Beringin, Rambut Dewa Brahma Pembawa KesuburanNama Latin : Ficus benghalensislinn
Nama Inggris : Banyan Tree
Nama India :
- Bengali : Bot
- Gujarat : Vad
- Hindi :Bar, Pargad
- Malayalam : Peral
- Marathi : Vad
- Sanskrit : Vata
- Tamil : Ala
- Telugu : Peddamari
Rumpun : Moraceae
Nama Beringin yang juga disebut dengan Banyan Tree diberikan oleh bangsa Inggris pada sebuah pohon yang mana dibawah pohon ini para saudagar Banias atau Hindu berkumpul untuk urusan bisnis ataupun mengadakan upacara. Ficus artinya pohon ara dan Benghalensis adalah berhubungan dengan Benggala. Kata dalam bahasa Sanskerta Vata berarti mengelilingi atau meliputi.
Pohon Beringin, Sungai Gangga, dan Pegunungan Himalaya, ketiganya adalah gambaran dari India. Bagi sebagian besar penduduk India, pohon tersebut disucikan, dan hanya dalam keadaan yang paling menakutkan, sebuah kelaparan sebagai contoh, barulah daunnya dipetik untuk makanan ternak.
Pohon tersebut merupakan lambang ketiga Dewa Tritunggal Hindu. Dewa Wisnu kulit kayunya. Dewa Brahma akarnya, dan Dewa Siwa cabang-cabangnya. Nama lain dari Dewa Kuwera, penjaga kekayaan para
Dewa, yaitu Vatashraya, tinggal di pohon Beringin tersebut. Menurut tradisi, Pohon Beringin dikunjungi oleh Dewi Laksmi pada hari Minggu.
Dalam Purana diceritakan tentang Savitri yang kehilangan suaminya setahun setelah pernikahannya. Suaminya meninggal dibawah pohon Beringin dan dengan memuja pohon ini, Savitri berhasil menghidupkan suaminya kembali. Legenda ini telah mengawali munculnya sebuah upacara Puja khusus yang dilaksanakan pada hari Vat Savitri dimana pada saat itu para wanita berpuasa dan berjalan mengelilingi pohon Beringin.
Pohon Beringin dianggap sebagai lambang kesuburan, dipuja oleh mereka yang mendambakan anak. Kitab Mahabharata mengisahkan tentang seorang ibu dan putrinya yang memeluk dua pohon Beringin dan menjadi para ibu dari Pendeta Vishvamitra dan Pendeta Jamadagni.
Dalam Nattipala Jataka, kitab suci agama Buddha, terdapat cerita seorang wanita dengan tujuh putranya yang mengatakan bahwa ia telah berdoa kepada Dewa yang berdiam di pohon Beringin yang telah memberkatinya anak-anak.
Sebuah ziarah ke salah satu dari pohon-pohon Beringin yang utama dianggap setara dengan dua puluh tahun pengorbanan dan dipercaya bahwa seseorang yang mengurapi dirinya sendiri dengan abu dari bagian manapun pada pohon ini menjadi bebas dari dosa.
Dalam Mitologi Hindu, Dewa wisnu dilahirkan dibawah pohon Seringin. Salah satu bentuk terdahulu dari seni pahat India adalah Kalpa-vriksha atau pohon yang mengabulkan permohonan dari Besnagar, kini terdapat di Museum India, Calcutta. Pahatan itu telah diidentifikasi oleh Ananda Cammarasvami sebagai pohon Beringin. Bangsa Arya melukiskan Dewa Indra duduk dengan permaisurinya dinaungi oleh pohon Beringin yang dari cabang-cabangnya orang-orang mendapatkan permata, pakaian, makanan, dan minuman. Pohon Beringin yang disebut juga Agastyavata, yang melambangkan keabadian. Ketika seluruh dunia digenangi air selama terjadinya air bah yang hebat, daun-daun pohon Beringin menyelamatkan Dalmukunda.
Bagaimana Dewi Amba Dapat Mengambil Pohon Beringin dari Taman Naga Basuki
(Sebuah Legenda Suku Bhil dari Rajasthan)
Basuki adalah Dewa Naga dari Patataloka, Dunia Bawah. Di dalam tamannya yang megah ada sebuah pohon Beringin raksasa. Dewi Bumi, Amba, bermimpi tentang pohon ini. Karena terkesan oleh keagungannya, ia ingin membawanya ke Bumi. Tetapi ia tidak dapat menemukan jalan untuk memasuki Patataloka.
Ia bertanya pada seluruh burung dan binatang. Namun tak seorangpun yang pernah kesana dan kembali dari tempat itu. Dari seluruh serangga, hanya kumbang yang tahu, karena mereka sering terbang keatas dan kebawah mencari-cari jalan bagi mereka untuk menuju dunia-dunia tersebut. Tetapi mereka telah berjanji untuk merahasiakannya. Dewi Amba membujuk dan memerintahnya, namun Si Kumbang tidak mau memberitahukan rahasianya. Maka ia memerintahkan prajuritnya untuk membuang Si Kumbang ke dalam sebuah kawah yang berisi minyak mendidih. Tentu saja Si Kumbang menyerah dan mengaku.
