Siapa yang tak ingin menjadi baik? Dari sekian banyak hal buruk dalam keseharian, sedikit kebaikan bisa jadi penawar baik dalam kehidupan. Tetapi, ada beberapa orang yang justru bersikap terlalu baik, yang kemudian membuat hidupnya kerap sengsara. Mulai dari rasa tak enakan yang begitu besar, terlalu memikirkan perasaan orang, hingga merasa ingin selalu terlihat baik dihadapan orang.
Percayalah, menjadi orang baik memang terlihat menyenangkan, namun kita pun perlu tahu kapan harus berhenti untuk bersikap baik jika ternyata kebaikan itu merugikan diri kita sendiri. Sebab jika tak bijak, sikap seperti ini bisa berdampak buruk pada kehidupan. Menjadi beban pikiran hingga merusak kesehatan.
Orang lain mungkin bahagia atas apa yang kita perbuat dihadapan mereka, tapi jika ternyata kita sendiri tak suka, untuk apa? Menjadi orang baik itu perlu, tapi menyiksa diri hanya untuk dianggap baik, tentu salah.
1. Tak Bisa Menolak dan Berkata ‘Tidak’
Hanya Akan Membuat Kita Lelah
Salah satu hal paling sulit untuk menjadi orang baik adalah, ketika kita tak bisa menolak dan berkata ‘tidak’ untuk sesuatu yang diminta orang lain. Kamu mungkin tak suka minuman keras, tapi seorang temanmu mungkin suka untuk kemudian memintamu mencoba. Tak enak hati menolak tawarannya, kamu tetap memaksa diri untuk memenuhi permintaannya. Hasilnya, kepalamu pusing karena tak pernah mencicipi minuman seperti itu.
Memang sih selalu ada alasan mengapa kamu memenuhi permintaan orang, tapi coba pikirkan lagi, pilihanmu untuk tetap menjadi baik di hadapan orang akan menjadi sebuah siksaan yang menyusahkan diri sendiri. Hanya demi dianggap teman, kamu melakukan segala hal yang nyatanya membuat dirimu susah saja.
2. Kerap Stres Dan Selalu Merasa Cemas
Ini jadi bagian paling tidak mengenakkan. Dimana kita merasa tak berdaya untuk membuat sebuah keputusan, lalu tak bisa melawan melihat orang lain berpendapat atas suara kita. Dari sini kamu harusnya tahu, manakah sikap baik yang sungguh-sungguh dengan sesuatu yang memang dipaksa.
Gambarannya, kamu mungkin punya teman yang sedari dulu kerap semena-mena. Memerintahmu untuk berbuat yang ia suka, hingga menyakiti hati tanpa merasa berdosa. Tak bisa membantahnya, dirimu terus diam dan membiarkannya melukaimu lebih dalam. Tak bisa dijelaskan dengan gamblang, situasi ini mendatangkan stress yang berkepanjangan.
Hal ini akan mempengaruhimu secara mental, membuatmu cemas hingga depresi. Lalu membenci diri sendiri, karena merasa gagal tak bisa menolak orang lain dan terjebak dalam kolam kebaikan yang kita ciptakan sendiri atau yang dibuat oleh faktor dari luar diri.
3. Sering Merasakan Emosi yang Berantakan
Tak peduli seberapa baiknya seseorang, kamu pasti selalu sadar jika dirimu sedang dimanfaatkan. Kamu tahu jika dirimu sedang sakit hati atau kecewa, tapi ingin melawan rasanya tak bisa. Kenyataan yang kamu dapati adalah hanyalah sakit hati dan diremehkan oleh orang lain meski selama ini kamu selalu berbuat baik pada mereka. Situasi ini menguras emosi, merusak suasana hati sampai membuatmu ingin menyerah pada keadaan.
Mengutuki diri semalaman dengan menangis tersendu-sendu, hingga bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa kamu melakukannya. Iya, kamu tak sanggup untuk menujukkan emosi ini pada oranglain dan hanya bisa mengasingkan diri. Lalu mulai sadar, jika terlalu baik ternyata tak baik untuk diri.
4. Untuk Itu, Cobalah Bertanya Pada Diri Sendiri
Bersikap baik jadi salah satu cara menjalani hidup yang baik. Sialnya, beberapa orang justru selalu memanfaatkan kebaikan dari kita. Mengambil keuntungan, membuat kita kehilangan kepercayaan diri, hingga merasa jadi manusia yang selalu dikasihani.
Untuk itulah, penting bagi kita mulai bertanya. Tentang sampai mana batas menjadi baik yang perlu dan tak perlu kita lakukan. Berjanjilah untuk bisa lebih tegas dan bijaksana, menolak apa yang memang tak kau suka. Berlaku seperti itu tak lantas membuatmu jadi seseorang yang buruk. Hal ini adalah salah satu pertahanan diri. Tentang bagaimana menjadi baik yang benar-benar baik, bukan yang menyiksa diri sendiri.
5. Dan Merusak Hubungan yang Kita Miliki dengan Diri Sendiri
Berperilaku terlalu baik terkadang membuat kita tak lagi menghargai diri sendiri. Karena isi pikiran kita sudah dipenuhi dengan keinginan untuk mendahulukan segala kepentingan orang lain. Kamu mungkin tak sadar, tapi segala sikap dan perilaku untuk terlihat baik dihadapan orang itu. Nyatanya membuat kita membodohi diri sendiri, dengan mengabaikan hal-hal yang seharusnya kita lakukan.
Hanya karena tak ingin menyakiti orang lain, kamu merelakan rasa bahagiamu diganti dengan keinginan untuk memenuhi permintaan dan ekspektasi orang-orang. Ya, menjadi terlalu baik, nyatanya merusak hubungan kita pada diri sendiri. Mendahulukan kebutuhan orang, diri sendiri tak pernah kita pikirkan.