini


Lambang Hindu : ‘OM’= angka 786-nya Arab Semua Quran Arab dicetak dengan angka-angka misterius 786. Tidak ada pakar Muslim yang tahu mengapa angka 786 dianggap sebagai angka-angka suci. Namun angka “misterius” ini tidak lain dari huruf suci Veda “OM“. Jika simbol kata “Om” tersebut diputar 90 derajat, kenapa sangat mirip dengan gambar disebelahnya “Allah”?

Kalender lunar (bulan) diperkenalkan kepada Asia Barat selama kekuasaan kerajaan India. Hal ini diindikasikan oleh Bulan Muslim ‘Safar’ yang juga menunjukkan bulan ‘extra’ (Adhik Maas) dalam kalender Hindu. Bulan Muslim ‘Rabi’ berasal dari kata Ravi yang berarti ‘matahari’ karena huruf Sansekerta ‘V’ dirubah Prakrit ‘B’ (Prakrit merupakan versi sehari-hari2 bhs Sansekerta). Tradisi Muslim juga mengenal hari Gyrahwi Sharif tidak lain dari hari Ekadashi dalam tradisi Hindu (Gyrah = elevan atau Gyaarah) yang memiliki arti yang sama.

Beberapa sumber juga mengatakan bahwa penjelasan Veda tentang bulan dan konstelasi bintang berbeda-beda serupa dengan Qur’an Surat 2, stanza 113, 114, 115, and 158, 189, Surat 9, stanza 37 & Surat 10, stanza 4 – 7.

Pembacaan Namaz (solat) lima kali sehari juga dikatakan berasal dari tradisi Veda bernama Panchmahayagna (5 kali pemujaan) yang merupakan kewajiban bagi setiap mahluk Hindu, terutama di India. Uniknya, tradisi Muslim dalam membersihkan 5 bagian tubuh sebelum solat ternyata juga sama dengan aturan ‘Sharir Shydhyartham Panchanga Nyasah’ dalam tradisi Veda.

4 bulan dalam setahun dianggap suci dalam tradisi Islam dimana tidak diperboleh menjarah atau melakukan tindakan kriminal selama periode tersebut juga serupa dengan tradisi Chaturmasa dalam Veda, yaitu periode 4 bulan puasa dan menghindari tindakanan-tindakan tidak suci.

Beberapa pakar mengatakan bahwa Shabibarat adalah kata lain bagi Shiva Vrat dan Shiva Ratra. Karena Ka’abah merupakan pusat penting dewa Siva, festival Shivaratri biasanya dirayakan disana dengan besar-besaran. Festival itulah yang disebut dalam Islam sebagai Shabibarat.

Menurut sejumlah encyclopaedia, memang ada ukiran-ukiran tulisan didalam dinding Kabah. Namun para pakar sejarah tidak pernah diijinkan masuk. Tetapi menurut pengakuan beberapa orang, ada tulisan dalam huruf Sansekerta dan bahkan ada stanza-stanza dari Bhagavad Gita.

Hubungan antara jaman awal Islam dengan Hindu (India) juga diperkuat oleh keterangan Ahadis Imam Bukhari bahwa suku India, Jat, berada di Arabia jauh sebelum jamannya Mohamad. Bahkan ketika Aisha jatuh sakit, keponakannya memanggil tabib Ayurvedic (kedokteran Veda),\ dari suku Jat untuk menyembuhkannya. Bukhari juga berbicara tentamg seorang raja India yang mengirim satu jahe yang direndam cuka (ginger pickles) kepada nabi. Ini menunjukkan bahwa raja Jat India menguasai kawasan didekatnya sehingga mampu memberikan hadiah yang begitu sepele seperti satu pot jahe. Nabi malah dikatakan sangat menyukainya. Ini bukti bahwa selama jaman Mohamad, orang India berpengaruh di Arabia.

Paman Muhamad sendiri, Umar-Bin-E-Hassham merupakan pengikut Dewa Siva yang taat. Ia menolak untuk masuk Islam dan akhirnya tewas oleh seorang pengikut Nabi yang fanatik. Ia seorang penyair terkenal dan menulis sajak-sajak memuja dewa Siva. Salah satunya bisa ditemukan dlm hal 235 Sayar-Ul-Okul
:
Kafavomal fikra min ulumin Tab asayruKaluwan amataul Hawa was TajakhruWe Tajakhayroba udan Kalalwade-E LiboawaWalukayanay jatally, hay Yauma Tab asayruWa Abalolha ajabu armeeman MAHADEVAManojail ilamuddin minhum wa sayattaruWa Sahabi Kay-yam feema-Kamil MINDAY YaumanWa Yakulum no latabahan foeennak TawjjaruMassayaray akhalakan hasanan KullahumNajumum aja- at Summa gabul HINDU”
Artinya;

Seorang lelaki yan menghabiskan seluruh hidupnya dalam dosa dan imoralitas dan membuang hidupnya demi nafsu dan kemarahan Jika ia bertobat dan ingin kembali kepada moralitas, adakah pengampunan tersedia baginya ? Bahkan jika hanya sekali ia dengan tulus memuja Mahadewa (dewa Siwa), ia bisa mencapai posisi tertinggi dalam jalan kebenaran Ya Tuhan! Cabut seluruh nyawa saya dan sebagai gantinya, berikan saya satu hari saja untuk tinggal di Hind (india) sebagai lelaki yang menjadi bebas secara spiritual saat mencapai tanah suci Dengan ziarah ke Hind, seorang lelaki bisa mencapai kebijakan untuk melakukan tindakan mulia dan mendapat kehormatan menyentuh guru-guru Hindu yang mulia

Nama keluarga Muhamad adalah Quraish (Kureshi), yang sebenarnya adalah bagian dari dinasti India, Kuru, yang pernah menguasai India. Diketahui bahwa paman Muhammad, Umar bin-e Hassham dan keluarganya terlibat dalam pembuatan Arca dan Kuil (Ka’abah).

Encyclopedia Islamia menjelaskan bahwa kakek Muhamad dan paman-pamannya mewariskan jabatan sebagai pendeta-pendeta Ka’abah yang menyimpan 360 arca dewa-dewi. Muhamad menghancurkan semua arca tersebut kecuali arca yang paling utama, yaitu Batu Hitam [Hajar Al Aswad] / Siva Linggam / Lingga Siva. Dewa Siva dulu pernah dipuja Arab. Dan paman Muhamad juga seorang pemuja Siva dan menulis berbagai puisi memuja dewa Siva.

Melihat bukti-bukti di atas, mungkinkah Ka’bah pada awalnya adalah sebuah Kuil Siva (Hindu)?
Gambaran yang menyerupai Ka'bah dalam weda

Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 – 1978) dalam bukunya mengiutip banyak sloka-sloka Veda yang berhubungan dengan islam, meskipun menurut pandangan saya itu adalah tafsir yang keliru, tapi saya coba lemparkan disini untuk dikritisi. Isinya adalah sebagai berikut;
Atharwa Weda berisi Sukta yang panjang dalam pujian kepada Ka’bah. Namun, agar bisa memahami ramalan ini dengan jelas, beberapa fakta hendaknya di simpan dalam ingatan.
Mantera ini diberi judul sebagai Purush Medha, yang berarti ‘pengurbanan manusia’.

Pada masa-masa awal seorang pribadi yang besar dikurbankan, dan mantera ini dibacakan pada peristiwa penyerahan kurban persis untuk mengingat peristiwa itu. ‘Atharwa Resi’ yang di rujuk dalam mantera ini adalah Nabi Ismail. Kami telah memperbincangkan hal ini cukup panjang dalam nubuatan Ibrahim.

