Makna Banten Gebogan dalam Upacara Yadnya


Makna Banten Gebogan dalam Upacara Yadnya. Gebongan atau biasa juga disebut dengan Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah buahan, jajanan dan bunga yang dikreasikan oleh umat Hindu di Bali. Jenis buah dan jajanan biasanya berinovasi mengikuti perkembangan zaman, jadi apa yang kita makan itulah yang kita persembahkan.


Makna Gebogan / Pajegan

Makna atau filosofi banten gebogan juga terlihat dari bentuknya yang menjulang seperti gunung, makin keatas makin mengerucut (lancip), dan di atasnya juga diletakkan canang  dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti kehadapan Tuhan sang pencipta alam semesta.

Gebogan biasanya diusung oleh para ibu-ibu dan gadis-gadis Bali untuk dihaturkan ke pura saat  upacara piodalan atau upacara dewa yadnya lainnya sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa.

Tinggi rendahnya Gebogan /Pajegan tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari masing-masing individu membuat Gebogan, karena nilai dari sebuah Gebogan/Pajegan tidaklah diukur dari tinggi atau rendahnya akan tetapi dari keiklasan hati dalam menunjukkan rasa syukur. Dan selebihnya merupakan bentuk pengapresiasian seni.

Sehingga harus dapat dipahami khususnya bagi umat Hindu, bahwa ketika ada upacara yadnya tidak dibenarkan adanya upaya kalau untuk berlomba-lomba membuat gebogan  hanya untuk dipamerkan kepada orang lain apalagi sampai dipaksakan membeli buah dengan mencari utang dan akhirnya mengkambing hitamkan agama. Karena hal seperti itu akan mengurangi makna utama dari dibuatnya Gebongan dalam upacara yadnya yaitu  sebagai simbol persembahan dan rasa syukur kepada Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap, mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Mengenl Rahinan Purnama Dalam Hindu Bali



Mengenl Rahinan Purnama Dalam Hindu BaliγƒΌKata Purnama berasal dari “purna” artinya sempurna.

Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah).
Pemujaan saat Purnama ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata.

Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiran yang ada  di setiap rumah.

Pada umumnya umat Hindu meyakini rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga disebut dengan “Devasa Ayu”.

Setiap hari suci yang bertepatan dengan Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut “Nadi”.

Namun tidak semua hari pertemuan dengan purnama disebut ayu.
Contoh,

Hari Kajeng Kliwon, pada hari Sabtu, nemu Purnama disebut HARI BEREK TAWUKAN.

Dilarang oleh sastra agama melaksanakan upacara apapun, dan para wiku tidak boleh melaksanakan lujanya pada hari itu(Lontar Purwana Tatwa Wariga).

Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut HARI GAMIA (jagat letuh). Sang wiku tidak boleh memuja.
Melalui siklus Purnama dan Tilem sesungguhnya alam mengajarkan manusia tentang jahat dan baik, terang dan gelap, jika senang jangan terlarut dalam kesenangan, begitu pula jika dalam keadaan terpuruk maka harus segera bangkit karena didepan cahaya akan menyambut.

Keduanya berputar mengelilingi kehidupan manusia.

Jenis-jenis Kerauhan Hindu Bali


Jenis-jenis Kerauhan Hindu Baliー Setiap daerah di penjuru Nusantara ini mempunyai tradisi yang berbeda-beda. Seperti halnya Bali yang mayoritas adalah umat Hindu, mempunyai banyak tradisi yang telah diwariskan turun temurun oleh para leluhur salah satunya adalah Kerauhan. Kerauhan tidak dapat disamakan dengan kerasukan karena kerauhan dilaksanakan dalam: sebuah ritual keagamaan yang terdapat pemuput upacara (sulunggih/pemangku pura).

  • Upacara atau upakara
  • Hari suci atau piodalan
  • Rangkaian upacara
  • Pelaksanaanya di tempat suci (pura)
  • Adanya Tapakan Kerauhan
  • Dilaksanakan umat (pengempon pura)
  • Adanya prosesi sakralisasi dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut kekuatan suci yang masuk dalam tubuh Tapakan/Pengadegan Kerauhan adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya. Akan tetapi jika tanpa adanya faktor-faktor diatas terjadi kerauhan pada seseorang maka itu lebih tepat dikatakan kerasukan. Dan perlu dipertanyakan apa yang merasuki orang tersebut.

Jenis-Jenis Kerauhan

Jenis-jenis Kerauhan dalam ritual upacara secara umum dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
  1. Merangkak (tubuh menyentuh tanah) Kerauhan dengan gerakan merangkak, yang merasuki tubuh Tapakan/Pengadegan Kerauhan adalah ancangan (kendaraan suci) Ida Bhattara/Bhattari.
  2.  Ngurek (menusuk diri dengan senjata tajam) Kerauhan dengan gerakan Ngurek yang merasuki adalah pepatih Ida Bhattara/Bhattari.
  3.  Menari-Nari, Kerauhan dengan gerakan menari-nari yang merasuki adalah widyadara/widyadari
  4.  Diam Kerauhan dengan tanpa gerakan (diam) yang merasuki adalah Ida Bhattara/Bhattari
Waktu-Waktu Kerauhan

