Jaman sekarang tak perlu merasa diri paling hebat, seakan-akan tak akan pernah jatuh, apalagi saat merasa bisa melakukan segalanya dan selalu menghina yang lebih rendah, jelek, dan merasa paling benar.
Ingat, hidup ini tak selalu menjadi apa yang Anda harapkan. Tuhan itu ada, dan roda kehidupan itu selalu berputar. Maka dari sebab itu, yang Anda Hina sekarang bisa dan mungkin banget akan lebih sukses dari apa yang Anda bayangkan. Semua itu, karena cara Anda memandang seseorang, hahaha.
Perjalanan Hidup seseorang semua tak bisa di bayangkan, sekarang dia miskin besok, dia kaya, sekarang kamu kaya, mungkin besok kamu bangkrut dan miskin. Jadi jangan pernah merasa sombong, Tuhan bisa merubah keadaan dengan sekejap.
Contoh kecil Orang Miskin yang di Hina, sekarang Kaya Raya
King Salmanan, adalah orang miskin yang baru berumur 23 tahun dengan menjadi Trader Sukses dengan Modal 200 ribu
Mau Seperti King Salmanan? Silakan Download Aplikasi Quotex di Sini
Sejak beberapa tahun lalu Doni Salmanan, sapaannya sebelum di sebut King Salmanan.
Adalah seorang tamatan SMA yang bekerja menjadi tukang parkir, pelayan restoran yang mengidamkan seorang gadis yang dia cintai, namun apa daya karena keadaannya saat itu (miskin), namun proses hidup tak membuat Doni menjadi menyerah begitu saja.
Ia, berpikir cara agar sukses dengan membawa smartphon (karena doni suka sekali menggenggam smartphon) jadilah ia YouTuber.
Namun, menjadi YouTuber, ia tidak begitu sukses karena peraturan YouTube sekarang begitu ketat.
Akhirnya Doni mencari-cari berita di google, dan ketemulah Quotex.
Dengan trading di Quotex hanya bermodal 200ribu Doni Salmanan menjadi miliader saat ini.
Dengan kesuksesannya sekarang, dini bisa membeli apa yang ia mau.
Itulah sedikit kutipan Orang miskin yang menjadi milyader. Jangan pernah sombong ya, karena Tuhan bisa merubah apa yang menjadi ia dan apa yang menjadi tidak.
Pada waktu saya kecil dan sampai sekarang Orang Tua selalu menyuruh saya untuk ke dapur setelah pulang dari bepergian, entah itu siang maupun malam. Dapur dalam bahasa Bali disebut Paon atau Puwaregan ini, tak hanya menjadi tempat memasak. Namun, punya fungsi khusus menurut keyakinan Hindu.
Seperti yang pembaca ketahui "untuk membuat olahan masakan adalah di dapur. Kata Paon sesungguhnya berasal dari istilah Pawon yang terdiri dari kata Pa dan Awuan yang artinya tempat abu.
Dengan demikian sangat mengena dengan konsep memasak masyarakat Bali zaman dahulu. Selain dikenal sebagai tempat untuk memasak, dapur di Bali memiliki banyak makna, baik untuk upacara agama maupun sebagai tempat penyucian diri. Hal tersebut dikaitkan dengan Dapur sebagai Stana Dewa Brahma. Jadi, untuk memohon panglukatan kepada Dewa Brahma, masyarakat diharapkan memohon di pelangkiran dapur.
Di dalam lontar Wariga Krimping disebutkan bahwa, Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri. Ketika seseorang mengalami sebel atau cuntaka setelah melakukan upacara Pitra Yajna, dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur.
Selain sebagai tempat memasak atau pun tempat makan, ternyata dapur juga menetralisasi ilmu hitam atau pun butha kala yang mengikuti sampai ke rumah. Pernyataan tersebut tertuang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi.
Oleh karena itu, anggota keluarga yang berpergian hendaknya mengunjungi dapur terlebih dahulu, sebelum ke bangunan utama rumah ketika sudah pulang atau datang dari luar.
Tak jarang di Bali muncul mitos bila penghuninya tidak ke dapur terlebih dahulu, ketika sampai di rumah, maka bhuta kala atau segala ilmu hitam mengikutinya sampai di dalam kamar.
Sampai akhirnya penghuni rumah tersebut mengalami perasaan tidak tenang (seperti dihantui) dan tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yan pasti, Rahayu...
Yang namanya Orang Iri, segala cara ia lakukan untuk membuat orang lain menderita.
Alasannya itu mungkin karena dendam atau persaingan bisnis bahkan ada karena warisan.
Salah satunya adalah (nyiam tanah sema) nabur tanah kuburan yang di lempar ke rumah korban atau warung korban.
Kalau di Bali ini masih banyak terdengar seperti ini, dan ada yang menabur tanah kuburan dicampur tulang hewan dengan doa-doanya. nyiam tanah sema ini membuat orang sakit-sakitan dan menderita.
Berikut ini adalah ciri-ciri rumah atau warung yang di Tabur tanah kuburan:
Sakit tak wajar
Ada salah satu keluarga yang terkena penyakit diluar batas kewajaran atau tak wajar.
Bau Busuk
Selalu tercium bau busuk di pekarangan rumah, bahkan sering ada suara ledakan di atas rumah atau tempat usaha atau warung tidak tahu apa penyebabnya.
Merasa ada yang ngawasi
Merasa ada yang mengawasi, kadang melihat penampakan Saat berada disalah satu ruangan atau melihat cahaya yang misterius.
Makanan cepat basi
Jika anda membuka usaha di bidang makanan, maka setiap hidangan makanan yang disediakan cepat basi, bahkan ada belatung di bahan makanan.
Pelanggan batal mampir
Banyak pelanggan yang sudah parkir batal masuk, bahkan sudah masuk balik lagi.
Pendapatan menurun
Pendapatan perhari semakin menurun, karena penyebabnya di atas.
Cara mengatasinya
Jika anda merasa rumah anda terkena tanah kuburan karena ulah musuh atau orang iri persaingan bisnis ini, maka anda harus waspada dan melakukan tindakan.
Salah satu upaya adalah selalu sembahyang, kalau masyarakat Hindu Bali tetap Mesegeh Rahina Kajang Kliwon, purnama, tileh. Lukat rumah dengan bungkak nyuh gading atau Tirta dari griya atau segara. Jika petunjuk diatas anda merasa kurang, silakan ditanyakan kepada orang pintar ataupun Nunas di griya.
Didalam ajaran agama Hindu, ada empat tujuan hidup manusia yang disebut ‘Catur Purusa Artha’ yaitu:
Dharma (kebenaran; dalam kontek lebih luas dapat diartikan sebagai pengetahuan)
Artha (kekayaan), kama (keinginan, nafsu), dan moksa (pelepasan dari ikatan lahir-hidup-mati, kebebasan)
Berhubungan suamiใผistri merupakan salah satu kebutuhan biologis bagi mahkluk hidup, khususnya oleh mahkluk yang berkaki dua, memiliki hidung, bertangan dua, berjalan dengan berdiri, memiliki pikiran, yang disebut manusia.