Menurut penelitian, "Ibrahim dan Brahmaji adalah dua nama dari pribadi yang sama". Puteranya yang sulung dikenal sebagai Atharwa atau Ismail dan yang lebih muda dinamai Angira atau Ishak. Mantera ini mengacu kepada Ismail yang dikurbankan. Ini adalah suatu perkara nyata, suatu pengurbanan baik bapak maupun puteranya. Puteranya ini dalam usianya yang lanjut adalah satu-satunya harapan Ibrahim, putera keduanya belum dilahirkan sampai terjadinya peristiwa ini. Dengan mengabaikan hal ini, dia memutuskan untuk mengurbankan puteranya, setelah melihat dirinya berbuat demikian dalam rukyah. Karena itu, ini adalah suatu pengurbanan besar baginya di samping pengurbanan puteranya.

Dengan menyimpan fakta-fakta ini dalam ingatan maka arti dari mantera ini akan menjadi lebih jelas:
Maka setelah dua-duanya berserah diri, dan ia (Ibrahim) menelungkupkan dia di atas dahinya. Dan Kami menyeru kepadanya: wahai Ibrahim, Sesungguhnya engkau telah memenuhi impian (dikau). Demikianlah Kami mengganjar orang-orang yang berbuat baik” (QS. 37:103-105).
Dalam Atharwa Weda 10:2:26 didapati:

Atharwa menjahit kepala dan hatinya bersama-sama, kesalehan bergerak di dahinya”.

Nabi Ibrahim melihat dalam mimpi bahwa dia mengurbankan puteranya, Ismail. Dia meminta pandangan puteranya akan masalah ini, dan puteranya menjawab:

Wahai ayahku! kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau; insya Allah engkau akan menemukan aku golongan orang yang sabar” (QS.37:102).

Jadi, Ismail dengan gembira menaati permintaan ayahnya, dan inilah apa yang dikatakan Weda bahwa Atharwa atau Ismail telah menjahit kepalanya dengan hatinya, dengan perkataan lain, setuju untuk meletakkan kepalanya.
Dalam mantera berikutnya, dikatakan:

Kepala Atharwa adalah suatu tempat dimana tinggal para dewa. Ini tertutup dari segala penjuru, hati dan perlengkapan yang menjaganya” (Atharwa Weda 10:2:27).

Tempat dimana Ibrahim mengurbankan puteranya adalah tempat duduk para malaikat dan ruhul kudus. Ini dibentengi dengan baik dan dijaga, sehingga musuh tak akan pernah bisa menaklukkannya.

Kata pranah, dalam mantera, berarti malaikat, dengan kepala yang dimaksudkan adalah Ismail dan dengan hati, yang dituju adalah Ibrahim. Semua atribut yang menonjol ini hanya terdapat dalam Ka’bah kaum Muslimin dan tak ada dalam bangunan keagamaan yang lain. Ka’bah adalah tempat dimana para malaikat tinggal dan yang dilindungi dari musuh, tak ada kekuatan yang membencinya yang pernah bisa mengalahkannya, para malaikat dan Tuhanlah penjaganya.
Beberapa Atribut lain dari Kabah tertuang dalam Atharwa Weda 10:2:28;

Apakah itu dibangun tinggi, dindingnya bergaris lurus atau tidak, tetapi Tuhan kelihatan di setiap sudutnya. Dia yang mengenal Rumah Tuhan, akan mengetahuinya karena Tuhan diingat di sana”

Ka’bah itu bukanlah suatu bangunan yang indah atau dihias-hias, – tidak, bahkan ini tidak dibangun dengan metodologi atau ketepatan. Dindingnya tidak paralel satu sama lain. Jika panjang salah satu dindingnya adalah 26 kaki, maka panjang yang satunya lagi 25 kaki dan begitu pula lebarnya yang sebelah 22 kaki dan di sebalah lainnya 20 kaki. Ini bukan suatu kuil emas atau perak tetapi suatu bangunan yang sangat sederhana dari batu-bata biasa; tetapi meskipun demikian ini dianggap suci oleh jutaan orang yang menemukan dalam setiap inci dari bangunan ini manifestasi dari Tuhan serta rahmatnya yang tak terhingga. Tuhan selalu diingat di sini dan dia yang pergi ke Ka’bah merasa benar betapa dekat dia kepada Tuhan. Weda benar ketika menggambarkannya sebagai suatu bangunan tanpa dinding yang lurus tetapi di mana Tuhan terlihat dan dipuja.
Dalam mantera yang berikutnya didapati:

“Dia yang mengenal Rumah Tuhan yang suci ini, yang penuh dengan kehidupan, Tuhan dan Brahma (Nabi dari Tuhan) menghadiahi dia penglihatan mendalam, kehidupan dan anak-anak”. (Atharwa Weda 10:2:29)

Ka’bah dari kaum Muslimin dipenuhi dengan kehidupan ruhani dan menjadi sumber utama spiritualitas. Telah ditulis dalam Taurat Musa bahwa Ibrahim mendapat kabar gembira atas anaknya yang besar dan keturunannya yang banyak. Bahkan hingga kini para pengikut Ibrahim lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan kaum lain. Inilah tepatnya apa yang dikatakan oleh mantera Weda, ‘dia yang menghubungkan dirinya dengan Rumah Tuhan, yakni Ka’bah kaum Muslimin, akan diberi penglihatan mendalam, kehidupan serta keturunan yang besar”.
Mantera yang berikut ini juga memberi makna yang sama:

“Dia yang mengenal Rumah suci ini, spiritualitas dan penglihatan mendalam tidak akan meninggalkannya sebelum usia tua, karena Tuhan diingat dalam Rumah ini”. (Atharwa Weda 10:2:30)

Bila seseorang sekali telah diberi penglihatan mendalam yang benar dan dia menyusuri jejak-langkah Nabi Suci dan mempelajari apa arti Ka’bah itu, ruhaninya akan meningkat dari hari ke hari dan dia tak akan terpisahkan dari ilham dan petunjuk Ilahi.
dalam Atharwa Weda 10:2:31 terlihat suatu gambaran dari ka'bah:

“Tempat tinggal para malaikat ini mempunyai delapan lingkaran dan sembilan pintu. Bangunan ini tak terkalahkan, di sana ada kehidupan abadi di dalamnya dan ini berkilauan dengan cahaya Ilahi”.

Weda telah memberikan gambaran yang benar tentang Ka’bah. Sesungguhnya, Rumah Tuhan mempunyai sembilan pintu. 
  1. Bab Ibrahim
  2. Bab-al-Vida
  3. Bab-al-Safa
  4. Bab Ali
  5. Bab Abbas
  6. Bab al-Nabi
  7. Bab al-Salam
  8. Bab al-Ziarat
  9. Bab al-Haram. 
Delapan lingkaran adalah garis alami yang mengitari wilayah itu di antara perbukitan yang mengitarinya, namanya adalah: 1. Jabl Khalij, 2. Jabl Kaikan, 3. Jabl Hindi, 4. Jabl Lala, 5. Jabl Kada, 6. Jabl Abu Hadida, 7. Jabl Abi Qabes, 8. Jabl Umar. Lagi, Ka’bah adalah tempat tinggal para malaikat dan tetap selalu tak terkalahkan.
“Ruh Yang Unggul yang pantas disembah tinggal di Rumah yang dibangun di atas tiga pilar dan tiga kuda-kuda kayu serta ini adalah pusat dari kehidupan abadi. Manusia ilahiyah mengenal ini baik­baik”. (Atharwa Weda 10:2:32)

Ka’bah tidak ada berhala ataupun benda obyek sesembahan yang lain. Ini adalah suatu bangunan biasa tegak di atas tiga pilar dengan tiga kuda-kuda kayu di atasnya, namun demikian ini adalah pusat dari kehidupan abadi dan suatu tambang ruhani. Ruh Yang Maha-tinggi terlihat dan terasakan di sini bagi manusia ilahiyah yang memiliki kedalaman penglihatan.
“Brahma atau Ibrahim tinggal di hunian ini yang disinari oleh cahaya langit dan diselimuti dengan berkah Ilahi. Ini adalah tempat yang memberi kehidupan (ruhani) kepada orang-orang dan tak bisa ditaklukkan”. (Atharwa Weda 10:2:33)

Semua mantera dari Atharwa Weda di atas telah memberi gambaran tentang Ka’bah dan memuji tempat ibadah yang suci ini. Setiap mantera memberi gelar yang baru yang merupakan kualitas karakteristik sejati dari Rumah Tuhan ini. Untuk menyimpulkan seluruh perkara ini, maka Ka’bah adalah suatu memorial yang memperingati suatu pengurbanan yang besar; ini selalu bebas dari pemerintahan, para penghuninya mendapatkan makanan yang berlimpah, dinding-dindingnya tidak dibangun lurus, ini adalah tempat yang penuh dengan kehidupan spiritual, ini memiliki sembilan pintu dan delapan lingkaran, ada tiga pilar dan tiga kuda-kuda di atasnya, dan ini adalah tempat dimana Ibrahim datang dari tanah yang jauh, membuatnya jadi tempat tinggal untuk sementara lalu membangun Rumah Tuhan di sana.