Waktu Kerauhan dalam ritual agama Hindu di Bali dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu waktu umum dan khusus. Secara umum waktu Kerauhan dapat dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu :
  1. Nedunang Ida Bhattara Nedunang Ida Bhattara berarti menghadirkan Ida Bhattara yang berstana di sebuah Pura. Biasanya Upacara Nedunang ini tidak sembarangan dilakukan, tentunya ada beberapa persyaratan yang dilaksanakan yaitu adanya upacara, adanya orang suci yang menghadirkan Beliau, adanya sarana upacara sebagai persembahan.
  2. Nglungang Ida Bhattara Upacara ini berlangsung setelah Upacara Nedunang Ida Bhattara. Jadi ketika Ida Bhattara telah hadir diundang ke dunia, maka Beliau diiring ke pesucian atau ke beji oleh pengempon pura. Dengan Ida Bhattara distanakan di sebuah jempana yang dibuat khusus dengan kayu pilihan untuk diiring kepesucian. Prosesi Nglungang ini diikuti oleh para pengempon pura, penabuh gamelan dan beberapa Tapakan Kerauhan.
  3. Ngwaliang Ida Bhattara Pada prosesiNgwaliang/Mapamit Ida Bhattara/Bhattari dari Pura Beji. prosesi ini dilaksanakan apabila Ida Bhattara/Bhattari telah menyucikan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit dengan diakhiri persembahyangan bersama, maka Ida Bhattara/Bhattari akan kembali ke parhyangan masing-masing. Prosesi ini pastinya diawali dengan suara genta, gemalan dan jempana dipundut serta berbagai atribut kelengkapan beriringan membentuk barisan berjajar dua. Tentunya kembali secara spontan Tapakan Kerauhanmulai menunjukkan fenomena Kerauhan dengan perilaku menujuparhyangan masing-masing. Setelah tiba di parhyangandilaksanakan Upacara Pemendakan dan Tapakan Kerauhan pun seperti biasa menunjukkan kekuatan suci Ida Bhattara yang telah merasuki dirinya dan disadarkan dengan diperciki tirtha (air suci) dari Pura tersebut.
Sedangkan waktu khusus dapat juga dibagi menjadi 3 yaitu pada waktu kurangnya sarana upacara, pada waktu puncak upacara dan ketika beliau memberikan nasehat atau bawos.
Sejata Dalam Kerauhan

Senjata yang telah dipersiapkan bukanlah untuk menakuti umat, melainkan memiliki simbol yaitu sebagai penghancur segala kekotoran atau yang sifatnya negatif. Dalam agama Hindu paradewa juga disimbolkan membawa senjata yang disebutAyudhadevata. Ayudha berarti “yang dibawa waktu perang”. Senjata para dewa itu pada umumnya dibedakan dalam 3 jenis, yaitu:
  1. Praharana: Senjata yang dipakai memukul seperti tombak dan pedang.
  2. Panimukta: Senjata yang ditembakan atau dilemparkan seperti cakram.
  3. Yantramukta: Senjata yang dilemparkan menggunakan tenaga atau alat tertentu seperti panah dengan bantuan busur.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pada tradisi kerauhan dalam ritual upacara agama Hindu adalah ketika kerauhan yang merasuki bukanlah roh jahat atapun setan. Melainkan roh yang suci atau baik yang akan memberikan petunjuk bagaimana melaksanakan ritual, sehingga melalui Kerauhan itu masyarakat dapat mengetahui apakah ritualnya itu lengkap, sempurna, atau kurang. Dan Kerauhan yang selalu terjadi pada setiap upacara khususnya Upacara Dewa Yadnya ditafsirkan sebagai unsur yang mengesahkan proses pelaksanaan ritual.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika ada penjelasan yang kurang lengkap ataupun kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Penting dan Sucinya Peran Wanita Dalam Hindu Bali


Penting dan Sucinya Peran Wanita Dalam Hindu Bali


Wanita berasal dari Bahasa Sanskrit, yaitu Svanittha, di mana kata Sva artinya “sendiri” dan Nittha artinya “suci”. 

Jadi Svanittha artinya “mensucikan sendiri” kemudian berkembang menjadi pengertian tentang manusia yang berperan luas dalam Dharma atau “pengamal Dharma”.

Dalam Pandangan Agama Hindu, wanita mempunyai peranan yang penting. Yaitu sebagai “sarana” terwujudnya Punarbhava atau reinkarnasi. Dari sini juga berkembang istilah Sukla Svanittha yang artinya “bibit” atau janin yang dikandung oleh manusia.

Sejak mengalami menstruasi pertama, seorang wanita sudah dianggap dewasa, dan juga merupakan ciri/ tanda bahwa ia mempunyai kemampuan untuk hamil. Oleh karena itu peradaban lembah sungai Indus di India sejak beribu tahun lampau senantiasa menghormati dan memperlakukan wanita secara hati-hati terutama ketika ia menstruasi.

Peranan wanita ketika sudah menjadi istri dapat dikatakan sebagai pengamal Dharma, karena hal-hal yang dikerjakan seperti: mengandung, melahirkan, memelihara bayi, dan seterusnya mengajar dan mendidik anak-anak, mempersiapkan upacara-upacara Hindu di lingkungan rumah tangga, menyayangi suami, merawat mertua, dll.