Hubungan ini dianggap surganya bagi pasangan suami-istri, tak jarang membuat seseorang tenggelam dalam kesenangan dunia material.
Hubungan suamiใผistri (kama) merupakan salah satu tujuan hidup manusia setelah kekayaan (artha), akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut harus berlandaskan pada dharma (kebenaran, aturan, hukum).
Demikian halnya melakukan hubungan badan (bersanggama, hubungan intim) memiliki tata kramanya sendiri.
Adapun untuk “Asanggama (berhubungan badan)” haruslah dipilh juga hari baiknya, ini bertujuan untuk menurunkan putra yang “Suputra Mahotama” , penurut, pintar, berbakti pada orang tua, murah rejeki dan berwibawa.
Bila tidak maka keturunan yang akan terlahir akan menyebabkan kesusahan bagi keluarga dan lingkungannya.
Secara umum berkaitan dengan masalah tata krama senggama, sebaiknya anda tidak melakukan senggama itu pada saat hari-hari berikut ini :
Hari-hari suci atau rerahinan jagat, Bulan purnama/tilem, Tanggal ke 14 (prawani) sehari sebelum purnama/tilem, Purwanin dina dan purwanin asih, Weton suami atau istri, Pada saat menstruasi untuk masa empat hari.
Adapun hari yang paling baik untuk berhubungan badan adalah
Soma Umanis
Budha Pon
Sukra Pon
Lontar Pamedasmara menetapkan hari terlarang lebih banyak lagi dan berlaku untuk umum kepada siapa saja yaitu;
Purnama, tilem, purwani, hari wetonan, kala ngruda, kala mrtyu, minggu wage, selasa paing, selasa wage, rabu kliwon, kemis pahing dan sabtu kliwon. Hari - hari yang mesti dihindari adalah:
Anggara Paing
Redite Wage
Anggara Wage
Budha Kliwon
Wrespati Paing
Saniscara Kliwon (tumpek) Purnama dan Tilem
Saat weton ( hari Otonan / Petemuan Otonan) suami / istri.
Luang (Urip Saptawara + Urip Pancawara = Ganjil )
Selain itu adapun Hari – hari yang mesti dihindari adalah“Purwanin dina” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ;
Anggara Klion
Anggarkasih
Budha Klion
Sukra Wage
Saniscara Klion / Tumpek.
“Purwanin Sasih” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ;
tanggal dan panglong ping 6, 8, 14.
“Pati Pata” sangat tidak baik memulai sesuatu pekerjaan / memulai dewasa, yaitu;
Juli / Kasa tanggal 10
Agustus / Karo tanggal 7
September / Katiga tanggal 3
Oktober / Kapat tanggal 4
November / Kalima tanggal 8 panglong 10
Desember / Kanem tanggal 6 panglong 8
Januari / Kapitu tanggal 11 panglong 11
Februari / Kaulu tanggal 13 panglong 13
Maret / Kasanga tanggal 7 panglong 6
April / Kadasa tanggal 6 panglong 6, Mei / Jyesta tanggal 1
Juni / Sadha tanggal 4 “Dagdig Karana” Tidak baik membangun Karya, yaitu; Redite tanggal 2
Soma tanggal 1
Anggara tanggal 10
Budha tanggal 7
Wrespati tanggal 6
Sukra tanggal 2 Saniscara tanggal 7
“Pati Paten” Semua Karya dan Asanggama teramat dilarang, yaitu;
Eka Sungsang nuju Indra, Dwi Tambir nuju Sri, Tri Kaulu nuju Uma, Catur Wariga nuju Kala, Panca Pahang nuju Yama, Sad Bala nuju Brahma, Sapta Kulantir nuju Rudra, Asta Langkir nuju Uma, Nawa Uye nuju Guru, Dasa Sinta nuju Rudra “Kala Mertyu” sangatlah buruk, karena sangat berbahaya. dilarang untuk bersenggama juga, yaitu; Redite Medangkungan, Anggara Wayang, Budha Sinta /Pagerwesi, Wrespati Taulu, Sukra Pujut, Saniscara Medangsia “Kala Ngruda” tidak baik untuk memulai suatu pekerjaan Soma Umanis Sungsang, Soma Paing Menail, Redite Pon Dukut "Sampar Wangke" Soma Aryang Pengaruh Hari Senggama menurut hari Menstruasi bila persetubuhan dilakukan setelah masa mentruasi, antara lain:
Senggama pada hari ke 4-5, lahir anak yang pendek
Pada hari ke 6, lahir anak yang bodoh
Pada hari ke 7, lahir anak yang kelak bodoh dan mandul
Pada hari ke 8, lahir anak yang sifatnya ingin selalu berkuasa
Pada hari ke 9, 10, 12, 14 dan 16, lahir anak yang tabiat dan sifatnya bijaksana serta suci
Pada hari ke 11 dan 13, lahir anak yang sifatnya jelek dan bahkan malas sembahyang serta anti agama
Pada hari ke 15 dan 17, lahir anak yang kelak banyak keturunan.
Sifat Anak berdasarkan senggama menurut penanggal/pangelong
hubungan suami istri bila dilakukan pada penanggal antara lain:
Penanggal yang baik melakukan senggama, hubungan suami istri: penanggal ping 3, baik dilakukan, karena pertemuan manusia
Penanggal ping 5, baik sekali, akan menjadi orang yang berprilaku suci
Penanggal ping 7, pertemuan hadiah, baik dilakukan senggama, anak yang lahir akan jadi dermawan
Penanggal ping 9, baik kesedana, namanya naga maya
Penanggal ping 10, baik, namanya sri molek, murah sandang pangan
Penanggal ping 11, baik, sri molek, anak dicintai dan berlaku cinta kasih
Penanggal ping 13, baik, anak akan selalu berbahagia
Pangelong ping 5 dan 11, sangat baik, namanya sri maulekan
Penanggal yang dilarang dan dihindari untuk melakukan senggama, hubungan suami istri
Penanggal ping 1, pertemuan dewa, baik dilakukan senggama, akan tetapi anak pertama akan meninggal
Penanggal ping 2, jelek dilakukan, akan menemukan suatu pertentangan, anak akan suka menentang orang tua
Penanggal ping 4, tidak baik, anak yang lahir akan menjadi cacat
Penanggal ping 6, baik dilakukan, anak yang dilahirkan menjadi pintar tetapi akan menjadi licik dan jahat
Penanggal ping 8, mantu mesatru, anak yang dilahirkan akan selalu bermusuhan dan banyak penderitaan
Penanggal ping 12, tidak baik, anak akan menderita dan kesakitan
Penanggal ping 14, sangat tidak baik, selalu kesusahan, serba buruk
Penanggal ping 15, tidak boleh melakukan hubungan suami-istri. semua pangelong, hindari. Hubungan intim (senggama) Suami Istri dalam Weda Tujuan dari sebuah perkawinan adalah untuk memperoleh anak
Sebab, kelak diharapkan anak menjadi penyelamat keluarga, membebaskan leluhur dari api neraka?
