Bagi umat Hindu Bali mungkin sudah tidak asing dengan Banten. Dimana Banten merupakan persembahan serta sarana bagi umat Hindu dalam rangka mendekatkan diri pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Sang Pencipta). Banten juga merupakan wujud rasa terima kasih, cinta serta bakti kepada beliau karena sudah melimpahkan wara nugraha-nya. Tetapi secara mendasar, Banten dalam agama Hindu juga merupakan bahasa Agama. Selain itu dalam agama Hindu juga dikenal Bayuan yang asal katanya bayu dan berarti kekuatan atau spirit. Bila disimpulkan,
Banten Bayuan adalah persembahan untuk memberikan kekuatan jiwa raga baik untuk pikiran, perkataan dan perbuatan dalam kehidupan.
Dalam banten jenis ini terdapat bagian-bagian yang digunakan. Dimana bagian tersebut masing-masing mempunyai fungsi tersendiri yang perlu dipahami. Berikut akan dijelaskan bagian-bagian dari bayuan yang bisa menambah wawasan anda.
Taledan atau daun mempunyai fungsi sebagai alasa atau dasar untuk Bhakti kepada Ida Sang Hayang Widhi.
Bagian bayuan ini bermakna persembahan bhakti sebagai perwujudan serta penyerahan diri manusia secara utuh kepada Tuhan. Hal ini sebagai asal mula dari segala yang ada. Buah dalam bayuan berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam dengan mengembalikan unsur-unsur kosmik dan membentuk buah melalui sebuah porses alam semesta yang disebut dengan fotosintesis. Banten bisa memakai buah apa saja yang terpenting ada pisang di dalamnya. Sebab pisang merupakan lambang dari sifat berkorban tanpa pamrih serta buah-buahan lainnya dipakai sebagai pelengkap.
Bagian banten ini berasal dari kata jaja yang berarti dada sebagai bentuk kesiapan batin untuk mengerti, iklas dan suci. Biasanya pemakaian jaja yang umum adalah uli-gina: putih merah sebagai lambang langit dan bumi. Gian merupakan lambang mengetahui sedangkan uli putih dan uli merah merupakan lambang kegembiraan terang, bhakti kepada guru rupaka atau ayah ibu. Selain itu dodol melambangkan pikiran setia, wajik melambngkan kesenangan mempelajari sastra dan bantal melambangkan hasil yang sungguh-sungguh.
Canang asalnya dari bahasa jawa kuno yang artinya sirih. Biasanya sirih disajikan kepada tami yang sangat dihormati. Pada zaman dahulu sirih memiliki nilai yang tinggi serta menjadi lambang penghormatan. Sesudah agama Hindu berkembang di wilayah Bali, sirih juga menjadi unsur yang begitu penting untuk upacara agama maupun kegiatan adat lainnya. Canang atau sirih ini memang belum dapat dikatakan bernilai agama bila belum dilengkapi dengan porosan sebagai bahan pokok sirih.
Adapun canang yang dipakai dalam banten ini memiliki beberapa jenis perlengkapan dengan makna yang berbeda. Berikut akan dijelaskan makna masing-masing dari perlengkapan canang tersebut.
Merupakan daun-daunan sebagai lambang tumbuhnya pikiran suci dan hening sehingga bisa menangkal pengaruh buruk nafsu duniawi.
Merupakan pinang dan kapur yang dibungkus menggunakan daun sirih sebagai lambang pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa kemudian manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti. Selain itu Pinang adalah lambang pemujaan untuk Dewa Brahma, sirih lambang pemujaan untuk Dewa Wisni dan kapur lambang pemujaan untuk Dewa Siwa.
Yaitu jejahitan, tetuwasan dan reringgitan sebagai perlambangan kelanggeangan dan ketepatan pikiran. Selain itu juga menjadi lambang permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supata alam lingkungan hidup menjadi selaras dan seimbang.
Adalah lambang dari keiklasan yang artinya apa saja yang mengikat diri anda di dunia maka harus diiklaskan karena dunia nantinya akan ditinggalkan.
Itulah tadi penjelasan mengenai Banten Bayuan yang bisa menambah wawasan anda. Melalui penjelasan di atas kini anda memahami jenis-jenis banten dalam Hindu Bali serta bagian-bagiannya. Sebab masing-masing dari bagian tersebut memiliki peran dan makna yang penting bagi umat Hindu.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!