Raktakara Wira, Pucuk Bang, Pucuk Rejuna adalah sebutan berbeda merujuk ke bunga indah merah merekah ini. Dari sekian banyak bunga hanya jenis ini yang hampir mekar disetiap tahun. Seringkali digunakan untuk menghias gelung RAJA atau PATIH untuk menghadirkan GUNA-WIBAWA (kewibawaan) sekaligus simbol WIRA (keberanian), WISESA (kesaktian).
Bagi penekun dunia halus, bunga merah ini sungguh lebih utama dibanding KAMALA (teratai tunjung). Pada pengarcaan sosok Kali di Bharata warsa, India, maka bunga pucuk bang adalah sebagai Garland (kalung bunga) terfavorit Bhatari Bhadra kali (Dhurga) bersanding mundha-mala (kalung kepala manusia).
Pada spektrum warna CHAKRA tubuh, pucuk bang mewakili warna merah darah MULADHARA (chakra dasar). Pusat energi microcosmic (jagat alit) segala bentuk unsur MATERIAL, pertumbuhan, awal kebidupan. Pada berapa sarana banten mengingat pentingnya penggunaan PUSPAM(bunga) maka bunga pucuk rejuna seringkali dipilih.
Terutama pada ritus-ritus kawisesan pucuk Bang tampaknya lebih populer dari bunga lain. Umpama pada banten pemanggilan SAUDARA EMPAT bunga merah ini adalah wajib disuntingkan pada banten PASUCIAN bersanding dengan TALUH ANGSA MAGULING. Pada ragam pemilahan purusha predhana, maka pucuk Bang adalah mewakili aspek MASKULIN lelaki. Sedangkan bunga cempaka mewakili wujud Wanita.
Aji penerangan pun rupanya kepincut dengan kemistisan pucuk bang sebagai penghalau hujan, dengan memancang pada keempat juru angin. Bagi yang berkehendak mendapat PANGIDEP ATI kecerdasan spiritual, campuran sari bunga merah ini, sebagai pemboooster. Saraswati konon adalah sakti dewa merah brahma. Pucuk rejuna yang dipetik diareal pekuburan berdampak magis kuat sebagai pemungkem jagat, membungkam seisi jagat. Pun demikian berbagai banten semisal PANGESENG LARA mewajibakan bunga merah ini untuk medatangkan api merah gaib pembakar segala penyakit. Menyematkan bunga pucuk Bang yang di hidupkan dengan mantra : ONG KARAWIRA JAYENG SATRU, JENG 3 x. Disebut mampu menghalau musuh, mendatangakan wibawa dari segenap sudut alam.
Pucuk Bang dapat pula digunakan untuk menetralisir karang panes karang angker dan memperkuat taksu karang. Pucuk rejuna dapat dijadikan tumbuhan HIAS wajib disetiap pekarangan KRAMA BALI selain sangat indah juga bermanfaat. Dibandingkan menanam tumbuhan yang tergolong ke-BANASPATI, misalnya BERINGIN, BUNUT, JEPUN, lebih bermanfaat bunga pucuk Bang. Mampu memancarkan energi kesucian disetiap pekarangan hingga mendatangkan berkah WAHYA-ADHYATMIKA (spiritual-material). Berikut ini Sebelas tahap tatacara menanam Kmebang Rejuna agar berfaedah:
- Pilihlah jenis pucuk bang dengan kualitas baik, DEWASA hari baik untuk menanam yaitu hari BUDA (rabu). Lokasi penanam dapat dipilih dimana saja, sangat disarankan ditanam langsung ketanah (bukan dipot) agar benar-benar terhubung dengan BUMI, pekarangan.
- DAUH (waktu) yang paling baik untuk menanam bunga ini adalah Dauh III: 9.00-10.30 pagi, Dauh IV: 10.30-11.30 pagi dan Dauh VII: 14.30-15.00 sore. Dauh (waktu) sangat penting dijadikan patokan ANANDUR karena berkaitan dengan SIKLUS ALAM, mencari celah KALA (waktu) terbaik.
- Siapkan lobang dengan ukuran seperlunya, bersihkan diri, dan sangat mantap jika sebelum menanam mengenakan pakaian adat madia, untuk menunjukan NIAT (ambeking idep),
- Siapkan CELEBINGKAH (potongan gerabah, genteng tanah) tuliskan aksara suci ONGKARA-AMERTA dengan sepidol/pencil, letakan pada lobang yang telah disiapkan, pastikan ujung NADA (ongkara amerta) menghadap ketimur atau utara.
- Letakan canang atanding, sangat baik jika canang tersebut adalah “surudan”, lungsuran dari pelinggih utama di pamerajan.
- Mohonlah kehadapan IBU PERTIWI-BAPA AKASA agar bunga pucuk Bang diberikan URIP (kehidupan). Cukup dengan doa, saha, sesonteng. Dapat pula menggunakan mantra berikut: ONG ANG PERTIWI PRABHAWATI YANAMAH, ONG AH AKASA-NIRMALA TATTWA YANAMAH. Terjemahan: Sembah sujud kehadapan Ibu Pertiwi dengan aksara suci ANG-KARA berwujud bunga bercahaya, sembah sujud kehadapan angkasa dengan aksara AH-KARA yang tanpa noda kekotoran.