Karena itulah seoran anak disebut putra, artinya dapat membebaskan orang tua, atau leluhur dari pendritaan alias neraka.
Itulah sebabnya kehadiran seorang anak begitu penting bagi keluarga Hindu, khususnya Bali.
Anak atau rare yang dapat membebaskan penderitaan keluarga, menjadi tempat berlindung orang tuanya, dan akhirnya kemudian menjadi penerus keturunan, haruslah anak yang baik, rare yang utama yang di dalam sastra
Kanda Pat Rare disebut sebagai suputra
Hal ini juga terungkap dalam beberapa sastra Hindu sebagai berikut : membuat sebuah telaga untuk umum, itu lebih baik daripada menggali seratus sumur.
Melakukan yadnya, itu lebih tinggi mutunya, daripada membuat seratus telaga.
Mempunyai seorang putra, itu lebih berguna daripada melakukan seratus yadnya, asalkan putra utama alias suputra.
Niti Sastra menyebutkan :
“Sang Hyang Candra teranggana pinaka dipa memadangi rikala ning wangi.
Sang Hyang Surya sedeng prabhasa maka di pamemadangi ri bhumi mandala.
Widya sastra sudharma dipa ri kanang tri bhuwana sumene prahaswara.
Artinya : “Bulan dan bintang sebagai pelita yang menerangi di waktu malam.
Matahari yang sedang terbit sebagai pelita menerangi seluruh wilayah Bumi.
Ilmu pengetahuan, sastra utama sebagai pelita menerangi ketiga dunia dengan sempurna.
Kalau di kalangan putra (anak) maka anak yang utama (suputra) menerangi seluruh keluarga”.
Demikian pula di dalam lontar Putra Sasana dinyatakan :
“Mapa palaning suputra, pari purna dharmayukti, subhageng rat susilanya, ambek santa sedu budi, kinasihaning nasemi, pada ngakwa sanak tuhu, sami tresna sih umulat, apan wus piana ageng widhi, yan suputra unggul ring sameng.tumitah”
Artinya :
“Bagaimanakah pahala seorang suputra yang sempurna dan berbuat dharma, termasyur susila dan bagus, hatinya damai dan berbudi mulia, setiap orang mengasihinya, semua mengaku keluarga, semua jatuh hati melihatnya, oleh karena
Tuhan telah memastikan bahwa, orang-orang yang suputra unggul di antara semua mahluk”.
Untuk menciptakan atau mendapatkan anak atau rare yang suputra, amat tergantung kepada upaya-upaya yang anda lakukan.
Ada tata karma senggama yang harus anda jalani.
Seperti contoh kasus berikut ini, dikutipkan dari epos Ramayana dan Mahabharata.
Dalam Ramayana: Prabu Dasarata betul-betul mengadakan persiapan matang sebelum “membuat” anak. Atau sebelum senggama alias bersetubuh dengan istrinya.
Jadi, sebelum Dasarata melakukan “pertemuan” dengan istrinya, beliau dan istri terlebih dahulu elakukan upacara persembahyangan. Karena motivasi beliau bersenggama dengan istrinya, adalah untuk mendapatkan anak yang suputra, bukan untuk pemuasan birahi atau nafsu semata.
Karena tujuannya untuk mendapatkan anak yang suputra alias anak yang utama, maka beliau melakukan tata karma senggama, menurut anjuran para Maha Rsi, maka begitu pula yang beliau peroleh. Empat anak dari tiga istrinya di memiliki kualitas tinggi. Bahkan anak tertua, yaitu Rama tak lain adalah titisan Dewa Wisnu.
Tentu tak mudah menghadirkan “Wisnu” dalam keluarga, atau tentu tak mudah usaha yang dilakukan, sehingga dipercaya sebagai ayah Dewa Wisnu. Jika Wisnu ibarat magnit, maka beliau tentu hanya mau mendekati logam yang bersih tak berkarat. Dasarata salah satu contoh manusia yang bersih dalam arti seluas-luasnya. Contoh lain, kita bisa melihat pada kasus kelahiran Rahwana dan adik-adiknya. Wisrawa, seorang bhagawan sakti mandraguna, ketika melakukan senggama dengan Dewi Sukesi, adalah semata-mata karena dorongan nafsu birahi belaka. Mereka bukanlah suami-istri, karena kedatangan bhagawan sebenarnya adalah untuk melamar Dewi Sukesi, atas perintah atau permintaan anaknya Prabu Danapati. Tapi, malah dikawin sendiri.
Akibat perkawinan itu, lahirlah Rahwana, Suparnaka, Kumbakarna dan Wibisana.
Menurut cerita, hanya Wibisana lahir dari “prosedur” perkawinan yang benar, artinya sah secara filosofis, sosiologis dan yuridis.
Karena ketika akan mengadakan “pertemuan” terakhir itu, sang bhagawan dan sukesi baru sdar, bahwa perbuatannya yang terdahulu sungguh tidak terpuji, tidak layak dilakukan oleh seorang bhagawan.
Mereka baru menyadari, bahwa hanya sepasang suami-istri yang sah, yang bias melakukan hubungan intim begini. Karena dilandasi oleh kesadaran dan budi luhur, maka lahirlah Wibisana, manusia bijaksana dan berbudi luhur. Begitu pula dengan kelahiran Pandawa dan Korawa.
Dewi Gandari yang menjadi ibu Korawa, diliputi perasaan penuh ambisi kekuasaan ketika bersenggama dengan suaminya.
Gandari ingin punya anak banyak, karena ia berpikir dengan jumlah yang banyak pasti akan kuat.
Dengan demikian, harapan Gandari, Kerajaan Astina, yang merupakan kerajaan adikuasa, akan tetap di pegang oleh anaknya. Harapan Gandari terpenuhi, ia punya anak 100 orang, sehingga sering disebut seratus Korawa. Yang menarik adalah kasus Kunti. Kunti, Istri pandu ini, oleh seorang resi sakti, diberikan kekuatan kesaktian untuk memanggil Dewa.
Maka, ketika ia ingin anak yang bijaksana, teguh memegang dharma, ia memohon kepada Bhatara Dharma.
Ketika ingin anaknya yang teguh fisiknya, teguh juga pendiriannya, ia mohon kepada Bhatara Bayu.
Begitu pula ia mohon kepada Bhatara Indra, agar dianugrahi anak yang sakti mandraguna, ahli dalam ilmu perang, maka lahirlah Arjuna. Bahkan Kunti pun bias memanggil Dewa untuk kepentingan Madri, istri Pandu yang lain.
