Jenazah Yang Lama Tak di Aben Akan Menjadi Butha Cuil

iasanya prosesi Ngaben dilaksanakan segera setelah mendapatkan hari baik. Namun, ada juga yang mengubur jenazah terlebih dahulu selama beberapa waktu, karena mempertimbangkan soal dana hingga cukup untuk melaksanakannya. Tapi, ada batasan waktu khusus yang tak boleh dilanggar karena akan berdampak buruk bagi yang meninggal dan keluarganya.

Jenazah orang yang telah meninggal berpuluh puluh tahun dan tidak diaben diyakini akan menjadi Bhuta cuil. Bhuta Cuil adalah Bhuta atau makhluk halus yang umumnya selalu mengganggu kehidupan manusia (prati sentana). Jadi, roh manusia yang telah meninggal puluhan tahun, namun belum dilaksanakan upacara Ngaben berisiko akan menjadi Bhuta Cuil.


Baca Juga Makna Pengijeng Karang atau Penunggun Karang Untuk Kerahayuan Pekarangan Rumah, karena jika tidak diupakara yang benar akan ditempati Butha Cuil.

Dalam filsafat Samkhya disebutkan, bahwa Purusa dan Prakerti saling tarik menarik. Oleh sebab itu, ketika manusia meninggal, maka unsur Prakerti (badan kasar) yang terdiri dari Panca Mahabhuta (Raga Sarira) harus dibersihkan dengan cara upacara Ngaben, sehingga unsur Purusa yang disebut Atman atau Antahkarana Sarira serta Suksma Sarira akan menjauh dari tarikan Prakerti," yang kami kutip dari tulisan BaliExpress.

Banyak Sastra yang menjelaskan, manusia dalam ajaran agama Hindu terdiri dari tiga lapisan, yaitu Raga Sarira, Suksma Sarira, dan Antahkarana Sarira (Atman).Raga Sarira merupakan badan kasar, yaitu wujud yang dapat dilihat yang terdiri dari unsur  Panca Mahabhuta. 

Unsur  Panca Mahabhuta, yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, dan Akasa. Sedangkan Suksma Sarira merupakan badan astral atau disebut juga badan halus yang terdiri dari alam pikiran (citta), perasaan (manah), keinginan (Indria), dan nafsu (Ahamkara). Kemudian, Antahkarana Sarira merupakan Atman atau bagian dari Ida Sang Hyang Widhi yang menyebabkan hidup, atau yang disebut juga Sang Hyang Atman.

Jika Antahkarana (Atman) masih dipengaruhi oleh Suksma Sarira, maka Atman tersebut masih terikat nafsu dan keinginan yang semena - mena. Hal itu biasanya terjadi pada mereka yang sudah meninggal cukup lama, namun Raga Sariranya masih dititipkan di Ibu Pertiwi. Itulah cikal bakal dari Bhuta Cuil. Mereka seharusnya sudah bersih, namun karena Raga Sariranya masih, otomatis Suksma Sariranya akan mengikat Antahkarananya dan membuat mereka kebingungan di Mercapada, paparan Hindu Bali.

Roh yang sudah menjadi Bhuta Cuil biasanya akan mengganggu keluarga yang ditinggalkan. Secara niskala mereka akan berusaha mengganggu, menggoda agar keturunannya segera melaksanakan prosesi Pangabenan. "Atman itu bersih dan suci. Tapi kalau roh dia masih terikat Suksma Sariranya. Karena itu roh roh bisa gentayangan, apa lagi yang meninggal Salah Pati, biasanya masih memiliki nafsu, dan keinginan sama seperti halnya manusia," tertulis.

Untuk menangani jenazah yang puluhan tahun telah dititipkan di Ibu Pertiwi, lanjutnya, ada rangkaian khusus yang dilaksanakan dalam prosesi Pangabenan yaitu upacara Pangaskaran. " Pangaskaran merupakan upacara inisiasi roh agar dari Preta menjadi Pitra. Itulah sebabnya dalam upacara Pangabenan memerlukan upacara Pangaskaran (askara atau inisiasi roh). Tujuannya, agar roh tersebut bersih atau terbebas dari Suksma Sarira.

Yang dimaksud Preta adalah roh yang masih diikat oleh Suksma Sarira. Sedangkan Pitra adalah Atman atau Antahkarana Sarira yang telah bebas dari pengaruh Suksma Sarira. Ia menekankan, dalam upacara Ngaben haruslah melakukan upacara Pangaskaran agar Atman tersebut bersih atau bebas dari ikatan Suksma Sarira. "Jadi, upacara Pangaskaran adalah upacara askara atau upacara penyucian atau pentasbihan atau padwijatian roh, dari roh yang disebut Preta diabhiseka (diubah) menjadi Pitra.

Yang berhak untuk melaksanakan inisiasi atau Pangaskaran hanyalah seorang sulinggih yang sudah lengkap melaksanakan upacara Mapulang Lingga. Kenapa hanya sulinggih? "Sulinggih kan sudah melalui upacara Mapulang Lingga, artinya sudah bersih atau Atmannya sudah terbebas dari Suksma Sarira, sehingga bisa menghantarkan Atman.  Sulinggih yang belum Mapulang Lingga tidak diperkenankan untuk muput prosesi Pangaskaran,"tegasnya.

Ida Rsi Waisnawa  mengimbau kepada masyarakat untuk segera melaksanakan kewajibannya melaksanakan upacara Ngaben untuk orang tua atapun leluhurnya yang masih dititipkan di Ibu Pertiwi. "Kalau alasannya karena biaya, ikutkan saja Ngaben massal atau Krematorium. Dari segi biaya murah, jangan sampai karena kita gagal melaksanakan kewajiban, orang tua kita berakhir menjadi Bhuta Cuil dan tidak bisa ke tempat sunya.


Ini Bukti Tanaman Kamboja Di Halaman Rumah Menetralkan Unsur Negatif


Ini Bukti Tanaman Kamboja Di Halaman Rumah Menetralkan Unsur Negatif

Bunga kamboja atau dengan nama Latin Plumeria, ditemukan oleh seorang botanis berkebangsaan Perancis yang bernama Charles Plumier. Bunga ini dulu hanya kita jumpai di tempat-tempat yang berbau religi dan mistis seperti Kuburan dan tempat-tempat lain. Namun, kini hal itu sudah berubah menjadi tanaman penghias dimana-mana. Bunga ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan Negara Kamboja sebab bunga ini ternyata berasal dari Amerika Tengah yang meliputi Equador, Colombia, Cuba, Venezuela, dan Mexico.

Keberadaan atau masuknya bunga ini ke Indonesia hingga kini belum diketahui tepat waktunya. Namun, bunga kamboja diperkirakan pertama kali dibawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis dan Belanda yang mana keduanya merupakan bangsa yang peduli terhadap lingkungan dan sangat menyukai alam tropis. Diperkirakan kamboja asli Indonesia adalah bunga kamboja yang berwarna putih dengan bagian dalam berwarna kuning di mana kuntumnya tidak terbuka penuh serta berukuran kecil. Bunga kamboja tumbuh subur di dataran rendah sampai pada ketinggian 700 meter namun, secara umum tanaman ini bisa tumbuh subur di semua tempat.

Pohon kamboja sangat baik ditanam di halaman rumah karena diperxaya untuk keberuntungan mendatangkan rezeki. Dalam fengshui, pohon kamboja dipercaya mampu menarik dan menciptakan chi serta memurnikan energi buruk yang ada di lingkungan rumah. Untuk perumahan, pohon kamboja sebaiknya di tanam di sektor bagian timur atau tenggara dari posisi rumah.

Menanam pohon kamboja dengan penempatan yang tepat mampu membawa rezeki untuk penghuni rumah. Selain itu, energi pohon kamboja juga dianggap dapat menetralisir Mikroba Negative karena pembusukan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa pohon kamboja juga banyak di tanam di kuburan dapat menetralisir energi negatif.

