Makna Gebogan / Pajegan
Makna atau filosofi banten gebogan juga terlihat dari bentuknya yang menjulang seperti gunung, makin keatas makin mengerucut (lancip), dan di atasnya juga diletakkan canang dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti kehadapan Tuhan sang pencipta alam semesta.
Gebogan biasanya diusung oleh para ibu-ibu dan gadis-gadis Bali untuk dihaturkan ke pura saat upacara piodalan atau upacara dewa yadnya lainnya sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa.
Tinggi rendahnya Gebogan /Pajegan tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari masing-masing individu membuat Gebogan, karena nilai dari sebuah Gebogan/Pajegan tidaklah diukur dari tinggi atau rendahnya akan tetapi dari keiklasan hati dalam menunjukkan rasa syukur. Dan selebihnya merupakan bentuk pengapresiasian seni.
Sehingga harus dapat dipahami khususnya bagi umat Hindu, bahwa ketika ada upacara yadnya tidak dibenarkan adanya upaya kalau untuk berlomba-lomba membuat gebogan hanya untuk dipamerkan kepada orang lain apalagi sampai dipaksakan membeli buah dengan mencari utang dan akhirnya mengkambing hitamkan agama. Karena hal seperti itu akan mengurangi makna utama dari dibuatnya Gebongan dalam upacara yadnya yaitu sebagai simbol persembahan dan rasa syukur kepada Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap, mohon dikoreksi bersama. Suksma…
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!