Puri Saren Ubud |
Sejarah Ubud tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan Rsi Markandeya, saat perjalanan sucinya membangun Bali secara spiritual,dengan adanya Pura Gunung Lebah di Campuhan Ubud dan Pura Pucak Payogan dk Payogan. Seperti yang dipaparkan di atas, Mpu Kuturan menyusul dengan menanamkan konsep Trimurti di Bali, berawal dari Pura Samuan Tiga.
Belum lagi kekuatan spiritual yang dipancarkan oleh Ida Hyang Nirartha di sekitar tahun 1489 Masehi saat pemerintahan Dalem Waturenggong, dimana Bali mencapai zaman keemasannya. Bahkan beliau ( Ida Hyang Nirartha) kemudian berasrama di Mas Ubud, tempatnya di Pura Taman Pule sekarang.
Pura Taman Pule Mas
Beliau dan Putranya mengajarkan paham siwaistis di Bali. Pancaran spiritual yang maha tinggi itulah yang membuat Ubud bersinar seperti sekarang. Kekuatan yang maha tinggi di Ubud bersaing dengan pantai yang indah, gunung yang megah, air terjun yang memukau, menjadikan Ubud sebuah tempat yang sangat cocok bagi penekun spiritual di seluruh dunia. Ubud dengan kekuatan spiritualnya itu mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara terutama bagi penekun spiritual.
Menurut beberapa babad dan penelitian bangsa asing, Ubud di abad VII masih terdiri dari sawah, ladang, dan semakbelukar. Sebagian kecil sudah didiami oleh penduduk yang terdiri dari Kuwu-kuwu (pondokan), mereka mendiami wilayah-wilayah seperti, Jungut, Taman, dan Bentuyung. Masih menjadi wilayah kekuasaan dari kerajaan Sukawati yang berdiri sekitar tahun 1710, dengan raja pertamanya yang bernama Sri Aji Maha Sirikan, Sri Aji Wijaya Tanu.
Pada saat I Dewa Agung Made menjadi raja di Peliatan, Ida Tjokorda Gde Karang di Padang Tegal Ubud. Ida Tjokorda Tangkeban di Padang Tegal Ubud. IDA Tjokorda Tangkeban di tugaskan di Ubud. Banyak Pura kemudian berdiri di Ubud dalam masa pemerintahan beliau.
Pada saat Ubud mulai berkembang, dan menjadi daerah Manca, Ida Tjokorda Tangkeban meninggalkan Ubud menuju Jegu, daerah Tabanan, sedangkan Ida Tjokorda Gde Karang membangun Puri di sebelah selatan Ubud, dekat dengan Sukawati, diberi nama Puri Negara di Desa Negara. Jadilah Ubud tanpa pemimpin. Atas inisiatif dari seorang keturunan Bendesa Mas yang tinggal di jungut, maka menghadaplah para masyarakat Ubud ke Puri Peliatan, tujuannya adalah nuhur pemimpin untuk Ubud, agar ada yang mengatur kegiatan dan ekonomi, keagamaan, dan kemasyarakatan di Ubud.
Oleh raja Peliatan saat itu, Ida Tjokorda Batuan, di perintahkanlah Ida Tjokorda Putu Kandel, trah Dalem Sukawati untuk memimpin Ubud. Ida Tjokorda Putu Kandel sebagai pemimpin Ubud kemudian mendirikan Puri Saren Kangin Ubud. Perkiraan angka tahun 1823 sampai dengan 1850, setelah Ida Tjokorda Putu Kandel wafat, digantikan oleh putranya, yang bernama Ida Tjokorda Putu Sukawati. Pada masa kepemimpinan beliau, Ubud semakin maju di berbagai bidang.
Di bidang seni dan budaya maupun spiritual Ubud mulai menggeliat dengan dibuatnya Baring Ket sebagai sesuhunan bertujuan sebagai alat pemersatu masyarakat. Kegiatan adat, agama, dan yadnya lainnya yang semarak di wilayah Ubud telah mengilhami masyarakat sehingga tumbuh dan berkembangnya seni dan kebudayaan di kawasan ini. Merupakan kesatuan yang tidak bisa terpisahkan antara agama, adat dan budaya serta kehidupan masyarakat sehari-hari.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!