Selain itu, bunga dari pohon kamboja juga sering dikonsumsi sebagai obat herbal dan dikatakan untuk memurnikan energi tubuh juga mengurangi bau keringat yang menyengat. Kalau dimakan, buang ujung dekat tangkai yang bergetah seperti kulit apel. Restoran Internasional di Bali sering menyiapkan bunga kamboja ini dalam menu-menunya yang disajikan seperti daun selada d3ngan dimakan mentah.

Pohon kamboja membawa perbaikan chi yang sangat baik dan bahkan yang terbaik untuk mendatangkan rezeki. Chi dari pohon kamboja meningkatkan kualitas chi yang ada di sekitarnmya. Jenis kamboja yang baik adalah dengan bunga merah, putih dan bungnya yang terbaik adalah jenis sudamala yang berwarna putih kekuningan.

Cara Menetapkan Hari Otonan, Banten dan Caranya Lengkap Disini



Otonan berasal dari kata “pawetuan”, yaitu peringatan hari lahir menurut tradisi agama Hindu di Bali yang didasarkan pada Sapta wara, Panca wara, dan Wuku. Dalam kalender Bali otonan dirayakan setiap 210 hari(setiap 6 bulan).

Dalam tradisi agama Hindu di Bali tidak mengenal adanya hari ulang tahun dikarenakan mempunyai sistem perhitungan hari kelahiran yang berbeda.

Makna Otonan

Otonan tidak mesti dibuatkan upacara yang besar dan mewah, yang terpenting adalah nilai rohaninya, sehingga nilai tersebut dapat mentransformasikan pencerahan kepada setiap orang yang melaksanakan otonan.

Tidak ada gunanya otonan yang besar namun si anak tidak pernah diajarkan untuk sungkem dan hormat pada orang yang lebih tua, akan sia-sia upacara otonan itu jika hanya untuk pamer kepada tetangga.

Otonan harus dapat merubah perilaku yang tidak benar menjadi tindakan yang santun, hormat, bijaksana dan welas asih baik kepada orang tua, saudara, dan masyarakat.

Otonan yang dilaksanakan dengan sadhana akan mengarahkan orang tersebut kepada realisasi diri yang tertinggi. Karena dalam upacara otonan terkandung makna bahwa kita berasal dari Brahman dan harus kembali kepadaNya.

Pentingnya Otonan

Jika dalam tradisi Hindu Bali merayakan hari ulang tahun bukanlah merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan akan tetapi beda halnya dengan Otonan. Karena di hari itu kita memanjatkan puja kepada Sanghyang Widhi karena atas perkenan-Nya roh/ atma bisa menjelma kembali menjadi manusia, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menempuh kehidupan.

Dalam penetapan hari otonan tidaklah boleh asal-asalan atau tidak boleh keliru. Karena dalam lontar pawacakan dan lontar jyotisha, jika keliru dalam penetapan otonan anaknya akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Cara Menetapkan Hari Otonan

Dalam menentukan hari otonan yang harus dijadikan patokan adalah sistem kalender Saka-Bali. Yang mana dalam pergantian hari atau tanggal yaitu ketika matahari terbit(sekitar jam 6 pagi).

Jika untuk bayi, otonan pertama kali dilakukan ketika sudah berumur 105 hari, karena organ tubuh dianggap sudah berkembang sempurna dan semua panca indra sudah aktif,dimana panca indra anak itu dapat membawa dampak positif dan negatif pada kesucian jiwa,sehingga harus di lakukan Otonan /upacara tiga bulanan.Dimana jika belum di lakukan Otonan /diupacarai tiga bulanan, maka anak itu masih “Cuntaka” atau  belum suci.

Sarana Upacara Otonan

Dalam upacara otonan yang sederhana sarana cukup sebagai berikut:

Banten Pejati (untuk Bhatara Guru/Kemulan). Dapetan (sebagai tanda syukur) dan Sesayut Pawetuan (untuk Sang Manumadi),s (untuk Bhuta) dan dapat diisi kue Taart di atasnya dikasi canang sari dan dupa, kemudian didoakan.


Dalam prosesi otonan, terdapat sebuah simbolis yaitu pemasangan gelang ditangan berwarna putih.  Kenapa menggunakan benang? karena benang mempunyai kontotasi “beneng” dalam bahasa bali halus. Yang dapat diartikan 2 hal yaitu:

Karena benang sering dipergunakan sebagai sepat membuat lurus sesuatu yang diukur.ini maksudnya agar hati yang otonan selalu di jalan yang lurus/benar
Benang memiliki sifat lentur dan tidak mudah putus sebagai simbol kelenturan hati yang otonan dan tidak mudah patah semangat.

Mantra/Doa Dalam Otonan

Mantra yang bisa digunakan dalam otonan yaitu sebagai berikut:

Mabya kala /bya kaon

Om shang bhuta nampik lara sang bhuta nampik rogha,sang bhuta nampik mala,undurakna lara roga wighnanya  manusanya.Om sidhirastu Yanama Swaha.
Matepung tawar

Om purna candra purna bayu mangka purnaya manusa maring marcepada kadi langgenaning surya candra vmangklana langgenganipun manusyania Om sidhirastu ya nama Swaha.

Mesesarik

kening;             om sri sri ya nama swaha
 bahu kanan:      om anengenaken phala bhoga ya nama swaha

 bahu kiri  :        om angiwangaken pansa bhaya bala rogha ya nama swaha
 telapak tangan :    om  ananggapaken   phala bhoga ya nama swaha

tengkuk :            om angilangaken  sot papaning wong ya nama swaha
dada :              om anganti ati sabde rahayu
Matebus benang

om angge busi bayu premana maring angge sarire

Natab sesayut

Dalam natab sesayut ada 2 mantra yang bisa dipergunakan untuk otonan sederhana

1. sesayut bayu rauh sai

om sanghyang jagat wisesa ,metu sira maring bayu, alungguh maring bungkahing adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah.
om ung sanghyang antara wisesa , metu sira maring  sabda, alungguh maring madyaning adnyuana sandi
om om sri sri paduka guru ya namah .
om mang sanghyang jagat wisesa . metu sire maring idep. alungguh maring tungtungngin adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah

2.sesayut pangenteg bayu

om dabam jaya bayu krettan dasa atma dasa premanam  sarwa angga m,a sariram wibbbbuh bhuanam dewat makam


Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Jika dalam penjelasan artikel ada yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Dan jika ada semeton yang belum tahu pasti hari otonannya bisa meninggalkan komentar dengan menyebutkan tanggal,bulan dan tahun lahirnya. Kami akan mencoba mencari hari otonannya. Suksma…

Beberapa Video Cara Membuat Banten Otonan


(sumber inputbali)

Besarnya Dosa Selingkuh Menurut Hindu, Baca Dulu, Mungkin Anda Tidak Jadi Melakukannya



Payanadewa.com memang  indah saat masa berpacaran, cinta yang menggebu-gebu dan begitu besar bahkan seakan-akan mungkin tiada batas, tapi perlahan namun pasti terasa “memudar” saat mereka berumah tangga atau terikat dalam ikatan perkawinan. Bertambahnya umur, kesibukan mengurus rumah tangga dan anak, membuat kecantikan sang istri tampak memudar. Sang suami yang sibuk dalam pekerjaannya, terkadang dengan berbagai tekanan, hingga sering lupa memberi perhatian kepada sang istri. Saat situasi seperti ini seringkali pasangan mencari pelampiasan di luar rumah. Sang suami ingin menginginkan wanita yang senatiasa cantik, lalu menjalin hubungan dengan perempuan lain. Sang istri yang ingin diperhatikan, berusaha memperoleh perhatian dari lelaki lain, yang menurutnya memberikan rasa bahagia. Inilah awal sebuah perselingkuhan dan goyahnya biduk rumah tangga. Namun sejatinya ada banyak sekali faktor penyebab yang mengawali terjadinya perselingkuhan.

Sekarang ini, perselingkuhan adalah sebuah kasus dan cerita yang marak di masyarakat, dan mungkin bisa dikatakan lagi trend. Kasus ini tidak sekadar terjadi di daerah perkotaan, namun juga di pelosok desa. Tidak sekadar di kalangan berada, kalangan artis, tapi juga kalangan masyarakat biasa.