- Saha Sasonteng: Sredah pakulun sira Bhatara Ibu Pretiwi mekadi Bhatara Bapa akasa titiang nunas lugra jaga nandur sarwa entik-entikan, ledang paduka Bhatara makakalih asung kertha wara nugraha amertha kahurin ring sarwa tinandur.
- Letakan perlahan, tumbuhan bunga pucuk Rejuna pada lobang, upayakan celebingkah, canang tepat berada pada akar bagian bawah. dikuti dengan memuja Bhatara wisnu sebagai penguasa tumbuhan berbunga, rafalkan mantra: ONG IDEP SANGHYANG WISNU.
- Timbunlah lobang dengan perlahan, setelahnya disiram dengan air bersih pada bagian akarnya, yang telah dimohonkan kehadapan Bhatara TRI-MURTI agar memberikan kehidupan. Boleh dilengkapi mantram berikut: ong ang ung mang, brahma angurip sarwa tinandur, wisnu angurip sarwa tumuwuh, Iswara angurip sarwa prani, wastu mahurip, Poma poma poma. Wus amantra turuhin wed nia. Terjemahan: Sembah sujud kehadapan Sanghyang widi berwujud aksara ONG ANG UNG MANG, Dewa Brahma Menghidupkan semua yang ditanam, Dewa Wisnu menghidupkan semua yang tumbuh, Dewa Iswara menghidupkan segala jenis kehidupan, semoga diberi kehidupan, terjadilah, terjadilah, terjadilah.
- Penyiraman dengan air bersih yang telah dimohonkan kehadapan Bhatara Trimurti dapat dilakukan sesering mungkin, terutama saat hari SABTU. Menurut wariga hari SABTU sepatutnya digunakan untuk menata, menyiram tumbuhan.
- RAJAH berikut ini dapat pula dilengkapi agar efek baik pada tumbuhaan Pucuk Bang benar-benar maksimal, terutama untuk menetralisir energi Buruk pada pekarangan. Dirajahkan pada Batang pohon Pucuk Rejuna (lampiran gambar).
- SURYA-Puja. Matahari adalah sumber utama AMERTA (daya Hidup) setiap kehidupan termasuk Sarwa Tinandur (tumbuh-tumbuhan) maka dari itu selain secara fisik Pucuk Bang perlu mendapat sinar matahari yang cukup, maka pemujaan khusus kepada Bhatara Surya juga diperlukan. Mengingat sinar MERAH pada matahari sebagai sumber kehidupan identik dengan warna Merah pada pucuk Bang (Rakta-kara Wira), maka pemujaan khusus kepada Surya patut dilakukan dengan memohon Tirta pembersih kepada Bhatara Surya. Sangat baik dilakukan pada saat OTON KAYU, tumpek uduh, Tumpek Wariga sebagai pelengkap banten yang dihaturkan. boleh dilakukan dengan bahasa sehari-hari ataupun dengan puja mantra Surya Gamana berikut: “ONG YANG Iswara Aditya, Sudha surya namo namah swaha” Terjemahan: Sembah sujud kehadapan Hyang Widi dengan aksara suci YANG-KARA sebagai dewa Iswara dan Aditya, engkaulah Matahari sebagai pembersih.
- Setelah segala upaya SEKALA-NISKALA dilakukan dengan penuh kemantapan maka Pucuk Bang siap bertumbuh kembang memancarkan energi kebaikan keseluruh bagian rumah. Cahaya pekarangan yang tadinya gelap redup mulai bersinar semakin nyaman sejuk. pucuk Bang telah mulai bisa dimanfaat seperlunya (setelah abulan pitung dina, 42 hari, semenjak ditanam).
NB: penggunaan MANTRA ataupun SAHA dapat diganti dengan Bahasa sehari-hari, asalkan dengan niat kesungguhan hati.
MANFAAT LAIN:
- Petik sembilan lembar daun bunga Pucuk Bang, diremas halus dengan campuran air, balurkan pada rambut sebelum keramas, diamkan beberapa saat kemudian bilas. Bermanfaat menguatkan rambut, mengobati gejala awal kerontokan rambut.
- Remas sembilan lembar daun pucuk rejuna, dengan air bersih, hingga keluar lendir, campurkan madu asli, sari pati kunyit, jika diminum teratur dapat menggobati gangguan pencernaan.
- Sari bunga pucuk bang yang ditelan secara rutin setiap tiga hari menjelang menstruasi dapat menormalkan siklus mens, mengobati sakit berlebih saat datang bulan.
- Sari bunga pucuk Bang yang dioleskan pada dahi dapat memberikan perlindungan dari gangguan jahat, disertai pemujaan kehadapan Bhatara Surya.
- Lumatan halus bunga pucuk Bang dapat ditempelkan pada bagain tubuh yang digigit binatang berbisa, disertai pemujaan kepada Bhagawan Kasiapa dapat menetralkan racun. Dll.
Semoga bermanfaat
ONG SIDDHIRASTU