Jadi, mantera-mantera ini tepat sesuai dengan gambaran al-Quran mengenai Ka’bah:

“Sesungguhnya rumah permulaan yang ditetapkan bagi manusia ialah Rumah yang ada di Bakkah, yang diberkahi dan pimpinan bagi sekalian bangsa. Di dalamnya terdapat tanda bukti yang terang, (yaitu) Tempat Ibrahim; dan barangsiapa Memasuki itu ia akan aman”. (Q.S. 3:95-96).
dari beberapa literatur tadi mungkinkah Ka'bah merupakan bekas kuil hindu?

silahkan dicermatai dan kembali mencari refrensi untuk mengungkap kebenarannya, memang ini agak sulit karena jangankan orang non-muslim, yang sudah jelas muslim saja belum diperbolehkan untuk masuk kedalam ka'bah untuk meneliti sejarah dari ka'bah itu sendiri, seperti dalam penelitan arkeologi yang lainnya.

untuk refrensi tentang penyebaran paham sanatana dharma.
demikian sekilas artikel yang mencoba membuka maindset kita semua tentang Benarkah Ka'bah bekas kuil hindu?. semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita semua.


Sumber :Cakepane.blogspot.com

Segara Tanah Lot, Angin Ngelinus dan Hujan Sambut Ida Betara Luhur Batu Karu


Segara Tanah Lot, Angin Ngelinus dan Hujan Sambut Ida Betara Luhur Batu Karu

Sugra Ratu Sesuhunan Batu Karu, Panjak Ida driki. Setelah menempuh perjalanan panjang dengan berjalan kaki kurang lebih 45 Kilometer dari Pura Luhur Batukau, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, Rabu ( 29 Januari 2020).

Akhirnya iring iringan ribuan umat Hindu yang ikut dalam upacara melasti Ida Bethara Luhur Batukau dalam rangka Karya Agung Pengurip Gumi tiba di segara Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Kamis ( 30 Januari 2020).

Yang menarik sebelum Ida Bethara Luhur Batukau tiba di segara Pura Luhur Tanah Lot sekitar pukul 15.30 Wita tiba tiba angin ngelius terjadi di tengah laut tepatnya di sebelah barat Pura Luhur Tanah Lot. Angin tersebut berputar keatas sangat jelas terlihat ketika air laut ikut memucrat keatas diputar oleh sang angin. Kejadian yang berlangsung sekitar empat menit itu membuat pemedek dan pengiring bangun dari tempat duduk menyaksikan penomena alam tersebut.

Perlahan angin tersebut mengarah ke timur lalu menghilang. Tak berselang lama iring iringan Ida Bethara Pura Luhur Batukau tiba di segara Pura Luhur Tanah Lot. Selain disambut kerauhan dari pemedek, kedatangan Ida Bethara Luhur Baktukau juga disambut rintik rintik hujan. Semakin lama hujan semakin deras dan lebat.

Meskipun hujan lebat tidak menyurutkan pemedek mengiringi Ida Bethara Pura Luhur Batukau. Ni Wayan Ani (38) Salah satu warga Abiantuwung, Kediri rela basah kuyup menyaksikan kedatangan Ida Bhatara Pura Luhur Batukau. “Biasanya saja kena hujan sedikit, langsung puruh (sakit kepala ).

Sekarang demi Ida Bhatara Pura Luhur Batukau saya siap basah kuyup hujan hujanan,” jelasnya. Ia pun berharap ngiring Ida Bethara Batukau ke segara Tanah Lot bisa menyembuhkan penyakitnya. “Saya berdoa dan berharap sakit yang saya derita ini sembuh. Saya memohon kepada sesuhunan Ida Bethara Pura Luhur Batukau, agar saya sembuh,” jelasnya. Setelah semua iring iringan Bethara Pura Luhur Batukau tiba kemudian dimulai rangkaian upacara.

Mulai dari Melabuh Gentuh, Padudusan Agung, Mapekelem, dan munggah ke Pura Luhur Tanah Lot. Sekitar pukul 20.30 prosesi upacara di Pura Luhur Tanah Lot selesai dan iring iringan Ida Bethara Luhur Batukau kembali ke Pura Luhur Batukau melintasi jalur yang sama saat berangkat sepanjang kurang lebih 45 Kilometer.

Sumber: Balitopnews.com 

Ngidih Pelih, Arti dibalik Permohonan Maaf Orang Bali



Hidup didunia ini sebagai manusia biasa tindakan dan perkataan dipastikan dipastikan memiliki beribu kesalahan baik terhadap orang lain maupun dirinya sendiri.

Saat kita menyadari kesalahan yang kita perbuat, pasti kita memohon maaf kepada orang yang merasa tersinggung atau pun dirugikan.

Pastinya permohonan maaf yang tulus diutarakan dengan sepenuh hati maka orang tersebut akan dimaafkan.
Karena, sesama manusia yang hidup berdampingan patut menerima kesalahan dan kekurangan kita. Seperti pepatah Bali mengatakan “Tan Hana Ewang Swasta Nulus”. Ungkapan kata mutiara tersebut yang sering kitq terdengar itu hanya untuk mempertegas. Karena, Orang Bali meminta maaf kebanyakan hanya dengan kata ampura yang sering dikatakan di dalam konteks komunikasi antara orang pertama dengan orang kedua yang lebih dihormati.

Apabila pada saat mengucapkan kata ampura atas kesalahan, orang kedua memaafkan dengan balasan nggih ten kenapi, selesai.

Biasanya percakapan yang seperti itu terjadi karena kesalahan kecil. Seandainya yang terjadi kesalahan yang lebih serius dan melukai hati orang lain, mungkin kata ampura saja tidak cukup.

Nah,ada lagi satu kata permohonan maaf orang Bali yaitu ngidih pelih. Permohonan maaf ini yang diartikan lebih dalam. Bisa dikatakan seperti itu.

Yang kedua kata tersebut memang sama-sama diartikan dengan “mohon maaf”. Akan tetapi, bahwa tidak semudah itu dapat disamakan. Walaupun diterjemahkan dengan istilah yang sama, keduanya hadir dalam situasi yang bertolak belakang. Selain itu juga ditentukan oleh hubungan si pelibat percakapan.

Jika kata ngidih pelih dibedah secara harfiah maka arti yang didapatkan adalah “minta salah”.

Ada apa gerangan meminta kesalahan?

Ternyata bukan kata maaf saja yang diminta di dalam konteks percakapan tersebut melainkan memohon kesalahan yang ia perbuat agar dikembalikan pada dirinya sehingga orang yang tersakiti tidak terbebani oleh kesalahan yang terjadi walaupun tidak sepenuhnya dapat memperbaiki keadaan.