Selingkuh atau dalam bahasa bali disebut dengan istilah memitra adalah salah satu penyebab utama hancurnya sebuah rumah tangga. Di zaman modern yang serba cepat, instant serta sibuk ini, banyak pria dan wanita yang sudah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan, baik secara agama maupun hukum, tidak mampu memegang teguh ikatan dan janji pernikahan yang mereka nyatakan sendiri dalam ritual upacara dengan Tuhan dan masyarakat sebagai saksinya. Banyak dari mereka yang kemudian terjerumus atau malah menjerumuskan diri dalam kegiatan mencari kepuasan fisik jasmani, memuaskan nafsu seksualnya dengan mereka yang bukan pasangan sahnya.

Sebuah kutipan dari lontar Adi Parwa, mengenai hukum dan dosa seseorang yang melakukan perselingkuhan, dalam  Adi Parwa dikatakan;

Yan hana ta  pwa stri majalun hana swaminya. Bhrunahatya kretam param. Salwiring papaning brunahatya tinemunya, pada lawan papaning amati rare jro weteng patakanya. Mangkana prawrettinya. Mangkana tekang jalu-jalu yawat yan hareping stri patiwrata, mahyuna ring stri brahmacari kunang, mangguhakena brunahtya, papa tinemunya”.


“Jika ada seorang wanita yang sudah bersuami, melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain. Bhrunahatya kretam param. Berbagai dosa siksa neraka akan didapatkannya, sama halnya dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan. Demikian pula bagi para lelaki, yang menginginkan(bernafsu, ingin memiliki istri orang lain) seorang istri yang setia kepada suaminya, menginginkan wanita yang brahmacari, akan mendapatkan neraka yang sama dengan dosa siksa  neraka menggugurkan bayi dalam kandungan”

Seorang wanita yang sudah bersuami, hendaknya tidak menginginkan lelaki lain, begitupun sebaliknya, seorang lelaki yang sudah beristri hendaknya jangan menginginkan wanita lain. Seorang laki-laki baik lajang ataupun sudah beristri hendaknya tidak berusaha merayu seorang wanita yang sudah bersuami, apalagi jika wanita tersebut adalah seorang wanita yang setia pada suaminya. Perbuatan seperti ini dianggap sama dosanya dengan menggugurkan bayi dalam kandungan, dan dosa menggugurkan bayi dalam kandungan sangatlah besar.

Ternyata besar sekali dosa selingkuh tersebut, hingga almarhum Ida Pedande Gunung, mengatakan bahwa dosa selingkuh tidak ada penglukatannya. Namun ternyata banyak orang yang melakukannya, bahkan dijadikan hobi. Kenikmatan sesaat dan petualangan yang didapat dari perselingkuhan tersebut ternyata mengalahkan rasa takut akan dosa neraka. Mungkin inilah pengaruh zaman Kaliyuga, zaman kegelapan bathin, dimana hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama banyak digemari dan malah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah.

Sumber (Ganapatyananda) gedetoya.blogspot.com iwayanwijanegara.com masterleakbali.com

Nunas Baos atau Meluasan Sering Memicu Ketidak Harmonisan Keluarga



Nunas Baos atau Meluasan Sering Memicu Ketidak Harmonisan Keluarga

Kepercayaan akan adanya roh dan leluhur dalam keyakinan masyarakat Bali menjadikan masyarakat Hindu Bali sangat menghormati leluhur maupun mereka yang telah meninggal dalam keluarganya. Sehingga banyak sekali akan kita temukan ritual atau upacara yang bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada roh orang yang telah meninggal maupun para leluhur. Dalam adat, tradisi dan budaya masyarakat Hindu Bali, ada sebuah  ritual yang disebut dengan istilah meluasin atau nunas baos. Nunas berarti meminta sedangkan baos berarti ucapan, jadi nunas baos dapat diartikan meminta atau memohon petunjuk secara ghaib atau mistik kepada para leluhur ataupun roh seseorang yang telah meninggal. Ritual ini adalah sebuah ritual untuk mencari dan mendapatkan sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan yang dilakukan secara ghaib atau niskala dengan perantara, mediator seorang dukun atau seorang jero dasaran. Dukun tradisional bali dikenal dengan sebutan Balian, sedangkan Jero Dasaran adalah seorang yang dianggap mampu berkomunikasi dengan alam ghaib utamanya roh – roh leluhur ataupun roh orang yang telah meninggal. Jero Dasaran adalah semacam seorang mediator antara alam nyata dan alam roh atau alam ghaib. Ritual nunas baos atau meluasin ini biasanya dilakukan oleh sebuah keluarga apabila dalam keluarga tersebut mendapatkan atau tertimpa sebuah musibah, sakit, kematian ataupun apabila akan mengadakan sebuah upacara adat agama yang besar dalam keluarga. Namun yang lebih sering adalah apabila sebuah keluarga tertimpa musibah, sakit atau kematian.

Dalam ritual meluasin atau nunas baos ini, biasanya para Balian atau Jero Dasaran ini akan berusaha berkomunikasi dengan roh para leluhur atau roh orang yang telah meninggal dari keluarga yang bersangkutan. Balian atau Jero Dasaran ini akan mengundang para leluhur dari keluarga yang datang kepada mereka, dengan kemampuan mistik dan mantra. Dalam ritual ini, tubuh Balian atau Jero Dasaran ini akan dirasuki oleh roh atau leluhur yang diundang. Roh atau leluhur yang datang biasanya memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan ciri – ciri fisik dalam kehidupannya terdahulu. Setelah itu para anggota keluarga yang datang dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau tujuan mereka mengundang mereka untuk hadir di dunia. Pertanyaan umumnya berkisar diantara sebab musabab terjadinya sebuah musibah, sakit ataupun kematian ataupun hal – hal lain yang mungkin menjadi ganjalan dalam hati mereka.

Bagi masyarakat tradisional Bali, ritual ini sangat dipercaya dan dianggap sebagai salah satu jalan dalam menanggulangi dan mencegah sebuah kejadian buruk yang sedang menimpa atau akan menimpa. Bagi mereka yang tertimpa sebuah bencana, permasalahan, musibah atau sakit akan meminta berbagai petunjuk dari para leluhur mereka, melalui perantara Balian atau Jero Dasaran perihal apa yang dapat mereka lakukan untuk menanggulangi dan menghilangkan  serta apa yang menjadi sebab terjadinya musibah yang dialami. Petunjuk yang didapat yang dianggap merupakan petunjuk yang diberikan oleh para leluhur mereka melalui perantara Balian dan Jero Dasaran ini. Petunjuk yang paling sering didapat guna mengatasi atau mencegah sebuah hal buruk yang terjadi atau yang akan terjadi adalah petunjuk untuk melakukan sebuah upacara atau ritual khusus dan petunjuk tentang berbagai upakara banten atau persembahan yang mesti dilakukan, kapan waktunya dan dimana serta beberapa petunjuk tentang sebab – sebab yang telah mengakibatkan sebuah musibah, sakit ataupun kematian terjadi. Setelah mendapat petunjuk tersebut maka keluarga yang bersangkutan akan menggelar ritual atau upacara sesuai dengan petunjuk dan arahan yang mereka dapat dari ritual nuans baos atau meluasin tersebut. Tertanggulangi ataupun tidak semua permasalahan, musibah ataupun sakit, setelah pelaksanaan ritual upacara sesuai petunjuk yang didapat bukanlah menjadi tanggung jawab dari Balian atau Jero Dasaran tersebut. Semua dikembalikan pada keyakinan sendiri dari keluarga yang bersangkutan.