Madri pun melahirkan anak kembar, Nakula dan Sahadewa, karena Kunti memohon kepada Bhatara Aswin yang juga kembar.
Dalam kenyataan hidup di masyarakat, kita sering melihat banyak anak lahir tanpa tata karma perkawinan yang benar.
Di Amerika Serikat, pernah ada hasil penelitian, bahwa anak yang lahir dari hasil perkosaan sangat potensial untuk menjadi penjahat.
Seperti disadari, anak yang lahir dari perkosaan tentu anak yang tidak diharapkan.
Yang diperkosa maupun yang dipemperkosa, tentu tidak memiliki rencana dan persiapan untuk “membuat” anak.
Yang diperkosa tentu memberontak penuh dendam.
Begitu pula, yang memperkosa akan berjuang penuh nafsu untuk melampiaskan nafsu bejatnya.
Maka, hasilnya tentulah seorang anak yang dipenuhi sifat-sifat dendam dan penuh nafsu.
Bahkan setelah menikah secara sah, persenggamaan itupun tidaklah dapat dilakukan sebebasnya.
Oleh karena, pada saat-saat tertentu, masih terdapat larangan-larangan untuk melakukan persenggamaan.
Maka dari itu, bagi suami istri perlu memperhatikan sikapnya masing-masing, agar tidak mempunyai pengaruh yang tidak baik.
Menurut pandangan agama Hindu di Bali, bahwa sesungguhnya sang penganten itu, masih dikatakan mempunyai sifat-sifat wyawahara (pertentangan-pertentangan).
Wyawaraha inilah yang meresapi badan dan jiwa pengantin, yang menyebabkan mereka menjadi leteh (cemar)dan cuntaka (cacat).
Agar cemar cuntaka tersebut hilang, maka pegantin itu perlu diupacarai prayas cita (disucikan), dan disertai dengan pengupakara (sesajen) yang disebut mawidhi-widhana mesakapan byakala nganten.
Penyucian diri sang penganti itu sangat perlu, untuk menghapus cemer dan cuntaka yang ada pada diri mereka.
Dengan demikian, anak yang diperolehnya nanti itupun akan terlepas dari kecemaran dan kecatatan.
Didalam lontar Anggastyaprana disebutkan bahwa kalau “pertemuan” (persenggamaan) tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan, maka tiada bedanya bagaikan pertemuan atau perkawinan binatang kidang atau menjangan.
Selanjutnya disebutkan pula, kalau sang istri sedang tidak suka untuk digauli, hendaknya jangan dipaksa atau diperkosa, jangan mencaci-maki dan lain-lain.
Begitu pula pada saat si istri sebel ring dewek (menstruasi) jangan diajak bersenggama.
Kalau dipaksa, maka persenggamaan itu leteh dan cuntaka. Seandainya itu terjadi, dan kebetulan menghasilkan pembuahan, maka anak yang lahir, akan membawa bermacam-macam penyakit, nakal dan angkuh terhadap ibu bapaknya, sangat menyusahkan orang tuanya. Akibat lainnya adalah sang istri sering mengalami keguguran. Proses Reproduksi yang baik dan terkendali
Dalam proses reproduksi atau pembuatan anak perlu diperhatikan waktu yang dibenarkan dan yang dilarang oleh ajaran agama Hindu atau yang pas untukmewujudkan keinginan punya anak laki atau perempuan.
Posisi tubuh atau gaya bermain kedangkalan penting diperhatikan terutama untuk pasangan yang mengalami kesulitan punya anak.
Namun sejauh itu Weda belum mengatur
Memahami waktu yang dilarang dan dibenarkan sangat diperlkan bila ingin mendapatkan anak suputra sadhu gunawan, karena lontar Pameda smara menyatakan sebagai berikut:
"Yan asanggama ring istri wenang pilihan rahinane sane kinucapayu, riwekasan yan adue anak lanang istri pahalanya dirgayusa tur saidep warah yukti,tan angambekaken dursile, tan langgana, tuhu ring karya, bhakti ring guru.
Mangkana kapanggih de sang aniti brata yukti" Artinya:
bila meggauli istri pada hari yang baik, maka bilananti punya anak akan diperoleh anak yang panjang umur, penurut, tidak nakal, tekun bekerja, hormat pada guru atau orang tua.
Itulah yang didapat oleh orang yang mampu mengendalikan diri dalam menggauli istrinya.
Dibandingkan dengan Kitab suci Sarasamuccaya dan Pamedasamara, Veda Smrti tidak banyak menetapkan hari – hari terlarang.
Misalnya; Dalam Weda Smrti III.
45-47 hanya menetapkan larangan menggauli istri pada saat menstruasi yang lamanya lebih kurang empat hari dan purwani yaitu sehari sebelum purnama atau sehari sebelum tilem.
Khusus untuk kaum brahmana, agar tetap terjaga kesuciannya dilarang menggauli istri pada bulan purnama (poornima) dan pada hari pertama, kedelapan dan keempat belas setelah bulan mati ( tilem/amavasya).
Demikian dalam Weda Smrti IV. 128. Rtu kalabhigamisyat swadaraniratah sada, parwawarjam wrajeccainam tad wrato rati kamyaya (Manawa Dharmasastra III.45) artinya: hendaknya suami menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan merasa selalu puas dengan istrinya seorang, ia juga boleh dengan maksud menyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk mengadakan hubungan kelamin pada hari apasaja kecuali parwani. Rtu swabhawikah strinam ratrayah sodasa smrtah, caturbhiritaraih sardhanam ahobhih adwigarhitaih (Manawa Dharmasastra III.46) artinya:
enam belas hari dan malam setiap bulannya termasuk empat hari yang berbeda-beda dari yang lainnya dan yang tercela orang yang budiman dinamakan waktu-waktu yang wajar bagi wanita.
Nasamadyasca tasrastu ninditai kadasi ca ya, trayodasi ca sesastu prasasta dasa ratrayah (Manawa Dharmasastra III.47) artinya:
tetapi diantara hari-hari itu sampai hari ke empat, hari ke 11, hari ke 13, dinyatakan terlarang dan hari-hari lainnya dianjurkan.
seorang brahmana dan juga snataka hendaknya tetap suci pada saat-saat sebagai pada waktu malam pertama terang bulan, pada malam bulan purnama dan sehari sebelum purnama, walaupun saatnya baik untuk bersenggama.
Didalam Veda ada dinyatakan
…O suami yang bodoh, yang penuh kejantanan, saya melarang engkau melakukan senggama pada waktu subuh dan waktu matahari memancarkan sinarnya”.
Bersenggama hanya dibenarkan pada malam hari.
