Kasih Sayang Seorang Ibu



Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu. 

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?” Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana cara merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya, “Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

===================================

Tak salah jika pelukan seorang ibu menjadi peraduan ternyaman seorang anak. Ibu memberikan perhatian dan waktunya setiap waktu, ia rela menghabiskan waktu dan melakukan kesehariannya dengan sang buah hati dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Kedekatan ibu dan anak begitu hangat dan penuh dengan ikatan emosional yang sangat tinggi. Terlebih saat ibu menghabiskan waktu untuk sekadar bermain, bercanda dan tertawa bersama. Kehangatan tersebut murni dari lubuk hati terdalam, tanpa ada tekanan bahkan seperti meluapkan kerinduan terdalam saat bertemu, berjumpa dengan buah hati yang ia lahirkan.

Momen seperti itulah yang pastinya membuat kamu rindu kepada ibu. Kerinduan yang kadang harus kamu tahan ketika kau berada di tempat yang jauh dan tak bersamanya.

Jika beliau masih ada, jangan lupa memberikan kasih sayangmu lebih dari yang pernah kau berikan selama ini dan jika beliau sudah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tulus tanpa syarat kepadamu.

Kita Hidup di Dunia ini Hanya Sebentar Saja! Jadi, Kurangi Nyakiti Orang Lain


Selalu ingatkanlah pada hati kita untuk jangan pernah berlaku sembarangan tehadap orang lain, terlebih saat kita Tuhan beri nikmat yang luar biasa, karena tidak sedikit orang yang ketika diberi kesempatan hidup enak malah berlaku sebaliknya. 


Kita harus selalu sadar, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, kenikmatan yang kita miliki saat ini hanyalah pinjaman dari Tuhan, maka dengan terus mengingat demikian insyaallah kita tidak akan pernah sembarangan menjalani hidup. Satu hal yang harus selalu kita ingat, malaikat maut datang bertamu tidak pernah mengetuk pintu rumah, maka kurang-kurangi jahat kepada orang lain, sebab bisa jadi kita kembali kepada Tuhan sebelum meminta maaf kepada mereka yang kita sakiti hatinya.

Berusahalah Untuk Senantiasa Baik Sama Orang Lain, Meski Benar Orang Tersebut Telah Lebih Dulu Jahatin Kita

Lantas siapapun kita saat ini, apapun jabatan yang kita miliki, seberapa banyak ilmu yang melekat dalam diri kita, jangan membuat kita jumawa dan angkuh di hadapan sesama. Berusahalah untuk selalu merendahkan hati, berusahalah untuk senantiasa baik kepada siapapun, meski benar orang tersebut telah lebih dulu jahatin kita.

Jangan pernah kita berlaku hal yang sama kepada siapapun yang telah nyakitin kita, meski benar di dalam hati yang dasar kita begitu sangat ingin membalasnya. Sungguh Tuhan tidak pernah melewatkan suatu balasan meskipun itu hanya sedikit saja, karena Tuhan maha adil dan maha sempurna dalam memberi balasan pada setiap yang dilakukan hamba-hamba-Nya.

Jadi perbaiki diri kita dengan terus memperbaiki hati kita, jangan biarkan rasa jumawa dan sombong menyelinap ke dalamnya, karena hati adalah pangkal dari setiap tindakan kita. Jika hati telah baik maka insyaTuhan semua tindakan yang keluar dalam diri kita, ntah itu berupa sifat atau pun perilaku akan tetap terjaga dengan baik.

Sungguh Nyawa yang Masih Ada Dalam Diri Kita Hanya Sebatas Pinjaman, Maka Jangan Pernah Lupa Untuk Selalu Mencari Tujuan Tuhan . Oleh sebab itu, sangat penting sekali mengingat tujuan hidup kita, mengingat kapan kita akan kembali kepada-Nya, karena sesungguhnya nyawa yang masih ada dalam kiri kita hanya sebatas pinjaman semata. Ntah besok, lusa, atau pun nanti ia akan kembali kepada pemilik-Nya, maka jangan pernah lupa untuk selalu mencari ridho-Nya dengan terus berlaku baik kepada siapapun di dunia ini.

Ingatlah sekali lagi, kita hanya singgah sementara di dunia ini, karena tujuan kita hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat kelak. Dan tentang perbuatan baik yang selalu Tuhan anjurkan, itulah bekal kita untuk sampai pada tujuan kita dengan selamat. Lantas jangan pernah merasa aman tatkala Tuhan masih memberikan kita kenikmatan luar biasa, umur yang panjang, dan menjauhkan kita dari kata sulit, sebab bisa jadi semua itu adalah ujian untuk kita.


Jangan terkecoh kepada hal indah yang Tuhan anugerahkan, tetap rendah hati dan senanglah berbuat baik, agar kita selalu selamat baik di dunia mau pun di akhirat kelak.

Ini Alasan Orang Bali ke Dapur Usai Bepergian


Sejak kita kecil orangtua kita pasti menyarankan setelah bepergian harus masuk ke dapur dahulu, begini penjelasannya. Dapur dalam bahasa Bali disebut  Paon atau Puwaregan ini, tak hanya menjadi tempat memasak. Namun, punya fungsi khusus menurut keyakinan Hindu.

Kata Paon sesungguhnya berasal dari istilah Pawon yang terdiri dari kata Pa dan Awuan yang artinya tempat abu. Tentu dengan demikian sangat mengena dengan konsep memasak masyarakat Bali zaman dahulu.

Selain dikenal sebagai tempat untuk memasak, dapur di Bali memiliki banyak makna, baik untuk upacara agama maupun sebagai tempat penyucian diri. Hal tersebut dikaitkan dengan Dapur sebagai Stana Dewa Brahma.

Jadi, untuk memohon panglukatan kepada Dewa Brahma, masyarakat diharapkan memohon di pelangkiran dapur,”.

Dalam Lontar Wariga Krimpin “disebutkan bahwa, Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri. 

Ketika seseorang mengalami sebel atau cuntaka setelah melakukan upacara Pitra Yajna, dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur.

Selain sebagai tempat memasak atau pun tempat makan, ternyata dapur juga menetralisasi  ilmu hitam atau pun butha kala yang mengikuti sampai ke rumah. Pernyataan tersebut tertuang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi.

Oleh karena itu, anggota keluarga yang berpergian hendaknya mengunjungi dapur terlebih dahulu, sebelum ke bangunan utama rumah ketika sudah pulang atau datang dari luar.

Tak jarang di Bali muncul mitos bila  penghuninya tidak ke dapur terlebih dahulu, ketika sampai di rumah, maka bhuta kala atau segala ilmu hitam mengikutinya sampai di dalam kamar.


“Sampai akhirnya penghuni rumah tersebut mengalami perasaan tidak tenang (seperti dihantui) dan tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yan pasti,”.

Konsep Tuhan Dalam Agama Hindu Bali




Kitab suci agama Hindu disebut “Weda” dalam literatur berbahasa Indonesia atau “Veda” dalam literatur berbahasa Inggris dan Sanskerta. Kata “Veda” adalah kata sanskerta yang berasal dari akar kata ‘Vid” yang berarti “untuk mengetahui; pengetahuan” (to know; knowledge). Untuk mengetahui apa dan pengetahuan tentang apakah kitab suci Weda? 