Namun yang patut menjadi perhatian dari ritual ini adalah betapa seringnya sebuah keluarga mendapatkan petunjuk yang terkadang malah memicu ketidak harmonisan dalam hubungan sebuah keluarga dan masyarakat. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga,  mungkin inilah ungkapan yang pas untuk menggambarkan hal ini. Karena seringkali bukan petunjuk - petunjuk bijak yang didapat tapi malah petunjuk yang cenderung memprovokasi.masalah. Musibah ataupun hal buruk yang menimpa belum juga teratasi kemudian ditambah atau timbul masalah baru. Tidak jarang sebuah keluarga yang datang pada seorang Balian atau Jero Dasaran untuk memohon petunjuk secara ghaib atau niskala akan sebab dan akan sebuah permasalahan, sakit ataupun kematian mendapat jawaban atau petunjuk yang menyatakan bahwa segala hal buruk yang terjadi di keluarga mereka disebabkan oleh ulah orang lain atau seseorang yang ternyata masih keluarga dekat mereka. Dalam ritual ini betapa seringnya sebab – sebab suatu penyakit dikatakan sebagai ulah orang jahat melalui perantara ilmu hitam,yang di Bali dikenal dengan istilah pengleakan.  Banyak sekali kejadian dimana seorang yang menderita sakit medis namun dinyatakan oleh seorang Balian atau Jero Dasaran menderita penyakit magis. Kemudian menyatakan bahwa melalui petunjuk ghaib penyebab dari penderitaan dan sakit yang mereka derita adalah disebabkan oleh serangan ilmu hitam dari orang yang tidak suka kepada mereka.

Namun yang lebih memprihatinkan adalah  ketika orang yang paling sering dituding dan dituduh sebagai biang kerok dari ilmu hitam tersebut adalah keluarga dekat mereka sendiri. Hal inilah salah satu penyebab utama adanya hubungan yang tak harmonis dalam sebuah keluarga dan masyarakat tradisonal Bali. Meskipun dipermukaan tampak tiada riak, namun di kedalaman bagaikan api dalam sekam. Saling mencurigai, berbagai prasangka buruk timbul dalam pikiran dan hati yang menyebabkan rasa tidak nyaman, tidak aman dalam hubungan keluarga besar. Padahal sebuah keluarga besar semestinya bersatu padu, rukun dan saling mendukung.

Ungkapan "layah gigi nyakitin" yang berarti bahwa keluarga sendirilah yang telah menyakiti atau berbuat jahat, melalui perantaraan "ilmu hitam" adalah sebuah ungkapan yang biasa didengar dalam masyarakat atau keluarga tradisional Bali. Kepercayaan akan ghaib dan mistik yang membabi buta tanpa logika dan pemikiran yang realistis inilah yang banyak menimbulkan banyak permasalahan,utamanya permusuhan baik dalam keluarga ataupun masyarakat tradisional Bali.

Menyikapi hal ini maka betapa pentingnya dibangun kesadaran di dalam diri pribadi dan masyarakat bahwasanya tidak semua hal dapat diselesaikan dengan ritual, upacara dan mistik. Tidak semua hal harus dibayar dengan berbagai upakara dan upacara. Musibah, penyakit dan kematian semua hal tersebut sudah diatur oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bahwasanya sebagai manusia kita tak akan luput dari Suka, Duka, Lara, Pati, kebahagiaan, kesedihan, sakit dan kematian. Bahwasanya kehidupan berputar, kadang diatas kadang dibawah. Kita tak luput dari Rwa Bhineda, baik buruk, suka duka, kelahiran dan kematian. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan dan itu pasti yang terbaik buat umatnya.

Ketika sakit atau mengalami suatu penyakit, berusaha untuk mendapatkan kesembuhan adalah hal yang wajar. Baik usaha melalui pengobatan medis, kedokteran ataupun mungkin secara alternatif. Tidak ada orang yang ingin mengalami sakit, namun "tan hana wong ayunulus", tak ada manusia yang hidupnya selalu baik, selalu lancar atau selalu sehat. Semua pasti pernah atau akan mengalami sakit dan pada akhirnya semua orang akan mati, karena kematian itu adalah hal yang pasti. Menyadari akan hal tersebut, usaha untuk mendapatkan kesembuhan atau kesehatan semestinya jangan membuat kita selalu menyalahkan keadaan dan  berusaha mencari kambing hitam atau mengkambing hitamkan orang lain atas apa yang kita derita.

Memang baik sekali memohon petunjuk tentang suatu hal yang mungkin diluar pengetahuan ataupun diluar nalar kita kepada mereka yang mempunyai pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun akan sangat berbahaya apabila terlalu berlebihan mempercayai  berbagai petunjuk mistik yang diberikan oleh seseorang, yang mungkin saja belum tentu benar adanya. Apalagi jika petunjuk tersebut pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada permasalahan – permasalahan baru. Sebab itulah penting sekali bagi semua orang untuk berusaha memilah, memilih, berpikir secara bijak dengan logika dan nalar serta senantiasa berusaha melihat realitas yang ada.

Disinilah pentingnya untuk senantiasa mawas diri, senantiasa melihat kedalam, introspeksi, jangan selalu menyalahkan keadaan atau orang lain apabila ada kejadian atau hal yang buruk menimpa . Mawas diri berarti senantiasa berpikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk sebelum bertindak. Senantiasa berusaha melihat sebuah permasalahan atau sebuah kejadian dari sudut pandang yang baik dan berusaha memetik hikmahnya. Semua hal yang terjadi dalam kehidupan adalah sebuah pembelajaran kehidupan dari penguasa alam semesta.

Mawas diri berbeda dengan sikap waspada, waspada berarti senantiasa siap akan segala kemungkinan yang terjadi. Namun waspada lebih cenderung adalah sikap saat seseorang sedang dalam sebuah pertempuran atau peperangan. Waspada berarti bahwasanya kita tengah berhadapan dengan musuh atau ada seseorang yang dianggap sebagai musuh. Jadi sikap waspada ini biasanya diawali dengan adanya sebuah permusuhan. Sikap waspada yang berlebihan timbul akibat berbagai prasangka buruk atau rasa curiga. Semakin besar prasangka dan rasa curiga menimbulkan lebih banyak ketakutan dan kecemasan. Berbagai prasangka buruk ini membuat hati dan pikiran tidak tenang. Seseorang yang pikirannya tidak tenang akan akan mudah sekali tersulut amarahnya. Kecemasan, ketakutan, benci, dendam dan amarah semua ini meracuni pikiran, badan dan sel – sel tubuh tanpa di sadari. Kemudian semua pemikiran negatif ini  melemahkan kekebalan tubuh manusia dan membuat seseorang gampang sekali terserang penyakit.

Karena pikiran memiliki peranan yang sangat besar dalam kesehatan tubuh, maka semua hal yang meracuni pikiran akan segera berdampak pada tubuh. Bukannya kesembuhan yang didapat tapi sebaliknya, berbagai penyakit malah tambah lebih mudah menyerang badan. Bukannya orang lain atau ilmu hitam yang ternyata menyebabkan penyakit, namun ternyata segala pikiran buruk sendirilah yang menimbulkan berbagai penyakit, yang tampak sulit sekali diatasi. Bukanya badan yang sakit tapi pikiranlah yang sedang sakit, sehingga ketika didiagnosa secara medis tidak ditemukan adanya sebab – sebab medis dari penyakit yang diderita. Badan ini sehat tapi ia merasa sakit, badan ini kuat tapi ia merasa lemah, itu semua karena pikiran.

Prasangka, amarah, dengki dan dendam adalah racun yang sangat berbahaya bagi pikiran. Sehingga salah satu jalan untuk senantiasa sehat adalah dengan menjaga pikiran. Menjaga pikiran untuk senantiasa berpifikir positif, jauhkan dari segala prasangka dan curiga. Kesadaran bahwa hidup adalah bagaikan putaran roda pedati, kadang dibawah kadang diatas, dan semua pasti tak luput dari yang namanya sakit, hendaknya membuat kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas hidup dan segala kenikmatan serta pembelajaran yang didapat dalam hidup ini dari-Nya. Hidup rukun, harmonis dan saling mendukung dalam kebajikan dalam hubungan keluarga dan masyarakat.  Manusia berkarya dan berusaha namun pada akhir dan hasilnya, Tuhanlah yang menentukan. Berbuatlah yang terbaik dan biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya, dan yakinlah bahwa apapun yang kita dapatkan dalam hidup, itu pasti yang terbaik dari-Nya, karena Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga semua dalam kesehatan yang baik, bahagia dan damai.

