Krisis Corona, Banyak Warga Bali Cari Jukut Paku ke Tukad

Krisis Corona, Banyak Warga Bali Cari Jukut Paku ke Tukad
Ilustrasi photo via steemit.com

Semenjak pemerintah Bali menyatakan Bali Lock Down karena wabah virus Corona yang sudah menyebar di Pulau Dewata ini, banyak warga yang tidak bekerja karena harus stay home untuk mencegah penularan virus ini meningkat. 

Sudah hampir 3 Minggu lebih dari awal Nyepi, warga Bali yang berpenghasilan harian otomatis buntu. Karena itulah banyak warga kembali ke alam, untuk menyambung hidup banyak warga ke Tukad (sungai) untuk mencari sayuran agar bisa disantap.

Jukut (Sayuran) Paku


Sayuran ini tumbuh bebas di pesisir sungai di Bali, selain organik dan sehat sayuran paku juga enak di masak dan disandingkan dengan mie instan. 

Selain itu, menuju ke sungai juga mencari udara segar, karena kebanyakan sungai di Bali dengan dataran rendah, bagus untuk situasi saat ini.

Harapan

Sampai kapankah Virus Corona ini akan selesai, sampai kapan Lock Down akan selesai, sampai kapan Ekonomi akan kembali normal, dan sampai kapan Kita akan seperti ini? Dari itu, Kami berharap Bantuan dari pemerintah Untuk membantu, agar kami tidak mati kelaparan.

Semoga Wabah virus ini cepat berlalu, dan Ekonomi kembali Normal, Astungkara. 

Seger Gen Tunas, Kata Penyemangat Hidup



Banyak yang mengeluh dengan penghasilannya/ pendapatannya karena wabah virus Corona ini semakin merajalela, terutama yang bekerja di bidang pariwisata Bali. Hal hasil dengan pendapatan yang tidak menentu itu, datanglah kata-kata Seger Gen Tunas!

Berapapun pendapatan kita dalam melakukan pekerjaan, kita shukuri saja, karena kita tau rejeki bekerja di pariwisata kadang dapat lebih, kadang sedikit dan kadang tidak sama sekali, jadi kata mongken je Maan, monto kal tunas, yang penting NU tetep seger. Kata ini selalu menjadi penyemangat dan motifasi agar selalu merasa bersyukur.

Orang Bali sangat simpel dari segi apapun, mereka menjalani hidup dengan sederhana dan tetap kata seger gen tunas menjadi aman dan pikiran tetap merasa damai.

Saya sendiri selalu merasa ingin memiliki sesuatu, saya lakukan apapun untuk memiliki sesuatu yang menjadi impian saya, tetapi hal berkata beda, maka dari itu kadang-kadang kata seger gen tunas keluar tidak sengaja, setelah kata itu keluar pikiran menjadi plong!

Apapun yang membuat kita stres dan susah dalam menjalani hidup ini, tirulah orang Bali, dengan berkata Seger Gen tunas tiang! Maka pikiran Anda akan tenang dan damai.

Merasa Tak Dihargai Semua Perjuangan Ini Oleh Orang Terdekat, Maupun Keluarga



Berusaha untuk menjadi lebih baik dan semangat dalam melakukan hal apapun itu, baik dalam hubungan keluarga, teman, kerja maupun percintaan, tetapi terjebak dengan seseorang yang memberikan luka, jelas membuat kita merasa menderita.

Memang menjadi seorang yang lahir di keluarga besar dan sederhana kebawah membuat saya bersemangat melakukan pekerjaan, bukan satu tapi banyak pekerjaan sampingan yang saya lakukan
agar bisa mendapatkan penghasilan lebih untuk membantu perekonomian keluarga, termasuk pekerjaan rumah, adat, dan bermasyarakat. Namun, semua itu sudah pasti membuat seseorang tak merasa bangga dengan diri saya termasuk keluarga sendiri.

Keinginan yang besar untuk melanjutkan hidup, bekerja ditempat yang jauh agar bisa merubah kehidupan untuk menjadi lebih baik dan membuat ayah dan ibu bangga, namun semua berbeda.

Jauh-jauh pergi merantau dengan tujuan dan tekad untuk merubah nasib, Corona virus datang, baru beberapa hari saya harus pulang dan semua impian sirna. Pulang ke kampung dengan kondisi wabah virus dan tidak membawa apa membuat saya tak dihargai sama sekali oleh orang terdekat maupun keluarga.

Karena virus Corona ini, saya harus mengubur impian besar saya untuk merubah nasib dan perekonomian keluarga. Sedihnya lagi, semua biaya yang dikeluarkan belum bisa balik karena baru tiga bulan berlayar.

Menjadi orang yang yang baik dan mempunyai impian yang besar untuk merubah nasib keluarga, tetapi harus tertunda. Dari sebab itu, saya merasa tak dihargai oleh orang terdekat maupun keluarga sendiri.

Kagum! Pesona Wanita Bali



Bali? Bicara tentang pulau ini memang tidak ada habisnya. Keindahan pantai dan keragaman adat istiadatnya selalu membuat orang dari penjuru dunia kagum.


Namun, selain keindahan pulau Bali ada kelebihan yang paling dominan dari pulau lainnya. Wanita Bali itu mempunyai kelebihan yang sangat menarik, sehingga tak heran wanita Bali sering dicari oleh para pria Bule untuk menjadi pasangan hidup.

Kekaguman Orang Luar Terhadap Wanita Bali antara lain sebagai berikut;

Sangat Ramah dan Pekerja Keras
Wanita Bali memiliki penampilan yang anggun dan cantik. Masih banyak wanita Bali yang mempertahankan ciri khasnya, dengan masak dan membantu keluarga dengan apa adanya, tidak gengsi dan sopan.


Wanita Bali terkenal sangat ramah dan pekerja keras. Selain mambantu pekerjaan rumah ia bekerja diluar demi menopang perekonomian keluarganya. Kebanyakan wanita bekerja sampingan seperti berjualan di pasar tradisional, baik muda maupun tua.

Paling Setia dengan Pasangannya


Wanita Bali bisa disebut wanita yang paling setia di seluruh dunia. contoh kecil, sebagian wanita Bali membuktikan cintanya kepada calon suaminya, ia rela pindah agama, negara, demi suami yang dicintainya. Setelah prosesi menikah wanita Bali seutuhnya terikat pada suami.

Jika sudah menikah wanita Bali tidak memiliki hak dalam keluarga asalnya seperti hak waris, dari itu mereka mungkin terdidik dari batinnya untuk menjadi seorang wanita yang kuat dan harus mapan.

