Ilustrasi photo via beritalima.com |
Ayah sedang apa kau kini? Masih bergelut dengan rentetan kewajiban mencari uang atau menangis menahan siksa duniawi dengan keadaan sakitmu? Tenang ayahku sayang kau adalah pahlawan, kau berada dijalan yang benar, sakitmu mungkin tak mengenakan tapi percayalah dosaku berguguran karenanya.
Ayah, maafkan aku yang manja ini. Dalam keadaan yang begitu parahnya, kau harus berjuang begitu susah payah hanya agar aku dan kakakku dapat mencicipi bangku sekolah. Terima kasih ayah, kami sangat menyayangi ayah. Aku doakan agar kau dan Ibu mendapatkan umur panjang agar aku bisa membalas jasamu, walau tidak seperti yang kau lakukan.
Ayah aku ingat saat aku kecil dulu merengek minta mainan. Lalu dengan kerja keras kau tukar keringatmu dengan barang yang ku pinta. Trima kasih ayah berjanji saat aku sudah mendapatkan pekerjaan, aku akan menukar posisimu. Kita bertukar posisi, akan ku kabulkan semua keinginanmu. Aku berjanji ayah, saat kau dan ibu renta nanti, akan aku urus kalian dengan tanganku sebagaimana kalian telah mengurusku sejak kecil dulu.
Sekian dulu surat dari anak sulungmu ini, jangan terlalu memikirkan ku disini, aku bekerja jauh untuk kebahagiaan kalian sendiri, maaf untuk saat ini kalian menderita. Tak hidup mewah bukan berarti ayah gagal, karena bagiku ayah adalah ayah terbaik dimuka bumi ini yang mampu mendidik kedua anakmu ini menjadi berilmu dan berjiwa tegar. Semoga kelak jasa ayah dibalas dengan Hyang Widhi setimpal.
Atau mungkin lebih besar, Astungkara
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!