Dewi Amba sampai di Taman Naga Basuki. Ia berjalan mengelilingi pohon itu untuk melingkarinya dengan mantra dan membawanya ketika Naga Basuki melihatnya. Api terpancar dari matanya dan Dewi Amba pun seketika jatuh ke tanah dan mati.
Mahadewa dan Dewi Parwati juga pergi untuk melihat taman kepunyaan Naga Basuki yang manakjubkan itu ketika mereka menemukan jenazah Dewi Amba. Dewa Parwati terkejut dan sedih. Ia bertanya kepada Mahadewa tentang apa yang telah terjadi karena beliau Mahatahu, namun diabaikannya pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati yang sedang kalut itu.
Dewi Parwati melihat ketidak acuhan Mahadewa. Dewi Amba adalah penjelmaan Dewi Parwati sendiri dan juga ia mengalami kesedihan yang sangat dalam. Ia memutuskan untuk menghukum Mahadewa dan menghilang. "Kembalilah, Parwati", Mahadewa memanggil. Tetapi Sang Dewi merajuk dan menolak untuk kembali. Akhirnya Mahadewa menyerah. Ia menghidupkan kembali Dewi Amba.
Namun Dewi Amba masih marah dan begitu pula Dewi Parwati "Satu anugerah lagi. Setelah itu barulah aku kembali" kata Dewi Parwati. Apa yang dapat Mahadewa perbuat? Ia setuju untuk mengabulkan satu permohonan Dewi Amba. "Aku ingin membalas dendam pada Naga Basuki". Basuki, Sang Dewa Ular, mempunyai seribu kepala. Dewi Amba memotong semua kepalanya kecuali satu dan ketika darah mengalir dari luka-lukanya, ia membawa pohon Beringin itu ke bumi.
Bagaimana Pohon Beringin Memberi Makan Manusia
(Dongeng Sebuah Suku dari Daerah Ganjam)
Nirantali, penjaga dunia yang pertama, diutus oleh dewa-dewa untuk tinggal di Saptaganna. Ia membawa beberapa biji pohon Beringin yang dibungkus dengan daun-daun. Ketika Bumi dan awan-awan siap, manusia dilahirkan. Matahari dan Bulan menyinari mereka dan merekapun merasa sangat kepanasan setiap waktu. Mereka tidak mempunyai tempat yang teduh bagi rumah-rumah mereka yang terbuat dari lumpur. Maka mereka meminta benih-benih pohon Baringin itu dari Nirantali dan menanamnya. Benih-benih ini tumbuh menjadi pohon-pohon yang ramping dengan daun yang amat kecil dan tidak menghasilkan sedikitpun bayangan.
Mirantali menyentakkan dan menarik daun-daun itu sampai mereka membesar. Kemudian ia menarik cabang-cabangnya sampai mereka menjuntai ke Bumi. Maka pohon itu pun menghasilkan bayangan.
Tetapi manusia masih tidak memiliki makanan yang tepat untuk dimakan. Maka Mirantali berkata kepada Si Pohon Beringin, "Berilah manusia makan dengan air susumu, "Pohon Beringin menjawab, "Aku hanya memiliki darah di tubuhku. Dari mana harus kudapatkan susu itu?" Mirantali mengayunkan kapaknya mengenai batang pohon itu dan berkata, "Biarkan air susu mengalir." Maka terjadilah dan manusia hidup dari susu itu sampai pohon padi tercipta di dunia.
Pohon Beringin telah digambarkan sebagai bagian dari kelompok tumbuh-tumbuhan yang paling mengherankan di muka Bumi ini. Pohon ini selalu menghijau dan dapat tumbuh sampai setinggi seratus kaki. Pohon Beringin menjuntaikan akar-akarnya ke bawah dari cabang-cabangnya dan ini menembus tanah dan menjadi batang-batang. Pada awalnya akar-akar tersebut ramping tetapi ketika mereka menancap di tanah, mereka menjadi pilang-pilar yang tebal yang menunjang beban dari cabang-cabang yang terberat.
Daunnya lebar berbentuk oval bagian atasnya berwarna hijau tua dan disebelah bawahnya berwarna hijau pucat. Mereka halus dan mengkilat ketika muda, dan kemudian menjadi kaku dan kasar ketika tua. Bila dihancurkan, daun-daun tersebut mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Bunga dan daunnya tidak menarik. Buahnya berwarna hijau, keras, yang muncul dari sudut antara tangkai daun dan cabangnya, dan berubah menjadi merah dan lembut saat matang. Buahnya dimakan oleh hampir semua jenis burung.
Selebar apakah sebuah pohon Beringin dapat tumbuh? Di Chicholi, Hoshangabad, ada Pohon Beringin yang tumbuh selebar satu setengah Are. Di Chunchanakuppe, dekat Bengalore, pohon Beringin yang dikatakan berumur lima abad, lebarnya hampir menjadi tiga Are. Dari sebuah biji yang ditanam pada tahun 1792, pohon Beringin yang ada di Botanical Garden di Sibpur, Calcutta, telah tumbuh mencapai ukuran dimana batangnya selebar lebih dari 51 kaki dalam ukuran lilitan dan memiliki lebih dari seribu akar hawa, naungannya meliputi empat Are. Pohon Beringin yang terdapat di Satara yang terakhir diukur pada tahun 1882 ketika kelilingnya mencapai 483 Meter.
Dikutip dari sumber Hindu