Sangat Sederhana dan Peduli Terhadap Sesama


Wanita Bali terbilang sangat lugu, sederhana, jujur, dan sangat peduli terhadap orang lain. Wanita Bali lebih sering mengatakan 'ngih' (iya) di bandingkan 'tauk' (tidak).

Wanita Bali lebih banyak menghabiskan waktunya untuk swadharma (membantu/beryadnya) dibandingkan saling sikut (menjelekan) orang lain.

Sangat Religius


Bali terkenal dengan seribu pura dan warganya selalu identik dengan Yadnya, tidak dipungkiri jika wanita Bali sangat berperan banyak dalam upacara agama.

Jadi, tidak heran lagi wanita Bali menjadi faktor yang mampu menjaga keutuhan adat dan budaya Bali.

Sangat Kreatif


Wanita Bali juga sangat kreatif dan mempunyai bakat seni yang sangat tinggi, tarian, gambelan yang sangat membuat semua mata kagum. Selain itu, mereka juga memiliki bakat unik membuat produk hasil kerajinan tangan dengan ciri khas Bali banget.

Dan hasil kerajinan tangan wanita Bali begitu memikat dunia, padahal pekerjaannya masih home Made. Kreatif dari segi seni, kreatif dari segi bisnis, dan kreatif dari segi upacara. Wanita Bali juga hampir setiap hari membuat Banten dengan hiasan buah-buhan yang sangat idah, hal tersebut sangat memiliki sifat kereatif yang tinggi untuk dipersembahkan kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Itulah pesona wanita Bali yang membuat semua pria merasa kagum.

Rahasia Hidup Sejati Manusia Berada Dibalik Kesadarannya



Berbagai wujud kehidupan dialam semesta raya, seperti binatang, tumbuhan, raksasa, dedemit, bidadari, dewata dan manusia biasa, tak terkecuali manusia itu memiliki kesadaran sebagai percikan kecil dari Tuhan. Maka dari itu berbagai aneka bentuk dan wujud kehidupan ini sesungguhnya merupakan wujud dari kesadaran-Nya.

Tidak usah heran ketika melihat wujud yang berbentuk manusia tetapi kelakuan dan tindakannya menyerupai binatang atau sebaliknya bagaikan manusia biasa yang memiliki sifat dewa, itu semua adalah bersumber dari hidupNya sejati yang berwujud Kesadaran.

Terkadang manusia yang terlahir didunia ini belum menyadari hidupnya yang sejati karena belum pernah melalukan penggalian dengan pengetahuan, sehingga mereka tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan dan perbuat. Mereka hanya bisa menangis ketika sesuatu yang hilang dari hidupnya dan sebaliknya mereka akan senang ketika sesuatu bisa mereka peroleh. Jiwanya dipenuhi oleh gelombang hidup yang ekstrim, jiwanya sangat terikat dengan keadaan yang menimpa, rasa hidup hanya pada pemenuhan kebutuhan duniawi, rasa hidup hanya pada olahan pikiran dan tidak memiliki persepsi hidup sebagai mahluk utama yakni menjaga dan memelihara kehidupan ini secara bersama-sama dengan mahluk lainnya.

Aplikasi pembangkitan kesadaran bathin pada proses pembelajaran sangga kami adalah dimulai dari kesadaran pada tubuh fisik ( rupa ), mengenal jiwa, kedalaman perasaan serta pikiran sebagai persepsi tertinggi, lalu yang terpenting adalah kesadaran rohani, yang dikenal dengan panca skanda, catur kanda dan bavana wikrama.

Selanjutnya kami kultivasi dengan penanaman bija aksara, lalu menghubungkan dengan sumber hidup pada bulan, bintang sampai matahari sebagai sumber cahaya hidup. Kemudian dikuatkan dan diikat melalui ritual homavajra, setelah itu dilakukan penobatan atas amanah hidupnya dengan metode pengenalan karma masa lalu.

Bagi sahabat yang belum mampu menyadari kesadaran sendiri, atau sudah lelah bertubuhkan yang tidak memiliki kesadaran, kami dengan senang hati akan membantu menuntun pada kesadaran yang diinginkan, sesuai dengan tautan energi hidup dari masa lalu, masa kini sampai masa yang akan datang. Metode ini sudah teruji telah mampu membangkitkan kesadaran hidup para leluhur dari ribuan tahun yang lalu.

Fakta! Kesedihan Istri Bisa Bikin Keluarga Hancur

Fakta! Kesedihan Istri Bisa Bikin Keluarga Hancur
Ilustrasi photo via pikiranrakyat.com

Menjalani Kehidupan rumah tangga, bagi seorang wanita tentu banyak pertimbangan, bahkan menjadi keputusan yang sangat berat, meski sesuatu yang sangat kondarti.

Untuk memahami hidup di keluarga dan lingkungan yang baru, wanita membutuhkan waktu dan hati yang sangat tabah untuk menjalaninya, apalagi tantangan berat yang datang dari mertua, ipar dan suami sendiri.

Hal tersebut membuat ada saja kisah wanita setelah menikah.

Fakta! Kesedihan Istri akan membawa petaka bagi keluarga suaminya, begitu juga sebaliknya.

Hal ini sudah terjadi dan banyak sudah pengalaman yang bisa dilihat dari kehancuran rumah tangga seseorang yang dimana istrinya disakiti, dihianati.

Masuara, Kulkul Pajenengan Puri Agung Klungkung



Kulkul Pajenengan Puri Agung Klungkung malam kemarin kembali masuara, pukul 20.20 kemarin 24/3/20 didengar dari Daerah Sidemen Karangasem. Jro Mangku Juga sudah dapat pawisik.

Jika dilihat dari bencana-bencana yang sebelumnya, jika kulkul Pajenengan Puri Klungkung ini bersuara/berbunyi akan terjadi mara bahaya atau musibah bencana alam. Maka dari sebab itu, masyarakat Bali diminta agar selalu waspada dan berdoa.

Dari yang sudah-sudah dan kembali terjadi suara yang timbul dari kulkul Pajenengan Puri Klungkung ini, apakah Bali akan mendapat bencana atau semacamnya? Kata Jero mangku yang dikutip dari akun Facebook  Dewi Susilawati mengatakan;

Ampura Sareng Sami ngih, Nyening Kulkul Pajenengan Puri Agung Klungkung memang betul masuara. Banyak pemedek yang tangkil sebelumnya memastikan kebenarannya sareng pengayah irika.  Selesai hari raya bratha Penyepian Niki akan disebarluaskan mewantenan napi manten untuk menjauh kita dari musibah ini. Yening presida Tangkil, takenang langsung ngih, demi keselamatan iraga sareng sami. Tunas Tirta, karyaning wewantenan nyane dan katur antuk sire takenan langsung. Karena sampun polih sabda,/pawisik oleh Ida Pajenengan Puri Klungkung.

