Mengapa wanita perlu mandiri finansial?
payanadewa.com |
Wanita setelah menikah, menjadi orang lain di rumah kelahirannya sendiri, menjadi orang asing di rumah keluarga suami.
Mengapa wanita perlu mandiri finansial?
payanadewa.com |
Wanita setelah menikah, menjadi orang lain di rumah kelahirannya sendiri, menjadi orang asing di rumah keluarga suami.
Di Bali masyarakatnya sangatlah peka terhadap apapun yang ada disekelilingnya, dari hal yang besar sampai hal yang paling kecil sekalipun.
Merawat alam adalah pokok ajaran agama Hindu Bali, menjaga keseimbangan sebagai ajaran adi luhung para pendahulu. Terlepas dari merawat bhuana agung atau alam, bagi orang Bali yang identik dengan kesucian, merawat diri tentu saja menjadi pedoman utama, namun dalam hal ini bukan merawat diri dalam artian berhias, selain dengan cara melukat, dalam keseharian bahkan dalam memotong rambut pun orang Bali sangat fanatik dalam memilih hari yang baik untuk memotong rambut. Entah bagaimana dan sejak kapan hal itu sangat dipercayai dan dipegang teguh oleh kalangan masyarakat sampai saat ini.
Rambut adalah mahkota yang harus dirawat secara baik, bukan saja dengan shampoo, namun dalam artian juga dirawat dengan kesucian, bagi orang Bali apapun yang posisinya di atas seperti rambut yang keberadaannya di kepala, haruslah dijaga.
Di Bali disebut dengan saptawara masing-masing dipercayai memiliki pengaruh yang sangat besar dengan kehidupan. Termasuk dengan hari baik yang dipilih untuk memotong rambut, notabenya hari yang dipilih kebanyakan orang adalah hari Rabu, hari Rabu adalah harinya Dewa Wisnu, simbol memelihara, memelihara kebaikan, hari Rabu juga identik dengan hari raya besar Hindu seperti Buda Cemeng, Buda Kliwon. Sehingga kebanyakan di saat hari itu tukang cukur di Bali di mana-mana biasanya akan padat pengunjung.
Hari yang uripnya besar (pancawara dan saptawaranya), karena jika memotong rambut di hari yang baik, maka akan berpengaruh juga pada kehidupan dan kelancaran rejeki. Namun selain itu, menurut masyarakat, ada juga hari ataupun dewasa yang dipantangkan untuk memotong rambut, bahkan itu berlaku sampai sebulan lamanya, tepatnya adalah di saat mulai menjelang Galungan sampai setelah Kuningan, atau dikenal masyarakat dengan Nguncal Balung, selama itu masyarakat mengatakan pantang sekali untuk memotong rambut dan juga melaksanakan kegiatan yang tingkatannya besar.
Karena dikatakan akan berpengaruh buruk pada yang akan dikerjakan. Nguncal artinya membuang kemudian balung artinya tulang. Nguncal balung, bisa diartikan sesudah penampahan tidak diperbolehkan lagi nampah buron, tidak boleh lagi ada rah.
Tentang lokal genius yang berkembang di daรฉrah bahwa tidak boleh memotong rambut selama nguncal balung, ditafsirkan rambut dalam konsรฉp Siwa adalah sebagai lambang nafsu, tidak memotong rambut pada saat itu diartikan tidak memotong jalan menuju Hyang Widhi. Beliau lanjut menjelaskan, nafsu itu tidak mesti dihilangkan, namun perlu dikendalikan, itu sebabnya rambut seharusnya di sisir sebelum melaksanakan acara.
Kita tidak tahu menghilangkan hawa nafsu, namun kita mengetahui pengendalian nafsu, karena nafsu itu juga penting sebagai semangat hidup, namun jangan sampai pula nafsu yang menguasai diri, namun kita yang harus menguasai nafsu tersebut Kemudian jika dikaitkan dengan mengapa di saat matelubulanan dan metatah rambut di potong sedikit, dijelaskannya, itu juga adalah sebagai simbol mengendalikan nafsu, di sanalah dibutuhkan pemaknaan dan kesadaran yang lebih.
Simbol dari pengendalian selalu memperhitungkan waktu (kala), kalau kita baik memperhitungkan waktu, maka diharapkan segala kebaikan akan tercapai.