Kitab Weda berisi pengetahuan tentang Realitas Tertinggi (Agung) dan Absolut sehingga dengan demikian kitab suci Weda adalah merupakan teks manual untuk mengetahui Realitas Tertinggi dan Absolut. Dalam sastra Weda Realitas Tertinggi (Agung) dan Absolut disebut dengan banyak nama oleh kaum arif bijaksana/cendekia atau mereka yg sudah tercerahkan diantaranya yaitu Sat, Brahman, Siwa, Chit, Atman, Hridaya, dll. 

Namun dari sekian banyak nama, kata Brahman adalah yang populer dan paling sering disebut dalam kitab Upanisad.
Hal ini ditegaskan dalam salah satu sloka (ayat) Weda yang berbunyi “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadhanti” yang berarti ‘Hanya ada satu Realitas Tertinggi dan Absolut namun orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. 

Dalam bahasa theologi Indonesia Realitas Tertinggi dan Absolut ini disebut “Tuhan” atau “God” dalam bahasa Inggris. Bagi umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali menyebutnya dengan kata “Sang Hyang Widhi Wasa.” Sang adalah kata ganti utk subyek yg mulia dan agung yang netral atau neuter (tidak bergender laki-laki atau perempuan). Hyang berarti yang maha tinggi/agung/mulia merujuk pada yg suci. 

Widhi berarti ‘mengetahui.” Wasa berarti esa atau tunggal. Jadi secara harfiah sebutan Tuhan dalam agama Hindu di Bali “Sang Hyang Widhi Wasa’ berarti “Dialah satu2nya yang maha mengetahui, atau Yang Maha Mengetahui adalah Tunggal. Dalam bahasa Indonesia sering disingkat dengan sebutan “Tuhan Yang Maha Esa.”

Secara umum kitab suci Weda dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian yg disebut dengan ‘Karma Kanda” yaitu kitab yg berisi doa-doa dan manual/panduan pelaksanaan upacara/ritual dan bagian yg disebut dengan ‘Jnana Kanda” yaitu kitab yg berisi filsafat/theologi atau pengetahuan tentang Brahman (Tuhan). Dalam agama hindu pengetahuan tentang Brahman (Tuhan) disebut “Brahmavidya.”

Bagian kitab Weda yang memuat pengetahuan tentang Brahmavidya disebut Upanisad. Oleh karena letaknya berada di bagian akhir dari Weda, kitab Upanisad disebut juga dengan “Vedanta”. Veda = Weda; anta= akhir. Jadi Vedanta berarti bagian akhir atau kesimpulan dari Weda. Selain kitab-kitab Upanisad, Brahmavidya juga bersumber dari kitab hindu lainnya yaitu Bhagavad Gita dan Brahmasutra.

Dalam sistem filsafat hindu yg dikenal dengan ‘Sad Dharsana” (6 sistem/sekolah filsafat hindu), sistem filsafat (school of thought) yang menjadikan ketiga kitab di atas yaitu Upanisad, Bhagavad Gita dan Brahmasutra sebagai sumber referensi utama atau fondasi (prastanatraya) dari konsep theologi hindu disebut filsafat ‘Vedanta” (Vedanta Philosophy).

Dalam filsafat Vedanta dikenal ada 2 konsep ketuhanan (theologi) yaitu aspek Tuhan yang lebih tinggi yg disebut Nirguna Brahman dan aspek Tuhan yg lebih rendah yg disebut Saguna Brahman.

Nirguna = nir (tanpa); guna (sifat-sifat materi yaitu satwik, rajasik, tamasik). Jadi Nirguna Brahman berarti Tuhan dalam aspeknya yang tanpa wujud (formless and atributeless), tanpa sifat-sifat (bebas dari triguna), netral (neuter), tanpa sifat-sifat antropomorfis. Tak terdefinisikan, tak terjangkau oleh pikiran/tak terbayangkan (acintya), tak terbatas oleh ruang dan waktu (infinite), tak berawal dan tak berakhir (eternal) atau kekal abadi (anadi ananta). Realitas tunggal dan absolut, tak ada yg kedua selain DIA (ekameva advityam brahman), dan merupakan satu-satunya substratum/fondasi yang menyangga dan menopang alam semesta. 

Semua yg ada di dunia tidak bisa ada/eksis tanpaNya. Seperti cinema dimana semua objek, adegan, dan fenomena dalam gambar yg kita lihat tidak akan bisa nampak (dilihat) tanpa adanya layar (screen). Eksistensi (wujud) dari Nirguna Brahman adalah hanya “Kesadaran Murni” (prajnanam) atau Pure Consciousness. 

Kesadaran Murni ini tidak bisa dilihat, diraba, dirasakan karena Ia bukanlah objek tapi merupakan esensi yg hakiki dari eksistensi alam semesta dan isinya (kita manusia adalah bagian dari alam semesta karenanya esensi kita yg hakiki adalah sama dg esensi alam semesta yaitu Brahman itu sendiri). Brahman yang bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup termasuk manusia sebagai esensi atau “DIRI SEJATI” disebut “Atman.” Karena DIA bukanlah objek yg bisa dikenali (recognise) oleh panca indera dan pikiran maka DIA hanya bisa dialami langsung (anubhawa) sebagai “Kesadaran Murni.”
Brahman dalam aspeknya yg nirguna memiliki kekuatan (sakti) yang inheren atau intrinsik di dalam diriNya. Dengan saktiNya inilah tercipta alam semesta beserta isinya (nama dan rupa). 

Untuk melakukan fungsinya sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur alam semesta Brahman harus mengambil wujud tertentu. Misalnya mengambil wujud sebagai Dewa Brahma saat mencipta alam semesta, wujud Dewa Wisnu saat menjalankan fungsinya sebagai pemelihara alam semesta, dan wujud Dewa Siwa saat melebur dunia kembali kepada asalnya. 

Nama Brahma, Wisnu, Siwa, adalah penyebutan atau gelar yg diberikan oleh manusia kepada Tuhan yang satu sesuai dengan fungsi yg dijalankan. Ini tidak berarti ada 3 Tuhan yaitu Tuhan Brahma, Tuhan Wisnu, dan Tuhan Siwa. Semuanya merujuk pada satu entitas yaitu Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Kurang lebih sama dengan laki-laki yang disebut dan dipanggil sesuai dg fungsi/perannya. Misalnya laki-laki ini adalah seorang presiden. 

Di kantor oleh para menterinya Ia dipanggil bapak presiden. Di rumah Ia dipanggil ayah/papa/bapak oleh anak2nya atau Mas, Kakanda, Sayang oleh istrinya. Di rumah orangtuanya Ia mungkin dipanggil ‘nak’ oleh orangtuanya, atau mas/kakak/dik oleh saudara2nya.

Fungsi/peran tidak bisa lepas dari wujud dan sifat-sifat (guna/atribut). Oleh karena itu Tuhan yg pada hakekatnya tidak berwujud dan tak terbayangkan disimbolkan atau dipersonifikasikan dg wujud dan sifat-sifat rertentu sesuai dg peran dan fungsinya.Tuhan yang mengambil wujud tertentu untuk menjalankan fungsi dan perannya di dunia disebut Saguna Brahman. Sa=dengan/ber; guna=sifat-sifat (atribute). Wujud dan sifat yg dimaksud disini bukanlah wujud fisik/kasar melainkan metafisik. 

Misalnya sebagai pencipta Tuhan dipersonifikasikan sebagai Dewa Brahma dengan wujud sedemikian rupa. Demikian juga wujudNya sebagai Dewa Wisnu dan Dewa Siwa sebagai pemelihara dan pelebur alam semesta digambarkan/disimbolkan sedemikian rupa. Semua wujud personifikasi ini adalah imajinasi/kreasi dari pikiran untuk membayangkan yang ‘tak terbayangkan dan tak terpikirkan.” 