Dari inti tulisan dari Dewi Susilawati diatas yang mungkin merupakan anak dari Jero mangku tersebut, bahwa selesai Hari Raya Bratha Penyepian akan di Sebarluaskan berita ini.

Kita tunggu dan memastikan Banten atau persembahan apa saja yang di haturkan, dengan harapan Bali kembali Rahayu seperti sedia kala.

Rahayu Bali, Rahayu Semeton, Rahayu alam semesta.

Cara Membuat Banten Untuk Hari Raya Nyepi

Sehari sebelum hari Raya Nyepi umat Hindu akan melakukan Upacara Tawur Agung Kesanga. Kegiatan ini dilakukan berjenjang dari tingkat provinsi akan dilaksanakan di Pura Penataran Agung Besakih, kemudian ditingkat kabupaten/kota, kecamatan, desan hingga rumah tangga.

Upacara ini merupakan ritual agama yang tidak terpisahkan dari hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi itu sendiri merupakan sebuah simbol penyucian dunia mikro (Buana Alit) atau diri sendiri baik dari pikiran dan perkataan juga perbuatan negatif, sekaligus penyucian dunia makro (Buana Agung), alam semesta dan isinya untuk keharmonisan dan keseimbangan alam semesta.

Serangkaian banten hari raya Nyepi ini akan di haturkanh sehari menjelang Nyepi sebagai Yadnya bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Secara rinci berikut adalah serangkaian banten yang akan dihaturkan pada Upacara Tawur Agung Kesanga

Banten Nyepi untuk Rumah Tangga:



  1. Ring Pamrajan / Sanggah / tempat bersembahyang keluarga; Menghaturkan Banten Pejati, yaitu Pras, Ajuman, Daksina, Ketipat kelanan, Canang Lengawangi Buratwangi.
  2. Di Natar Mrajan / Sanggah ; Menghaturkan segehan / nasi putih kuning atanding. Di Jaba / Lebuh / bagian luar sebelum masuk ke halaman rumah: Mendirikan/nanceb sanggah cucuk disebelah kanan kori / pemedalan, disanggah cucuk munggah banten Daksina, Pras, Ajuman, Dandanan, ketipat kelanan, Sesayut penyeneng, janganan kajang panjang, pada sanggah cucuk digantung ketipat kelanan, sujang/cambeng berisi tuak, arak, brem dan air tawar.
  3. Dibawah sanggah cucuk menghaturkan segehan Manca Warna (segehan dengan 9 warna, sesuai arah pangider-ideran sebanyak 9 tanding). Lauknya olahan ayam Brumbun atanding, disertai dengan tabuhan arak, Brem, Tuwak serta air tawar, di haturkan kehadapan Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja.
  4. Segehan nasi cacahan 108 tanding dengan ulam jajron matah serta dilengkapi dengan segehan agung asoroh, serta tetabuhan arak, tuak, brem, Air tawar, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala, semua sarana diatas dihaturkan di bawah, pada waktu sandhi kala.


Dan semua anggota keluarga (kecuali yang belum tanggal gigi / makupak) menyucikan diri dengan natab banten Bayakala, dan Banten Prayascitta serta natab banten Sesayut pamyak kala, dihalaman / natah rumah masing-masing. Setelah itu dilanjutkan dengan pangrupukkan (mabuu-buu) mengelilingi rumah / pekarangan dengan sarana api (obor/prapak) serta membunyikan bunyi-bunyian seperti kulkul bambu atau yang lainnya, menyemburkan bawang merah, jangu dan masui (disebut trikotuka) mengelilingi pekarangan rumah.

Cara Mencegah Virus Corona Dengan Cara Tradisional

elain mengikuti tips dan cara mencegah Virus Corona yang telah disampaikan pemerintah, seperti mencuci tangan, menggunakan masker dll. Izinkan saya menyampaikan Tips Mencegah Virus Corona dengan cara tradisional.

1. Daun Kelor 1.5 gr (segar)
Kunyah dan telan. Lakukan pagi, dan malam sebelum tidur.
Ini bermanfaat untuk meningkatkan anti Inflamasi (anti radang), Anti Bakteri.

2. Daun Kelor 20 gr (segar) ditambah sayuran lainnya: Brokoli, Wortel, Labu Jipang dll). Boleh ditumis, atau disayur bening.
Ini bermanfaat untuk meningkatkan Vitamin C, Antioksidan dll.

3. Jus Wortel
(Wortel 150 gr, Air 1 gelas, blender, saring). Minum pagi dan sore.
Ini bermanfaat untuk meningkatkan pH di pencernaan.

4. VCO Kelapa Hijau non fermentasi
1 sdm (pagi dan malam).
Ini bermanfaat sebagai Anti Virus.

NB:
Tips di atas tidak disarankan bagi penderita Darah Rendah, Gagal Ginjal, Sirosis Hati (Kerusakan Hati), dan Hepatitis.

Semoga tips ini bermanfaat.
Mari sama-sama kita doakan,
semoga wabah ini tidak berlanjut.

Cara Anti Sipasi Supaya Tidak Tertular Virus Corona




Virus corona  merupakan salah satu virus yang paling di takuti didunia, selain virus ini dapat menyebar secara cepat namun dapat membunuh manusia secara singkat, penyebab dari wanah ini adalah coronavirus jenis baru yang di sebut dengan novel corona viruss, penyakit ini termasuk golongan virus penyebab severe acute respiratory syndrome ( SARS ) dan middle east respiratory syndrome ( MERS ).

Langkah-langkah Mencegah Virus Corona



1. Membasuh tangan dengan benar
Membasuh tangan dengan benar adalah cara paling sederhana namun efektif untuk mencegah penyebaran virus covid-19. Basuhlah tangan dengan air mengalir dan sabun, setidaknya 15 detik. pastikan seluruh bagian tangan di basuh dengan bersih, termasuk punggung tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari, dan kuku. setelah itu, keringkan tangan menggunakan tisu, handuk yang bersih, atau mesin pengering tangan.

Jika anda adalah pekerja yang berada didalam transportasi umum, maka akan sulit untuk menemukan air dan sabun. anda bisa membersihkan dengan hand sanitizer. Gunakan produk hand sanitizer dengan kandungan alkohol 50% atau 60% agar lebih efektif membasmi kuman.

Abasuhlah tangan secara teratur, terutama sebelum dan sesudah makan, setelah menggunakan toilet, memegang hewan/ binatang, membuang sampah, serta setelah batuk atau bersin. basuh tangan juga penting di lakukan sebelum menyusui bayi atau memeras ASI.