Sumber (Ganapatyananda)


12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya


12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya

Cuntaka atau sebelan adalah suatu keadaan tidak suci menurut pandangan agama Hindu. Menurut pengertian kamus Kawi-Indonesia istilah cuntaka berarti cemer (letuh). Berdasarkan keputusan pesamuhan agung PHDP Nomor 015/Tap/PA.PHDP/1984 dipergunakan istilah cuntaka untuk menyatakan suatu keadaan kotor (tidak suci) baik akibat dari kematian maupun hal – hal lain yang dipandang kotor.

Cuntaka dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

Cuntaka karena diri sendiri adalah orang yang dalam keadaan kotor (cemer), sehingga tidak boleh melakukan suatu upacara Agama dan memasuki tempat suci.

Cuntaka yang disebabkan oleh orang lain adalah orang yang dalam hubungan duka karena kematian, sehingga tidak boleh melakukan upacara keagamaan dan memasuki tempat suci kecuali kegiatan yang ada hubungannya dengan upacara kematian tersebut.

12 Jenis Cuntaka dan Penyebabnya 

Ada beberapa penyebab sehingga terjadinya Cuntaka, berikut penyebab dan penjelasannya :

1. Kematian

Jika Kematian yang terkena cuntaka adalah keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orang- orang yang ikut mengantar jenazah, demikian pula alat- alat yang dipergunakan dalam keperluan itu. Batas waktunya disesuaikan dengan Loka dresta dan Sastra dresta.

2. Haid / Mens

Jika Haid / Mens yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dengan kamar tidurnya. Batas waktunya selama masih mengeluarkan darah sampai membersihkan diri.

3. Bersalin

Jika Bersalin atau melahirkan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suaminya beserta rumah yang ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pabersihan dan suaminya sekurang- kurangnya sampai lepas puser bayinya.

4. Keguguran kandungan

Jika Keguguran kandungan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suami beserta rumah yang ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pabersihan.

5. Sakit (kelainan)

Penderita sakit kelainan juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan kemasyarakatan, karena khawatir akan akibat yang ditimbulkan oleh sakit yang dideritanya.

6. Perkawinan

Cuntaka akibat berlangsungnya upacara perkawinan/pernikahan yang dialami oleh kedua mempelai sebelum dibersihkan dengan upacara penyucian (Sampai dengan mendapat tirta pabeakaonan)

7.Gamya gamana

Agamya gamana adalah hubungan seks antara anak dengan orang tua, atau termasuk juga hubungan seks antara saudara kandung.

8. Salah timpal (bersetubuh dengan binatang)

Manusia melakukan hubungan seks dengan binatang. Perbuatan manusia seperti itu adalah merupakan ketidakseimbangan alam, sehingga menyebabkan cuntaka bagi desa adat yang bersangkutan.

9. Kehamilan di luar perkawinan/pernikahan

Terjadinya kehamilan di luar perkawinan/pernikahan dan juga melahirkan tanpa didahului dengan upacara perkawinan/pernikahan, akan membuat ketidakharmonisan keluarga bersangkutan dan juga membuat resah keadaan masyarakat sekitarnya. Cuntaka ini sampai diadakannya dengan upakara beakaon.

10. Mitra Ngalang

Mitra Ngalang yaitu Hubungan seks di luar perkawinan/pernikahan. Yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan kamar tidurnya. Batas waktunya sampai dengan upakara beakaon.

11. Lahir dari kehamilan tanpa upacara

Yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi, anak dan rumah yang ditempatinya. Dengan batas waktu Sampai dengan adanya yang memeras (disahkan sebagai anak sesuai dengan agama Hindu).

12. Melakukan Sad Tatayi

Sadatatayi, merupakan bahagian dari ajaran moral-etika (susila) kita, yaitu perbuatan yang amat buruk serta harus dijauhkan dari pelaksanaan, perkataan dan bahkan pemikiran sekalipun. Ada enam macam kejahatan yang sangat keji, (sad = enam; atatayi = tiran, pembunuh keji) yaitu terdiri dari:


  • Agnida, membakar milik orang lain.
  • Wisada, meracuni orang lain.
  • Atharwa, melakukan ilmu hitam untuk membunuh orang lain.
  • Sastraghna, mengamuk sehingga menyebabkan kematian orang lain.
  • Dratikrama, memperkosa sehingga membuat orang lain kehilangan   kehormatan.
  • Rajapisuna, suka memfitnah sampai mengakibatkan kematian orang.


Upacara dan Upakara Penyucian Terhadap Cuntaka

Penyucian terhadap cuntaka adalah usaha pengembalian keadaan yang dipandang tidak suci, agar menjadi suci kembali, baik berupa benda-benda, bangunan, lingkungan maupun keadaan manusia.Upacara adalah pelaksanaan dari usaha manusia dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Selanjutnya didalam pelaksanaan upacara akan diperlukan perlengkapan-perlengkapan yang disebut upakara.

Bagi umat Hindu, penyelenggaraan upacara keagamaan menggunakan sarana pelengkap (upakara) berupa banten yaitu beberapa jenis bahan yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dilihat dan mempunyai arti simbolis religius keagamaan sesuai dengan fungsi dan pengaruhnya terhadap keadaan tertentu.

Suatu sarana yang tergolong dalam upakara penyucian yaitu prayascita, durmanggala, beakala (beakawon), pedudusan, caru. Dari semua jenis banten tersebut tidaklah terpisah satu sama lainnya, tapi tidak mesti setiap penyucian memakai semua banten tersebut.

Itulah 12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya. Semoga dapat bermanfaat untuk semeton dan mampu menambah wawasan agar tahu apakah langkah yang dilakukan ketika mengalami cuntaka. Jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Sumber inputbali, gedetoya.blogspot.com masterleakbali.com

Cara Membuat Segehan Wong-wongan Beserta Maknanya


Banyak  beredar di facebook dan WhatsApp supaya Umat HINDU Bali membuat segehan  Wong-wongan seperti di foto diatas, untuk menangkal Virus Corona.  Katanya ada yang dapat Pawisik di PURA Pulaki...

Siapa yang dapat pawisik tidak jelas. Pengempon PURA  dan Desa Adat di Pulaki juga TIDAK ADA membuat.

Tapi, ada tapinya. Membuat Segehan ini sangat baik dan sangat berguna untuk Kerahayuan pekarangan kita. Tiang buktikan sendiri dituliskan ini.

Ritual kecil ini diBali disebut nasi wong-wongan atau segehan wong, mungkin bahasa ini serapan dari bahasa Jawa yaitu sego'an. Bagi sahabat yang lain mungkin ritual ini bisa di sebut mengundang setan atau hal-hal aneh lainya, apapun itu saya sangat sulit menjelaskan bagi yang mempunyai keyakinan lain.

Segehan Wong-wongan atau Sego wong ini sesunguhnya lebih tepat di tinjau dari sisi Supranatural sebab nasi berbentuk orang ini lazim di gunakan di bali untuk sesaji atau hal-hal yang berbau mistis yang berhubungan dengan bhuta dan kala. Nah dari sisi supranatural saya sudah membuktikan dan beberapa teman juga sudah membuktikan, ini tidak membutuhkan keyakinan yang kuat, jika sekedar mengujipun boleh saja, nah bagaimana caranya?...

Buatlah nasi berbentuk orang ini dan beralaskan tempat segi empat, tidak boleh bundar atau segitiga. Lalu setelah jadi maka tempatkan nasi ini di depan pintu rumah anda, mulai sore jam 5 ke atas, lalu ucapkan tujuan anda apa?...kalau saya hanya mengucapkan kata " semoga maksud dan pikiran yang baik datang dari segala penjuru".

Cara Membuat Segehan Wong-wongan 

Silahkan anda boleh memakai doa sesuai keyakinan anda,  lalukan membuat dan meletakan sego wong ini selama 9 hari dengan waktu yang sama.
Lalu apa yang akan terjadi?....

Pengalaman saya dan teman saya setelah selesai hari ke 9, sebulan setelah itu ada kejadian aneh, seseorang teman masuk rumah saya dan sampai di dalam dia ga ketemu pintu keluar, padahal pintu keluar besar dan jelas, dan setelah saya tunjukan baru dia bisa keluar.