Peranan suami dapat dikatakan sebagai pengamal Shakti, karena dengan kemampuan pikiran dan jasmani ia bekerja mencari nafkah untuk kehidupan rumah tangganya.

Kombinasi antara Dharma dan Shakti ini menumbuh kembangkan dinamika kehidupan. Oleh karena itu pula istri disebut sebagai “Pradana” yang artinya pemelihara, dan suami disebut sebagai “Purusha”artinya penerus keturunan.
Wanita yang sudah menjadi seorang istri harus dijaga dengan baik, sebagaimana disebut dalam Manava Dharmasastra yaitu sebagai berikut :

TU KALABHIGAMISYAT, SWADHARANIRATAH SADA, PARVAVARJAM VRAJEKSAINAM, TAD VRATO RATI KAMYAYA (Manava Dharmasastra III.45)

Artinya : Hendaknya suami menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan merasa selalu puas dengan istrinya seorang, ia juga boleh dengan maksud menyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk mengadakan hubungan badan pada hari-hari yang baik.

PITRBHIR BHATRBHIS, CAITAH PATIBHIR DEVARAISTATHA, PUJYA BHUSAYITA VYASCA, BAHU KALYANMIPSUBHIH (Manava Dharmasastra III.55)
Artinya : istri harus dihormati dan disayangi oleh mertua, ipar, saudara, suami dan anak-anak bila mereka menghendaki kesejahteraan dirinya.

YATRA NARYASTU PUJYANTE, RAMANTE TATRA DEVATAH, YATRAITASTU NA PUJYANTE, SARVASTATRAPHALAH KRIYAH (Manava Dharmasastra III.56)
Artinya: Di mana wanita dihormati, di sanalah pada Dewa-Dewa merasa senang, tetapi di mana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.

SOCANTI JAMAYO YATRA, VINASYATYACU TATKULAM, NA SOCANTI TU YATRAITA, VARDHATE TADDHI SARVADA (Manava Dharmasastra III.57)
Artinya : Di mana wanita hidup dalam kesedihan, keluarga itu akan cepat hancur, tetapi di mana wanita tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.

JAMAYO YANI GEHANI, CAPANTYA PATRI PUJITAH, TANI KRTYAHATANEVA, VINASYANTI SAMANTARAH (Manava Dharmasastra III.58)
Artinya : Rumah di mana wanitanya tidak dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib.

Mengingat demikian penting dan sucinya peran wanita dalam rumah tangga, maka para orang tua memberikan perhatian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran kepada anak wanita sejak kecil. Tradisi turun temurun pada lingkungan keluarga Hindu misalnya seorang anak wanita harus lebih rajin dari anak lelaki.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat, mohon dikoreksi bersama. Sukma…

Jika Orang Lain Jahat Kepadamu, Pastikan Saja Kau Tak Pernah Jahat Kepada Mereka



Jika Orang Lain Jahat Kepadamu, Pastikan Saja Kau Tak Pernah Jahat Kepada Mereka

Jangan selalu menuntut orang lain bersikap lebih baik padamu, tapi pahamilah dulu dirimu, kenalilah dulu hatimu, sudah seberapa baikkah kau pada mereka, dan sudah ikhlaskah dirimu melakukan kebaikan pada mereka?

Karena bila kebaikanmu benar-benar tulus, balasan mereka yang bagaimanpun takkan mengusik hatimu.

Maka dari itu pahamilah dulu dirimu dengan bijak, maka tentu orang lainpun akan memahamimu secara bijaksana, jangan tanya kebaikan mereka padamu, tapi tanyakan sudah seberapa baikkah dirimu pada mereka.

Karena kau akan diperlakukan adil oleh orang lain, bila kau sendiripun tahu caranya berbuat adil.

Orang lain akan membalas kebaikanmu bila saja kau tau caranya berbuat baik sesuai dengan tempatnya, bukan baik hanya karena kau ada maunya atau ingin mengharap lebih darinya.

Bila kau hargai diri orang lain dengan baik, maka tentu merekapun tidak akan enggan menghargai dirimu dengan baik pula.

Karena kebanyakan orang akan berlaku seperti yang kau lakukan, maka pastikan kau hargai dirimu dengan beragam kebaikan, agar orang-orang disekitarmu juga berlaku demikian.

Bila kau menghormati dii mereka dengan penuh kerendahan hati, maka merekapun akan menghormatimu dengan kerendahan hatinya.

Bagaimana sifat rendah hati yang dimaksud? Yaitu, bersabar, ikhlas, tulus hati, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Bila kau tahu caranya menundukkan hatimu untuk tak bersifat sombong, maka orang lainpun tidak akan sembarangan merendahkanmu.

Karena saat kau bersifat penuh kedermawanan dan tetap rendah hati, maka tentu orang lain akan menghargai dan menghormatimu dengan penuh kebaikan.

Karena perbuatanmu dalam menjalani hidup ini hakekatnya memantul, dan yang pasti hidup ini kau yang memilih, bila kau ingin hidupmu selalu disandingkan dengan kebaikan.

Maka hiasilah dirimu dengan beragam kebaikan, dan gemarilah berbuat baik kepada orang lain, dan situasi dan kondisi apapun.