Semua pasangan menjalin hubungan sampai jenjang pernikahan pasti ingin hubungan mereka erat sampai menutup usia/kakek-nenek. Di tengah-tengah hubungan berjalan pasti ada saja getaran, masalah-masalah yang datang bisa di selesaikan secara cepat dengan membicarakannya bersama dan memperbaiki yang buruk.
Namun, jika ada pasangan entah si suami atau si istri berkhianat dan tidak setia, jalan akhir adalah bercerai. Dalam Hindu dan di kutip dari Reg Weda bahwa perceraian itu sudah melanggar Yadnya yang sudah dilakukan. Namun pasangan suami dan istri ingin berpisah tentu sudah dipikirkan dengan matang dari kedua belah pihak.
Baca Juga: Cara Memilih Hari Baik Menikah Menurut Hindu Bali (Dewasa Ayu Nganten)
Proses Perceraian Dalam Hindu Dengan Istilah Tri Upasaksi.
Artikel diolah dari:
Keputusan Majelis Utama Desa Pekraman Bali(MUDP)
Sudah setahun Bali tidak di kunjungi wisatawan, para pekerja wisata pun tak ada pemasukan.
Mungkin judul tulisan ini sedikit menyinggung dan membuat laki-laki Bali marah. Tapi memang kenyataan dilapangan memang wanita Bali lebih (Tuyuh) pekerja keras dan tahan banting.
Bisa Anda lihat, banyak wanita Bali yang bekerja sampingan untuk menambah uang untuk rumah tangga mereka. Coba bisa kita lihat ada wanita Bali yang meburuh ngajang bias, meburuh ngajang kayu, dan jualan Banten dan busung... itu hanya contoh yang saya lihat, berat tidak?
Memang saat ini zaman sudah maju, banyak orang yang tak percaya akan kejadian-kejadian yang meliputi seorang pria ataupun suami yang kena Penangkeb (ilmu penakluk pria/suami.
Namun, masih banyak yang terdengar di masyarakat bahwa ada saja cerita/opini tentang seseorang pria yang terkena Penangkeb ini. Bukan saja dari si istri ke suaminya, tapi tentang wanita lain kepada suami orang, ini terbukti dari saya si penulis!
Tentang Penangkeb, bisa baca disini...
Cara Mengobati Pria atau Suami yang Kena Penangkeb
Banyak cara yang pernah kita dengar untuk menyembuhkan Penangkeb ini dengan melukat, dan mendatangi Balian (orang pintar tapi masih saja belum bisa sembuh karena terlalu dekatnya si pria/suami dengan Wil (selingkuhannya) itu yang memang agak susah untuk di sembuhkan.
Namun, ada cara yang paling jitu untuk menyembuhkan Penangkeb dari Prempuan yang suka menggerogoti suami orang.
Caranya adalah lukat dengan "enceh bangkung buang" air kencing babi wanita.
Ini adalah cara ampuh yang bisa menyembuhkan Penangkeb suami Anda, dan sudah terbukti dari beberapa orang.
Car Lukat bisa ketis-ketis (bilas) air kencing babi di tempat tidur suami 3x saja, yang pastinya dengan doa dan percayaan Anda.
Cerita dari tetua...
Beberapa hari ini masyakarat khususnya di Bali sering ada kejadian, dinama rumah/paumahan kemasukan ular, kadang ular tersebut berada di tempat tidur, ular didalam almari/bupet, ular di kamar mandi, dan tempat lainnya di dalam rumah.
Ong aditya syaparanjotir, rakta teja namas tute, sweta pangkaja madyaste, baskara ye namah swaha. ong hrang hring sah parama siwaditya ye namah swaha
Ong, na, ma, si, wa, ya, ang, ah, ong, ing, siwa druwa resi maha sidhi ya namah swaha
Om pakulun sang hyang siwa raditya, sang hyang wulan lintang tranggana, meraga sang hyang triodasa saksi, sang hyang siwa guru, sang hyang siwa druwa resi, saksinin manusanira angaturaken tadah saji pawitra sprakaraning daksina, anyenengana bethara kabeh, manusanira kekeneng prawesa durmengala ring paumahan ipun marupa ula, mangke manusanira anadaha tirtha panglukatan, sehananing prawesa durmangala ring paumahan muah ring sariran ipun sang
Adruwe umah. Asung kertha nugraha bhetara ngeyogani pinunas manusanira mangda luput ring sarwa lara wigna, matemahan menadi amertha urip waras dirgayusa
Om sidhi rastu ye namah swaha
Sa, ba, ta, a i,sarwa bhuta ya namah swadaNdah ta kita sang bhuta prewesa-prawesi, sang bhuta durwesa-durwesi, sang bhuta durmengala, sang bhuta widura sandhi, maka kala wadwan sira kabeh, mari sira mona, apan sira manadi utusan hyang siwa ruwa resi arpa ula, mangke ingsun paweh sira tadah saji sanggraha, iki tadah sajinira, ngeraris amukti sari, wus amukti raris sumurup sira menadi widyadara-widyadari, aluara sira sakeng paumahan muah sariran ingsun sang adruwe umah, paweha ingsun urip waras, dirgayusa ring kahuripan. ong ing namah.