Kata permohonan serius seperti diatas tersebut dapat dikatakan sebagai penerimaan atas kesalahan diri dan permohonan kekurangan diri.
Inilah karakter Orang Bali.

Kata ngidih pelih tidak muncul dengan mudah dari mulut setiap orang yang bersalah terhadap orang lain.

Jika dampak dari kesalahan tersebut dirasa sangat merugikan maka istilah tersebut mewakili rasa penyesalan yang dalam dan introspeksi yang tulus. Hal itu tidak akan terjadi jika tidak ada kedekatan hubungan antara keduanya. Dengan kata lain, ucapan ngidih pelih hadir di antara hubungan kekeluargaan baik dalam kontek kekerabatan mapun persahabatan. Pihak yang dirugikan pastinya menerima permohonan tersebut walaupun di dalam hatinya masih menyimpan rasa sakit dan duka.

Permohonan maaf seperti itu menyiratkan konsep sosial masyarakat Bali yaitu manyama braya yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan yang kuat. Walaupun di dalam hubungan bermasyarakat yang selalu ada rasa kecocokan maupun ketidakcocokan, orang Bali tetap menanamkan rasa kepedulian dan toleransi yang tinggi.

Saling memaafkan satu sama lain memang menjadi tali penguat jalinan persaudaraan.
Tetapi, sikap tersebut patutnya juga menjadi hal yang memberikan penyadaran untuk berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku agar tidak merugikan orang lain baik sengaja maupun tidak disengaja.

Inilah pentingnya bahasa dalam menunjukkan kualitas diri orang Bali.

Bahasa tidak hanya media penyampaian pikiran tetapi juga penjalin suatu kedekatan mental dan emosional dalam menyatukan fisik yang terpisah menuju pengertian ideasional.

Bahasa Bali yang pluralis memberikan ruang kebebasan yang terkendali menuju kesopanan dan kesantunan.
Karakter yang kental dari orang Bali.

Ngidih pelih mewakili kesantunan dan wujud intropeksi diri manusia Bali.

Itulah mulat sarira, penyadaran ke dalam diri.

Memohon Anak Laki-laki Dengan Canang Yase

Anak merupakan harta yang tak bisa dinilai dengan apapun. Jika pasangan yang sudah menikah pasti ingin pempunyai keturunan. Banyak yang mengharapkan anak-laki-laki terutama orang Bali. 
Orang Bali yang sudah menikah dan kabanyak diantaranya mengharapkan anak laki-laki, dari sebab itulah diantaranya sampai mempunyai anak lebih dari 5, karena 4 dari anak mereka adalah anak perempuan. Kenapa?

Di Bali anak laki-laki merupakan sebagai penerus, kalau orang Bali bilang (Ngaliang Jalan Pas Sing Nuu) mencarikan jalan disaat ayah/orangtuanya meninggal, karena proses dari upacara ngaben ini termasuk prosesi yang panjang. Untuk itu, anak laki-laki sangat diharapkan oleh kebanyakan masyarakat Bali. 

Cara dan Memohon Anak Laki-laki

Disini saya mau sedikit bercerita tentang yang saya alami, 2 tahun menikah dan belum juga dikarunia anak, saya nggak berharap anak saya laki-laki maupun perempuan, saya hanya berharap mempunyai anak normal dan sehat. 

Dari pertama keguguran, karena istri diprediksi ada karker rahim jadi pas saat itu hamil, tetapi apa boleh buat, tejadilah keguguran. Dan selanjutnya menangani kaker rahimnya, kebetuan kangkernya tidak ganas, tetapi, perlu proses penyembuhan dari oprasi yang tidak diangkat, hanya di garuk, kata medikalnya. 

Darisitu saya mungkin sudah putus asa, apalah, tapi yang namanya nenek, ibu saya pasti mengharapkan cucu. 

Saat itulah ia teringat oleh kakaknya yang selalu memohon anak laki-laki dengan canang yase. 

Iwak (kakak dari ibu saya) ia berumur saat itu 40 tahunan dan sudah dikaruniai anak perempuan 4 dan anak-anak mereka sudah besar-besar yang paling besar mungkin sudah bekerja pada saat itu, karena jaman dulu orang Bali kebanyakan menikah umur kecil-kecil. Saat itulah iwak saya memohon agar dikaruniai anak laki laki. 

Silakan tonton Video Cara Membuat Canang Yase dibawah. 

Canang Yase tersebut diaturkan diatas bantal tempat tidurnya dan selalu memohon kepada leluhur agar numitis (renkarnasi) sebagai anak. 

Dan setelah 1 bulan iwak saya itu hamil tentunya harus berhubungan suami-istri. Dan ternyata iwak saya dikaruniai anak laki-laki, anak itu sekarang sudah berumur 24 tahun. 

Nah, kembali lagi dengan ibu saya, dia setiap hari membuat canang yase dan menghaturkannya di Bhetara Hyang Guru, dimerajan agar betara kompiang menumitis sebagai anak saya, cucunya. 

Ternyata kenyataan yang tak terduga setelah 7 bulan dari istri saya oprasi karena kanker rahim, dia hamil dan mengandung anak laki-laki. Anak saya sekarang berumur 3 tahun Astungkara. 

Nah, itu sedikit cerita saya yang berharap mempunyai anak walaupun tidak berharap laki-laki. Saya percaya adanya tuhan, merajan, dan sembahyang. Orang Bali, warisan leluhur patut di tiru dan dijalankan.  

Jual Blog Murah Langsung Pakai


Apakah Anda ingin memiliki sebuah blog? Tapi bingung gimana cara membuatnya! Mau belajar proses dan caranya sama payanadewa.com tapi nggak punya waktu banyak. Bahkan untuk mengedit template juga susah jika tidak mempunyai leptop atau komputer.


Ini merupakan alasan kenapa banyak yang gagal saat ingin menjadi penulis blog. Tergadang juga rasa takut lebih besar daripada keyakinan diri. Dan disinilah perlu bantuan seseorang. 



Nah, payanadewa.com hadir untuk Anda yang ingin memiliki sebuah blog seperti ini. Tanpa perlu Anda repot-repot untuk seting Domain, Template, bahkan edit HTML.

Ada Jasa Selain Jual Blog, Payanadewa.com juga Menyediakan Pasang Iklan di Blog Ini

1. PAKET 200.000

Untuk paket yang paling pertama Anda mendapatkan:
  • Pembuatan Blog Gratisan
  • Template Premium seperti Blog ini
  • Pembuatan Contact, Privacy dan Disclaimer
  • Pendaftaran Webmaster Toll supaya nongol di Google
  • Gratis 5 artikel
  • Dipandu 1 minggu


2. PAKET 500.000

Untuk Paket yang kedua Anda dapat memperoleh beberapa fasilitas seperti:
  • Pembuatan Blog TLD (Com)
  • Template Premium seperti Blog ini
  • Pembuatan Contact, Privacy dan Disclaimer
  • Pendaftaran Webmaster Toll supaya nongol di Google
  • Gratis 5 artikel
  • Dipandu 1 minggu


3. PAKET 800.000

Untuk Paket yang ke 3 Anda mendapatkan fasilitas seperti:
  • Pembuatan Blog TLD (Com)
  • Template Premium seperti Blog ini
  • Pembuatan Contact, Privacy dan Disclaimer
  • Pendaftaran Webmaster Toll supaya nongol di Google
  • Gratis 10 artikel
  • Dipandu tanpa batas waktu


Payanadewa.com juga menyediakan Blog Toko onlinne seperti www.belajarmembuatbantenupakarabali.com itu merupakan hasil dari saya. 