Bukannya Malas, Perempuan Memang Harus Banyak Tidur Karena Otaknya Bekerja Keras



Bukannya Malas, Perempuan Memang Harus Banyak Tidur Karena Otaknya Bekerja Keras

Membersihkan rumah sambil menyiapkan sarapan, menjawab telepon sambil menata perabotan rumah, mengurus anak sambil makan siang. Ya, multitasking adalah bakat luar biasa dari kaum perempuan yang sayangnya, selalu mengakibatkan stress dan kelelahan.

Pertanyaannya, berapa lama perempuan harus tidur agar tetap sehat, bersemangat, dan produktif? Logikanya begini, semakin banyak kamu menggunakan otak pada siang hari, maka semakin banyak waktu yang kamu butuhkan untuk tidur di malam harinya.

Dan karena rata-rata perempuan selalu bekerja dengan cara yang lebih kompleks ketimbang laki-laki, mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk tidur. Orang dewasa rata-rata membutuhkan 6-8 jam untuk tidur agar bisa memulihkan kondisi tubuh dari kelelahan siang harinya. Padahal faktanya, perempuan tidak pernah tidur selama itu, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai balita.

Lebih mudah terbangun saat tidur

Hal itu lebih berdampak buruk pada kesehatan perempuan ketimbang laki-laki. Seperti masalah jantung, diabetes, depresi, stress, atau kecemasan. Ketika hal itu terjadi, mimpi para perempuan di malam hari cenderung lebih ringan dan sensitif terhadap suara bernada tinggi sehingga mudah terbangun.

20 menit ekstra

Solusinya bagaimana? Menambah jam tidur sekurang-kurangnya 20 menit (dari waktu tidur normal 6-8 jam) setiap hari sangat membantu untuk memastikan para perempuan tetap ceria dengan pekerjaan multitasking mereka.

Apa Boleh Poligami Dalam Agama Hindu? Ini Jawabannya


Apa Boleh Poligami Dalam Agama Hindu? Ini Jawabannya

Jika diambil kata poli yang berarti banyak dan dalam KBBI poligami yang artinya sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.

Jika menurut pandangan agama Hindu, apakah Poligami diperbolehkan? Dalam ajaran agama Hindu, Monogami ( kondisi hanya memiliki satu pasangan pada pernikahan ) lebih dianjurkan tapi tidak mengharamkan atau melarang poligami.
Penjelasan detailnya dapat dijabarkan atau ditinjau dari segi Brahmacari yang terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut :

Sukla Brahmacari

Sukla Brahmacari artinya tidak kawin seumur hidup. Biasanya dilakukan oleh mereka yang timbul niatan dalam dirinya untuk tidak melakukan perkawinan seumur hidupnya. Karena sudah berada pada tingkat Nitya-Siddha, yaitu seseorang yang telah mencapai kesempurnaan tetapi datang ke dunia ini hanya untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia.

Berarti “pilihan Sukla Brahmacari ” tersebut bukan karena terpaksa atau alasan-alasan lain seperti gangguan organ seksual, sulit jodoh, patah hati (gagal move on).

Sewala Brahmacari

Sewala Brahmacari artinya perkawinan yang memiliki 1 pasangan seumur hidupnya. Walaupun istri atau suami sudah meninggal tidak ada niatan untuk melakukan perkawinan lagi. Tentang Sewala Brahmacari juga dijelaskan didalam naskah Silakrama, berikut terjemahannya

Sewala Brahmacari namanya bagi orang yang hanya kawin satu kali, tidak kawin lagi. Bila mendapat halangan salah satu meninggal, maka ia tidak kawin lagi hingga datang ajalnya. Demikianlah namanya Sewala Brahmacari.
Tresna Brahmacari (Krsna Brachmacari)

Tresna Brahmacari adalah seseorang yang melakukan perkawinan lebih dari satu kali dan maksimal empat kali. Istri-istrinya yang dikawini tersebut merupakan istri yang sah menurut hukum perundang-undangan yang berlaku, serta tidak melanggar agama.

Tresna Brahmacari inilah yang mendekati dengan istilah poligami yaitu beristri lebih dari 1 dan maksimal 4.  Batasan maksimal berpoligami dijelaskan didalam Slokantara. Seperti penggalan sloka berikut:

Krsnabrahmacari ialah orang yang kawin paling banyak empat kali, dan tidak lagi. Siapakah yang dipakai contoh dalam hal ini? Tidak lain ialah Sang Hyang Rudra yang mempunyai empat dewi, yaitu Dewi Uma, Gangga, Gauri, dan Durga. Empat dewi yang sebenarnya hanyalah empat aspek dari yang satu, inilah yang ditiru oleh yang menjalankan Krsnabrahmacari. Asal saja ia tahu waktu dan tempat dalam berhubungan dengan istri-istrinya. …..”
(Slokantara 1

Jadi kesimpulannya, Agama Hindu mengajurkan monogami tapi memberikan toleransi untuk berpoligami. Karena tidak ada satupun mantra maupun sloka weda yang menyalahkan dan mengharamkan Poligami.

Tapi jangan berani poligami jika istri tidak setuju dan anda belum siap dari segi finasial dan tidak bisa bersikap adil. Karena tentu akan terjadi ketidak harmonisan.
Jika ada yang kurang tepat atau kurang lengkap. Mari diskusi dalam komentar. Jika artikel ini bermanfaat jangan lupa di share.