2. Menggunakan masker
Ada 2 jenis masker yang bisa anda  gunakan untuk penyegahan virus corona, yaitu masker bedah dan N95.

Masker bedah atau surgical mask merupakan masker yang sekali pakai yang umu di gunakan. masker ini mudah di temukan, harganya terjangkau, dan nyaman di pakai, sehingga banyak orang yang menggunakan masker ini saat beraktivitas sehari-hari.

Cara pakai masker bedah yang benar adalah sisi berwarna pada masker harus menghadap keluar, sementara sis dalamnya yang berwarna putih menghadap wajah dan menutupi dagu, hidung, dan mulut. sisi berwarna putih terbuat dari material yang dapat menyerap kotoran dan menyaring kuman dari udara.

Meski tidak sepenuhnya efektif mencegah paparan kuman, namun penggunaan masker ini tetap bisa menurunkan resiko penyebaran penyakit infeksi, termasuk infeksi virus corona.

Sedangkan masker N95 adalah jenis masker yang di rancang khusus untuk menyaring partikel berbahaya diudara. jenis masker inilah yang sebenarnya lebih direkomendasikan untuk mencegah infeksi virus corona. meski demikian, masker ini kurang nyaman untuk dikenakan sehari-hari dan harganya relatif mahal.

Setelah melepas masker, basuhlah tangan dengan sabun atau hand sanitizer, agar tangan bersih dari kuman yang menempel pada tangan.



3. Menjaga daya tahan tuhbu
Daya tahan tubuh yang kuat dapat mencegah munculnya berbagai macam penyakit. untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, kamu disarankan untuk mengomsumsi makanan sehat, yaitu seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, makanan protein yaitu telur, ikan, dan daging tanpa lemak.selain itu, rutin olahraga, tidur yang cukup,tidak merokok, dan tidak minum-minuman yang ada alkohol dan juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar terhindar dari penularan virus corona.



4.Tidak pergi ke negara yang terjangkit
Tidak hanya tiongkok, penyakit infeksi virus corona kini juga sudah mewabah ke beberapa negara lain, yaitu di antaranya negara jepang,  china,  korea selatan, hongkong, taiwan, india, dan ngera lainya. virus corona sudah terkonfirmasi ditemukan di negara tetangga indonesia, yaitu singapura, malaysia, thailand, vietnam, dan filipina. agar tidak tertular virus ini, kamu disarankan tidak berpergian ke tempat yang ramai atau berpergian ketempat yang sudah memiliki kasus infeksi virus corona.



5.Menghidari kontak dengan hewan yang menularkan coronavirus
Coronavirus jenis baru di duga kuat berasal dari kelelawar dan disebarkan oleh bebrapa hewan mamlia dan reptil. oleh karena itu kita harus waspada dan menhindari hewan-hewan tersebut. jika ingin mengomsumsi daging dan ikan dipastikan harus di cuci dengan bersih dan dimasak hingga benar-benar matang. hindari mengomsumsi daging dan ikan yang sudah busuk.

Bila anda mengalami gejala flu, seperti batuk, demam, dan pilek, yang disertai lemas dan sesak nafas, apabila dalam 2 minggu terakhir anda berpergian ke tiongkok atau negara-negara lain yang sudah memiliki kasus infeksi virus corona, segeralah periksakan diri ke dokter agar dapat di pastikan penyebabnya dan penanganan yang tepat.

Pernah Mimpi Sembahyang? Ini beberapa Maknanya

Pernah Mimpi Sembahyang? Ini beberapa Maknanya
ilustrasi photo via arahmimpi.blogspot.com
Mimpi merupakan Bunga tidur dimana setiap mimpi mempunyai maknanya sendiri dan merupakan sebuah pertanda bagi yang mempercayainya. Berikut ini merupakan ulasan dari Makna Mimpi Sembahyang;

Arti mimpi sembahyang di Pura adalah baik di mana Anda akan menemui banyak kebaikan dari orang-orang di sekitar Anda. Hal ini tak mengherankan karena kegiatan sembahyang di pura juga adalah aktivitas yang baik dan sekaligus menjadi sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.

Arti mimpi  sembahyang di Vihara adalah akan mendapat rezeki . Rezeki ini bisa berupa kesehatan yang menjadi berkah, mendapat keuntungan finansial ataupun berhasil dalam bidang pendidikan. Makna Mimpi yang bagus ini adalah karena vihara merupakan tempat suci dan dengan beribadah juga pastinya akan memberi ketenangan batin sehingga bisa lebih fokus dalam mencari rezeki di jalan yang benar.

Arti mimpi  sembahyang di tempat suci adalah akan mendapat kebajikan dari orang-orang yang sebelumnya pernah ditolong. Sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap tindakan baik sekecil apapun yang dilakukan akan mendapat imbalan berupa kebaikan pula di masa yang akan datang. Sehingga, mimpi ini sekaligus menjadi tanda bahwa perbuatan baik di masa lalu akan segera dibalas dengan perbuatan baik pula. Demikian adalah tafsir mimpi yang berhubungan dengan aktivitas sembahyang di tempat-tempat peribadatan agama tertentu. Rata-rata memang memiliki arti yang baik dan memberi sinyal bagus mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Semoga artikel ini bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Like & Share Jika Bermanfaat

Melaksanakan Hari Raya Nyepi Yang Sebenarnya



Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali yaitu Melasti, Tawur (Pecaruan) dan Pengerupukan.

Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan “Catur Brata” Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.

Tapi dijaman sekarang ini banyak yang masih ingat apa itu Catur Brata tapi banyak yang melupakan apa itu makna dan bagaimana pelaksaan sesungguhnya dari Catur Brata. Contohnya saja pelaksanaan dari amati lelanguan dan amati lelungan.Dimana tidak boleh bepergian dan dan melakukan hiburan masih banyak yang tidak melaksanakannya.

Marilah di Hari Raya Nyepi yang sebentar lagi akan datang kita melaksanakan Catur Brata karena  semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.

Mengenal Leluhur Maha Gotra Tirta Harum


MENGENAL LELUHUR MAHA GOTRA TIRTA HARUM
ilustrasi photo via banglikab.go.id/
Tiga figure sejarah yang menjadi legenda di Bali masing-masing Dhang Hyang Subali, Dhang Hyang Jaya Rembat dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah merupakan tokoh sejarah yang menjadi leluhur prati sentana Maha Gotra Tirta Harum.