Bagaimana apakah tertarik dengan jasa yang saya sediakan diatas? jika tertarik silakan hubungi saya melalui kolom dibawah.
Nama :Alamat Email * :Isi Pesan * :

Upakara Pemarisudha Prawesa Pekarangan kemasukan Ular


Upakara Pemarisudha Prawesa Pekarangan kemasukan Ular

Upakara Pemarisudha Prawesa Pekarangan kemasukan Ular

Beberapa hari ini masyakarat khususnya di Bali sering ada kejadian, dinama rumah/paumahan kemasukan ular, kadang ular tersebut berada di tempat tidur, ular didalam almari/bupet, ular di kamar mandi, dan tempat lainnya di dalam rumah.

Banyak sekali ada kejadian seperti ini dan bahkan sering terjadi di masyarakat Bali, tetapi kebanyakan hanya mengandalkan logika dengan cara menaburkan garam di sekitar bangunan (rumah), tetapi nyatanya kedatangan ular lagi dan lagi terjadi terus-menerus.

Jika kita pikirkan hal seperti ini dengan logika sehat, bahwa seekor ular sesungguhnya bertempat disemak belukar atau di pohon-pohon, tapi kenyataannya berada didalam rumah.

Cara Mengatasi Ular Masuk Rumah Versi Pemarisudha Prewesa

Coba kita abil dari kejadian ini hendaknya kita tidak memakai logika lagi, sudah waktunya memakai srada kembali kepada kekuatan alam dengan cara mempercayai dan meyakinkan dengan petunjuk sastra Agama Hindu Bali, yakni Lontar Tutur Sang Hyang Eka Bhuana, bahwa alam memberikan isyarat kepada manusia, karena pekarangan yang demikian adalah termasuk pekarangan angker, sehingga auranya dapat mempengaruhi jiwa orang yang menempati pekarangan tersebut, dapat mengakibatkan selalu munculnya perselisihan antar anggota keluarga sehingga sering muncul keributan, sering menyebabkan keadaan boros atau menemukan marabahaya, oleh karena itu pekarangan yang demikian perlu dibuatkan suatu upacara untuk menetralisir keangkerannya.

Upakara Pemarisudha Prawesa Ular

Mengenai dari upakara pemarisudha adanya prawesa karena adanya ular, dilihat dari dimana ular tersebut ditemukan diantara tri mandala;
  • Jika ditemukan di uttamaning mandala, pemarisudha dilaksanakan ditengah halaman pamerajan
  • Jika ditemukan ular di madyaning mandala, pemarisudha dilaksanakan ditengah halaman pekarangan/paumahan.

Upakaranya sebagai berikut:

Upakara di sanggah kemulan:
  • Banten Pejati
  • Ngajum tirtha 

Upakara di tempat upacara:
  • Banten pejati asoroh
  • Ngajum tirtha
  • Banten sesayut durmengala
  • Segehan sasah warna hijau 11 tanding, ditanding diatas sebuah alat sidi
  • Nasi harus poleng menyerupai ular, beralaskan daun telunjungan (ujung daun pisang udang sabha), berisi bawang jae garam, telor ayam mentah, arak dan berem, masing-masing dialas dengan takir prayascita, dan bayakawonan.

Tata Cara Upacara Pemarisudha Prawesa Ular

Untuk melaksanakan upakara ini, selalu harus menggunakan dewasa ayu, seperti “Kajang Kliwon Uwudan”. Ngastawa kehadapan sang hyang Siwa Raditya sebagai pesaksi, mantra:

Ong aditya syaparanjotir, rakta teja namas tute, sweta pangkaja madyaste, baskara ye namah swaha. ong hrang hring sah parama siwaditya ye namah swaha

Pangestawa kehadapan Bhatara Siwa Druwa resi, mantra:
Ong, na, ma, si, wa, ya, ang, ah, ong, ing, siwa druwa resi maha sidhi ya namah swaha

Sesontengan Saa:

Om pakulun sang hyang siwa raditya, sang hyang wulan lintang tranggana, meraga sang hyang triodasa saksi, sang hyang siwa guru, sang hyang siwa druwa resi, saksinin manusanira angaturaken tadah saji pawitra sprakaraning daksina, anyenengana bethara kabeh, manusanira kekeneng prawesa durmengala ring paumahan ipun marupa ula, mangke manusanira anadaha tirtha panglukatan, sehananing prawesa durmangala ring paumahan muah ring sariran ipun sang

Adruwe umah. Asung kertha nugraha bhetara ngeyogani pinunas manusanira mangda luput ring sarwa lara wigna, matemahan menadi amertha urip waras dirgayusa
Om sidhi rastu ye namah swaha

Mantra Laban:

Sa, ba, ta, a i,sarwa bhuta ya namah swadaNdah ta kita sang bhuta prewesa-prawesi, sang bhuta durwesa-durwesi, sang bhuta durmengala, sang bhuta widura sandhi, maka kala wadwan sira kabeh, mari sira mona, apan sira manadi utusan hyang siwa ruwa resi arpa ula, mangke ingsun paweh sira tadah saji sanggraha, iki tadah sajinira, ngeraris amukti sari, wus amukti raris sumurup sira menadi widyadara-widyadari, aluara sira sakeng paumahan muah sariran ingsun sang adruwe umah, paweha ingsun urip waras, dirgayusa ring kahuripan. ong ing namah. 

Ong bhuktyantu durga ketara, bhuktyantu kala mewaca, bhuktyantu sarwa bhutanam, bhuktyantu pisace sanggyem. Ang...Ah, mertha bhuta ya namah swada, Ang, Ung, Mang, siwamertha ya namah swada

Prelina bhuta mantra:

A, Ta, Sa, Ba, I, Sarwa bhuta murswah wesat, Ang...Ah

Setelah pangastawa tadi, langsung mengucapkan mantra pesucian, mantra:

Ong jalasidhi maha sakti, sarwa sidhi maha tirtha, sarwa tirtha manggala'ya, sarwa papa minasaya, ong sriyam bhawantu, ong sukham bhawantu, ong purnam bhawantu

Sesudah ngaturang tirtha pasucian tersebut, baru percikan tirthanya. namun kalau tidak memakai mantra cukup mencipratkan (memercikan) tirtha penglukanan dari sulinggih saja. percikan tirtha ke seluruh rumah dari sanggah pamerajan sampai ke pintu gerbang (angkul-angkul) dan lebuh;

  • Durmengala bayekawonan
  • Prayascita
  • Tirtha kemulan
  • Tirtha hyang siwa druwa resi

Kemudian ngayabang Banten Pejati, mantra:

Ong hyang angadakaken sari, ong hyang anyumputaning sari, ong hyang angisepaning sarining yadnya lunga-sari-teka-sari (3x) ang ah amertha sanjiwani ye namah swaha ang, ung, mang, siwamertha ye namah swaha.

Kemudian tetabuhan arak berem pada laban tersebut, dengan tata cara:

Berem, kemudian arak (pinaka upethi) Tirtha (pinaka nyomia / stiti)
Arak, kemudian berem (pinaka prelina) pengerstawa kehadapan bhatara hyang guru.

Kemudian memohon penugrahan, mantra:

Ong anugeraham manuharam, dewa datta nugerahakem, yarcanam sarwa pujanam, namah sawra nugerahakem, dewa-dewi maha sidhi, yadnya khartem mulat midem, laksmia sidhis'ca, dirgahayu nirwigna suka werdhi tah

Percikan tirta-tirtha ini ke sanak keluarga:

  • Durmengala
  • Bayekawonan

Prayascita

Sesudah itu, sanak keluarga melakukan persembahyangan bersama sesuai "kramaning sembah". Tunasang tirtha kepada sanak keluarga: tirtha kemulan, tirtha hyang siwa druwa resi. ngayab laban. setelah itu, tempatkan laban pada tempat pertama dilihat ular tersebut, ditutup dengan sangkar ayam/keranjang, biarkan satu malam, keesokan harinya diletakkan di depan angkul-angkul (lebuh), taburkan arak kemudian beremnya. sorenya sudah bisa dibuang.