Selain 3 fungsi/peran utama Tuhan yg disebutkan di atas masih banyak lagi fungsi dan peran yg lain dan dipersonifikasikan dg simbol/lambang tertentu misalnya yaitu Dewi Saraswati, lambang atau personifikasi dari Tuhan dalam fungsi dan peranNya sebagai sumber ilmu pengetahuan (science) atau Dewi Laksmi, personifikasi Tuhan sebagai sumber kekayaan/kemakmuran. 

Semua wujud2 (personifikasi) Tuhan ini bersifat halus tidak berwujud kasar seperti badan kasar manusia dan bisa dilihat (vision of god) lewat bhakti (devotion) dan meditasi yg dalam serta intens. Semua yg berwujud termasuk wujud dan personifikasi Tuhan pun bisa hancur/hilang/lenyap kembali kepada aspeknya yg lebih tinggi dan eksis dalam esensinya yang hakiki yaitu Realitas Absolut (Brahman) yg adalah Nirguna (formless dan atributeless).

Konsep Saguna Brahman ini diterjemahkan oleh penganut hindu di Bali lewat seni dan budaya salah satunya adalah dalam bangunan tempat suci yg disebut ‘Pura.” 

Maka tidak heran tempat ibadah (Pura) di Bali selalu dihiasi dg ukiran/pahatan patung-patung yg melambangkan personifikasi Tuhan sesuai dg peran dan fungsinya. Bagi yang pernah berkunjung atau berlibur ke Bali pasti tidak asing dengan patung-patung Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, dll yg ada di Pura. Atau di Candi Prambanan yang dihiasi dg patung Dewi Durga.

Ini bukan berarti umat hindu menyembah patung. Patung-patung tsb hanyalah sebagai media untuk membantu konsentrasi saat sembahyang/berdoa kepada Tuhan yg bersifat metafisik dan transendental.

Pindah Agama Menurut Hindu, Kisah Nyata Pak Made




Pindah agama pada umumnya disebabkan karena mengikuti keyakinan dari pasangannya. Karena di Indonesia untuk menikah tidak bisa dengan agama yang berbeda.  Dan tentu masih ada hal-hal lain yang menyebabkan seseorang pindah agama.

Berikut adalah sudut pandang dari Agama Hindu jika umatnya pindah agama, yaitu:

  1. Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavadgita Xvi.23. Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi.
  2. Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka. Hal ini telah disebukan dalan Manawa Dharma sastra VI.35. Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutannya akan tenggelam ke bawah. Jika sudah meninggalkan agama Hindu berarti tidak bisa lagi membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena tidak mengakui adanya Tri Rna.
  3. Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju Swargaloka. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavad gita III.35. Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain.
Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu. Bisa jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah melekat juga sejak ribuan tahun.

Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan dengan disiplin dan ketat.

Kisah Nyata Umat Hindu Pindah Agama
Kisah sedih dialami oleh Pak Made yang berasal dari Klungkung. Pak Made pergi ke Jogja untuk kuliah hingga pada akhirnya menikah dengan wanita disana dan mengikuti keyakinan istrinya. Namun pernikahannya itu tidak bisa diterima oleh orang tuanya di Bali. Dan Pak Made pun sudah dianggap anak hilang.

Pak Made bahagia dengan keluarganya dan dikaruniai 3 orang anak laki-laki. Hingga beberapa tahun lalu Pak Made pun meninggal dan dua tahun kemudian di susul oleh istrinya. Meninggalkan 3 anak mereka yang sudah besar.

Sejak mininggal beberapa tahun lalu, Made sering mendatangi ibunya di Bali, baik dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Ibu ini sekarang sudah berusia sekitar 70 tahun. Matanya sudah rabun berat. Tapi dalam jaga ia sering melihat anaknya made datang ke rumahnya, kadang-kadang duduk di tangga rumah, kadang-kadang menemuinya di dapur. 

Ingat ibu ini sudah rabun berat. Ia tidak bisa melihat siapapun. Tapi ia melihat sosok made yang sudah meninggal dengan jelas. Mungkin yang melihat adalah mata bathin-nya? Ia juga mendengar suaranya dengan jelas. Made sering mendatanginya dan menangis sedih sekali.

kenapa kamu Made,”  tanya ibu ini satu kali.

Tyang ngidih pelih Me. Tulung kedetin tiang” (saya minta maaf Ma. Tolong tarik saya. Secara harfiah arti ‘kedetin’ ditarik dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, dari tempat yang gelap ke tempat yang terang, dari penderitaan kepada kebahagiaan , dari kematian kepada kehidupan. Arti simboliknya di  Abenkan ( NGABEN).

Tapi kulit Made kan sudah lain”. 

(maksudnya agamanya kan sudah beda ).

Ya, Saya salah jalan. Sekarang saya berada di lorong yang gelap. Saya tidak bertemu siapa-siapa. Saya dengar istri saya sudah meninggal. Tapi saya tidak bertemu dengan dia. Saya kesepian sekali di sini, Me.

Tolong kedetin tiang”.

Singkat cerita anak dari Pak Made datang ke Bali, menyampaikan pesan dari Alm. Ibu mereka bahwa Pak Made sebelum meninggal ingin diupacarai dengan upacara Hindu-Bali ketika meninggal. Akan tetapi pesan itu disimpan oleh Alm. Ibu mereka selama ini.

Karena Pak Made sudah dikubur sesuai keyakinan agama lain sehingga kuburannya tidak diijikan untuk di bongkar oleh petugas pemakaman. 

Pengabenan Made tetap dilangsungkan. Ia dibuatkan pengadeg-adeg (semacam simbol dari Made)  dari kayu cendana.

Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu, Catur Purusa Artha



Dalam ajaran agama Hindu ada sebuah sloka yang berbunyi "Moksartham Jagathita ya ca iti Dharmah" yang artinya tujuan beragama adalah untuk mencapai kebahagian abadi atau moksa. Yang kemudian dijabarkan dalam ajaran catur purusa artha.

Pengertian Catur Purusa Artha berdasarkan etimologi

Catur purusa artha berasal dari kata catur yang berarti empat, purusa yang berarti hidup, artha berarti tujuan . Catur purusa artha berarti empat tujuan hidup sebagai manusia . Hal ini tertulis dalam Brahma Purana 228,45 yaitu
dharma, artha, kama, moksana sarira sadhanam"
artinya : badan yang disebut sarira hanya boleh digunakan alat untuk mencapai dharma, artha, kama, moksa.

Bagian-bagian Catur purusa artha

  1. Dharma adalah kebenaran absolut, yang mengarahkan manusia untuk berbudi pakerti luhur sesuai dengan ajaran agama yang menjadi dasar hidup. Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia. keutamaan dharma sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan, keteguhan abadi, dan menjadi dasar dari semua tingkah laku manusia.
  2. Artha adalah kekayaan dalam bentuk benda-benda duniawi yang merupakan penunjang kehidupan manusia. memiliki harta benda merupakan suatu keharusan , tetapi hal itu harus didasarkan dharma agar tidak dikusai oleh nafsu keserakahan . artha perlu diamalkan (dana punia) untuk  kepentingan manusia.
  3. Kama adalah keinginan untuk memperoleh kenikmatan(wisaya). Manusia hidup cenderung untuk memenuhi keinginan . untuk memenuhi kama harus didasarkan oleh dhama agar tidak melenceng dari ajaran agama dan sebelum kita memenuhi kama kita harus memiliki artha.
  4. Moksa adalah kelepasan, kemerdekaan dan kebebasan (Nirwana) menunggal dengan sang pencipta (Sang Hyang Widhi Yasa) sebagai tujuan utama,tertinggi, dan terakhir. moksa dapat tercapi jika dharma, artha, dan kama sudah terlaksana. 