Mengacu pada Bhagavata Purana 3.14.23 yang mengisahkan kehamilan Dhiti, hubungan badan yang paling ideal dapat dilakukan 3 jam setelah matahari tenggelam atau 3 jam sebelum matahari terbit dan hindari waktu-waktu saat tengah malam.
Karena dikatakan waktu-waktu yang tidak tepat seperti sandya dan tengah malam adalah waktu dimana mahluk-mahluk dan roh-roh jahat sedang berkeliaran dan saling berebut untuk mendapatkan kesempatan terlahir kembali.
Veda menegaskan bahwa proses masuknya atman (jiva) kedalam kandungan terjadi pada saat pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga jika terjadi pada saat yang tidak tepat seperti ini dikhawatirkan yang akan menjelma adalah jiva-jiva yang berasal dari mahluk-mahluk yang bertabiat jahat.
Disamping faktor waktu, faktor lokasi berhubungan badan juga sangatlah menentukan, sehingga dianjurkan untuk melakukan hubungan badan di tempat yang bersih, menyenangkan dan nyaman di rumah.
Hubungan badan sama sekali tidak boleh dilakukan di tempat-tempat suci seperti tempat ziarah suci (tirthas), pura, kuil atau mandir.
Juga tidak dibenarkan melakukan hubungan badan di tempat-tempat angker, seperti tempat pembakaran mayat/kuburan, ashrama seorang guru, di rumah seorang Vaisnava, dibawah pohon suci seperti beringin, mangga, nim, bodi dan lain-lainnya, di Gosala (kandang sapi), di hutan dan juga di dalam air (Subudhi, narayanasmrti, 2010).
Waktu-waktu sakral yang wajib dihindari bersenggama adalah purnama, bulan mati, prawani/sehari sebelum purnama dan bulan mati, hari-hari besar keagamaan atau hari suci, hari paruh gelap ke delapan.
Kitab Sarasamuccaya menegaskan
Hendaknya seorang suami dan istri yang menghendaki hidup langgeng dalam berumah tangga, menghindari untuk melakukan senggama pada bulan mati (tilem), paruh terang dan paruh gelap ke delapan (8), paruh terang
dan paruh gelap ke empat belas/14 (prawani) serta pada bulan purnama” (Sarasamuccaya 255).
Keterangan lontar Sarasamuccaya dipertegas dalam kita Siva Purana, bahwa:
seseorang tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual pada saat hari Sivaratri (sehari sebelum bulan mati), dan juga dilarang melakukan pemujaan atau sembahyang kepada Tuhan usai melakukan hubungan seks sebelum mandi, dengan kata lain suami istri wajib hukumnya untuk menyucikan diri (mandi) jika hendak melakukan pemujaan kepada Tuhan setelah melakukan hubungan suami istri".
Dalam kitab Siva Purana terdapat kisah sebagai berikut (hanya ditulis poinnya saja): Rsi Suta berkata:
Ada sebuah peristiwa pada saat Sivaratri ketika semua sedang melakukan puasa, Sudarsana melakukan hubungan seksual dengan istrinya dan kemudian melakukan pemujaan.
Tapi sebelum ia melakukan ibadah, ia tidak mandi. Untuk perbuatan ini Deva Siva marah dan berkata. (Siva Purana, Kotirudra Samhita XIII. 26) Dewa Siva bersabda:
Wahai orang yang tidak memiliki tata krama, kamu melakukan hubungan suami istri pada saat Sivaratri.
Tanpa mandi engkau melakukan pemujaan. Engkau sebenarnya dekat dengan ketikdakbijaksanaan.
Karena engkau telah melakukan ini secara sadar, jadilah orang yang lamban dan tidak sadar.
Anda adalah orang yang tak tersentuh bagi-Ku. Hindari menyentuh-Ku. (Siva Purana, Kotirudra Samhita XIII. 29-30)
Selain itu, dalam berbagai literatur Veda (seperti Siva Purana), demikian juga dalam tradisi, bersanggama juga dilarang pada saat istri sedang menstruasi (kotor kain), seorang istri yang sedang menstruasi tidak dibenarkan
untuk diajak seranjang, bahkan tidak dibenarkan diajak berbicara (hal ini terutama dilakukan oleh orang yang mempelajari spiritual).
Hal ini dijelaskan didalam lontar Agastya Parwa
Tempat brahmahatya yang terpenting pada siang hari adalah pada wanita juga.
Sesungguhnya ia berkurang setiap bulan, brahmahatya pada wanita keluar berbentuk darah itulah yang disebut kotor kain di masyarakat.
Oleh karena itu, orang yang hendak mencapai surga tidak boleh memegang perhiasannya dan makanan apalagi satu tempat tidur dengan wanita yang sedang kotor kain, karena sebenarnya ke luar brahmahatyanya
turut pula mendapat dosa yang diajak berbicara lebih-lebih pula kalau sampai disentuh.
Sungguh-sungguh itu larangan menurut Sang Hyang Agama.
Wanita yang tidak keluar brahmahatyanya disebut kuming di masyarakat.
Tidak diajak serta dalam pergaulan, tidak dibenarkan ikut dalam upacara kematian (tileman) pada Hyang Siwamandala, dan sebagainya, Yajna Sradha.
Dia harus berhenti sebagai pelayan pekerjaan-pekerjaan itu meskipun ikut menyentuh saji.
Maka itu anak yang belum kotor kain dan wanita tua yang tidak kotor kain lagi memegang saji Bhatara sampai saat ini (Agastya Parwa halaman 58).
Orang Bali WAJIB Ketahui hal ini
Note: Sudarsana putra brahmana Dadhici (sloka 20), istri Sudarsana bernama Dukula (sloka 21).
Sudarsana melakukan penebusan dosa dengan metode pemujaan Candi dan syair agung kepada dewi Parvati dengan ketaatan yang luar biasa (sloka 37).
Dewi Parvati berkenan, Sudarsana dijadikan anak angkat (sloka 39), Sudarsana diupacarai ritual penyucian dengan Ghee, diberikan tiga senar suci dengan simpul tunggal dan isntruksi tentang Sivagayatri terdiri dari enam
belas suku kata (sloka 42-43). Kemudian, Sudarsana melakukan pemujaan Samkalpapuja (sloka 44). Ini membuat dewa Siva berkenan (45). Akan tetapi, bila memang tidak ingin mewujudkan keluarga bahagia selamat sekala-niskala, dengan anak-anak yang suputra, maka semua aturan itu tidak berlaku.
Artinya, bersenggama semata-mata untuk kesenangan atau pemuasan nafsu belaka, itu boleh dilakukan kapan saja dimana saja.
Jadi, disamping pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh kesalahan menghitung hari, dalam menentukan hari perkawinan, maka gerak pikiran, sikap, gaya, maupun sifat-sifatsaat melakukan senggama, juga berpengaruh terhadap bayi.