Versi Lontar Bhama Kertih

Isi dari Lontar Bhama Kertih, pekarangan yang dimasuki ular dapat dikatakan karang panes. Untuk menanggulangi efek negatifnya, dibuatkalah palinggih Indra Blaka di luar rumah.


Demikianlah acara upakara untuk pekarangan kemasukan ular, perumahan kemasukan ular, ular di kamar mandi, ular di kamar tidur, ular di rumah, Perumahan atau pekarangan kemasukan Ular. semoga bermanfaat.

Banten Otonan dan Cara Meotonan Yang Benar


Bagaimanakah tata cara yang benar saat ‘ngotonin’? Pertanyaan seperti ini sering sekali muncul dari orang tua terutama ibu-ibu muda yang akan meotonan anaknya. Seperti, apa sajakah bantennya, dan bagaimanakah langkah-langkah membuatnya, dan siapa sajakah yang boleh “meotonan”.

Bahan-bahan Persiapan Banten Otonan

Penggunaan Banten sebenarnya fleksibel, namun beberapa masyarakat menggunakan banten seperti tumpeng telu dan tumpeng lima. Pada banten tumpeng lima berisi banten : Pengambean Dapetan Peras Pejati Sesayut Segehan Sarana-sarana lain seperti, Bija, Dupa, Toya Anyar, Tirta Pelukatan, dan Tirta Hyang Guru.

Tahapan-tahapan Sebelum memulai, sang ibu wajib ngayab (menghaturkan) banten kehadapan Sang Hyang Atma. sebagai pertanda bahwa inilah hari dimana beliau manumadi (menjelma). Dilanjutkan menghaturkan Segehan ring sor ( bawah ) bale atau tempat anaknya me’otonan’. Memohon kepada Sang Hyang Butha Kala agar prosesi berjalan lancar, terbebas dari mara bahaya. Selanjutnya ritual otonan dapat dimulai.

Pertama-tama adalah mesapuh-sapuh, yaitu mengusap telapak kanan anak dengan Buu, dimulai dari tangan kanan kemudian tangan kiri, diiringi dengan sesontengan

Cening-cening ne jani mesapuh-sapuh, apang ilang dakin liman ceninge, apang kedas cening ngisiang urip’

Dilanjutkan mengusap dengan toya anyar. Mesapuh-sapuh bertujuan untuk menghilangkan mala atau leteh pada badan kasar yang bersangkutan. Dilanjutkan dengan masegau atau matepung tawar, yaitu mengusap kedua tangan yang bersangkutan dengan don dapdap.

Cening-cening ne jani masegau, suba leh liman ceninge melah-melah ngembel rahayu’

Selanjutnya yang bersangkutan diberi tirta pelukatan. Maknanya adalah, menyucikan, menetralisir kembali Sang Hyang Atma. Agar jiwa yang bersangkutan senantiasa suci, melah (baik), ngembel (dalam genggaman) dan rahayu (keselamatan).

Dilanjutkan dengan Matetebus. Ambil dua helai benang, pertama diletakan di atas kepala sisanya dililit dipergelangan tangan kanan yang bersangkutan, diiringi sesontengan.

Cening-cening ne magelang benang, apang ma uwat kawat ma balung besi.

Video Cara Membuat Banten Otonan bisa simak dibawah: 

Banten Otonan Sederhana 

Banten Otonan Tumpeng 5 

Banten Otonan Tumpeng 7 


Setelah itu yang bersangkutan diberi tirta Hyang Guru. Ini memiliki makna agar yang bersangkutan memperoleh kesehatan dan keselamatan lahir batin, selalu diberi perlindungan oleh sang pencipta.

Yang terakhir adalah Ngayab Sesayut diputar 3 kali searah jarum jam diiringi sesontengan

Nah jani cening ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah”.

Banten pengenteg bayu tersebut bermakna untuk memohonkan agar yang bersangkutan tetap pendirian serta berkepribadian stabil (tidak labil) didalam menjalani kehidupannya.


Tujuan yang dapat diperoleh dari meotonan antara lain, diawali Masesapuh, yakni pembersihan badan kasar dari segala leteh atau mala. 

Kemudian Matepung tawar/Masegau, sebagai sarana untuk menyucikan kembali jiwa atau Sang Hyang Atma, lalu menghubungkan serta menguatkan kembali badan kasar dengan Sang Hyang Atma melalui benang tebus, dan diakhiri dengan mestabilkan pikiran (Ngayab sesayut pengenteg bayu).

Cara Belajar Ngeleak, Budaya Bali

Sisya/Murid yang Belajar Ngeleak: Contoh Gambaran Cara Belajar Ngeleak, Budaya Bali

Om, Swastyastu... 

Ilmu pengeleakan dapat diwariskan melalui tiga cara atau proses yaitu: melalui keturuan / genetik, dengan proses belajar dan membeli. Bagi yang memiliki genetik tidak memiliki keturunan ngeleak, maka pilihannya ada dua yaitu belajar atau membeli.

Untuk yang memiliki opsi ngeleak pilihannya adalah ngelakoni (menjalankan) atau hanya sebatas nyungsung saja.
Sebelum mempelajari Ilmu pengelaeakan ini, guru akan memberikan pentunjuk terlebih dahulu dan harus diketahui otonan murid tersebut (hari lahir versi Bali) hal ini sangat penting, agar murid tidak celaka oleh ilmunya sendiri. Setelah diketahui barulah proses belajar Ngeleak dimulai.

Pertama-tama murid harus mewinten Brahma Widya, dalam bahasa Lontar Ngerangsukang Kawisesan dan hari baikpun diterima oleh sang nabe (guru). Tahap dasar siswa dimulai dengan Aksara Wayah (Modre), dalam hal ini aksara ini tidak dapat dieja karena merupakan aksara baku.

Selajutnya murid di-rajah pada seluruh tubuh dari atas sampai bawah oleh sang guru, hal ini dilakukan di Setra (kuburan) pada saat hari Kajeng Kliwon Enyitan.
Pertama murid memutuskan untuk “nyungsang idep” yaitu membalikan pikiran, semua hal yang tidak baik harus dipikirkan menjadi yang baik, begitu juga sebaliknya, biasanya ritual ini dilakukan dengan mencolek kotoran ayam dan menghirup baunya, ritual ini dikenal dengan istilah “nyolek-nyolek tain belek ”, jika bau ayam lama-kelamaan menjadi harum bagi peserta, maka ia sudah lulus tingkat pertama.

Selanjutnya adalah menjilati “bungut pawon” / tungku berlaluan dan sebagainya. Selesai dari proses ini, barulah sang siswa sah menjadi Leak bagi sang guru dan ia akan melakukan ritual di Setra (kuburan) dengan fasilitas sanggah cucuk dan beberapa sesajen.

Berikut Beberapa Sumpah Yang Harus Ditaati Dalam Belajar Ngeleak :
  1. Selalu hormat dan taat dengan ajaran yang diberikan oleh guru.
  2. Rajin dan taat melakukan ajapa-ajapa untuk menyembah Siwa dan Dhurga dalam bentuk Ilmu Kawisesan (Sakti).
  3. Tidak boleh pamer jika tidak kepepet dan selalu menjalankan Dharma (kebaikan).
  4. Tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh berhubungan intim dengan orang lain selain pasangan berzinah.
  5. Tidak boleh terluka atau dengan cara apa pun melalui ilmu yang dipelajari.


Itulah, Tahapan Belajar Ngeleak, untuk yang ingin lebih tau tentang belajar ngeleak bisa langsung menuju ke masterleakbali.BLOGspot.com disana lengkap, dan bisa langsung mendaftar untuk belajar ngelak. Semoga bermanfaat. 

Om’ Shanti, shanti, shanti om. . .

