Disebut 'Pis Bolong' dalam bahasa Bali atau 'Uang Kepeng' dalam bahasa Indonesia, koin Tiongkok ini adalah peninggalan hidup yang membuat upacara tidak lengkap tanpa kehadirannya. Koin Cina kuno dengan lubang persegi di tengah dan karakter Cina di sisinya ada di mana-mana di Bali, jadi Anda pasti bertanya-tanya kenapa pis bolong ini selalu ada saat upakara Hindu di Bali, ya kan? Simak Asal-Usulnya dibawah ya π
Sejak lama Bali dan China telah menjalin hubungan, salah satu alasan utamanya adalah mereka berdagang sejak abad ke-7. Sebuah prasasti yang ditemukan di desa Sukawana menunjukkan bahwa pada abad ke-9 koin ini digunakan dalam ritual Hindu Bali. Kehadiran Tionghoa berpengaruh besar pada seni dan budaya Bali, bahkan hubungan ini berujung pada pernikahan bersejarah antara Sri Maharaja Aji Jayapangus, raja Bali, dan Kang Cin We seorang putri Tionghoa pada 1200 Masehi. Sejarah mengatakan bahwa Kang Cin Wei bertanya kepada raja bahwa koin Cina harus menjadi bagian dari ritual orang Bali. Setelah itu, koin-koin tersebut mengintegrasikan ritus dan juga sistem moneter.
Baca juga: Jenis-jenis Pis Grobogan yang Langka dan Pis Bolong Jaring (Pis Kick Asli Jepang)
Di Jawa dan Bali, koin telah menjadi “alat tukar ” perekonomian dengan setiap koin memiliki nilai yang sama. Lubang di tengah memiliki tujuan kegunaan. Orang Eropa yang datang pada abad ke-17 tidak mengubah penggunaan koin ini, tetapi mereka menggunakan mata uang mereka sendiri untuk berdagang. Setelah kemerdekaan Indonesia, rupiah menjadi bentuk mata uang nasional. Koin Cina tetap untuk transaksi sehari-hari. Sampai tahun 1970 ketika kesadaran masyarakat mulai mereka menyerah menggunakan koin Cina dalam kehidupan ekonomi mereka tetapi tujuan mereka untuk ritual masih terus berlanjut sampai saat ini.
Kehadiran koin dalam upakara Bali (ritual) sudah menjadi kebiasaan, namun stok koin sudah turun. Untuk ritual tertentu seperti kremasi, koin asli sudah kebanyakan tidak digunakan kembali, karena susahnya dan langka. Peningkatan permintaan telah menyebabkan orang membuat yang palsu, duplikatnya sangat berbeda dari koin Cina asli. Ukurannya lebih kecil, lebih tipis, dan prasasti Cina hampir hilang. Anda dapat dengan mudah menemukan imitasi ini di pasar, harganya lebih murah dari aslinya.
Namun, penggunaan salinan koin Tiongkok tidak disarankan. Masalah ini mendapat perhatian pemerintah, Dinas Kebudayaan Bali telah membentuk Bali Heritage Trust. Proyek percontohan pertama mereka adalah membuat koin Cina dalam versi Bali. Proyek ini dimulai pada tahun 2004 lalu dan difasilitasi oleh Unesco. Ini terjadi di desa Tojan di wilayah Klungkung Bali di mana sebuah pabrik memproduksi suku cadang untuk ritual tersebut. Pabrik ini menciptakan 5 versi berbeda dari koin dan produk Tiongkok dalam 5 bahan berbeda yang dikenal sebagai Panca Datu atau 5 elemen kehidupan: besi, perak, tembaga, emas, perunggu. Masing-masing bahan ini memiliki arti khusus. Karakter Bali juga menunjukkan arti dan kekuatan khusus dan menggantikan karakter Tionghoa yang umumnya mencatat nama dinasti yang mengeluarkan. Setiap sisi bujur sangkar mewakili kekuatan dari 4 titik mata angin dari kompas. Di atas huruf-huruf pada koin adalah Padma, simbol kesucian dilambangkan.
Proses pembuatan koin Bali ini menggunakan metode unik yaitu mengumpulkan sisa-sisa rumah tangga seperti keran pecah dll. Selain membersihkan lingkungan, mereka juga tidak mau bergantung pada bahan yang ditawarkan di pabrik. Tapi bagaimana barang bekas bisa digunakan untuk upacara? Semua bahan daur ulang ditempa menjadi satu dan dengan demikian menjadi hal baru. Selain itu, upacara Penganugerahan (untuk meminta kesucian dan keberkahan suatu benda) dilakukan di Pura Besakih dan Pura Ulun Danu Batur. Sifat unik dari koin Bali ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk menggunakannya dalam ritual mereka. Selain itu, harganya lebih murah dan direkomendasikan untuk digunakan sebagai persembahan.
Beberapa orang percaya bahwa koin Cina memiliki arti dan tujuan yang berbeda, mereka percaya bahwa mereka memiliki kekuatan ilahi, terutama yang memiliki simbol atau tulisan khusus. Simbol-simbol ini dikatakan memiliki kekuatan yang terkait dengan legenda epik, tetapi ini hanyalah rumor belaka. Koin adalah barang normal yang dapat berisi kekuatan saat diisi dengan ritual tertentu. Ada pula patung yang terbuat dari koin, misalnya patung Bhatara Rambut Sedana yang dipuja sebagai dewa rejeki. Jika ritual khusus dilakukan, patung tersebut dapat digunakan untuk pemujaan jika tidak maka tetap hanya patung yang sederhana. Meskipun ada koin Bali, koin Cina tetap yang paling banyak digunakan.