Kwee Tek Hoay, dalam bukunya penghidupan di Sananya Kubur, menyebutkan bahwa, pada saat menanam bibit (bersenggama) harus betul-betul memperhatikan kebersihan gerak pikirannya, agar supaya roh-roh yang tidak baik jangan sampai
menjelma sebagai anaknya kelak.
Demikian dulu info mengenai hari baik dan buruk dalam melaksanakan “Asenggama / berhubungan intim” hendaknya di patuhi karena ini merupakan berdasarkan perhitungan Wariga – Dewasa.
Hanya karena orang lain berbuat tidak baik kepadamu, bukan berarti kamu harus membalasnya dengan cara yang sama....
Hidupmu ini terlalu berharga untuk habiskan waktumu memikirkan dia yang tak memperlakukanmu dengan baik...
Bagaikan batu karang yang kokoh tiada tergoyahkan oleh hempasan gelombang laut...demikian pula orang bijaksana tiada goyah di tengah–tengah celaan maupun pujian...
Manusia yang tidak pernah merasa puas :
Dikasih hujan ingin panas..
Dikasih kemarau ingin hujan...
Dikasih rejeki ingin banyak...
Dikasih rejeki banyak minta lebih...
Jangan Sebentar sebentar marah, jangan sebentar sebentar benci dengan siapapun.....
Jadi orang hidup itu haruslah tau diri dan tau malu dan tau terimakasih...kalau tidak begitu apa bedanya kita dengan binatang ?
Selalu berterimakasih dan selalu mawas diri, jangan selalu menggerutu dengan keadaan dalam menjalani kehidupan itulah Syukur....
Siapa yang berani merubah keadaan yang sudah terjadi, yang keadaan hidupnya tadinya buruk menjadi lebih baik lagi atau hidupnya menjadi sejahtera bukanlah orang sembarangan ( karma wasana titisan)
Karma titisan atau punarbawa atau reinkarnasi atau tumimba lahir adalah kepercayaan Ajaran Dharma....bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk dan wujud dikehidupan yang lain...
Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisiknya sebagaimana keberadaan kita saat ini....Namun Yang lahir kembali itu adalah jiwanya orang tersebut....yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu dikehidupan mendatang (punarbawa)....
Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan sebelumnya. Dalam agama Hindu dan Buddha,taoisme,kejawen dan wiwitan,kaharingan (ajaran moksa/nibbana)....
Filsafat punarbawa atau reinkarnasi atau terlahir kembali adalah.....
mengajarkan kita untuk sadar terhadap perbuatan kita yang lampau.... yang sebenarnya kita bertanggung jawab Memperbaiki terhadap nasib yang sedang kita terima sekarang....
NASIB KEHIDUPAN...
Ada yang kaya dan ada yang miskin,
Ada yang sempurna dan ada yang cacad fisik...
Ada yang beruntung ada yang rugi..
Ada yang mujur ada yang Apes
Ada yang selamat dan ada yang celaka....
Ada yang terhormat dan ada yang terhina
Ada yang bahagia dan ada yang menderita...
Ada yang terlahir dan ada yang mati....dan seterusnya...
Selama manusia masih berbuat Asubha karma atau perbuatan yang menjijikan (cabul dan jahat)
Maka hidupnya tidak luput dari duka....ia akan terikat pada siklus reinkarnasi atau punarbawa (terlahir kembali)......
Selama jiwa terikat pada hasil perbuatan Asubha karma atau karma menjijikan atau karma buruk....maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu Berduka......
Dalam Ajaran Hindu proses purnabawa atau reinkarnasi memberi manusia kesempatan untuk menikmati kesejahteraan dan kebahagiaan yang tertinggi
Mokshartham jagadhita ya ca iti Dharma.... serta pembebasan kelahiran Mutlak (Moksa)....
Hal tersebut terjadi apabila manusia sudah tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan duniawi, sehingga tidak pernah merasakan duka, dan mengerti arti hidup yang sebenarnya maka sang Jiwa akan Terlepas dari siklus kelahiran dan kematian kembali (Moksha).
semoga bermanfaat sebagai renungan buat diri sendiri
Kaon : Sekedas mate putih,Sekuning mate putih,Serawah,Buik,Ijo poleng mate putih
ANGGARA KLIWON
Nganginang sareng Kelod , leb ayam saking Kaje
Raje : Serawah Kuning kuping putih,Serawah biru kuping putih
Kaon ; Brumbun , Wangkas , Brumbun Kedas
Pakeling titiang ring ida dane sane mederbe Ayam sampun naanin menang ,.Sampunang aduange Rahine “ umanis “ ,..semalihe yening nganggen Buku puniki cingakin kalender sane wenten ring jero soang” ,yening wenten rahine Pasah ketemu Tungleh / pasah tungleh puniki pengayam ayamane paling becik balikang / badingang
Inggih wantah Asapuniki atur atur tityang ring Pengayam - ayaman dumogi manut ring pikayun ida dane,..asiki piteket tityang mejudi ten je ngranayang Sugih,…niki wantah hiburan Anggen ngelimurang manah ……
“ Elingang yen ten mgae ten ngelah pis ten kenten,…nike logika,…” Payana Dewa
Menurut theologi Hindu, Tuhan/Hyang Widhi itu bersifat "Wyapi wayapaka nirwikara", yang artinya Tuhan ada dimana-mana, namun tidak terpengaruh oleh yang ada. Hal senada pun dinyatakan dalam kitab Svetra Upanisad VI.II, menguraikan sebagai berikut:
Eko dam saroa bhutesu gudas
Sarva vyapi saiva bhintantar-atma
Karmadhyaksas sarva bhuta drivassas
Saksi ceta kevalo nirgunasca.
Artinya:
Tuhan yang tunggal sembunyi (ada) pada semua makhluk, Menyusupi segala inti hidupnya semua mahluk, Hakim semua perbuatan yang berada pada semua makhluk, Saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.
Merujuk pada sumber kitab suci di atas, jelaslah bahwa Tuhan itu tidak akan terpengaruh oleh yang ada di dunia ini (termasuk ciptaan-Nya), Tuhan terbebas dari kualitas apapun. Jadi demikian bagaimanpun kondisi kita, suci ataupun cuntaka, datang bulan ataupun tidak, itu tidak akan berdampak apapun terhadap keberadaan Tuhan yang maha suci. Tuhan tidak akan terpengaruh oleh unsur-unsur duniawi. Jika demikian jelaslah terjawab bahwa bagaimanapun kondisi kita, aktivitas sembahyang (Tri Sandhya) itu tetap dapat dan wajib dilakukan, dan jika dalam keadaan cuntaka tentu dengan tidak mengunjungi tempat suci (Pura). Mengapa demikian?, Oleh karena justru pada saat cuntakalah kita lebih intensif bersembahyang/ mendekatkan diri pada Tuhan, sebab saat itu tentunya membutuhkan tuntunan dan pertolongan Tuhan agar kita bisa mengendalikan ketidaksetabilan tersebut.