Ibu Rumah Tangga, Meskipun Berat Tapi Bahagia



Ibu Rumah Tangga, Meskipun Berat Tapi Bahagia

Menjadi Ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia namun kerap dipandang sebelah mata. Padahal, menjadi ibu rumah tangga butuh kesabaran dan perjuangan yang luar biasa.

Menjadi ibu rumah tangga merupakan sebenar-benarnya profesi penuh waktu. Menurut riset, tugas ibu rumah tangga memerlukan waktu setidaknya 98 jam kerja seminggu. ini 2,5 kali lipat lebih besar dari profesi lainnya.

Temuan tersebut didapatkan dari hasil survei terhadap 2000 ibu rumah tangga di Amerika yang memiliki anak-anak berusia 5 sampai 12 tahun. Survei tersebut juga menunjukan bahwa biasanya para ibu rumah tangga bekerja mulai pukul 06.23 pagi hingga pukul 8.31 malam setiap harinya.

Jumlah jam kerja tersebut lebih panjang 14 jam daripada profesi lainnya. Dilansir dari laman The independent, riset ini dilakukan oleh sebuah perusahaan jus yang bernama Welch’s dari Amerika.

Periset juga menemukan bahwa rata-rata para ibu rumah tangga hanya memiliki 1 jam 7 menit untuk dirinya sendiri setiap harinya. Riset mengungkapkan bahwa 40 persen ibu merasa hidupnya didominasi oleh hal yang tidak pernah berakhir.

Menurut Casey Lewis selaku pemimpin kesehatan dan gizi di Welch’s, hasil survei itu menyoroti bahwa permintaan peran dan tugas para ibu tak pernah ada hentinya
“ibu rumah tangga bukan hanya memiliki beban kerja yang ketat tapi juga kebutuhan konstan untuk memberi makan keluarga, minggu demi minggu,” ucapnya.

Ketika diminta menyebutkan barang-barang yang mereka andalkan untuk meringankan tugas, para ibu dalam riset tersebut berkata bahwa persediaan kopi dan tidur siang yang konstan adalah hal yang bisa membuat tugas mereka terasa ringan.

Selain itu, menonton film, tisu basah, mainan dan iPads adalah ‘penolong’ lain yang bisa membuat tugas mereka terasa ringan.

ini bukan penelitian pertama yang mengungkapkan sejauh mana beratnya tugas para ibu. Sebuah riset tahun 2013 yang dilakukan oleh ahli optik Jul_eye menemukan bahwa daftar tugas ibu rata-rata terdiri dari 26 tugas yang mencakup mengorganisir makanan ringan, membuat sarapan, membersihkan rumah, hingga mengingat tanggal-tanggal penting.

Maka menjadi seorang ibu bukan hanya pekerjaan terhebat di dunia, tetapi barangkali juga yang terberat.

Keberhasilan Wajib Disyukuri, Tapi Tidak Perlu Memamerkan Diri


Keberhasilan Wajib Disyukuri, Tapi Tidak Perlu Memamerkan Diri

Ketika nasib kita berubah dari sosok yang selama ini dipandang sebelah mata menjadi sosok yang dihargai di mana-mana, tentu saja menghadirkan rasa suka cita yang patut disyukuri. Sayang sekali, banyak orang yang setelah sukses melepaskan diri dari keterpurukan dan hidup dalam berkecukupan sering kali lupa diri. Di zaman dulu, dikenal dengan istilah "O.K.B" atau biasa disebut Orang Kaya Baru yang menampilkan perilaku yang mencolok dalam pandangan mata tetangganya.

Maklum selama ini untuk makan saja terpaksa ngebon di warung, tapi kini saking kelimpahan rezeki maka apapun mampu dibeli. Dan tidak hanya sebatas itu, tetapi gaya hidup juga mendadak berubah total. Kalau dulu, setiap kali berpapasan dengan tetangga ataupun kenalan selalu menyapa dengan santun nan ramah. Tapi kini, merasa diri sudah sukses, merasa cukup menyapa secara asal-asalan. Kalau bertemu teman lama, maka tanpa diminta dengan bangga akan menceritakan segala pencapaiannya. Sejak beli kendaraan seharga ratusan juta dan rumah baru yang bernilai miliaran rupiah.

Pengalaman Pribadi

Sahabat baik dan sekaligus tetangga sewaktu masih remaja, sebut saja namanya Nyoman (bukan nama sebenarnya), sudah lebih dari hampir 10 tahun lamanya kami tidak pernah bertemu dan putus kontak.
Suatu waktu, saya dapat nomor telepon Nyoman dari salah seorang kenalan saya. Maka dengan hati yang berbunga-bunga saya mencoba untuk menelpon. Alangkah senang rasanya dapat mendengarkan suara sahabat saya yang sudah lebih dari 10 tahun kiranya tidak pernah bertemu lagi karena Nyoman sering bepergian ke luar negeri. Pertama yang ditanyakan adalah: "Apa usahamu sekarang mbok Dayu ?"
Dan saya jawab: "Saya masih berdagang kecil-kecilan di Paris. Kini saya dan putri saya tinggal di apartemen sederhana di pinggiran kota Paris."

