Terkadang memang banyak umat kebingungan tentang Pelinggih di Natah Pekarangan (halaman rumah).
Saat sembahyang, banyak umat yang masih kebingungan dengan Pelinggih di Natah Pekarangan, dan siapa beliau yang kita sembah disana?
Dari saudara Hindu yang bertempat tinggal di Bali bagian barat Pelinggih di Natah Pekarangan disebut pengijeng dan di Tabanan ada yang menyebut "Taksu". Namun, ada juga yang menyebut Pelinggih surya.
Pelinggih di Natah Ada Dua Jenis Pelinggih Natah dengan Memakai Atap dan Padma Natah
Memang kedua jenis Pelinggih Natah ini memiliki fungsi yang berbeda. Apa saja, yuk simak dibawah ini;
- Sanggah Natah Beratap: Di Pakai Secara Umum
- Sanggah Natah Panda: Dipakai Oleh Yang Menjadi Pemangku atau Jro Balian
Pemujaan yang di sembah adalah Siwa Reka dan ada juga yang melakukan memohon/ngayat ke Merajan jika di keluarga ada sebelan/ pakubon (Ngayat), pengayengan leluhur, rikala ring pakubon wenten upacara ngaben/kapialang.
Itulah Jenis dan Makna Pelinggih di Pekarangan Rumah, jika ada yang salah tolong di koreksi. Ini adalah pendapat saya yang saya dengar dari pengelingsir (tetua) Tiang (saya).
Om suastiastu,
ReplyDeleteSaya ingin menyampaikan cerita yang pernah saya dengar dari dua narasumber. Narasumber pertama mengatakan bahwa pelinggih di natah pekarangan, yang biasa disebut pengijeng di Denpasar, sejarahnya adalah perang antara Badung dan Mengwi. Sebagai wujud kesiagaan semua senjata harus diletakkan di tengah pekarangan sehingga saat situasi genting kita dengan cepat bisa membentengi diri menghadapi musuh. Ketika senjata disiagakan di natah pekarangan itu harus kita "ijengin" sehingga tempat itu disebut "pengijeng". Narasumber yang kedua, mantan ketua perpustaan lontar di Fakultas Ilmu Budaya Unud (alm), mengatakan bahwa manifestasi ISWW yang malinggih di pengijeng adalah Sanghyang Prana. Di sini tempat memohon "keberanian, keikhlasan" menjelang menghadapi perang. Tampaknya kedua informasi dari dua narasumber ini ada benang merahnya. Semoga menjadi bermanfaat untuk bersama-sama mencari kebenaran.
Om Cantih, Cantih, Cantih, Om
I Made Madia
md_madia@unud.ac.id