Dhang Hyang Subali dan Dhang Hyang Jaya Rembat dalam khasanah sejarah Bali adalah merupakan manggala dan bhagawanta Dalem Samprangan yang menjabat sebagai Adipati di Bali yang diberikan otoritas memerintah Bali oleh Raja Majapahit Sri Natha Hayam Wuruk, sedangkan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah seorang tokoh penting dalam strata birokrasi pemerintahan di Majapahit dikenal dengan sebutan Sapto Prabhu. Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dikenal dalam khasanah sejarah dalam periode imperium Kerajaan Majapahit menduduki tahta kerajaan di Kedatuan Wengker, Daha dan Keling.

Dhang Hyang Subali berdasarkan sejarah tradisi lisan di Bali dan beberapa babad serta pariagem adalah orang tua dari Ni Dewi Njung Asti, sedangkan Dhang Hyang Jaya Rembat menjadi ayah angkat dari Sang Angga Tirta dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah ayah biologis dari Sang Angga Tirta yang kelahirannya dikaitkan dengan Pura Tirta Harum.

Mengikuti genelogi atau hubungan kekerabatan dari ketiga tokoh sejarah yang melegenda di Bali itu maka diketahui bahwa Dhang Hyang Subali adalah kakek dari Sang Angga Tirta, sedangkan Dhang Hyang Jaya Rembat menjadi orang tua angkat dari Sang Angga Tirta setelah diangkatnya Sang Angga Tirta sebagai dharma putra dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah ayah biologis dari Sang Angga Tirta.

Fakta sejarah yang terungkap  kemudian setelah diadakannya penelitian atas prasasti Tamblingan menurut efigraf I Gusti Made Suwarbhawa dari Balai Arkeologi Denpasar diketahui bahwa prasasti yang dikeluarkan oleh Paduka Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa antara lain : prasasti Her Abang II, prasasti Tamblingan, prasasti gobleg, prasasti Pura Batur C. Paduka Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa didalam naskah Pararaton dikenal bernama Bhre Wengker wafat pada tahun saka gagana rupa anahut wulan 1310 saka atau 1388 Masehi, juga dikenal dengan nama Raden Kudamerta, ia juga dikenal dengan sebutan Bhre Parameswara, bergelar Paduka Bhatara Matahun Shri Bhatara Wijaya Rajasa  nama wikrama Tungga Dewa, Bhatara Shri Parameswara Sang Mohta ring Wisnubhuwana.

Menurut hasil kajian dari Balai Arkeologi Denpasar itu yang mengungkapkan bahwa Paduka Shri Parameswara Sang Mohta ring Wisnubhuwana itu analog dan cocok dengan sebutan atau paraban yang disuratkan pada babad Purana Batur yang secara tekstual menyebutkan bahwa Ni Dewi Njung Asti dipersunting oleh Bhatara Wisnu Bhuwana dan berputra Sang Angga Tirta.

Dengan demikian mitos yang dituangkan dalam babad Purana Batur yang bersifat kultus dewaraja adalah nama lain daripada Shri Wijaya Rajasa yang tersurat dibeberapa prasasti yang dikeluarkan oleh beliau seperti prasasti Tamblingan, prasasti Tulukbiu dan prasasti lainnya.

Hasil inventarisasi nama-nama yang merujuk pada figur sejarah Shri Wijaya Rajasa antara lain : Raden Kudamerta , Bhre Wengker, Bhre Parameswara, Paduka Bhatara Matahun, Shri Bhatara Wijaya Rajasa, nama Wikrama Tungga Dewa, Paduka Shri Maharaja Raja Parameswara Shri Wijaya Sakala Prajanandakarana, Dalem Keling, Bhatara Guru, Bhatara Shri Parameswara Sang Mokta ring Wisnubhuwana.

Candi Wisnubhuwana berlokasi di Manyar Kabupaten Gresik Jawa Timur menurut para arkeolog diketahui disebut sebagai Candi Wisnu Bhuwana setelah ditemukannya prasasti Biluluk bertarih 1391 Masehi.  Berangkat dari realitas sejarah sedemikian, maka ketiga tokoh legendaries sejarah itu adalah menjadi leluhur Maha Gotra Tirta Harum. Jika Dang Hyang Subali dan Dang Hyang Jaya Rembat dating ke Bali pada tahun 1350 Masehi, bersama-sama dengan Sri Kresna Kepakisan dan dikukuhkan sebagai manggala Bhagawanta Dalem Samprangan, maka Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa justru dating ke Bali pada tahun 1380 Masehi. Dalam Purana Batur disuratkan bahwa Bhatara Wisnu Bhuwana dijuluki sebagai Bhatara Guru sebaga “ nabe “ dari Dalem Ketut Ngelusir .

Kemelut dan krisis kepemimpinan penguasa di Bali pada tahun 1380 Masehi mendorong Raja Majapahit Sri Natha Hayam Wuruk menugaskan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa seorang anggota Pahoem Narendra yang lebih dikenal dengan nama kelompok Sapto Prabhu di Kedatuan Majapahit untuk melaksanakan pergantian mahkota kerajaan dan menata pemerintahan di daerah taklukan Bali.

Kalau dicermati tugas pokok Bhatara Sapto Prabhu yang dikenal dalam naskah Negarakertagama dengan sebutan Pahoem Narendra adalah : mengurus soal keuangan raja, menetapkan dan mempertimbangkan pergantian mahkota dan urusan kebijaksanaan kerajaan. Merujuk dari tugas pokok yang tertuang dalam Pahoem Narendra itu member petunjuk kepada kita bahwa kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa ke Bali adalah tugas penting yang bersifat strategis. Jadi pada hakekatnya kehadiran dan kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa ke Bali bukan semata-mata bertugas sebagai Dhang Guru Nabe dari Dalem Ketut Ngelusir tetapi bagaimana menata pemerintahan di daerah ini dan melaksanakan pergantian mahkota karena adanya krisis kepemimpinan di Bali.

Dalam Purana Batur disuratkan bahwa Bhatara Wisnu Bhuwana dijuluki sebagai Bhatara Guru sebaga “ nabe “ Dalem Ketut Ngelusir. Tapi interpretasi dari berbagai babad dan prasasti terungkap bahwa kehadiran Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa yang berpesraman di Pura Dalem Tengaling Kbupaten Bangli adalah untuk menata pemerintahan di Bali dan untuk mengembalikan kredibilitas Kerajaan Majapahit di daerah Bali.

Dengan asumsi demikian maka kedatangan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa seperti yang tersurat dalam 2 prasasti masing-masing Prasasti Her Abang II berangka tahun 1384 Masehi dan Prasasti Tamblingan III berangka tahun 1398 Masehi itu adalah orang kuat dan sangat berperanan penting yang diutus Raja Majapahit untuk melaksanakan pergantian mahkota Bali.