"Oooh.. Saya baru saja beli 2 unit rumah di Denpasar untuk orang tua saya, kalau kedua anak saya ikut saya dan sekolah disini, di Perth. Ternyata harga rumah di Denpasar jauh lebih mahal dibanding di Australia ya mbok Dayu. Saya kasihkan ke orang tua saya satu rumah, dan yang satunya lagi rencananya mau  untuk refreshing kapan kami mau pulang ke Bali. Dan seterusnya dan seterusnya..."

Selama pembicaraan, saya hanya kebagian menjawab satu saja pertanyaan dan selanjutnya sahabat baik saya Nyoman yang menceritakan keberhasilannya. Sebagai seorang sahabat, tentu saja saya senang mendengarkan bahwa sahabat saya berhasil. Tapi suasana hati saya yang tadinya meluap-luap saking senangnya, mendadak bagaikan bara api tersiram hujan lebat.

Nyoman lupa menanyakan, bagaimana keadaan saya dan anak saya? Apakah anak saya sehat? Karena seluruh rangkaian pembicaraan 99,9 persen adalah menceritakan kesuksesan demi kesuksesan yang berhasil diraihnya?

Iri hatikah saya? Tentu saja tidak. Karena kendati kondisi saya jauh dari sebutan "kaya", tapi saya tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya diberikan hidup yang berkecukupan.

Berbicara Itu Ada Seninya

Bisa jadi akibat luapan rasa sukacita maka begitu ada kesempatan bertemu sahabat lama, maka secara tanpa sadar telah mencurahkan seluruh ungkapan rasa bangga akan keberhasilan yang sudah diraihnya. Namun sesungguhnya untuk berinteraksi dengan orang lain, termasuk sahabat baik kita, ada seni berbicara yang hendaknya dijadikan pegangan, yakni memberikan kesempatan kepada lawan bicara kita untuk berbicara. Hindari memonopoli pembicaraan karena mengakibatkan hubungan yang selama bertahun-tahun dibina akan memudar, hambar dan tawar.

Ada hal yang jangan sampai dilupakan bahwa apa yang bagi kita sesuatu yang "Wow" dan membanggakan, boleh jadi bagi orang lain hanyalah hal tidak berarti. Sejumlah uang yang bagi kita sangat menakjubkan, ternyata bagi orang lain boleh jadi hanya uang recehan semata.
Bangga tentu saja boleh, tapi tentu harus tahu hingga di mana batasnya. Semakin tinggi kita menonjolkan diri hanya akan mempertinggi tempat kita jatuh.

Ibarat kalau berjalan di tempat yang datar, seandainya suatu waktu tergelincir kita bisa langsung bangkit berdiri lagi. Tapi kalau kita berjalan di tempat yang tinggi maka sekali jatuh kita sudah tidak mungkin bisa bangkit lagi.

Apakah Ada Yang Lebih Berharga Dibanding Keluarga?



Apakah Ada Yang Lebih Berharga Dibanding Keluarga?

Selepas masa SMA, ada dorongan kuat dalam diri saya untuk keluar rumah. Bahkan saat saya kuliah, saya jauh dari kota kelahiran, dan tentu saja intensitas bertemu orang tua sangat jauh berkurang. Lebih banyak saya habiskan waktu di kampus, basecamp organisasi mahasiswa atau rental komputer plus warnet milik kawan di mana saya turut kerja sambilan di sana.

Semua demi mencari tempat untuk diri saya sendiri. Sebuah tempat di mana saya diakui. Sebuah pelepasan dari semua aturan, target pendidikan dan tuntutan yang dulu saya anggap mengekang.
Ada fase itu dalam hidup saya. Mungkin fase serupa pun Anda alami. Bisa pula kita semua melewatinya. Saya menganggapnya sebagai masa pencarian jati diri.

Perjalanan hidup membawa saya kuliah dan bekerja di Jakarta. Jauh dari orang tua dan sanak keluarga. Tak ada rasa khawatir, seringnya tak pula terbersit rindu. Karena saya temukan begitu banyak hal menarik, berbagai  macam kawan baru, beraneka ragam kesempatan dan peluang mengembangkan  diri. Dan saya menyukainya.

Hingga saat memek (ibu) saya sakit keras dan paman saya meninggal. Dan saya tak ada di sampingnya. Tak ada bersama mereka.

Momen itu merubah pikiran saya tentang arti penting keluarga. Sesuatu yang sebelumnya saya pandang 'taken for granted'. Sesuatu yang ada dan akan selalu ada.

Ada rasa hampa yang menusuk jika mengingatnya. Ada rasa kelu dan pahit di lidah setiap menyadari terlewatnya kesempatan itu. Kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu, bicara dan belajar dari beliau.

Saya merasa, begitu banyak hal yang ingin  saya tanyakan. Saya merasa, begitu sedikit yang saya tahu tentangnya. Saya merasa, belum ada yang sempat saya lakukan untuknya sementara kesempatan itu sudah punah.

Apa yang lebih berharga selain keluarga?
Jika pertanyaan itu disampaikan ke saya jaman dulu, mungkin jawabnya bisa panjang. Namun sekarang, saya bilang, tidak ada yang lebih berharga dari keluarga.

Jika Anda sekarang resah, jika hati Anda gundah,  jika berbagai hal menyesaki pikiran dan perasaan, ingatlah bahwa Anda punya keluarga yang akan selalu sayang dan peduli, meski seringkali kita tak menyadari.