Mengapa jika dalam keadaan cuntaka tidak boleh ke tempat suci?, hal ini disebabkan yaitu oleh karena orang yang cuntaka adalah orang yang dalam keadaan tidak seimbang dalam dirinya. Ketidak seimbangan diri itu dapat menimbulkan vibrasi buruk. Vibrasi buruk ini dapat merusak vibrasi orang lain yang sedang berada di tempat suci untuk mengupayakan memunculkan vibrasi suci dalam dirinya guna dapat menghubungkan diri dengan Tuhan yang maha suci, dan dikhawatirkan pula nantinya dapat berpengaruh vibrasi kesucian dari tempat suci yang dikunjungi oleh orang yang sedang dalam keadaan cuntaka tersebut.
Jadi, ketika Haid boleh Sembahyang? Boleh. Tapi ke pura jangan dulu ya.
Daun pandan memang sangat populer untuk pelengkap masakan. Namun, di balik penampilannya yang sepele tersebut, daun pandan ternyata menyimpan khasiat tersembunyi yang sangat mengejutkan.
Khasiat daun pandan yang bisa bikin wanita melongo adalah membuat area kewanitaan menjadi terasa lebih keset dan kencang.
Oleh sebab itu, wanita wajib mengatasi bau tak sedap pada area kewanitaan dengan air rebusan daun pandan wangi, ditulis GenPI.co
Daun pandan bisa menghilangkan bau pada area kewanitaan, karena mengandung euganol dan minyak atsiri yang dapat membuat area kewanitaan menjadi lebih wangi.
Caranya, ambil 7-9 lembar daun pandan wangi yang sudah dicuci bersih lalu dihaluskan (bisa ditumbuk atau diblender).
Saring daun yang sudah halus untuk diambil sarinya.
Lantas campurkan sedikit garam dan satu sendok teh gula atau madu agar rasanya lebih nikmat.
Setelah rebusan siap, maka minumlah air sari daun pandan wangi setiap hari sebelum tidur selama 10 hari.
Setelah kamu memperoleh hasil yang sesuai, selanjutnya cukup dikonsumsi 2-3 kali dalam seminggu.
Dijamin suami bakal ketagihan dan penasaran dengan aroma area kewanitaanmu.
Selain itu, kami membeber khasiat lainnya mengonsumsi air rebusan daun pandan untuk kesehatan:
1. Meredakan Sakit Kepala
Masalah sakit kepala yang terlalu sering menyerang, bisa diatasi dengan daun pandan.
Anda bisa mengonsumsi air rebusan daun pandan atau menggunakannya sebagai aroma terapi alami untuk menenangkan pikiran dan meredakan sakit kepala.
2. Mengatasi rasa nyeri
Manfaat daun pandan berikutnya yang juga penting adalah mengatasi rasa nyeri.
Daun pandan bisa mengatasi nyeri ketika Anda menderita sakit kepala, sakit telinga, atau radang persendian.
3. Mengatur gula darah
Menurut sebuah penelitian di Thailand yang diterbitkan di Majalah Pharmacognosy pada 2015, meminum minuman ekstrak pandan membantu orang menurunkan kadar gula dalam darah.
Telah terbukti bahwa glukosa plasma dari orang yang diteliti telah menurun secara signifikan selama periode penelitian.
4. Mengatasi Diabetes
Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu risiko diabetes. Untuk menyeimbangkan insulin, penderita diabetes bisa mengonsumsi daun pandan secara rutin.
Daun pandan bisa ditambahkan dalam makanan atau dicampur dalam minuman.(*)
Daun pandan menjadi satu tanaman yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Secara ilmiah, daun pandan dikenal dengan nama Pandanus Amaryllifolius dan cukup mudah untuk ditemui.
Daun pandan memiliki aroma yang harum, tak jarang daun ini digunakan sebagai pengharum makanan agar makanan lebih terasa enak dan lezat untuk dimakan.
Meski banyak tumbuh di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan, daun pandan juga populer di negara-negara Eropa dan Amerika sebagai sajian pencuci mulut, ditulis GenPi.co
Istimewanya lagi, manfaat daun pandan juga baik untuk kesehatan berkat kandungan di dalamnya. Apa saja? Simak ulasannya
1. Menetralkan racun
Tidak hanya air kelapa hijau yang mampu menghilangkan atau menetralkan racun, tapi teh daun pandan juga bisa.
Daun pandan sangat efektif untuk detoksifikasi tubuh, terutama organ hati.
Tak hanya menetralkan, tapi daun ini juga membantu melepaskan racun dan kotoran dari tubuh.
Daun pandan memiliki manfaat sebagai pencahar ringan dan benar-benar aman, serta bisa dianjurkan juga untuk anak-anak.
2. Meredakan rasa nyeri
Daun pandan mengandung sifat analgetik yang bisa bertindak sebagai pereda nyeri dari sakit kepala, nyeri dada, dan arthritis.
Untuk menggunakan daun pandan sebagai pereda nyeri, Anda bisa minum teh pandan dua kali sehari. Daun pandan juga memiliki kemampuan untuk mengurangi keram perut.
3. Membantu menurunkan kadar gula darah
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada jurnal Pharmacognosy Magazine membuktikan bahwa ekstrak daun pandan mampu mengurangi gula darah postprandial (pemeriksaan gula darah tanpa puasa terlebih dahulu).
Ekstrak daun pandan juga mampu mendorong produksi insulin pada sel-sel pankreas.
4. Meringankan gejala rematik
Ambilah daun pandan yaang masih segar dua atau tiga lembar. Kemudian cuci dan iris kecil-kecil.
Siapkan setengah cangkir minyak kelapa yang telah dipanaskan dan sedu daun pandan dengan minyak tersebut.
Aduk sampai rata, kemudian setelah dingin dapat digunakan sebagai minyak gosok pada bagian tubuh yang sakit.
5. Mengatasi lemah syahwat
Selain digunakan sebagai obat lemah saraf, pandan wangi juga berkhasiat untuk mengobati lemah syahwat pada pria. Ambil 3 lembar daun pandan wangi, cuci bersih dan potong kecil-kecil.
Rebus dengan 4 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Minum ramuan tersebut dua kali sehari, tiap pagi dan sore masing-masing 1 gelas setiap kali minum. Lakukan secara teratur. (*)
Sugra Ratu ๐๐ฟ dumogi Bali state ngemolihan keragayuan
Saat ini saya pikir masyarakat Bali butuh panduan/ Dharma Wecana untuk ketenangan Hati, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dimana kita sedikit menjauh dari culture (budaya) kita. Dimana upacara, odalan dan upakara-upakara Bali seakan lenyap oleh situasi korona ini.
Mengingat kebelakang sosok Ida Pedanda Made Gunung ( Alm) yang selalu memberikan Dharma Wecana yang membuat kita damai...