Jadi dalam menjalani hidup ini kita harus mengamalkan ajara catur purusa artha dengan berurutan yaitu dari dharma ke artha lalu kama kemudian moksa. jangan kita mencari harta dulu tanpa didasarkan dharma sehingga cara memperolehnya tidak sesuai dengan ajaran agama seperti mencuri dan korupsi, dan seterusnya .

Sabarlah, Jangan Membenci Meski Sering Disakiti, Tetaplah Berbuat Baik



Tak ada seorang pun yang ingin disakiti. Namun, entah apa yang merasukinya, tetap saja ada orang yang menyakiti, baik secara sengaja atau tidak. Namun, jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan tetap berbuat baik.

Disakiti, memang membuat perih. Apalagi bila yang menyakiti adalah orang terkasih. Seseorang yang amat disayangi, tetapi malah membuat perih.

Menikam luka hingga ke ulu hati. Sakit tak terperi. Hingga, seringkali rasa sayang berubah jadi benci.

Namun, janganlah lakukan itu. Jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan terus berbuat baik. Karena bila kau membenci, kau hanya akan mengotori hatimu yang jernih. Membuatmu terus berpikir negatif terhadap orang yang kau benci. Hingga, tak kau lihat lagi kebaikan dari dirinya.

Jangan Membenci

Karena sesungguhnya, sejahat apapun seseorang, pasti ada sisi baik darinya. Selain itu, bila membenci, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Karena semakin kau membenci, semakin tak tenang hidupmu, terutama ketika bertemu dengan orang yang kau benci.

Karena itu, jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan tetaplah berbuat baik. Dengan begitu, hatimu akan semakin jernih. Perih juga akan terobati dengan sendirinya. Kau juga dapat memperlihatkan kepada orang yang menyakitimu bahwa engkau berbeda.

Meski sering tersakiti, tidak akan membuatmu menjadi buruk hati. Kau tetap pribadi yang suci. Tetap jadi pribadi yang baik budi. Yang takkan menjadi pembenci hanya karena sering tersakiti.

Namun, bila memang harus membenci, maka bencilah sifatnya bukan orangnya. Dengan membenci sifatnya, tentu kau tidak akan melakukan hal yang sama yang dapat menyakiti bukan?

Lagi pula, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Sesudah kesedihan pasti ada kebahagiaan. Jadi, untuk apa membenci bila bahagia nantinya akan hadir juga? Untuk apa membenci bila benci malah membuat jiwamu gelisah?

Karena itu, jangan membenci meski sering tersakiti. Tetaplah sabar dan tetaplah berbuat baik. 

Karena dengan kamu terus berbuat baik, akan ada kejutan-kejutan indah yang nantinya akan menghampirimu.

Cara-cara Untuk Tetap Bahagia di Hari Tua



HARAPAN DIHARI TUA

OM SWASTYASTU

Kalau Anda terlalu sibuk mengeluhkan pertambahan usia, Anda justru tidak bisa menikmati waktu yang Anda punya. Berikut cara-cara untuk tetap bahagia di hari tua.

Saat remaja, Anda selalu menyambut ulang tahun dengan riang gembira. Bertambahnya usia tak hanya berarti saatnya bersenang-senang mentraktir teman-teman makan di restoran favorit, tapi juga semakin dekatnya saat Anda untuk bisa menyetir kendaraan sendiri, bisa pulang lebih malam, atau menentukan pilihan sendiri. Saat remaja, bertambahnya usia bisa diasosiasikan dengan kebebasan yang lebih luas.

Tapi ketika angka 29 berubah menjadi 30, atau 39 berubah jadi 40, bisa jadi pandangan ini berubah. Tahun demi tahun, perubahan yang terjadi akan semakin banyak. Fisik juga Anda akan berubah. Daya tahan dan metabolisme tubuh tak lagi sama. Masalah kesehatan pun menghantui. Akibatnya, kalau saat remaja Anda mengasosiasikan pertambahan usia sebagai bertambahnya kebebasan, kini mungkin Anda justru merasa kebebasan Anda akan semakin berkurang saat usia Anda bertambah, karena keterbatasan fisik yang mungkin mulai Anda miliki.

Tentu saja Anda tidak dapat melawan waktu. Kalau Anda terlalu sibuk mengeluhkan pertambahan usia Anda, Anda justru tidak bisa menikmati waktu yang Anda punya. Ingat, tidak semua orang mendapat berkah umur yang panjang. Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menerima pertambahan usia Anda dengan bijak.

1. Tetap aktif dalam hal yang Anda sukai

Jangan batasi hidup Anda dengan karier, pernikahan, dan keluarga Anda saja. Lakukan juga hal lain yang Anda sukai,semasih dalam batas kewajaran... sehingga Anda dapat tetap mengekspresikan diri Anda. Kemampuan mengekspresikan diri ini juga akan memengaruhi perasaan puas terhadap diri sendiri dan memicu munculnya perasaan bahagia. Asal tahu saja, kebahagiaan membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi stres, sehingga menjaga kelancaran peredaran darah serta detak jantung. Jadi, sehat adalah salah satu efek positif bahagia.

2. Coba sesuatu yang baru

Anda tidak pernah terlalu tua tetap ceria dan bersahaja partisipasi ikut ngayah atau baksos atau perkumpulan hoby atau bercocok tanam atau memelihara hewan atau ternak mengisi waktu memasuki usia senja

3. Menjaga kehidupan sosial

Salah satu perasaan yang muncul di usia tua adalah merasa tidak berguna karena tidak lagi mampu melakukan berbagai hal yang dulu bisa Anda lakukan dengan mudah. Tapi menjaga hubungan dengan teman-teman lama akan membantu Anda melupakan perasaan tersebut. Anda tidak hanya memiliki teman untuk merayakan saat-saat bahagia.

4. Tetap berolahraga

Poin yang ini pasti sudah Anda ketahui, tapi tak jarang yang sulit untuk melakukannya. Olahraga rutin membantu Anda menjaga kesehatan sekaligus membuat Anda lebih bahagia. Siapa sih yang suka kalau harus berbaring di tempat tidur karena sakit?

5. Jangan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain

Tidak semua orang bisa terlihat seperti berusia 25 tahun di usia 40. Kalau Anda terus menerus membandingkan diri dengan masa muda Anda, Anda bisa jadi malah merasa tertekan. Yang penting adalah Anda tetap sehat dan tampil sebaik mungkin.

Perubahan fisik saat Anda bertambah tua memang tidak bisa dihindari. Tapi bukan berarti jiwa Anda juga harus berubah, kan? Anda bisa tetap merasa bahagia dan produktif bahkan di usia tua. Kebahagiaan Anda malah akan terpancar di wajah Anda dan membuat Anda terlihat lebih menarik. Sebaliknya, kalau Anda melewati masa tua Anda dengan ketidakbahagiaan, hal itu juga akan terlihat di kehidupan Anda sehari-hari.

Untuk masa tua mengatur keuangan adalah hal sulit untuk dilakukan oleh semua orang, terutama bagi yang tidak memiliki komitmen dan juga disiplin yang tinggi dalam hal ini. Berbagai kebiasaan buruk yang sering di lakukan dapat membuat keuangan menjadi kacau dan tidak bisa berjalan dengan baik sebagaimana harapan Anda.