Gelar abhiseka yang tersurat dalam prasasti Her Abang II dan Prasasti Tamblingan III berupa lempengan tembaga saat ini tersimpan di Pura Tuluk Biyu Kintamani yakni manuskrip kuna menyebut gelar : Paduka Sri Maharaja Raja Parameswara Sri Sakala Raja Nanda Karana.

Gelar abhiseka ini member petunjuk pada sejarahwan bahwa gelar dan abhiseka seperti yang termaktub dalam dua prasasti penting itu adalah merupakan gelar tertinggi yang dimiliki raja yang berkuasa. Pemakaian gelar tesebut tidaklah sembarangan, hanya figure atau individu dengan kekuasaan tertinggi dan menentukan yang berhak menyandangnya.

Dalam kronik-kronik Dynasti Ming disebutkan bahwa sejak tahun 1377 Masehi terdapat dua penguasa Jawa yang mengirimkan duta dan hadiah ke Kaesar Cina. Raja Kedaton Barat disebut sebagai Wu-Lao Po Yuan, Raja Kedaton Barat tersebut adalah ejaan Bahasa Cina dari Bhre Prabhu atau penguasa tertinggi kerajaan. Identifikasinya jelas pada Raja Hayam Wuruk yang masih bertahta di Majapahit. Sedangkan yang bertahta di Kedaton Timur adalah disebut sebagai Wu-Yuan-Lao Wang Chieh. Raja Kedaton Timur tersebut adalah Bhre Wengker. Fakta sejarah ini memberi petunjuk bahwa Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah raja besar di Kedaton Timur meliputi Kerajaan Daha, Wengker, dan Keling. Berdasarkan data ikonografis yang ditemukan di lapangan maka daerah kekuasaan raja di Kedaton Timur secara geografis membentang di dua kabupaten di Jawa Timur masing-masing di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Madiun saat ini.

Menurut naskah Pararation Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa nama kecilnya dikenal bernama Raden Kuda Amerta. Beliau adalah paman dari Raja Majapahit Hayam Wuruk. Di Kedatuan Majapahit beliau mempersunting putrid dari pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya yakni bernama Raja Dewi Maharajasa atau dalam khasanah sejarah dikenal dengan nama Dyah Wiyah Sri Raja Dewi yang diangkat sebagai Bhre Daha.Ikatan perkawinan ini menjadikan Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa memerintahkan kerajaan bersama-sama dengan permaisurinya. Dari hasil perkawinannya itu punya satu satunya putri tunggal bernama Paduka Sori. Dari realitas sejarah yang ditelusuri maka kita mengetahui bahwa Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa di Jawa hanya mempunyai seorang putri sehingga keturunannya di Kedatuan Majapahit adalah dari unsure wanita atau wadon.

Menurut Babad Purana Batur, Bhatara Guru atau Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa di Bali menurunkan tiga orang putri dan seorang putra. Putra bungsunya ini oleh Babad Batur atau Purana Batur dikisahkan lahir di Permandian Tirta Harum. Cuplikan yang tersurat dalam Purana Batur itu antara lain sebagai berikut : Bhatara Guru malih medrue putra lanang I Gede Putu, cahi putu manipuan cahi turunang Bapa ke Tirta Toya Mas Harum.

Di lokasi pancoran yang dicatat dalam Purana Batur dengan nama Toya Tirta Mas Harum, ini telah berdiri pura Tirta Harum yang merupakan salah satu pura bersejarah dan sekaligus menjadi juga pura kawitan, yang berhubungan dengan kisah Bhatara Wisnu Bhuwana yang mempersunting Dewi Njung Asti. Mitos yang tertuang dalam Purana Batur tentang sosok dan figur Bhatara Wisnu Bhuwana itu secara historis dapat dicermati dengan interpretasi yang benar dan utuh bahwa predikat dan sebutan yang tertuang dalam Purana Batur itu tiada lain adalah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa. Dengan konklusi itu semua maka secara historis di Bali Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa mempersunting Ni Dewi Njung Asti dengan abhiseka Sri Aji Ayu Murub Rikanang Wilwatikta secara genealogis atau hubungan kekerabatan dari hasil perkawinannya berputra putrid masing-masing putri bernama Dewa Ayu Mas Magelung, putrid kedua bernama Dewa Ayu Mas Gegelang, putri ketiga bernama Dewa Ayu Mas Murub dan putra terakhir bernama Sang Angga Tirtha.

Dalam versi lain lontar Pura Dalem Siladri menyuratkan bahwa putra bungsu dari perkawinan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dengan Ni Dewi Njung Asti oleh Dang Hyang Subali dianugrahi gelar I Dewa Gede Angga Tirta dan setelah dewasa diberi gelar I Dewa Gede Sang Anom Bagus.

Secara logika maka sangat wajar seorang kakek yakni Dang Hyang Subali berkenan member nama cucunya. Mencermati apa yang tersurat dalam lontar Pura Dalem Siladri itu maka secara historis tidak terbantah bahwa Ni Dewi Njung Asti adalah benar putri dari Dang Hyang Subali yang dikenal sebagai manggala dan bhagawanta Dalem Samprangan. Dang Hyang Subali berstana di Tohlangkir membangun tempat beryoga di Pura Bukit Batur berlokasi 150 meter di sebelah timur Pura Tirta Harum dan disekitar pasraman tersebut diberi nama Brasika.

Apa yang tersurat dalam lontar Pura Dalem Siladri itu cocock dan analog dengan sejarah lisan atau forklore yang secara tradisisonal turun temurun menceritakan bahwa Ni Deewi Njung Asti adalah putrid dari Dang Hyang Subali. Interpretasi yang mengaitkan Ni Dewi Njung Asti secara etimologis identik dengan Dewi Danu dan Bhatara Wisnu Bhuwana diidentikan dengan dewa penguasa air di darat adalah asumsi yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip historiografi yang reflektif dan lojik. Bhatara Wisnu Bhuwana yang tersurat dalam Babad Purana Batur secara tersirat adalah berarti raja atau penguasa pelindung rakyat. Cara pandang rakawi yang menyuratkan dalam Babad Purana Batur yang berbau kultus dewa-raja sedemikian adalah wajar pada jamannya. Tetapi secara kritis peneliti sejarawan harus mampu memberi interpretasi yang benar terhadap apa yang tersurat dan apa yang tersirat.

Perspektif baru penulisan sejarah membutuhkan metodologi sejarah yang komprehensif dan pendekatan yang multidimensional untuk ditemukannya fakta sejarah yang obyektif dan terukur validitasnya, hendaknya menggunakan metode analisis sejarah yang dikenal dalam terminology ilmiah disebut metode pendekatan struktural, agar dapat diketahui oleh sejarawan sttruktur kemasyarakatan, struktur birokrasi, struktur perwilayahan dalam bingkai waktu, peristiwa dan pelaku sejarah secara lojik dan kritis, sehingga para peneliti dan penulis sejarah tidak terperangkap pada anakronisme penafsiran yang salah kaprah.