Dan akhir-akhir ini saya senang sekali mencari-cari video Dharma Wecana (Almarhum) sugra, Ratu Ida Pedanda Made Gunung, kangen suasana Dharma Wecana yang sangat menyejukkan dan penuh nuansa kedamaian.
Saat ini mungkin masyarakat Bali tengah galau dengan situasi virus korona, berita yang membuat resah, politik bahkan sekarang Sulinggih muda yang lagi viral. Maka, dari itu... Teringat dengan Dharma Wecana Ratu Ida Pedanda Made Gunung, saya pribadi sangat kangen dengan video-video Dharma Wecana Ida... Sampai-sampai saya putar terus video-video Ida, hal hasik ketemu dengan salah satu video Dharma Wecana Ida tentang pulau Bali.
Dalam video ini, Ida sangat terlihat sedih dengan suasana Bali. Coba tonton dulu video Ida dibawah ini;
Ternyata yg menjadi kekhawatitan beliau almarhum ida pedanda gede made gunung kini menjadi realita, dumogi sami rahayu jagat lan seisinya๐๐พ
Jika menghaturkan canang sesuai dengan pengider-ideran Panca Dewata yang tepat maka Kerahayuan dan rejeki yang akan datang.
Canang merupakan segel suci niskala yang memiliki kekuatan kerja-nya sendiri. Tapi kekuatannya akan menjadi lebih aktif jika segel suci niskala ini kita hidupkan dan gerakkan, dengan kekuatan mantra-mantra suci, tirtha (air suci), dupa dan kekuatan sredaning manah (kemurnian pikiran). Sehingga turunlah karunia kekuatan suci semua Ista Dewata, yang memberikan kebaikan bagi alam sekitar dan semua mahluk, yang utama pekarangan dan keluarga (keharmonisan).
Tata Cara Menghaturkan/Mebanten Canang yang Baik dan Benar
Sebelum memulai Menghaturkan/Mebanten Canang (Persembahan), sebaiknya di mulai dengan memurnikan persembahan, seperti berikut ini;
Memurnikan Persembahan
a. Cakupkan tangan di dahi) ucapkan mantra:
OM AWIGNAM ASTU NAMO SIDDHAM
OM SIDDHIRASTU TAT ASTU ASTU SWAHA.
b. Ambil sekuntum bunga, Apit bunga dengan membentuk mudra amusti-karana atau mudra saat trisandya, ucapkan:
OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA,
OMKARA MURCYATE PRAS PRAS PRANAMYA YA NAMAH SWAHA.
c. Setelah selesai mengucapkan mantra, bunga kita lempar atau buang ke depan ke arah persembahan.
Dengan demikian semua sarana persembahan telah tersucikan dan siap untuk kita haturkan.
Setelah proses pemurnian selesai, saudara bisa langsung menghaturkan persembahan canang maupun Banten pejati.
Tata Cara Menghaturkan Persembahan/Mebanten
a. Sebelum Unggah (menaruh canang) don kayu (alas) ucapkan mantra:
OM TA MOLAH PANCA UPACARA GURU PADUKA YA NAMAH SWAHA.
b. Unggah (menaaruh dupa) ucapkan mantra:
ONG ANG DUPA DIPA ASTRAYA NAMAH SWAHA.
c. Sirat/ketis tirtha ke canang ucapkan mantra;
ONG MANG PARAMASHIWA AMERTHA YA NAMAH SWAHA.
d. Ngayab dupa ucapkan mantra;
OM AGNIR-AGNIR JYOTIR-JYOTIR SWAHA
ONG DUPHAM SAMARPAYAMI SWAHA
e. Ngayab canang ucapkan mantra;
OM DEWA-DEWI AMUKTI SUKHAM BHAWANTU NAMO NAMAH SWAHA,
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM.
Demikianlah tata cara menghaturkan canang yang baik agar kebaikan datang dari segala penjuru arah ๐๐ฟ
Om A no bhadraah kratavo yantu visvato
Semogaogaoga pikiran baik datang dari segala penjuru) OM SWAHA.
Persembahan yang baik adalah persembahan yang memiliki kualitas kesucian. Karena dengan kualitas yang suci barulah persembahan bisa menjadi segel suci niskala yang terang cahaya-nya.
Ini adalah tata-cara dasar untuk menghaturkan persembahan ke luhur [ke alam-alam suci]. Sekali lagi bahwa cara ini tidak terbatas hanya untuk menghaturkan canang saja, tapi juga dapat digunakan untuk menghaturkan segala jenis persembahan ke alam-alam suci. Seperti misalnya pada saat kita tangkil ke sebuah pura dan kita menghaturkan pejati, dsb-nya.
Sebuah catatan penting untuk diperhatikan, yaitu nanti ketika kita menghaturkan canang sangat penting untuk meletakkan warna-warni bunga pada posisi arah mata angin yang tepat. Supaya sesuai dengan arah mata angin pengider-ideran Panca Dewata. Jangan diletakkan secara sembarangan agar canang sebagai segel suci niskala ini nantinya dapat bekerja secara maksimal.
Bunga berwarna putih diletakkan pada posisi arah timur, sebagai segel mengundang kehadiran Sanghyang Iswara untuk melimpahkan karunia tirtha sanjiwani yang memberikan kesucian sekala dan niskala.
Bunga berwarna merah diletakkan pada posisi arah selatan, sebagai segel mengundang kehadiran Sanghyang Brahma untuk melimpahkankarunia tirtha kamandalu yang memberikan kekuatan kebijaksanaan dan taksu.
Bunga berwarna kuning diletakkan pada posisi arah barat, sebagai segel mengundang kehadiran Sanghyang Mahadewa untuk melimpahkan karunia tirtha kundalini yang memberikan kekuatan intuisi dan kemajuan spiritual.
Bunga berwarna hitam [atau ungu tua] diletakkan pada posisi arah utara, sebagai segel mengundang kehadiran Sanghyang Wishnu untuk melimpahkan karunia tirtha pawitra yang melebur segala bentuk keletehan atau kekotoran sekala dan niskala.
Kembang rampe [irisan pandan-arum] diletakkan pada posisi di tengah-tengah, sebagai segel mengundang kehadiran Sanghyang Shiwa untuk melimpahkan karunia tirtha maha-amertha yang memberikan kekuatan moksha [pembebasan].
Sekali lagi bahwa ini adalah konsep paling ringkas [inti] atau paling mendasar. Tentunya para pembaca saudara-saudara se-dharma memiliki bentuk tradisi dan tattwa yang beragam di tempat masing-masing.
Hendaknya tetaplah dijalankan sesuai tradisi dan tattwa masing-masing, agar sesuai dengan desa, kala, patra. Tapi hendaknya juga dilaksanakan dengan berlandaskan pengetahuan tentang tattwa.