Tentu bukan sebuah perkara yang mudah untuk bisa mengubah berbagai kebiasaan tersebut, apalagi jika ternyata pengetahuan Anda mengenai keuangan sangatlah kurang...

Sementara di lain sisi, cara mengelola keuangan akan berdampak secara langsung pada kualitas hidup yang di jalani selanjutnya. Anda tentu paham dan pernah menemukan, bagaimana seseorang mengalami masa tua yang tidak sejahtera, sementara di masa muda karir dan keuangannya cukup cemerlang?

Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi karena rapuhnya fondasi keuangan dan minimnya pengetahuan seseorang terhadap pentingnya keuangan itu sendiri.

Cara mengelola keuangan Anda saat ini, akan menjadi salah satu penentu sejahtera atau tidaknya di masa tua nanti. Jika memiliki sejumlah kebijakan yang tepat dan efektif di dalam keuangan, maka besar kemungkinan kesejahteraan di masa tua akan lebih terjamin.

Namun sebaliknya, jika saat ini saja Anda tidak bisa mengelola keuangan dengan baik, maka hal tersebut juga akan berlangsung hingga tua nanti, di mana keuangan tidak terjamin dengan baik. Anda tentu tidak ingin melarat di masa tua nanti, bukan?

Memperbaiki keuangan bisa dilakukan dari sekarang, di mana Anda memang masih memiliki penghasilan dan juga sejumlah upaya yang dapat diandalkan untuk hal tersebut. Tidak perlu sulit, Anda bisa memulainya hal ini dengan menjalankan beberapa kebiasaan baik di dalam keuangan itu sendiri.

Berikut ini adalah beberapa nasihat keuangan yang penting untuk dipahami dan jalankan di dalam keuangan, agar hari tua Anda menjadi sejahtera:

1. Kelola keuangan dengan tepat
Berapapun usia dan berapapun jumlah pendapatan saat ini, sangat penting untuk bisa mengelola keuangan dengan bijak. Jumlah pendapatan akan selalu cukup, jika bisa mengolah dan mengendalikan keuangan dengan tepat. Beberapa kebijakan harus diterapkan dalam keuangan, sehingga semua berjalan dengan efektif dan sesuai dengan kebutuhan serta jumlah pendapatan selama ini.

Jangan sungkan untuk meninggalkan gaya hidup yang selalu berujung pada pemborosan, di mana Anda harus mengeluarkan sejumlah uang yang besar untuk menjalankannya. Lakukan hal tersebut sejak sekarang, agar menjadi kebiasaan dan berdampak baik pada kondisi keuangan. Kelola dengan tepat dan terapkan berbagai kebijakan yang diperlukan di dalamnya.

2. Miliki Anggaran yang efektif
Anda juga harus memiliki anggaran yang efektif, di mana semua kebutuhan bisa terpenuhi dengan baik, termasuk berbagai hal lainnya yang wajib dimiliki di dalam keuangan. Jangan menyusun sebuah anggaran yang aneh-aneh dan pada akhirnya tidak bisa dijalankan dengan baik di dalam keuangan.

Susunlah sebuah anggaran yang masuk akal dan sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki sekarang. Lakukan hal ini dengan teliti, agar semua kebutuhan terpenuhi dengan tepat dan baik.

3. Buat Tujuan Keuangan yang Jelas
Setiap orang harus memiliki tujuan keuangan, termasuk Anda, sebab hal ini akan membantu Anda untuk mendapatkan hidup yang berkualitas di masa depan. Tentukan tujuan keuangan sekarang dan mulailah mengarahkan perhatian kepada tujuan tersebut.

Setidaknya, Anda harus memiliki tujuan keuangan untuk 5-7 tahun ke depan, sehingga bisa mendapatkan beberapa perbaikan di dalam keuangan dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini tentu akan secara langsung memperbaiki kualitas kehidupan, sebab keuangan lebih terarah dan akan terkendali dengan sendirinya. Selanjutnya, menentukan tujuan keuangan jangka panjang (10-20 tahun ke depan)

4. Siapkan Dana Pensiun Sejak Dini
Masih muda dan ingin memiliki masa tua yang sejahtera? Mulailah mempersiapkan dana pensiun sejak sekarang. Bukan nanti, namun saat ini. Sisihkan secara rutin sekian persen dari pendapatan setiap bulannya, alokasikan uang ini sebagai dana pensiun.

Anda bisa menyimpannya di dalam rekening khusus, atau bahkan membuka tabungan pensiun yang saat ini banyak ditawarkan oleh pihak bank yang dijamin oleh negara. Jika memang telah memiliki sejumlah dana pensiun yang cukup banyak, maka bisa mengalokasikannya ke dalam berbagai instrumen investasi pribadi yang lebih menguntungkan.

Ini akan membantu mengatasi inflasi yang terjadi, sehingga nilai dana tersebut tetap tinggi di masa yang akan datang. Gunakan investasi pribadi dengan tingkat risiko yang rendah seperti deposito, agar dana pensiun tetap aman dan terjamin.

5. Menabung secara teratur
Memiliki cita-cita sejahtera di masa depan tanpa membuat tabungan adalah hal yang terbilang sedikit "aneh dan mustahil", mengingat untuk bisa bebas keuangan akan membutuhkan sejumlah dana serta investasi pribadi yang tidak sedikit. Lalu bagaimana Anda akan mewujudkannya jika tidak menabung sejak sekarang?

Penting dan wajib untuk selalu menabung, meskipun Anda sudah mapan saat ini. Sejumlah tabungan akan membantu Anda menuju titik aman di dalam keuangan, atau bahkan mencapai berbagai tujuan keuangan yang telah ditetapkan sejak awal. Menabunglah secara teratur, baik itu tabungan harian, mingguan, atau bahkan bulanan.

Tabungan ini akan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan keuangan, misalnya: investasi, dana pensiun, atau bahkan memulai sebuah bisnis yang baru setelah masa pensiun nanti.

6. Berinvestasi pribadi dari sekarang (uang lebih). Untuk sejahtera di masa tua, Anda harus memiliki sejumlah investasi pribadi, apapun bentuknya. Untuk itu, hal ini juga menjadi poin yang wajib ada di dalam rencana keuangan. Pilih instrumen investasi pribadi yang paling tepat dan menguntungkan, sehingga nilainya akan bertambah dan tidak tergerus oleh inflasi.

Untuk bisa berinvestasi pribadi dengan baik, maka Anda juga wajib memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan hal tersebut, mengingat beberapa instrumen investasi pribadi juga mengandung sejumlah risiko yang cukup besar.

Amankan keuangan dengan investasi, namun jangan lupa untuk belajar secara detail mengenai instrumen investasi yang akan dibeli nanti. Ini akan membuat keuangan lebih aman di masa yang akan datang, sebab Anda paham dan bisa mengambil berbagai keputusan yang tepat terkait dengan investasi yang Anda lakukan. Jangan lupa juga belajar dari orang-orang yang sudah ahli di bidang investasi

7. Lakukan evaluasi pada rencana keuangan
Ada kalanya semua rencana tidak berjalan dengan baik, begitu juga di dalam keuangan. Hal seperti ini sangat mungkin terjadi, meskipun Anda merasa telah melakukan semua yang terbaik di dalam keuangan. Biasakan untuk mengevaluasi keuangan secara berkala, sehingga bisa mengetahui ke mana dan bagaimana uang mengalir setiap bulannya. Jika dibutuhkan, lakukan perbaikan pada berbagai kebijakan yang diterapkan di dalam keuangan, agar semua bisa berjalan dengan baik dan lancar

8. Terapkan Hidup Hemat
Ini mungkin akan sulit untuk dijalankan, namun akan sangat berdampak baik bagi keuangan secara keseluruhan. Mulailah gaya hidup hemat di dalam diri, di mana Anda membelanjakan uang hanya untuk berbagai kebutuhan yang sangat penting saja.