Putra bungsu yang bernama Sang Angga Tirtha inilah kelahirannya dikaitkan dengan Pura Tirta Harum yang dikenal dalam khasanah sejarah sebagai cikal bakal pratisentana Maha Gotra Tirta Harum di Bali. Dalam rentang waktu yang panjang karena titah dan kehendak sejarah putra satu-satunya dari Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa menurunkan “ warih “ keturunan yang menjadi raja-raja di Kerajaan Tamanbali, Nyalian dan Bangli.

Dari sudut pandang geneologi atau hubungan kekerabatan dapat ditelusuri bahwa dari segi kepurusa atau garis kebapakan darah yang mengalir di tubuh Sang Angga Tirta adalah darah kesatrya sedangkan dari unsur wadon atau gari keibuan mengali darah biru catur pandita atau kebrahmanaan. Dengan mengikuti realitas sejarah itu dapat diambil kesimpulan bahwa Sang Angga Tirta sebagai cikal bakal Maha Gotra Tirta Harum di Bali adalah figure kesatrya kebrahmanaan. Ia adalah Satrya Dalem karena ayah biologisnya Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa adalah raja di Kerajaan Wengker, Daha, dan Keling, sedangkan Ni Dewi Njung Asti sebagai wanita cikal bakal dan sumber benih dari Sang Angga Tirta adalah putrid dari Dhang Hyang Subali sebagai Manggala dan Bhagawanta Dalem Samprangan yang berdarah biru keturunan catur pandita di Bali.

Dari sudut pandang historis sosiologis dapat dicermati bahwa Paduka Parameswara Shri Wijaya Rajasa yang berputra Sang Angga Tirta adalah sebagai Wamsakarta Maha Gotra Tirta Harum di Bali. Wamsakarta adalah akronim yang deberikan oleh para peneliti sejarah bagi sosok atau figure sejarah yang berhasil mengembangkan dan membentuk kewangsaan atau klen tertentu dan menjadi raja-raja pada kurun waktu tertentu serta dicermati ikut menentukan jalannya sejarah.

Menurut antropolog Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus dijelaskan bahwa wangsa atau klen di Bali terbentuk pada kelompok keluarga patrilinial yang memiliki pemujaan leluhur atau nenek moyang menurut garis laki-laki. Jadi mereka yang tunggal kawitan. Kelompok keluarga patrilinial ini dalam format kecil di Bali disebut soroh dalam ssatu komonitas dadia, tapi nantinya setelah dalam kurun waktu tertentu karena kehendak jalannya sejarah maka soroh ini berkembang menjadi wangssa atau gotra. Hubungan kekerabatan yang merunut pada garis patrilinial di Bali sangat penting. Wamsakarta dalam sejarah nantinya menjadi simbul pemersatu dan penghubung jaringan kekerabatan yang semakin meluas dan melebar melampaui batas-batas territorial.

Prinsip patrilinial dimaksudkan hubungan kekerabatan melalui pria saja, dank arena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat di mana semua kaum kerabat ayahnya masuk di dalam batas hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibunya di luar batas kekerabatan itu.

Dinobatkan Raja Bali Sri Kresna Kepakisan sebagai adipati wakil Kerajaan Majapahit di Bali dalam rentang waktu yang lama ternyata telah membentuk wangsa tersendiri dalam system pelapisan masyarakat Bali. Lima belas orang Arya, beberapa orang Kesatrya, tiga orang Wesia, ratusan prajurit dank aula Jawa yang ikut dalam ekspedisi militer Gajah Mada itu dan kemudian menetap untuk menyertai Sang Adipati memerintah di Bali juga telah membentuk wangsanya sendiri-sendiri. Dalam rentang waktu yang panjang secara historis sosiologis terbentuk dan terbangun trah atau wangsa-wangsa seperti Wang Bang Kresna Kepakisan, Arya Tegeh Kori, Arya Pinatih, dan tidak terkecuali juga terbentuk dan terbangunnya klen atau trah Maha Gotra Tirta Harum.

Kondisi sosiokultural dalam masyarakat Bali pada gilirannya nanti menumbulkan adanya dualisme dalam pelapisan masyarakat Bali Hindu atau Bali Jawa yang dikenal dengan sebutan Wong Majapahit dan Wong Bali Mula atau Wong Baali Aga. Dengan kata lain masyarakat Bali terbagi menjadi dua golongan yaitu Hindu Bali yang merujuk kepada orang Majapahit Jawa dan keturunannya, dan Bali Mula atau Bali Aga yang merujuk kepada orang Bali Asli yang dikalahkan oleh Kerajaan Majapahit. Secara hirarki masyarakat Bali yang merunut garis lurus hubungan kekerabatan atau genealogi sedemikian ternyata sampai kini sangat dominan mewarnai strata kekerabatan dan sosiokultural di Bali.

Paduka Bhatara Parameswara Sri Wijaya Rajasa dari realitas sejarah yang berhasil ditelusuri adalah wamsakarta bagi semua keturunanya dari garis patrilinial di Bali yang merujuk pada kelompok keluarga yang tunggal kawitan dan terbukti secara historis menurunkan warih yang menjadi raja-raja di KerajaanTamanbali, Nyalian dan Bangli selama kurun waktu lebih dari lima abad yakni sejak madeg ratunya Sang Garbajata hasil perkawinan Sang Angga Tirta dengan Ni Luh Ayu Sadri dan menjadi Raja Tamanbali sejak tahun 1524 Masehi. Diangkatnya Sang Garbajata sebagai Manca dengan kedudukan di Tamanbali nantinya bergelar abhiseka I Dewa Tamanbali sebagai Raja Kerajaan Tamanbali pertama.

Episode sejarah dengan diangkatnya Sang Garbajata sebagai Raja di Kerajaan Tamanbali pada tahun 1524 Masehi adalah merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dalam khasanah sejarah Bali, sebab dengan menjadi rajanya keturunan trah atau klen Maha Gotra Tirta Harum dalam rentang waktu yang cukup lama dalam perjalanan sejarah maka nantinya keturunannya menyebar dan meluas melampaui batas-batas teritorial dan bermukim di seluruh persada Bali.

Dengan ditemukannya wamsakarta nantinya dapat digunakan sebagai instrument untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sejarah terbentuknya system pelapisan sosial suatu masyarakat serta perubahannya. Komponen-komponen yang membentuk dan mengisi system itu tersusun berdasarkan asas keturunan yang kemudian disebut wangsa atau gotra.