Ong bhuktyantu durga ketara, bhuktyantu kala mewaca, bhuktyantu sarwa bhutanam, bhuktyantu pisace sanggyem. Ang...Ah, mertha bhuta ya namah swada, Ang, Ung, Mang, siwamertha ya namah swada
A, Ta, Sa, Ba, I, Sarwa bhuta murswah wesat, Ang...Ah
Ong jalasidhi maha sakti, sarwa sidhi maha tirtha, sarwa tirtha manggala'ya, sarwa papa minasaya, ong sriyam bhawantu, ong sukham bhawantu, ong purnam bhawantu
Ong hyang angadakaken sari, ong hyang anyumputaning sari, ong hyang angisepaning sarining yadnya lunga-sari-teka-sari (3x) ang ah amertha sanjiwani ye namah swaha ang, ung, mang, siwamertha ye namah swaha.
Ong anugeraham manuharam, dewa datta nugerahakem, yarcanam sarwa pujanam, namah sawra nugerahakem, dewa-dewi maha sidhi, yadnya khartem mulat midem, laksmia sidhis'ca, dirgahayu nirwigna suka werdhi tahPercikan tirta-tirtha ini ke sanak keluarga:
Terkadang memang banyak umat kebingungan tentang Pelinggih di Natah Pekarangan (halaman rumah).
Saat sembahyang, banyak umat yang masih kebingungan dengan Pelinggih di Natah Pekarangan, dan siapa beliau yang kita sembah disana?
Dari saudara Hindu yang bertempat tinggal di Bali bagian barat Pelinggih di Natah Pekarangan disebut pengijeng dan di Tabanan ada yang menyebut "Taksu". Namun, ada juga yang menyebut Pelinggih surya.
Pelinggih di Natah Ada Dua Jenis Pelinggih Natah dengan Memakai Atap dan Padma Natah
Memang kedua jenis Pelinggih Natah ini memiliki fungsi yang berbeda. Apa saja, yuk simak dibawah ini;
Pemujaan yang di sembah adalah Siwa Reka dan ada juga yang melakukan memohon/ngayat ke Merajan jika di keluarga ada sebelan/ pakubon (Ngayat), pengayengan leluhur, rikala ring pakubon wenten upacara ngaben/kapialang.
Itulah Jenis dan Makna Pelinggih di Pekarangan Rumah, jika ada yang salah tolong di koreksi. Ini adalah pendapat saya yang saya dengar dari pengelingsir (tetua) Tiang (saya).
Ilustrasi photo via sapoiha.com |
Eling (mengingat) Pitutur (Pesan/berpesan) Niang (Nenek) kata ini jika di artikan menjadi selalu ingat pesan dari nenek.
Zaman dulu, mungkin masih ada di beberapa Desa, saat nenek sedang mebase (ngunyah daun sirih) orang Tua dulu berpesan kepada anak/cucunya yang ada di sampingnya, "De Emosi" jangan pernah emosi dalam melakukan segala jurusan apapun, sambil ngunyah daun sirihnya.
Bahasa yang dilantunkan Niang seperti Ini dalam bahasa Bali;
"Yen Cening state Emosi, Nto ngainan Cening Sukeh...
Sukeh Ngalih Gehaen - Rejeki Cening Ngekoh...
Sukeh Seger (Gelem-geleman)
Sukeng Kedemenin Anak...
Sukeh Ngai Demen...
Keto Nyan Cening...
Banyak sudah kita jumpai cara-cara agar aura rumah kita baik dan bagus untuk kedamaian penghuninya. Mulai dari hal-hal tabu dan sampai memakan biaya yang tak sedikit untuk memohon kepada orang suci/pintar untuk membantu menetralisir aura rumah kita dari unsur negatif.
Namun, tidak pernah kita sadari bahwa sesuatu yang kita cari itu ada di sekeliling kita, bahkan kita gunakan setiap hari untuk memasak. Garam dan Air Beras, atau air banyu beras.