10 Karang Panes atau Pekarangan yang Tidak Baik Untuk Dijadikan Tempat Tinggal

10 Karang Panes atau Pekarangan yang Tidak Baik Untuk Dijadikan Tempat Tinggal


Orang Bali khususnya yang beragama Hindu bila mengadakan sebuah upacara keagamaan pasti selalu mencari hari baik atau yang disebut dewasa ayu. Selain itu juga dalam memilih tempat tinggal yang hendaknya menggunakan konsep Tri Hita Karana agar tercipta suasana yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya [Asta kosala kosali].

Saya sudah baca dari isi lontar dari “Ira Bhagawan Wiswakarma” yang berbunyi tentang pekarangan atau tanah yang baik dan yang perlu dihindari untuk dibangun baik sebagai perumahan, perkantoran, sekolah, tempat suci dan lain-lain.
Untuk pekarangan yang baik menurut lontar tersebut antara lain :
  • Manemu Labha
  • lebih tinggi di Barat
  • miring ke timur (dari arah pusat kota atau dari arah jalan raya).

Yang disebut “manemu labha” di mana sinar matahari tidak terhalang sejak pagi sampai sore, membawa keberuntungan dan umur panjang. Paribhoga Wredhi, tanah yang miring ke Utara, membawa kemakmuran yang melimpah bagi penghuninya.

Palemahan Asah, tidak ada keistimewaan artinya biasa-biasa saja, namun dengan syarat : sinar matahari, udara dan air tersedia cukup tidak terhalang apapun.

Palemahan Inang, ketika berada di atas tanah itu perasaan damai, tentram dan hening, walaupun lokasi itu tidak memenuhi persyaratan seperti nomor 1,2,3 di atas, disebut “dewa ngukuhi”, membawa ketentraman bathin dan kedamaian. 

Palemahan Mambu, tanah berbau cabe / bumbu dapur ketika dicongkel sedalam 30 Cm, disebut “sihing kanti” sangat baik karena akan mempunyai banyak sahabat.
Untuk pekarangan yang harus dihindari atau dalam bahasa Bali sering disebut dengan “Karang Panes” biasanya ditandai dengan adanya kejadian/musibah yang menimpa anggota keluarga, misal: 
  • sering sakit
  • marah-marah tidak karuan
  • mengalami kebingungan (linglung) 
  • mudah bertengkar dan lain-lain.


10 Karang Panes atau Pekarangan yang Tidak Baik Untuk Dijadikan Tempat Tinggal, antara lain :

#1. Pertama Karang Karubuhan, pekarangan yang berhadap-hadapan atau berpapasan dengan perempatan atau pertigaan atau persimpangan jalan.

#2. Karang Sandanglawe, pekarangan yang pintu masuknya berpapasan dengan pekarangan milik orang lain.

#3. Karang Kuta Kabanda, pekarangan yang diapit oleh 2(dua) ruas jalan.

#4. Karang Sula Nyupi, pekarangan yang berpapasan dengan jalan raya atau numbak marga atau numbak rurung.

#5. Karang Gerah, pekarangan yang terletak dihulu Pura/Parahyangan.

#6. Karang Tenget, pekarangan bekas pekuburan, bekas pura atau bekas pertapaan.

#7. Ketujuh Karang Buta Salah Wetu, pekarangan dimana pernah terjadi kejadian aneh misal: kelahiran babi berkepala gajah, pohon kelapa bercabang, pisang berbuah melalui batangnya.

#8. Karang Boros Wong, pekarangan yang memiliki 2 (dua) pintu masuk sama tinggi dan sejajar.

#9. Karang Suduk Angga, pekarangan yang dibatasi oleh pagar hidup(tanaman) dimana akar-akarnya atau tunasnya masuk ke pekarangan orang lain.

#10. Karang Kalingkuhan, Pekarangan yang dikelilingi tanah atau rumah milik satu orang.

Contoh kasus untuk no 10 yaitu seperti pertanyaan yang dari berbagai masyarat seperti payanadewa, yaitu : Saya berkeinginan membeli sebidang tanah, lokasinya di seberang jalan rumah orang tua.

Kalau diurut, dari barat adalah rumah orang tua, kali, jalan dan lokasi yang dimaksud. Di seberang lokasi yang dimaksud, ada jalan/ gang menuju ke rumah kakek sekaligus jalan menuju ke sanggah. Jika dalam suatu kondisi terpaksa menampati atau membangun rumah yang termasuk “karang panes” disarankan membuat padma capah sebagai stana Sang Hyang Indrablaka/Indraplaka dan pada hari yang tergolong rerahinan (hari suci), si penghuni harus menghaturkan aci (sesaji) untuk memohon keselamatan dan agar terhindar dari pengaruh buruk pekarangan rumah tersebut.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat, mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Memilih Hari Baik Pernikahan Berdasarkan Pertemuan Otonan, Dewasa Ayu Nganten 2020

Memilih Hari Baik Pernikahan Berdasarkan Pertemuan Otonan, Dewasa Ayu Nganten 2020


Masyarakat dibali, dalam menentukan / memilih hari baik [dewasa Ayu] untuk melangsungkan hari pernikahan menggunakan metoda Wariga. dimana dalam metode wariga terdapat aturan  aturan khusus yang sudah tentunya bila dilanggar atau tidak diindahkan maka akan berakibat kurang baik kedepannya bagi pengguna atau mengganggu kelancaran kegiatan yang dilangsukan (dilaksanakan).

Adapun uger-uger (aturan) umum dari wariga, yang menjadi prioraitas dalam pemilihan dewasa ayu diantaranya:
    
  1. pemilihan  Wewaran yang tepat
  2. Pemilihan Wuku (mingguan) yang tepat
  3. Pemilihan  Penanggal yang tepat
  4. pemilihan Sasih (bulan) yang tepat
  5. pemilihan Dauh (waktu/jam) yang tepat

Kelima aturan diatas haruslah diperhatikan. tetapi sudah sangat pasti, tidak ada dewasa ayu yang sempurna, oleh karena itu pemilihan dewasa ayu berdasarkan prioritas dari urutan teratas, seperti yang tercantum dalam aturan Wariga.

Disamping menggunakan aturan diatas, pemilihan dewasa ayu harusnya juga memperhatikan petemon calon mempelai (pasangan yang akan menikah).

Langkah awal untuk mendapatkan hari baik (dewasa ayu) yang baik adalah dengan cara menjumlahkan urip/neptu Sad Wara dari Pasangan Mempelai yang kemudian ditambah dengan urip/neptu Panca Wara dan Sapta Wara rencana hari pernikahannya. Berikut urip dari Sadwara:
   
  • Tungleh urip-nya 7
  • Aryang urip-nya 6
  • Urukung urip-nya 5
  • Paniron urip-nya 8
  • Was urip-nya 9
  • Mahulu urip-nya 3

Sedangkan urip HARI RENCANA PERNIKAHAN bisa dicari di Pemilihan Dewasa Ayu Nganten. atau setelah menemukan hari yang kira-kira cocok, carilah urip/neptu dari hari tersebut.

berikut ini urip/neptu Panca Wara:
  • Umanis, urip-nya 5
  • Paing, urip-nya 9
  • Pon, urip-nya 7
  • Wage, urip-nya 4
  • Keliwon, urip-nya 8

Dan urip/neptu Sapta Wara:
    
  • Minggu urip-nya 5
  • Senin urip-nya 4
  • Selasa urip-nya 3
  • Rabu urip-nya 7
  • Kamis urip-nya 8
  • Jumat urip-nya 6
  • Sabtu urip-nya 9

Setelah ditemukan jumlahnya, barulah diketahui hasil dari pertemuan pasangan tersebut.