Makna Dari Pengalaman Saya

Pengalaman teman di Ubud, pada hari ke 17 ada seorang pencuri masuk rumah namun naas pencuri itu pingsan ahirnya ketangkap oleh satpam.

Boleh percaya boleh tidak!
Sego wong ini bukan jampi-jampi, kisi-kisinya adalah setiap bentuk memiliki energy, nah yang paham energy akan sangat mudah paham.
Lain kesempatan saya jelaskan teori energy.....

Ini Dasyatnya Kelapa Gading Untuk Melukat


Ini Dasyatnya Kelapa Gading Untuk Melukat

Kata Melukat adalah berasal dari bahasa jawa kuno yaitu lukat yang artinya bersih, melukat yang simpel bisa kita laksanakan pada mata air /aliran sungai di laut atau pertemuan laut dan sungai kalau di bali biasanya dekat pura segara atau di beji.

Melukat Dengan Kelapa Gading

Kelapa Gading ( Bungkak Nyuh Gading) merupakan salah satu sarana yang sering dipergunakan dalam melukat. Kenapa menggunakan  Kelapa Gading ( Bungkak Nyuh Gading)? Karena Kelapa Gading merupakan simbol dari Siwa Raditya. Siwa Raditya adalah pancaran sinar suci Siwa dalam kekuatan-Nya untuk menyinari dan menjaga yang ada di alam ini.

Sejarah Kelapa Gading Untuk Melukat

Dari sejarah yang coba kami telusuri tentang dasyatnya kelapa gading(Bungkak Nyuh Gading) untuk melukat tidak banyak pembahasan mengenai hal tersebut akan tetapi ada yang menyebutkan bahwa pada jaman dahulu, Ida Pedanda Sakti juga menggunakan klungah/bungkak kelapa gading untuk memperlancar proses ritual beliau. Akibat prana matahari yang kuat, maka air kelapanya memiliki daya pembersih yang sangat kuat. Daya yang demikian kuatnya ini dapat untuk membersihkan badan secara lahir dan batin. Mampu merubah aura tubuh menjadi prana , mampu membuka cakra spiritual, mampu menetralisir pencemaran tubuh manusia , serta mengurangi bekas-bekas pengaruh hewani, membersihkan pengaruh negatif, magic ataupun mengobati penyakit.

Saat Tepat Melukat Dengan Kelapa Gading

Untuk dewasa atau hari baik dalam penggunaan kelapa gading untuk  melukat, dari beberapa Mangku yang kami coba tanyakan mengenai hal ini menyebutkan bahwa pada setiap Hari Purnama merupakan salah satu hari yang baik untuk melukat dengan menggunakan kelapa gading. Karena jika melukat setiap Hari Purnama menggunakan kelapa gading akan mampu membersihkan tubuh kita dari segala hal yang bersifat negatif baik itu secara medis ataupun non-medis. Dan tentunya dengan segala kuasa dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Kuasa.

Itulah Dasyatnya Kelapa Gading untuk melukat. Jika tulisan ini bermanfaat silakan Share agar semua saudara kita paham.

Cara Membuat Daksina Lengkap Beserta Makanya


Daksina disebut Juga "YadnyaPatni" yang artinya istri atau sakti daipada yadnya. Daksina juga dipergunakan sebagai mana persembahan atau tanda terima kasih, selalu menyertai banten-banten yang agak besar dan sebagainya perwujudan atau pertapakan. Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina melambangkan Hyang Guru/ Hyang Tunggal kedua nama tersebut adalah nama lain dari Dewa Siwa.


Unsur-unsur yang membentuk daksina, diurut dari isi terbawah hingga diatas yaitu:


Alas bedogan/srembeng/wakul/katung; terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang pertiwi unsur yang dapat dilihat dengan jelas. Bedogan/ srembeng/wakul/katung/ srobong daksina terbuat dari janur/slepan yang dibuat melinkar dan tinggi, seukuran dengan alas wakul. Bedogan bagian tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta ( Hukum Abadi tuhan )





Tapak: Terbuat dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampak adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos. tampak juga melambangkan swastika, yang artinya semoga dalam keadaan baik.



Beras: yang merupakan makanan pokok melambang dari hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia di dunia ini. Hyang Tri Murti (Brahma, Visnu,Siva)


Sirih temple / Porosan; terbuat dari daun sirih (hijau – wisnu), kapur (putih – siwa) dan pinang (merah – brahma) diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu, porosan adalah lambang pemujaan.


Kelapa; adalah buah serbaguna, yang juga simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagailambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang svah loka, Serabut basah lambanag Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lamanag Satya loka Kelapa dikupas dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pe ngikat indria.


Telor Itik; dibungkus dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan/ getar-getar kehidupan , lambang Bhuana Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari tiga lapisan, yaitu Kuning Telor/Sari lambang Antah karana sarira, Putih Telor lambang Suksma Sarira, dan Kulit telor adalah lambang Sthula sarira. dipakai telur itik karena itik dianggap suci, bisa memilih makanan, sangat rukun dan dapat menyesuaikan hidupnya (di darat, air dan bahkan terbang bila perlu)


Pisang, Tebu dan Kojong; adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini. Idialnya manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya Parisudhanya. Dalam tetandingan Pisang melambangkan jari, Tebu belambangkan tulang.


Buah Kemiri / Tingkih; adalah sibol Purusa / Kejiwaan / Laki-laki, dari segi warna putih (ketulusan)


Buah kluwek/Pangi; lambang pradhana / kebendaan / perempuan, dari segi warna merah (kekuatan). Dalam tetandingan melambangkan dagu.


Gegantusan; merupakan perpaduan dari isi daratan dan lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, garam dan ikan teri yang dibungkus dengan kraras/daun pisang tua adalah lambang sad rasa dan lambang kemakmuran.


Papeselan yang terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambang Panca Devata; daun duku lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun durian / langsat / ceroring lambang Mahadeva, daun salak / mangga lambang Visnu, daun nangka atau timbul lamban Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri Hita Karana).

Bija ratus adalah campuran dari 5 jenis biji-bijian, diantaranya; godem (hitam – wisnu), Jawa (putih – iswara), Jagung Nasi (merah – brahma), Jagung Biasa (kuning – mahadewa) dan Jali-jali (Brumbun – siwa). kesemuanya itu dibungkus dengan kraras (daun pisang tua).


Benang Tukelan; adalah alat pengikat simbol dari naga Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksaka dalam proses pemutaran Mandara Giri di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha dan juga simbolis dari penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa. Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau sudah Pralina. dalam tetandingan dipergunakan sebagai lambing usus/perut.


Uang Kepeng; adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining manah. uang juga lambang dari Deva Brahma yang merupakan inti kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber kehidupan.

Sesari; sebagai labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha)

Sampyan Payasan; terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga, lambang dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina.

Sampyan pusung; terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesunggunya tujuan akhir manusia adalah Brahman dan pusungan itu simbol pengerucutan dari indria-indria


Jenis-Jenis Daksina

kelipatan 1 : daksina alit.

Daksina kelipatan 2: daksina pakala-kalaan (Manusa Yajna).

Daksina kelipatan 3: daksina krepa (Rsi Yajna).

Daksina kelipatan 4: daksina gede/pamogpog (upacara besar).

Daksina kelipatan 5: daksina galahan.

Itulah Cara Membuat Daksina Lengkap Beserta Makanya semoga bermanfaat. Dan jika kurang paham silakan tonton videonya:

Cara Membuat Banten Peras Beserta Maknanya


Banten Peras ini boleh dikatakan tidak pernah dipergunakan tersendiri, tetapi menyertai banten-banten yang lain seperti: daksina, suci, tulang-sesayut dan lain-lainnya. Dalam beberapa hal, pada alasnya dilengkapi dengan sedikit beras dan benang putih. Untuk menunjukkan upacara telah selesai, maka seseorang (umumnya pimpinan upacara) akan menarik lekukan pada "kulit-peras", dan menaburkan beras yang ada dibawahnya. Pada Lontar Yajna-prakerti disebut bahwa peras melambangkan Hyang Tri Guna-Sakti.