Hindari hura-hura dan membelanjakan uang tanpa sebuah perencanaan yang matang, sebab ini adalah bentuk pemborosan yang akan membuat keuangan menjadi berantakan. Atur pengeluaran dengan tepat, sehingga keuangan tetap seimbang dan berjalan dengan lancar.

Dalam mengelola keuangan, seringkali kita terlena dan melupakan betapa pentingnya mengelola keuangan untuk masa depan. Ubahlah berbagai kebiasaan tersebut, sebab hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan masa tua nanti.
Agar keuangan anda berjalan dengan baik dimasa tua anda, semoga bermanfaat

OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Puja Trisandya untuk Pengendalian Diri


Melatih terus melakukan puja Trisandya, mencegah pikiran yang terjerat ingin melakukan sesuatu yang mestinya tidak boleh dilakukan. Inilah pentingnya pengendalian diri untuk mencapai ketenangan batin dan meredam emosi.


Jika terus melatih mengendalikan pernapasan orang akan memiliki kematangan dan kestabilan emosional dalam menghadapi permasalahan. Menjauhkan diri dari godaan kekuasaan dan kebutuhan materi.

Suatu perjalanan kehidupan di tengah perubahan yang begitu pesat seringkali mendorong niat melakukan apa saja yang penting materi, kekuasaan, kesenangan dan kenikmatan.

Apalagi di zaman maya ini membuat orang terkadang dalam posisi yang serba sulit untuk menentukan mana benar dan mana  salah. Oleh karena itu di sinilah diperlukan ketetapan hati dan pikiran. Dengan ketenteraman, keharmonisan pikiran menjadikan tercapainya tujuan bersama.

Asana dalam Puja Trisandya adalah sikap tenang dan sikap konsentrasi penuh keheningan.

Kemudian dilanjutkan dengan pranayama mengendalikan diri dan mengendalikan pernapasan. Dilanjutkan dengan mantram suci ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa agar diberikan keselamatan atas doa kita, tentu dengan keheningan hati dan pikiran.

Kita harus dapat memaknai semuanya itu sebagai umat beragama, mesti senantiasa mampu mengendalikan diri dan mampu memilah, memisahkan dari semua cobaan yang terjadi, yang mana mesti dilaksanakan dan yang mana tidak boleh. Ketenangan pikiran dituntut untuk pengendalian diri karena melatih terus perbuatan baik menjadi tujuan mencapai kebenaran hakiki.

Keliru! Menaruh Patung Ganesa di Pintu Gerbang



Hampir setiap rumah orang Hindu di Bali kini berisikan patung Ganesa. Yang dimaksud di sini adalah Ganesa versi India (untuk membedakan dengan Ganesa versi Bali yang disebut dengan Sanghyang Ganapati yang posisinya berdiri), sedangkan Ganesa versi India dalam posisi duduk.


Pemasangan dan pemajangan dari patung ganesa ini seolah olah menjadi trend dalam masyarakat Hindu Bali dalam lima tahun belakangan ini.

Fenomena ini bisa jadi diakibatkan oleh beberapa factor seperti: 
  1. Semakin berkembang pengetahuan filsafat agamanya sehingga dengan sendirinya tumbuh pemahaman akan keberadaan dari Dewa Ganesa.
  2. Derasnya informasi dan dan tayangan mengenai kemuliaan dan kebesaran dari Dewa Ganesa melalui media sosial, media elektronik .
  3. Mudahnya untuk mendapatkan patung Dewa Ganesa baik yang terbuat dari batu, beton, plastik, atau bahan lainnya dengan harga yang relatif terjangkau. Derasnya aliran-aliran atau sekte kembali mewarnai kehidupan agama Hindu di Bali.

Penempatan patung Dewa Ganesa di kalangan umat Hindu di Bali seolah olah menjadi sebuah trend. Ada yang menempatkan patung Dewa Ganesa di pintu masuk rumah yang dalam bahasa Bali disebut dengan aling-aling dengan maksud sebagai penghalang kekuatan negatif memasuki areal rumah yang dapat mempengaruhi penghuni rumah.

Ada yang menempatkan patung Dewa Ganesa di tengah-tengah natah / halaman rumah, yang konon difungsikan sebagai pelindung pekarangan dan penghuni rumah dari hal hal yang negatif. Ada yang menempatkan patung Dewa Ganesa di pintu masuk pura atau merajan. Ada yang menempatkan Patung Dewaa Ganesa dalam sebuah altar (tempat pemujaan khusus). Ada pula yang menempatkan patung Dewa Ganesa di tengah ruangan rumah, di atas meja, di kamar suci, di plangkiran, dan sebagainya.

Sepertinya penempatan patung Dewa Ganesa tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari umat. Dan hal ini menunjukkan bahwa Dewa Ganesa dipuja dalam berbagai fungsi serta ditempatkan untuk berbagai maksud dan tujuan. Hal ini pula secara tak langsung menunjukkan berbagai kemulyaan dan kemahakuasaan Dewa Ganesa. Dan keyakinan umat semakin kental dan semakin mantap ketika menonton beberapa versi tayangan film Dewa Ganesa di televisi. Dewa Ganesa menjadi trend, Dewa Ganesa kini menjadi Dewa yang sangat populer di kalangan umat Hindu Bali.

Trend memasang menempatkan patung Dewa Ganesa dan memuja Dewa Ganesa di Bali semakin menambah semarak praktek beragama Hindu di Bali. Praktek Hindu di Bali menjadi semakin kompleks. Fenomena ini pula memunculkan pertanyaan dikalangan masyarakat awam dan para pemerhati Hindu, pemerhati sejarah, dan para budayawan.

Dimanakah semestinya patung Dewa Ganesa ditempatkan? 

Apa sebenarnya fungsi dari penempatan patung Dewa Ganesa di berbagai tempat tersebut? Apakah ini memang bebas ditempatkan, atau memang ada pakemnya seperti halnya dengan patung-patung dewa yang lainnya? Apa yang mesti dilakukan terhadap patung Dewa Ganesa yang telah ditempatkan?.

Sesaji apa yang mesti dipersembahkan?

Mendengar pertanyaan tersebut, tergelitik hati untuk mencoba merenungkan mengenai fenomena ini. Dewa Ganesa mau diapakan? Padahal di dalam mazab Hindu Bali yang berlandaskan Siwa Budha yang terwujud dalam tiga kekuatan yang disebut dengan Tri Sakti / Tri Murti, serta dalam prakteknnya kental dengan nuansa Bhairawa yang telah memiliki pakem-pakem yang sudah baku dan berlangsung turun temurun di Bali.