Air beras ini sangat memiliki khasiat yang ampuh menangkal berbagai hal yang berbau magic, salah satu menetralisir Aura Negatif Pekarangan Rumah.
Baca juga: 10 Pekarangan Yang Tidak Baik di Tempatkan
Selain bisa digunakan menyubur tanaman, air beras dan garam bisa menyembuhkan segala penyakit magic, dan Menetralisir Pekarangan Rumah dari Aura Negatif.
Cara Menetralisir Pekarangan Rumah dengan Air Beras dan Garam
Menurut dari kajian Sastra Dasa Aksara, Air Beras memiliki kekuatan dari Dewi Sri dengan Sewanya Bhatara Wisnu (Dewa Air) dalam ajaran Hindu. Yang mana air merupakan pembersih, bila dioperasikan menjadi air suci untuk pemarisudha. Jika Air Beras di campur Garam berarti mempertemukan kekuatan dari Dewi Sri dan Bhatara Wisnu dimana memiliki kekuatan untuk melebur unsur Mala, Leteh, letuh, di Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
Caranya;
Untuk menetrlisir tubuh yang sakit akibat magic :
Jika Anda Percaya dengan Adanya Hyang Widhi/Tuhan yang Maha Kuasa... Anda wajib percaya dengan Hal ini.
Kembali lagi dengan kepercayaan Anda.. semoga artikel ini bermanfaat.
Ilmu Penangkeb merupakan ajaran Ilmu gaib yang seketika membuat sang suami tunduk, dan mematuhi segala keinginan sang istri.
Ini merupakan cara halus dari tindakan istri jaman dulu di pulau Bali dari kekesalannya kepada sang suami yang melakukan KDRT ( kekerasan dalam rumah tangga).
Ilmu "Penangkeb" adalah sarana gaib agar orang lain/orang banyak menjadi tunduk dan mematuhi perkataan kita.
Dengan menguasai ilmu Penangkeb ini, Orang tersebut bisa mengendalikan, mengarahkan atau menguasai orang lain dengan keinginannya dengan bantuan makhluk halus.
Kebanyakan ilmu Penangkeb ini digunakan oleh perempuan atau sang istri agar pria atau suaminya menjadi penurut. Ilmu Penangkeb ini bisa didapatkan di dukun yang menganut ilmu hitam.
Baca Juga: Cara Menyembuhkan Ilmu Penangkeb
Di kalangan penekun ilmu spiritual ilmu Penangkeb ini tak jauh dari ilmu pengeleakan. Jika menggunakan ilmu Penangkeb ini lama-lama seorang itu bisa menguasai ilmu pengeleakan itu sendiri tanpa ia sadari.
Ciri- ciri Seorang Pria/Suami yang Kena Ilmu Penangkeb
Pada situasi seperti ini yang tadinya sang istri yang tersakiti KDRT atau Sang Wanita yang Ingin membuat si Pria tekuk lutut kepadanya, langsung;
Masyarakat Hindu di Bali hingga saat ini masih banyak yang kita lihat melaksanakan tradisi budaya yang dipercaya dan dilaksanakan dengan benar dalam tradisi turun-temurun. Namun, disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak lagi menjalankan tradisi tersebut dengan berbagai alasan. Dan ada juga yang “sekedar” melaksanakan tradisi-tradisi ini tanpa memahami secara mendalam maksud dan tujuan dari tradisi tersebut.
Didalam ajaran agama Hindu, ada empat tujuan hidup manusia yang disebut ‘Catur Purusa Artha’ yaitu:
…O suami yang bodoh, yang penuh kejantanan, saya melarang engkau melakukan senggama pada waktu subuh dan waktu matahari memancarkan sinarnya”.
Hendaknya seorang suami dan istri yang menghendaki hidup langgeng dalam berumah tangga, menghindari untuk melakukan senggama pada bulan mati (tilem), paruh terang dan paruh gelap ke delapan (8), paruh terang
seseorang tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual pada saat hari Sivaratri (sehari sebelum bulan mati), dan juga dilarang melakukan pemujaan atau sembahyang kepada Tuhan usai melakukan hubungan seks sebelum mandi, dengan kata lain suami istri wajib hukumnya untuk menyucikan diri (mandi) jika hendak melakukan pemujaan kepada Tuhan setelah melakukan hubungan suami istri".
Wahai orang yang tidak memiliki tata krama, kamu melakukan hubungan suami istri pada saat Sivaratri.