Berikut ini perhitungannya:

(Urip Sapta Wara (mempelai Pria + Wanita) + Urip Hari rencana Menikah) / 16 :
arti sisanya:

  • Bergejolak, mesti tahan uji
  • Selalu menghadapi kesulitan, Banyak pengeluaran
  • Selalu kecewa
  • Sulit mendapatkan keturunan
  • terus mengalami kemajuan, rejeki berlimpah, meningkat terus
  • Penderitaan
  • Meningkat tetapi sangat lambat
  • Serba kekurangan
  • Mewah, kaya raya tetapi sering ricuh dan perebutan kekayaan
  • Berwibawa
  • Selalu dalam keadaan puas
  • Murah rejeki
  • Langgeng, panjang umur
  • Berbahagia
  • Teramat Buruk, sering mengalami kesusahan
  • Selalu Rukun
contoh:

Apabila anda  (pasangan calon penganten) yang akan menikah mempunyai hari lahir:
   
Pihak cowok: 14 Febuari 1980 atau Wrespati Klion Menail, Sadwara: Urukung (urip 5).

Pihak cewek: 25 Oktober 1986 atau Saniscara Klion Kuningan, Sadwara: Maulu (urip 3).

Akan memilih menikah tahun ini, pada bulan Oktober 2020, dimana menurup perhitungan dewasa ayu nganten 2020, bulan oktober merupakan peralihan sasih katiga dan kapat yang merupakan salah satu Dewasa Ayu Menikah Terbaik di tahun 2020.

Adapun pilihan hari baiknya adalah:

  • 9 Oktober 2020 Budha Umanis Julungwangi - Urip 12
  • 11 Oktober 2020 Sukra Pon Julungwangi - Urip 13
  • 17 Oktober 2020 Wrespati Wage Sungsang - Urip 12
  • 21 Oktober 2020 Soma Pon Dunggulan - Urip 11
  • 2 Oktober 2020 Budha Wage Warigadean - Urip 11
  • 7 Oktober 2020 Soma Wage Julungwangi - Urip 8
  • 14 Oktober 2020 Soma Umanis Sungsang - Urip 9

Dari rumus petemon, dapat dihitung

Urip saptawara cowok + Urip saptawara cewek + Urip Dewasa Ayu

Sehingga,
   
9 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 12 ) / 16 = sisa 4 artinya Sulit mendapatkan keturunan

    
11 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 13 ) / 16 = sisa 5 artinya Rejeki berlimpah

    
17 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 12 ) / 16 = sisa 4 artinya Sulit mendapatkan keturunan

    
21 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 11 ) / 16 = sisa 3 artinya Selalu kecewa

    
2 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 11 ) / 16 = sisa 3 artinya Selalu kecewa

    
7 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 8 ) / 16 = sisa 0/16 artinya Selalu Rukun

  
 14 Oktober 2020 = ( 5 + 3 + 9 ) / 16 = sisa 1 artinya Bergejolak.

Jadi, menurut perhitungan WARIGA, pemilihan hari pernikahan yang terbaik, yang penulis sarankan adalah tanggal 11 Oktober 2020 atau 7 Oktober 201. demikian sedikit ulasan mengenai Memilih Hari Baik Pernikahan berdasarkan pertemuan Otonan. semoga bermanfaat.

5 Cara Memilih Dewasa Ayu Nganten, Upakara Bali


5 Cara Memilih Dewasa Ayu Nganten, Upakara Bali

Om, Swastyastu, Semeton Bali! Apakah Anda berencana Nganten/menikah? Kali ini saya akan menjelaskan 5 cara mendapatkan hari baik untuk melakukan prosesi pernikahan atau dikenal dengan sebutan Dewasa Ayu Nganten, dalam Upakara Bali ini kita harus memperhatikan pakem wariga.

Standar minimal yang disebut dengan Aman dalam menjalankan kehidupan baru yang diawali dengan Natab Banten Penganten, maka dari itu, perlu diperhatikan 5 hal berikut ini, yang merupakan urutan prioritas dalam memilih dewasa ayu nganten:

#1. Wuku

#2. Dina/Hari

#3. Penanggal

#4. Sasih

#5. Subacara

Disamping itu, ada juga dalil yang perlu dan harus diperhatikan:

#a. Wewaran dikalahkan oleh wuku

#b. Wuku dikalahkan oleh penanggal

#c. Penanggal dikalahkan oleh sasih

#d. Sasih dikalahkan oleh dauh

#e. Dauh dikalahkan oleh WETUniya Sanghyang Triodasa Sakti (Kehening Hati).

Dari semuanya, yang terakhir itu cukup sulit dicapai, dan hanya sulinggihlah yang bisa melaksanakan hal terakhir tersebut secara normatif (Manah Hening), karena itulah Sulinggih disebut “Meraga Putus.”
Berikut ini penjelasan Cara Memilih Duase Ayu Nganten, Upakara Bali

1#. Wuku

Pilihan wuku-wuku di rekomendasikan, hati-hatilah memilih karena kesalahan mengambil keputusan memilih wuku ini mengakibatkan jangka menengah dalam menjalani bahtra rumah tangga Anda.
Ini beberapa wuku-wuku yang sangat direkomendasikan:

a. Landep

b. Ukir

c. Kulantir

d. Juluwangi

e. Merakih

f. Matal

g. Uye

h. Ugu

#2. Dina/Hari

Dina atau Hari merupakan bilangan Sapta Wara. Jika sudah memperhatikan Wuku, maka selanjutnya memperhatikan harinya. Didalam Wariga disebutkan Dewasa Ayu wewangun pewiwahan atau nganten dipilih pada hari:

#a. Senin atau Soma, yang mempunyai arti bertemu kebahagiaan.

#b. Rabu atau Budha, yang mempunyai arti baik.

#c. Kamis atau Wrespati, yang mempunyai arti Kinasihaning Jana (disanyangi orang banyak/masyarakat).

#d. Jum’at atau Sukra, yang mempunyai arti berbahagia/mewah.

Selain itu, sangat dilarang karena tidak baik.

#3. Penanggal

Penanggal/tanggal yang pas untuk memilih jalannya upakara pewiwahan/nganten. Perhitungan hari setelah Tilem. Penanggal yang di rekomendasikan untuk dipilih:

#a. Ping 1, artinya menemukan kebahagian.

#b. Ping 2, artinya berkecukupan.

#c. Ping 3, artinya banyak keturunan.

#d. Ping 5, artinya menemukan kebahagiaan/langgeng.

#e. Ping 7, artinya menemukan kerukunan.

#f. Ping 10, artinya murah rejeki.

#g. Ping 13, artinya mewah/berlimpah.

#4. Sasih/Bulan

Untuk sasih atau bulan direkomendasikan memilih sasih sebagai berikut:

#a. September/Katiga, Asuji=Banyak mempunyai keturunan.

#b. Oktober/Kapat, Kartika=Murah Rejeki.

#c. November/Kalima, Margasari=Mewah/berlimpah.

#d. Januari/Kapitu, Magha=Dirgayusa/langgeng.

#e. April/Kadasa, Waisyaka=Sangat baik, berbahagia, berwibawa.

#5. Subacara

Subacara merupakan hari yang paling dicari-cari dalam sebuah kegiatan Upakara Bali. Saya menyakinkan setiap hari ada baik maupun buruknya. Dan diupayakan untuk menghindari hari buruk untuk kerahayuan keluarga. Subacara ini bermakna “Nyupat” (Ngeruat) setiap keburukan yang terkandung dalam wewaran. Subacara ini jatuh pada:

#a. Sening penanggal ping 3.
#b. Rabu penggal ping 2 dan 3.
#c. Kamis penanggal ping 5.
#d. Jum’at penanggal ping 1,2 dan 3.

Itulah 5 cara memilih dewasa ayu nganten, dari 5 poin diatas wajib diperhatikan jika ingin melaksanakan pewiwahan. Dan satu hal penting, yang disebut dengan ritual pernikahan adalah hari dimana saat pasangan pengantin natab Banten Anten, biasanya berupa Banten Biyakala atau juga disebut banten mekalan-kalan. Demikian 5 cara memilih duase ayu nganten dalam upakara Bali, semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak, dan jangan lupa terus ikuti payanadewa atau silakan berlangganan artikel selanjutnya di bawah.