Kiranya kata "Peras" dapat diartikan "sah" atau resmi, seperti kata: "meras anak" mengesahkan anak, "Banten pemerasan", yang dimaksud adalah sesajen untuk mengesahkan anak/cucu; dan bila suatu kumpulan sesajen tidak dilengkapi dengan peras, akan dikatakan penyelenggaraan upacaranya "tan perasida", yang dapat diartikan "tidak sah", oleh karena itu banten peras selalu menyertai sesajen-sesajen yang lain terutama yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pada prinsipnya memiliki fungsi sebagai permohonan agar semua kegiatan tersebut sukses (prasidha).

Yang menjadi unsur-unsur Peras, yaitu:

Alasnya Tamas/ taledan/ Ceper; Tamas lambang Cakra atau perputaran hidup atau Vindu (simbol kekosongan yang murni/ananda). Ceper/ Aledan; lambang Catur marga (Bhakti, Karma, Jnana, Raja Marga)

kemudian disusun di atasnya Beras (makanan pokok – sifat rajah), Uang Kepeng/recehan (untuk mencari segala kesenangan – sifat tamas), benang (kesucian dan alat pengikat – sifat satwam) merupakan lambang bahwa untuk mendapatkan keberhasilan diperlukan persiapan yaitu: pikiran yang benar, ucapan yang benar, pandangan yang benar, pendengaran yang benar, dan tujuan yang benar.

Dua buah tumpeng (simbol rwa bhineda – baik buruk); lambang kristalisasi dari duniawi menuju rohani, mengapa dua tumpeng karena sesungguhnya untuk dapat menghasilkan sebuah ciptaan maka kekuatan Purusa dan Pradhana (kejiwaan/laki-laki dengan kebendaan/perempuan) harus disatuakan baru bisa berhasil (Prasidha), tumpeng adalah lambang keuletan orang dalam meniadakan unsur-unsur materialis, ego dalam hidupnya sehingga dapat sukses menuju kepada Tuhan.

Base tampel/porosan (poros – pusat) yang merupakan lambang tri murti

Kojong Ragkat, tempat rerasmen/lauk pauk; memiliki makna jika ingin mendapatkan keberhasilan harus dapat memadukan semua potensi dalam diri (pikiran, ucapan, tenaga dan hati nurani)

Diisi buah-buahan, pisang, kue secukupnya – persembahan sebagai hasil kerja kita.

Sampyan peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma.

Canang sari – inti dari segala yadnya, merupakan simbol dari Ida Sang Hyang Widhi

Itulah cara membuat Banten Peras dan Maknanya, semoga bermanfaat.

Makna Ngiring Melasti, dan Himbauan Untuk Umat Bali


Payanadewa.com Melasti  adalah upacara yadnya dalam agama Hindu yang secara umum bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin.  Upacara Melasti dilakasanakan setiap 1 tahun sekali, yang merupakan rangkaian dari Hari raya Nyepi di Bali.

Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan:

Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana

Artinya : Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.

Dari kutipan Lontar tersebut di atas, maka Melasti itu ada lima tujuannya yaitu:

Ngiring prewatek dewata, ini artinya upacara melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Tujuannya adalah untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini.

Karena itu melasti agak berbeda dengan berbhakti kepada Tuhan dalam upacara ngodalin atau saat sembahyang biasa. Para dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abon Ida Bhatara. Semestinya umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan melasti itu menghaturkan sesaji setidak-tidaknya canang dan dupa lewat pintu masuknya kepada Ida Bhatara yang disimbolkan lewat rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut agar kehadiran beliau dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara manifestasi Tuhan yang hadir melalui melasti itu.

Anganyutaken laraning jagat, artinya menghayutkan penderitaan masyarakat. Jadinya upacara melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Penyakit sosial itu seperti kesenjangan antar kelompok, perumusuhan antar golongan, wabah penyakit yang menimpa masyarakat secara massal, dan lain-lain. Setelah melasti semestinya ada kegiatan-kegiatan nyata untuk menginventariskan berbagai persoalan sosial untuk dicarikan solusinya. Dengan langkah nyata itu, berbagai penyakit sosial dapat diselesaikan tahap demi tahap secara niskala. Upacara melasti adalah langkah yang bersifat niskala. Hal ini harus diimbangi oleh langkah sekala. Misalnya melatih para pemuka masyarakat agar memahami pengetahuan yang disebut “manajemen konflik” mendidik masyarakat mencegah konflik.

Papa kelesa, artinya melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual. Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa yaitu; Awidya : Kegelapan atau mabuk, Asmita : Egois, mementingkan diri sendiri, Raga : pengumbaran hawa nafsu, Dwesa : sifat pemarah dan pendendam, Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita.

Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti bertujuan untuk meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Umat hindu merumuskan lebih nyata dengan menyusun program aksi untuk melestarikan lingkungan alam. Seperti tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.

Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan, ini berarti melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal. Upacara melasti ini memberikan tuntunan dalam wujud ritual sakral untuk membangun kehidupan spiritual untuk didayagunakan mengelola hidup yang seimbang lahir batin.

Dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk :

Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.

Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun saka.

Himbauan Untuk Umat Bali




Dihimbaukan juga hendaknya kepada semua Umat Hindu yang melaksanakan Melasti tidak membuang sampah makanan/minuman sembarangan. Agar tidak mengotori lingkungan tempat melaksanakan Melasti dan tentu agar tidak mengurangi makna kita melaksanakan Melasti.

Semoga artikel ini bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

(sumber : inputbali,sejarahhindubali, panbelog)

Manfaat dan Jenis-jenis Dana Punia, Anda Yang Mana?



Payanadewa.com Dana punia dalam istilah Agama Hindu memiliki dua urat kata yang terdiri dari Dana yang berarti Pemberian, dan Punia yang berarti selamat, baik, bahagia, indah, dan suci. Dana Punia bisa diartikan sebagai pemberian yang baik dan suci dengan tulus ikhlas sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran dharma. Dana punia merupakan suatu sarana untuk meningkatkan sradha dan bhakti kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu dengan berdana punia akan membangun sikap kepedulian kita terhadap sesama.

Jenis-Jenis Dana Punia

Dana punia tidak terbatas hanya materi saja, tetapi bisa juga non-materi. Yang penting dilandasi dengan rasa yang tulus dan ikhlas. Menurut Swami Wiwekananda ada tiga yang termasuk dana punia, yaitu :


  1. Dharmadana : memberikan budi pekerti yang luhur untuk merealisasikan ajaran dharma.
  2. Widyadana    :    memberikan ilmu pengetahuan.
  3. Arthadana     :    memberikan materi atau harta benda yang dibutuhkan, asalkan didasari dengan rasa tulus dan ikhlas, serta diperoleh dengan jalan dharma.


Menurut kitab Sang Hyang Kahamayanikan dijelaskan dana punia sebagai berikut :


  • Dana yaitu pemberian berupa harta benda kepada orang yang membutuhkan.
  • Atidana yaitu pemberian dengan hati yang tulus dan ikhlas walaupun mengorbankan perasaaan.
  • Mahatidana yaitu dana punia berupa pemberian dalam bentuk jiwa raga.
  • Pemberian yang di dasari dengan Punia,tidaklah semata-mata dalam wujud uang . Dapat saja dalam bentuk tenaga , keahlian , dalam wujud waktu , dorongan moral , juga menahan indria atau hawa nafsu .


Berdasarkan jenis pemberian dana punia,dalam sarasamuscaya dana punia dapat di bedakan menjadi :


  • Dana punia desa yaitu pemberian berupa tempat,desa atau lahan yang digunakan untuk kepentingan umum
  • Dana punia Agama yaitu dana punia yang berupa ajaran agama,ilmu pengetahuan dan yang lainnya yang menyababkan orang lain menjadi lebih pintar dan memiliki budhi pekerti yang luhur
  • Dana punia drewya yaitu dana punia yang berupa harta benda yang menjadi kebutuhan.