Karena tak ada yang lebih berharga selain keluarga. Please, cherish your family.

Untuk apa beragama jika tidak membuat manusia menjadi lebih baik?


Untuk apa beragama jika tidak membuat manusia menjadi lebih baik?

Raja Asoka pernah berkata:

Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menyalahkan agama-agama orang lain, melainkan ia harus menghormati agama-agama orang lain karena berbagai alasan.
Dengan berlaku demikian, seseorang telah membantu perkembangan agamanya sendiri dan juga memberikan pelayanan kepada agama-agama orang lain. 

Bila bertindak sebaliknya, ia menggali lubang kubur bagi agamanya sendiri dan juga membahayakan agama-agama lainnya.
Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menyalahkan agama-agama lainnya, itu dilakukan karena bakti terhadap agamanya sendiri, dengan berpikir bahwa "Aku akan memuliakan agamaku sendiri". Akan tetapi sebaliknya, dengan berbuat demikian ia semakin dalam melukai agamanya sendiri. 

Karenanya kerukunan adalah baik: Mari kita semua mendengarkan, dan dengan ikhlas mendengarkan ajaran-ajaran yang dianut orang lain.

______________________________________________
Dalai lama pernah berkata:

"Jika harus memilih antara agama dan kasih sayang, pilihlah kasih sayang". "Agamaku sederhana sekali, agamaku kebajikan". "Jika sains membuktikan kebenaran dan ajaran Buddha salah, maka tinggalkan Buddha, pilihlah sains".

"Agama yang terbaik itu adalah agama yang membuat kamu berpikir bijaksana dan selalu memancarkan kebaikan dari dirimu buat mahluk lain, saya tak pernah bilang ajaran Buddha yang terbaik".

Di Balik Kesuksesan Anak Pasti Selalu Ada Pengorbanan Seorang Ibu


Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. 

Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.

Setiap ditanya tentang siapakah sosok yang menjadi pahlawan dalam hidupku, hanya satu oranglah yang selalu ada dalam ingatanku. Beliau adalah mama. Bila ditanya pula tentang apa saja yang telah dilakukannya hingga bisa menjadi sosok pahlawan bagi hidupku, satu kata pulalah yang bisa menggambarkan segalanya. 

Pengorbanannya. Segala hal telah ia berikan, mulai dari waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawanya demi membuat anak-anaknya berhasil.

Sejak aku kecil, mama selalu berjuang agar aku dan adik bisa hidup dengan baik dan bahagia. Saat masih sekolah dulu, mama selalu mengantar aku dan adik sejak pagi-pagi buta agar bisa sampai sekolah tepat waktu. Jarak dari rumah ke sekolah sejauh 15 km dan terkena macet membuat kami harus berangkat lebih pagi dan tidak memungkinkan mama untuk pulang lagi ke rumah. Hal yang dilakukannya sambil menunggu kami pulang adalah tidur di mobil atau belanja keperluan rumah. Panas dan hujan pun tak menghalangi mama untuk setia menunggu walau menunggu di mobil yang kondisinya sudah tua bukanlah hal yang menyenangkan.

Berbagai hal di jalan pun kami alami saat hendak pergi ke sekolah. Mulai dari ban mobil kempes bahkan pernah meledak, kaca mobil retak, mobil yang sering mogok, dan mobil ditabrak dari belakang. Hal ini tentu sangat menghambat kami datang tepat waktu ke sekolah. Namun, mama tidak pernah menyerah dan selalu punya solusi dengan cepat.

Mama pernah mengganti ban sendiri bahkan mama sendiri yang membawa mobil ke bengkel. Kadang aku pun tak tega melihat mama sendiri mengurus mobil yang sering rusak karena itu adalah pekerjaan yang berat. Aku pun khawatir takut terjadi apa-apa saat mama berusaha memperbaiki mobil sendiri. Tapi untunglah mama selalu baik-baik saja dan memastikan semuanya aman dan anaknya tetap bisa bersekolah.

Selain mengantar sekolah, mama pun selalu menyiapkan bekal untuk kami dan membuatnya harus bangun subuh. Mama juga tidak pernah berhenti mengingatkan kami agar tidak ada barang-barangnya yang ketinggalan. Kalau tertinggal mama pasti marah karena tidak memungkinkan untuk kembali pulang mengambil barang yang tertinggal dan kami akan dihukum di sekolah. Namun, itu menjadi pelajaran berharga bagi kami agar lebih disiplin dan tidak mendadak saat menyiapkan keperluan sekolah.

Saat pulang sekolah pun, mama harus membantu kami mengerjakan PR, mengajar kami saat besok ada ulangan dan ujian. Melihat mama yang jarang istirahat dan selalu meluangkan waktunya demi membantu anaknya belajar, membuat kami sadar bahwa semua ini mama lakukan agar anaknya bisa mendapat nilai yang baik dan benar-benar memahami materi yang telah diajarkan. Sejak itu, aku dan adik pun berusaha belajar lebih giat belajar agar segala hal yang mama korbankan tak sia-sia.

