Selingkuh atau dalam bahasa bali disebut dengan istilah memitra adalah salah satu penyebab utama hancurnya sebuah rumah tangga. Di zaman modern yang serba cepat, instant serta sibuk ini, banyak pria dan wanita yang sudah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan, baik secara agama maupun hukum, tidak mampu memegang teguh ikatan dan janji pernikahan yang mereka nyatakan sendiri dalam ritual upacara dengan Tuhan dan masyarakat sebagai saksinya. Banyak dari mereka yang kemudian terjerumus atau malah menjerumuskan diri dalam kegiatan mencari kepuasan fisik jasmani, memuaskan nafsu seksualnya dengan mereka yang bukan pasangan sahnya.
Sebuah kutipan dari lontar Adi Parwa, mengenai hukum dan dosa seseorang yang melakukan perselingkuhan, dalam Adi Parwa dikatakan;
Yan hana ta pwa stri majalun hana swaminya. Bhrunahatya kretam param. Salwiring papaning brunahatya tinemunya, pada lawan papaning amati rare jro weteng patakanya. Mangkana prawrettinya. Mangkana tekang jalu-jalu yawat yan hareping stri patiwrata, mahyuna ring stri brahmacari kunang, mangguhakena brunahtya, papa tinemunya”.
“Jika ada seorang wanita yang sudah bersuami, melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain. Bhrunahatya kretam param. Berbagai dosa siksa neraka akan didapatkannya, sama halnya dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan. Demikian pula bagi para lelaki, yang menginginkan(bernafsu, ingin memiliki istri orang lain) seorang istri yang setia kepada suaminya, menginginkan wanita yang brahmacari, akan mendapatkan neraka yang sama dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan”
Seorang wanita yang sudah bersuami, hendaknya tidak menginginkan lelaki lain, begitupun sebaliknya, seorang lelaki yang sudah beristri hendaknya jangan menginginkan wanita lain. Seorang laki-laki baik lajang ataupun sudah beristri hendaknya tidak berusaha merayu seorang wanita yang sudah bersuami, apalagi jika wanita tersebut adalah seorang wanita yang setia pada suaminya. Perbuatan seperti ini dianggap sama dosanya dengan menggugurkan bayi dalam kandungan, dan dosa menggugurkan bayi dalam kandungan sangatlah besar.
Ternyata besar sekali dosa selingkuh tersebut, hingga almarhum Ida Pedande Gunung, mengatakan bahwa dosa selingkuh tidak ada penglukatannya. Namun ternyata banyak orang yang melakukannya, bahkan dijadikan hobi. Kenikmatan sesaat dan petualangan yang didapat dari perselingkuhan tersebut ternyata mengalahkan rasa takut akan dosa neraka. Mungkin inilah pengaruh zaman Kaliyuga, zaman kegelapan bathin, dimana hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama banyak digemari dan malah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah.
Sumber (Ganapatyananda) gedetoya.blogspot.com iwayanwijanegara.com masterleakbali.com
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!