Misalnya saja untuk di aling-aling (penjaga pintu pekarangan) dalam Hindu Bali telah dikenal dengan Sanghyang Kala Raksa sebagai penjaga pintu pekarangan. Demikian juga dengan Sang Yaksa Yaksi sebagai penjaga pintu kanan kiri yang disebut dengan Sanghyang Apit Lawang. Di tengah natah sudah ditempatkan sanggah natah atau sanggah pengijeng yang merupakan linggih Sanghyang Catur Sanak Sakti yang tak lain adalah persatuan dari empat kekuatan saudara empat manusia (kanda pat) yang telah berwujud dewa, yang akan menjaga dan melindungi pekarangan rumah dan penghuninya. Sebab di dalam keyakinan Hindu Bali yang berbasiskan Tri Murti / Tri Sakti. Sakti adalah kekuatan yang disebut dengan Kala. Sehingga dengan demikian untuk fungsi-fungsi praktis seperti penjaga pekarangan rumah dan sebagainya diwujudkan dalam bentuk kekuatan sakti Tuhan yang disebut dengan Sanghyang Kala. Sanghyang Kala oleh para seniman Bali melahirkan patung berwujud aeng / berwibawa (bukan mengerikan !) seperti mata besar membelalak, membawa senjata, bertaring, berbadan kekar dan besar. Ini adalah perwujudan dari kala atau sakti atau kekuatan dewata. 

Dimana sejatinya Dewa Ganesa ditempatkan, agar tidak terkesan latah apalagi ikut-ikut tak menentu, tanpa mengerti kesejatiannya. Agar tak terkesan melecehkan kesucian, kemulyaan dari Dewa Ganesa. Sebab Dewa Ganesa adalah dewa yang dimuliakan sebagai pelindung alam semesta dengan segala isinya. Dalam mitologinya, Dewa Ganesa sebagai putra Dewa Siwa ditugaskan menjaga kayangan Dewi Uma. Hal inilah yang membuat umat Hindu menjadi “salah kaprah” menempatkan Dewa Ganesa di depan pintu gerbang.

Semestinya patung Dewa Ganesa ditempatkan di depan pintu masuk pura yakni Pura Dalem, sebagai penjaga pintu masuk kayangan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Namun di Pura Dalem (dalam mazab Hindu Bali) kedududkan Dewa Ganesa sebagai penjaga penjaga pintu kayangan telah diwujudkan sebagai Sanghyang Kala sebagai pemurtian dari Dewi Sakti / Dewi Uma dalam wujud Rangda. Karena Hindu Bali bernafaskan Siwa Bhairawa, yakni pemujaan kehadapan Tuhan (dewa Siwa) dalam wujud sakti beliau yakni Dewi Uma atau di Durga. Sehingga dengan demikian pura pura di bali terutama pura dalem kayangan dan prajapati serta tempat tempat lainnya senantiasa bernuansa angker. Hindu Bali mewujudkan pemujaan kehadapan Hyang Kuasa dalam wujud kekuatan Dewi Sakti. Sehingga wujud barong, rangda, rarung, sanghyang kala, dan wujud aeng lainnya tidak asing dalam Hindu Bali.

Kuatnya aliran Siwa Bhiarwa di Bali, maka Dewa Ganesa kurang menonjol. Bukan berarti tak ada, Dewa Ganesa dalam Hindu Bhairawa diwujudkan dalam bentuk Sanghyang Ganapati, kekuatan yang menetralisir, mengusir serta menghancurkan semua kekuatan negatif. Pada sasih kenem dimana sering terjadinya bencana, umat Hindu Bali menghaturkan sesaji dilengkapi dengan kober Sanghyang Ganapati, sebagai simbol pemujaan permohonan perlindungan kehadapan Sanghyang Ganapati agar terhindar dari segala bencana dan penyakit di dunia.

Dewa Ganesa juga dipuja oleh para sulinggih untuk menetralisir kekuatan negatif dalam upacara Caru Resi Gana.

Umat Hindu Bali juga memuliakan Dewa Ganesa dalam sebutan sebagai Sanghyang Gana sebagai simbol kekuatan kepintaran, kecerdasan serta ketekunan, sehingga kisah Mahabarata yang sangat panjang detail dapat ditulis dengan lengkap dan sempurna.

Lalu kembali ke masalah penempatan patung Dewa Ganesa yang menjadi trend. Dimuliakan dengan kalung bunga mitir, disuguhkan sesaji buah-buahan, kue, gula-gula, dan dan diberi nyala lilin 24 jam non stop.

Padahal kalau misalnnya patung tersebut akan dijadikan sarana pemujaan, maka menurut pakem Hindu, paling tidak patung Dewa Ganesa yang mulya tersebut dilakukan penyucian atau sakralisasi terlebih dahulu. Kalau dalam pakem Hindu Bali ada pengulapan, prasita, durmanggala, dan pemlaspas, sehingga menjadi suatu media suci yang layak sebagai media pemujaan. Mohon maaf, seolah-olah penempatan ini menjadi sebuah ajang untuk “pameran” spiritual.

Dimana orang yang menempatkan patung Dewa Ganesa seolah-solah sedang menapaki tigkatan spiritual tertentu. Atau mungkin bisa dianggap lebih maju dalam hal spiritual. Namun sepanjang pengamatan, banyak yang menempatkan patung Dewa Ganesa hanya karena ikut-ikutan, tak banyak mengerti secara filosofi. Semua masih rancu atau mungkin “kacau”. Hanya sebagai sebuah “trend”. Apalagi tayangan film Dewa Ganesa di televisi sangat kuat mempengaruhi semaraknya umat memasang patung Dewa Ganesa.
Termasuk pula teman-teman dari sampradaya yang “kurang” memahami Hindu Bali, gencar menyebarkan praktek aliran India ke komunitas umat Hindu Bali. Lalu “mengacaukan” pakem Hindu Bali yang telah mapan lebih dari seribu tahun. Maka ranculah jadinya.

Kalau memang serius ingin memuja Dewa Ganesa, silahkan untuk membuat sebuah pelinggih di merajan atau di pura, lalu linggihkan patung Dewa Ganesa secara layak. Dilakukan penyucian sebagaimana layaknya pakem dalam Hindu Bali seperti pemlaspas, ngelinggihin, dan ngaturang ayaban. Kemudian dilakukan pemujaan sesuai dengan pakem Hindu Bali.

Atau jika Patung Dewa Ganesa dipasang sebagai kelengkapan dari pura, maka patung Dewa Ganesa mesti diletakkan di ajeng atau di depan gedong linggih Hyang Dewi Uma atau di depan Gedong Dalem. Agar sesuai dengan filosofi yang melatarbelakangi keberadaan dari Patung Dewa Ganesa.

Maksud dari tulisan ini adalah untuk mengarahkan dari para kaum rohaniawan, tokoh umat Hindu untuk memberikan arahan bagaimana semestinya menempatkan patung Dewa Ganesa, dimana, bagaimana? seterusnya. Karena Dewa Ganesa adalah Dewa yang Mulia, Dewa Yang Agung, yang mestinya diitempatkan dalam posisi yang benar dan layak. Dengan harapan kekuatan beliau memancarkan memberikan perlindungan serta memberikan kecerdasan dan kebijaksaan dalam kehidupan manusia.
Seperti ungkapan para tetua Hindu Bali, “apang nawang unduk, apang nyak meunduk”. (arti bebasnya: Agar memahami perihalnya, agar paham dasar permasalahan). 

Hal ini untuk menepis cibiran umat lainnya termasuk pula dari kalangan sampradaya yang sering mencibir bahwa praktek Hindu Bali sebagai praktek yang maksud dan tujuan tak jelas. Kurang lebih demikian. Mohon ampun jika kurang berkenan.


Om Shri Maha Ganesa Ya Namah, Terpujilah yang maha mulia Dewa Ganesa.

