Pindah agama pada umumnya disebabkan karena mengikuti keyakinan dari pasangannya. Karena di Indonesia untuk menikah tidak bisa dengan agama yang berbeda. Dan tentu masih ada hal-hal lain yang menyebabkan seseorang pindah agama.
Berikut adalah sudut pandang dari Agama Hindu jika umatnya pindah agama, yaitu:
- Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavadgita Xvi.23. Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi.
- Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka. Hal ini telah disebukan dalan Manawa Dharma sastra VI.35. Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutannya akan tenggelam ke bawah. Jika sudah meninggalkan agama Hindu berarti tidak bisa lagi membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena tidak mengakui adanya Tri Rna.
- Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju Swargaloka. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavad gita III.35. Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain.
Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu. Bisa jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah melekat juga sejak ribuan tahun.
Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan dengan disiplin dan ketat.
Kisah Nyata Umat Hindu Pindah Agama
Kisah sedih dialami oleh Pak Made yang berasal dari Klungkung. Pak Made pergi ke Jogja untuk kuliah hingga pada akhirnya menikah dengan wanita disana dan mengikuti keyakinan istrinya. Namun pernikahannya itu tidak bisa diterima oleh orang tuanya di Bali. Dan Pak Made pun sudah dianggap anak hilang.
Pak Made bahagia dengan keluarganya dan dikaruniai 3 orang anak laki-laki. Hingga beberapa tahun lalu Pak Made pun meninggal dan dua tahun kemudian di susul oleh istrinya. Meninggalkan 3 anak mereka yang sudah besar.
Sejak mininggal beberapa tahun lalu, Made sering mendatangi ibunya di Bali, baik dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Ibu ini sekarang sudah berusia sekitar 70 tahun. Matanya sudah rabun berat. Tapi dalam jaga ia sering melihat anaknya made datang ke rumahnya, kadang-kadang duduk di tangga rumah, kadang-kadang menemuinya di dapur.
Ingat ibu ini sudah rabun berat. Ia tidak bisa melihat siapapun. Tapi ia melihat sosok made yang sudah meninggal dengan jelas. Mungkin yang melihat adalah mata bathin-nya? Ia juga mendengar suaranya dengan jelas. Made sering mendatanginya dan menangis sedih sekali.
kenapa kamu Made,” tanya ibu ini satu kali.
Tyang ngidih pelih Me. Tulung kedetin tiang” (saya minta maaf Ma. Tolong tarik saya. Secara harfiah arti ‘kedetin’ ditarik dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, dari tempat yang gelap ke tempat yang terang, dari penderitaan kepada kebahagiaan , dari kematian kepada kehidupan. Arti simboliknya di Abenkan ( NGABEN).
Tapi kulit Made kan sudah lain”.
(maksudnya agamanya kan sudah beda ).
Ya, Saya salah jalan. Sekarang saya berada di lorong yang gelap. Saya tidak bertemu siapa-siapa. Saya dengar istri saya sudah meninggal. Tapi saya tidak bertemu dengan dia. Saya kesepian sekali di sini, Me.
Tolong kedetin tiang”.
Singkat cerita anak dari Pak Made datang ke Bali, menyampaikan pesan dari Alm. Ibu mereka bahwa Pak Made sebelum meninggal ingin diupacarai dengan upacara Hindu-Bali ketika meninggal. Akan tetapi pesan itu disimpan oleh Alm. Ibu mereka selama ini.
Karena Pak Made sudah dikubur sesuai keyakinan agama lain sehingga kuburannya tidak diijikan untuk di bongkar oleh petugas pemakaman.
Pengabenan Made tetap dilangsungkan. Ia dibuatkan pengadeg-adeg (semacam simbol dari Made) dari kayu cendana.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!