Dari penelitian arkeolog Dr. Agus Munandar terungkap pakta sejarah bahwa pengaruh Majapahit di Bali dimulai sejak masa ketika Bali bernaung dibawah panji-panji kebesaran Wilwatikta di pertengahan abad ke-14. Bersamaan itu pula system pemerintahan di Bali disesuaikan penataannya  atas petunjuk pejabat Majapahit. Pejabat Majapahit itu tiada lain adalah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa selama lebih dari 9 tahun bermukim dan berkiprah di Bali setelah penaklukan Bali oleh Kerajaan Majapahit maka beliau bertugas mengawasi pemerintahan di Bali. Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa memberi petunjuk dan pembelajaran bagi Dalem Ketut Semara Kepakisan yang umurnya masih relative muda untuk melaksanakan tata pemerintahan yang benar. Masuknya kekusaan raja-raja Majapahit di Bali membawa pengaruh dan dampak yang mendalam pada penduduk dan masyarakat Bali.

Fakta sejarah yang terungkap kemudian betapa diakuinya peranan tokoh Shri Wijaya Rajasa terungkap secara tekstual penghargaan dari Dalem Sri Semara Kepakisan pada periode masa akhir Majapahit setelah Shri Wijaya Rajasa tiada lagi dengan kata-kata sebagai berikut : “ Setelah tiba di pusat kota ( Wilwatikta ) baginda Dhalem Shri Semara Kepakisan termenung sedih melihat kota sepi dan sunyi, hal ini membuat kekecewaan dihati baginda, teringat dengan cinta kasih Maharaja Shri Hayam Wuruk dan Raja Wengker Shri Wijaya Rajasa.

Pada bagian lain dari buku Sejarah Keluhuran Dhalem Suhunantara diungkapkan secara tertulis bahwa ada 3 ( tiga ) raja pada waktu paruman-agung di Wilwatikta memiliki tempat istimewa singghasana yaitu Maharaja Majapahit Shri Rajasa Negara yang disebut juga BRA Wijaya Pamungkas, Raja Wengker Shri Wijaya Rajasa dan Raja Bali Shri Semara Kepakisan .

Lebih jelas lagi betapa peranan tokoh Shri Wijaya Rajasa ketika mangkat hari Anggara Kasih bulan Jiesta tahun saka 1310 atau 1388 Masehi maka titah dari sang raja Shri Nata Hayam Wuruk ketika itu yang dibacakan oleh putrinya bernama Dyah Kusuma Wardhani sebagai berikut : pertama Sang Prabhu menyampaikan duka mendalam disertai doa puja mantra semoga beliau bersatu dengan atma Hyang Widhi di alam kelanggengan. Kedua Sang Prabhu juga berkenan memberikan penghargaan tertinggi kepada beliau yang telah tiada sebagai salah satu pahlawan atau pengabdiannya terhadap Majapahit.Ketiga menyerahkan keputusan pemilihan tempat selayaknya atas abu jenasah yang akan diprabhukan dan dicandikan nanti kepada musyawarah keluarga istana.

Abu jenasah Sang Bhatara Parameswara Shri Wijaya Rajasa akhirnya atas usul dan saran dari seluruh kerabat keluarga besar istana ditetapkan disimpan di Candi Wisnu Bhuwana desa Manyar Gresik.

Pemberdayaan rakayat dan masyarakat lewat kegiatan alih teknologi pertanian, penataan system pemerintahan kerajaan di Bali disesuaikan penataannya atas petunjuk arahan Dhang Guru Nabe sebagai pejabat tinggi Majapahit yang diberikan otoritas dan mission untuk menertibkan dan mengamankan daerah taklukan Bali. Mencermati kiprah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa lebih dari 9 tahun di Bali maka dapat diambil kesimpulan bahwa figure sejarah Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dapat disebut sebagai tokoh Cultural-Hero pembaharu system sosio cultural masyarakat pada jamannya di Bali sejajar dengan peranan dan kiprah Rsi Markandya, Mpu Kuturan dan Dhang Hyang Nirartha di Bali. Sebagai pahlawan budaya Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa dalam kiprahnya di Bali diketahui merintis budaya pemberdayaan masyarakat mulai dari penataan system pemerintahan, system kemasyarakatan dan merubah serta menata sosiokultural masyarakat yang diadopsi dari system sosiokultural yang dianut di Kerajaan Majapahit.

Ketiga figure sejarah di Bali itu masing-masing Dhang Hyang Subali berpesraman di Tohlangkir, Dhang Hyang Jaya Rembat berpesraman di Sila Parwata dan Paduka Parameswara Sri Wijaya Rajasa berpesraman di Pura Dalem Tengaling Kabupaten Bangli sehingga di Bali beliau lebih dikenal dengan sebutan Dalem Keling.

Sang Angga Tirta sebagai cikal bakal leluhur Maha Gotra Tirta Harum di Bali diketahui beristtri Ni Luh Ayu Sadri. Dari perkawinannya yang adhi luhung lahir putra-putra bernama Sang Anom, Sang Telabah, Sang Rurung dan Sang Anjingan.

Sang Anom dalam blantika sejarah dikenal dengan sebutan Sang Garbhajata oleh Dalem Waturenggong diangkat sebagai Manca  di Tamanbali dan bergelar I Dewa Tamanbali.

Tonggak sejarah dinobatkannya Sang Garbhajata sebagai raja Tamanbali itu merupakan moment historis yang sangat penting sebagai babak baru lahirnya Kerajaan Tamanbali dalam blantika sejarah Bali yang jarang dituangkan secara tekstual baik oleh para rakawi yang menulis babad maupun penulis pamancangah.

Di jaman dahulu sebutan atau predikat “ sang “ dipakai sebagai identitas diri, tetapi karena telah beralih jabatan dan fungsi sebagai raja, maka predikat itu berangsur-angsur ditinggalkan. Akan tetapi mereka-mereka yang dikenal sebagai keturunan dari Sang Telabah, Sang Rurung, dan Sang Anjingan menurut tradisi lisan atau sejarah lisan tetap memakai predikat “ presanghyang “. Jejak sejarah yang gelap tentang keturunan atau leluhur soroh sang itu yang diketahui sampai saat ini ada yang menyebut diri sebagai soroh Sang Kengetan, Sang Kelingan, Sang Kembengan, Sang Bentuyung, Sang Keliki, Sang Bukit dan Sang Kaler.Mereka yang dikenal dengan sebutan soroh sang ini secara historis juga adalah tercatat dalam realita sejarah tentu menjadi satu leleuhur dalam keluarga besar Maha Gotra Tirta Harum.