10 kewajiban Istri Menurut Hindu, Selain Gambar


Dalam Wanaparva disebutkan seorang ibu rumah tangga juga disebut sebagai Dewi dan Permaisuri. Dewi artinya istri sebagai sinar yang menentukan keadaan rumah tangga. Istri sebagai Permaisuri yaitu yang mengatur tata hubungan, tata grha, tata bhoga, tata keuangan dll. Istri mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga Hindu.

Kata istri berasal dari kata stri, Stri dalam bahasa sanskerta berarti “Pengikat Kasih”, Istri dalam keluarga sebagai penjaga jalinan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Seorang anak haruslah ditumbuhkan jiwa dan raganya dengan curahan kasih ibu.

Kewajiban Istri Menurut Weda

Dalam Kitab Suci Weda telah dijelaskan kewajiban atau tugas  seorang istri, yaitu sebagai berikut :
  1. Wahai mempelai wanita, dengan kedatanganmu ke rumah suamimu, semogalah kamu menjadi petunjuk yang terang terhadap keluarganya. Membantu dengan kebijaksanaan dan pengertian, semogalah kamu senantiasa mengikuti jalan yang benar dan hidup yang sehat dalam rumahmu. Semogalah Hyang Widhi menghujankan rahmat-Nya kepadamu.(Atharwa Weda XIV.2.27).
  2. Wahai penganten wanita, datangilah dengan keramahanmu seluruh anggota suamimu. Bersama-samalah dalam suka dan duka dengan mereka. Semoga kehadiranmu di rumah suamimu memberikan kebahagiaan dan keberuntungan kepada suamimu, mertuamu laki-laki dan perempuan dan menjadi pengayom bagi seluruh keluarga. (Atharwa Weda XIV.2.26).
  3. Seorang wanita, istri atau ibu juga hendaknya berpenampilan lemah lembut dan menjaga dengan baik setiap bagian tubuhnya. “Wahai wanita, bila berjalan lihatlah ke bawah, jangan menengadah dan bila duduk tutuplah kakimu rapat-rapat”(Rgveda VIII.33.19).
  4. Wahai istri, tunjukkan keramahanmu, keberuntungan dan kesejahtraan, usahakanlah melahirkan anak. setia dan patuhlah kepada suamimu (Patibrata), siap sedialah menerima anugrah-Nya yang mulia” (Atharvaveda XIV.1.42)
  5. Sungguhlah dosa besar jika seorang istri berani terhadap suaminya, berkata kasar terhadap suaminya. “Hendaknya istri berbicara lembut terhadap suaminya dengan keluhuran budi pekerti” (Atharvaveda , III.30.2).
  6. Sebagai seorang istri tahan ujilah kamu, rawatlah dirimu, lakukan tapa brata, laksanakan Yajna di dalam rumah, bergembiralah kamu, bekerjalah keras kamu, engkau akan memperoleh kejayaan” (Yajurveda XVII.85).
  7. Jadikanlah rumahmu itu seperti sorga, tempat pikiran-pikiran mulia, kebajikan dan kebahagiaan berkumpul di rumahmu itu”(Atharvaveda VI.120.3).
  8. Seorang istri hendaknya melahirkan seorang anak yang perwira, senantiasa memuja Hyang Widhi dan para dewata, hendaknya patuh kepada suaminya dan mampu menyenangkan setiap orang, keluarga dan mengasihi semuanya.(Reg Weda X.85.43).
  9. Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19)
  10. Wahai para istri, senantiasalah memuja Sarasvati dan hormatlah kamu kepada yang lebih tua” (Atharvaveda XIV.2.20)

Pada kesepuluh point diatas, pada point terakhir dijelaskan “hormatlah kamu kepada yang lebih tua”. Mengartikan jika kalian adalah seorang istri hendaknya mampu mencintai dan menyayangi bapak dan ibu dari suami kalian, seperti kalian mencintai anak mereka (suami). Seorang istri mempunyai peran penting dalam keharmonisan rumah tangga. Jadilah pemersatu keluarga dan pemberi kebahagiaan. 

Seperti yang telah disebutkan pada point ke dua “Semoga kehadiranmu di rumah suamimu memberikan kebahagiaan dan keberuntungan kepada suamimu, mertuamu laki-laki dan perempuan dan menjadi pengayom bagi seluruh keluarga.”
Semoga artikel ini dapat bermanfaat. 

Kewajiban suami dalam Hindu akan dijelaskan pada artikel selanjutnya. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap. Mohon dikoreksi bersama. Suksma.

Makna Banten Gebogan dalam Upacara Yadnya


Makna Banten Gebogan dalam Upacara Yadnya. Gebongan atau biasa juga disebut dengan Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah buahan, jajanan dan bunga yang dikreasikan oleh umat Hindu di Bali. Jenis buah dan jajanan biasanya berinovasi mengikuti perkembangan zaman, jadi apa yang kita makan itulah yang kita persembahkan.


Makna Gebogan / Pajegan

Makna atau filosofi banten gebogan juga terlihat dari bentuknya yang menjulang seperti gunung, makin keatas makin mengerucut (lancip), dan di atasnya juga diletakkan canang  dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti kehadapan Tuhan sang pencipta alam semesta.

Gebogan biasanya diusung oleh para ibu-ibu dan gadis-gadis Bali untuk dihaturkan ke pura saat  upacara piodalan atau upacara dewa yadnya lainnya sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa.

Tinggi rendahnya Gebogan /Pajegan tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari masing-masing individu membuat Gebogan, karena nilai dari sebuah Gebogan/Pajegan tidaklah diukur dari tinggi atau rendahnya akan tetapi dari keiklasan hati dalam menunjukkan rasa syukur. Dan selebihnya merupakan bentuk pengapresiasian seni.

Sehingga harus dapat dipahami khususnya bagi umat Hindu, bahwa ketika ada upacara yadnya tidak dibenarkan adanya upaya kalau untuk berlomba-lomba membuat gebogan  hanya untuk dipamerkan kepada orang lain apalagi sampai dipaksakan membeli buah dengan mencari utang dan akhirnya mengkambing hitamkan agama. Karena hal seperti itu akan mengurangi makna utama dari dibuatnya Gebongan dalam upacara yadnya yaitu  sebagai simbol persembahan dan rasa syukur kepada Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap, mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Mengenl Rahinan Purnama Dalam Hindu Bali



Mengenl Rahinan Purnama Dalam Hindu BaliγƒΌKata Purnama berasal dari “purna” artinya sempurna.

Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah).
Pemujaan saat Purnama ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata.

Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiran yang ada  di setiap rumah.

Pada umumnya umat Hindu meyakini rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga disebut dengan “Devasa Ayu”.

Setiap hari suci yang bertepatan dengan Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut “Nadi”.

Namun tidak semua hari pertemuan dengan purnama disebut ayu.
Contoh,

Hari Kajeng Kliwon, pada hari Sabtu, nemu Purnama disebut HARI BEREK TAWUKAN.

Dilarang oleh sastra agama melaksanakan upacara apapun, dan para wiku tidak boleh melaksanakan lujanya pada hari itu(Lontar Purwana Tatwa Wariga).

Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut HARI GAMIA (jagat letuh). Sang wiku tidak boleh memuja.
Melalui siklus Purnama dan Tilem sesungguhnya alam mengajarkan manusia tentang jahat dan baik, terang dan gelap, jika senang jangan terlarut dalam kesenangan, begitu pula jika dalam keadaan terpuruk maka harus segera bangkit karena didepan cahaya akan menyambut.

Keduanya berputar mengelilingi kehidupan manusia.