Tak hanya waktu, hal lainnya pun banyak beliau korbankan. Di saat uangnya menipis namun anaknya ingin jajan dan bahkan harus bekal besok harinya, mama pun rela sampai tidak makan atau makan demi porsi yang sedikit demi anaknya bisa kenyang hari ini dan seterusnya. Bahkan di saat mama sendiri sakit pun, mama tetap memaksakan diri mengantar anaknya ke sekolah. Papa tidak mungkin mengantar kami karena papa harus bekerja di rumah dan tidak ada lagi yang bisa mengantar selain mama.

Sakit yang paling parah adalah mama pernah terkena rematik dan tidak bisa jalan sampai akhirnya tetap memaksa menyetir mobil dan ke dokter sendiri supaya cepat sembuh dan bisa mengantar anaknya lagi. Kalau mama sakit, mama selalu bilang kalau mama baik-baik saja. Mama tak pernah memikirkan kondisinya sendiri karena yang selalu dipikirkannya adalah anaknya harus bisa sehat, bahagia, dan kehidupannya terjamin.

Puji Tuhan sekarang pengorbanan mama tidak sia-sia. Aku dan adik sekarang sudah lulus sekolah dan kuliah dengan prestasi yang baik. Kami sekarang sudah bekerja dan mama tak perlu lagi mengantar kami ke tempat kerja rutin. Sesekali saja saat mendesak atau saat kami ingin pergi jalan-jalan sehabis pulang kerja.

Kami pun sekarang bisa ajak mama jalan-jalan, traktir segala kebutuhannya, bahkan memberikan tabungan untuknya. Mama pun selalu bilang bahwa mama bangga terhadap anak-anaknya. Aku lebih bangga lagi punya mama yang selalu mengorbankan apapun demi anak-anaknya berhasil. 

Tanpa pengorbanannya, kami tak bisa menjadi orang yang berhasil seperti sekarang ini. Terima kasih mama untuk segalanya.

Hati-Hati, Selingkuh Banyak Diawali Dari Sering Curhat di Facebook


Hati-Hati, Selingkuh Banyak Diawali Dari Sering Curhat di Facebook

Selingkuh banyak diawali dari curhat di Facebook. Mungkin pada mulanya tidak sampai mikir seekstrem itu. Masak sih Cuma curhat bisa jadi selingkuh? Aneh-aneh aja deh.

Jangan salah jika slaah satu dari suami istri itu sampai curhat masalah rumah tangga pada lawan jenis dan menemukan patner yang nyaman, lambat laun ia akan terjebak dalam jebakan cinta.

Cerita dan curhat yang intensif seperti ini sangat efektif mengaitkan dua hati. Yang satu galau, yang satu menjadi pendengar yang baik sekaligus memberi solusi.

Ketika kamu yang sudah nyaman dengan teman curhatmu, maka kamu akan terus merindukan curhat padanya. Bahasa sederhananya kamu udah kadung sayang. Lama-lama kamu akan merasakna sebuah rasa jenuh pada pasangan.

Disaat kamu tidak menemukan ketenangan pada suami atau istrimu, lantas kamu dapatkan itu dari orang lain, akhirnya awal perselingkuhan pun akan dimulai.

Setiap orang pasti menyukai untuk berbicara pada orang yang satu jalan pikiran, ditambah dengan selera humor yang pas, pengetahuan yang baik, dewasa dan dapat memberikan solusi-solusi yang baik.

Selingkuh banyak diawali dari curhat ke lawan jenis. Mungkin pada mulanya tidak sampai mikir seekstrem itu. Masak sih Cuma curhat bisa jadi selingkuh? Aneh-aneh aja deh.

Jangan salah jika slaah satu dari suami istri itu sampai curhat masalah rumah tangga pada lawan jenis dan menemukan patner yang nyaman, lambat laun ia akan terjebak dalam jebakan cinta.

Cerita dan curhat yang intensif seperti ini sangat efektif mengaitkan dua hati. Yang satu galau, yang satu menjadi pendengar yang baik sekaligus memberi solusi.

Tapi, curhatkan tak harus dengan pasangan orang lain? Apa orang yang dapat mendengar dan memberikan solusi baik Cuma berasal dari lawan jenis? Ini namanya mencari malapetaka. 

Sebenarnya banyak orang yang lebih dan baik untuk dijadikan kawan curhat dan lawat bicara. Ada guru, sahabat, orang tua ada keluarga ada tokoh-tokoh tertentu yang lebih tidak punya resiko dan kepentingan untuk mencuri cintamu.

Bagaimanapun milik sendiri jauh lebih menenangkan, menyenagkan, membanggakan dibanding dengan yang bukan haknya. Dan juga menjadi pembedaan paling inti, suami atau istrimu adalah cinta yang direstui, yang mengalami proses penguatan dan pematangan, serta sungguh-sungguh tumbuh dari niat yang suci.

Kalau kesadaran ini ada dalam dirimu, dijamin kamu tak akan tergoda dengan dengan godaan apapun walau godaan itu segede gunung.

Kamu bisa tetap saja enjoy karena iman sudah membentengi, dan sudah menjadi pertahanan yang kuat untuk dirimu. Setan gak akan mungkin menggoyahkan perasaanmu.

Jika hal ini sudah ada dalam dirimu, maka bagimu suami atau istrimu adalah segala-galanya. Tidak ada yang lebih baik dari pasanganmu, walau secara kasat mata yang diuar sana banyak yang memliki kelebihan.