Dalam Sarasamuรงcaya sloka- ,261, 262, 263, demikian pula dalam Ramayana sargah II bait 53, 34 disebutkan bahwa harta yang didapat (hasil guna kaya) hendaknya dibagi tiga yaitu untuk kepentingan:


  • Dharma 30%
  • Kama 30 %
  • Dana harta (modal usaha) 40%.


Manfaat Dana Punia

Manfaat ber dana punia sesungguhnya telah dijelaskan dalam berbagai kitab suci dalam agama Hindu, yaitu sebagai berikut :

Atharwa Weda III.15.6
Berdermalah untuk tujuan yang baik, dan jadikanlah kekayanmu bermanfaat. Kekayaan yang didermakan untuk tujuan luhur tidak pernah hilang. Tuhan Yang Maha Esa memberikan rejeki yang jauh lebih banyak kepada mereka yang mendermakan kekayaannya untuk kebaikan bersama.

Manawa Dharmasastra IV.26
Hendaknya tanpa jemu-jemunya berdana punia dengan penuh sradha dan bhakti yang diperoleh dengan cara dharma, ia akan memperoleh pahala yang setinggi-tinginya.

Atharwa Weda VI.81.1
Wahai umat manusia, bekerja keraslah kamu sekuat tenaga, usir jauh-jauh sifat-sifatmu yang membuat kamu melarat dan sakit. Hendaknya kekayaan yang kamu peroleh dengan kejujuran dapat bermanfaat bagi masyarakat, arahkanlah untuk perbuatan-perbuatan baik dan kesejahteraan masyarakat.

Atharwa Weda III.24.5
Wahai umat manusia, kumpulkanlah kekayaan dengan seratus tangan dan sumbangkanlah kekayaan itu dengan seribu tanganmu, dapatkanlah hasil yang penuh dari pekerjaan dan keahlianmu di dunia.

Reg Weda I.15.8
Hendaknya mereka memperoleh kekayaan dengan kejujuran, dan dapat memberikan kekayaan itu dengan kemurahan hati, mereka tentunya akan dihargai oleh masyarakat. Semogalah mereka tekun bekerja dan meyakini bekerja itu sebagai bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Reg Weda I.125.6
Tuhan Yang Maha Esa menurunkan anugrah kepada orang-orang yang pemurah, suka berdana punia yang dilandasi dengan ketulusan hati. Mereka memperoleh keabadian,rahmat-Nya kekayaan dan panjang usia.

Reg Weda V.34.7
Tuhan Yang Maha Esa tidak akan memberikan anugrah kepada orang-orang yang memperoleh kekayaan dengan tidak jujur. Demikian pula yang tidak mendermakan sebagian miliknya kepada orang-orang miskin dan sangat memerlukan. Tuhan Yang Maha Kuasa akan mengambil kekayaan dari orang-orang yang tamak dan menganugrahkannya kepada orang-orang yang dermawan.

Jadi dapat disimpulkan dengan melakukan Dana Punia secara tulus iklhas akan memberikan manfaat yang luar biasa kepada diri kita dan meningkatkan sradha dan bhakti kita kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menumbuh kembangkan sikap kepedulian kita terhadap sesama. Dengan Dana Punia yang tulus ikhlas juga akan memudahkan jalan kita nantinya untuk dapat bersatu kembali kepada-Nya seperti yang dijelaskan dalam Lontar Manawadharmasastra IV.226

sraddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te bhawatah swagatairdhanaih
Artinya : Hendaknya tidak jemu-jemunya ia berdana punia dengan memberikan hartanya dan mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan didermakan akan memperoleh tempat tertinggi (Moksa)

Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

sumber: inputbali, sejarahhindubali

Ini Cara Mencegah Penularan Virus Corona, Semeton Bali Agar Waspada


Ini ๐—–๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ต ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—ฉ๐—ถ๐—ฟ๐˜‚๐˜€ ๐—–๐—ผ๐—ฟ๐—ผ๐—ป๐—ฎ, Semeton Bali Agar Waspada

Coronavirus telah menyerang ribuan orang di berbagai negara dan menelan ratusan korban jiwa.

Penyebab dari wabah ini adalah coronavirus jenis baru yang disebut dengan novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Penyakit ini termasuk dalam golongan virus yang sama dengan virus penyebab severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle-East respiratory syndrome (MERS).

Langkah Mencegah Penularan Coronavirus
Virus ini diperkirakan berasal dari hewan, seperti kelelawar dan unta, dan bisa menular dari hewan ke manusia, serta dari manusia ke manusia. Penularan antarmanusia kemungkinan besar melalui percikan dahak saat batuk atau bersin.

Semeton Bali ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi virus Corona adalah:

๐Ÿญ. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ ๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฟ

Mencuci tangan dengan benar adalah cara paling sederhana namun efektif untuk mencegah penyebaran virus 2019-nCoV. Cucilah tangan dengan air mengalir dan sabun, setidaknya selama 20 detik.

Jika sulit menemukan air dan sabun, Anda bisa membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Gunakan produk hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60% agar lebih efektif membasmi kuman.

Cucilah tangan secara teratur, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menggunakan toilet, setelah menyentuh hewan, membuang sampah, serta setelah batuk atau bersin.

๐Ÿฎ. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฎ๐˜€๐—ธ๐—ฒ๐—ฟ ๐˜€๐—ฎ๐—ฎ๐˜ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ธ๐˜๐—ถ๐˜ƒ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐˜€

Ada dua tipe masker yang bisa Anda digunakan untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu masker bedah dan masker N95.

Masker bedah atau surgical mask merupakan masker sekali pakai yang umum digunakan.

Meski tidak sepenuhnya efektif mencegah paparan kuman, namun penggunaan masker ini tetap bisa menurunkan risiko penyebaran penyakit infeksi, termasuk infeksi virus Corona.

Masker N95 adalah jenis masker yang dirancang khusus untuk menyaring partikel berbahaya di udara. Jenis masker inilah yang sebenarnya lebih direkomendasikan untuk mencegah infeksi virus Corona. Meski demikian, masker ini kurang nyaman untuk dikenakan sehari-hari dan harganya pun relatif mahal.

๐Ÿฏ. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—ด๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐˜๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐˜๐˜‚๐—ฏ๐˜‚๐—ต

Daya tahan tubuh yang kuat dapat mencegah munculnya berbagai macam penyakit. Untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, tidur yang cukup, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar terhindar dari penularan virus Corona.

๐Ÿฐ. ๐—ง๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ด๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ ๐—ป๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ท๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ถ๐˜

Tidak hanya Tiongkok, penyakit infeksi virus Corona kini juga sudah mewabah ke beberapa negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, India, Amerika Serikat, dan Eropa.

disarankan untuk tidak bepergian ke tempat-tempat yang sudah memiliki kasus infeksi virus Corona atau berpotensi menjadi lokasi penyebaran coronavirus.

๐Ÿฑ. ๐—ง๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ผ๐—ป๐˜€๐˜‚๐—บ๐˜€๐—ถ ๐—ต๐—ฒ๐˜„๐—ฎ๐—ป ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ผ๐˜๐—ฒ๐—ป๐˜€๐—ถ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ฟ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฐ๐—ผ๐—ฟ๐—ผ๐—ป๐—ฎ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฟ๐˜‚๐˜€

Coronavirus jenis baru diduga kuat berasal dari hewan-hewan tertentu, seperti kelelawar, unta, dan kucing. Oleh karena itu, hindarilah konsumsi hewan-hewan tersebut.

Jika ingin mengonsumsi daging atau ikan, pastikan daging atau ikan tersebut sudah dicuci dan dimasak hingga benar-benar matang.

Bila Anda mengalami gejala flu, seperti batuk, demam, dan pilek, yang disertai lemas dan sesak napas, apalagi bila dalam 2 minggu terakhir Anda bepergian ke Tiongkok atau negara-negara lain yang sudah memiliki kasus infeksi virus Corona, segeralah periksakan diri ke dokter agar dapat dipastikan penyebabnya dan diberikan penanganan.