RATU BETARA, Suami Menuntut Istri yang Sempurna Jika Sang Suami Sendiri Tidak Pernah Mensupport dan Membantu Istrinya

  • Bangun tidur langsung masak nyiapin makan untuk anak dan suami.. yang ngerjain Istri.  
  • Mencuci piring nyuci baju.. yang ngerjain Istri. Mengantar anak sekolah.. yang nganterin Istri.
  • Menyapu, mengepel.. yang ngerjain Istri
  • Mengajari anak belajar.. yang ngajari Istri.
  • Belanja kebutuhan rumah tangga.. yang berangkat Istri. Begadang nungguin anak rewel krn lagi sakit.. Yang jagain Istri.
  • Melayani suami dengan baik.. Kewajiban istri.


Lalu suami ngapain? biasanya lelaki akan bilang "aku kan kerja cari uang buat kamu juga to? emang kalau aku ga kerja pada mau makan apa?" sudah gitu aja seperti sudah selesai semua urusan suami.

Padahal bekerja cari nafkah itu memang sudah jadi tugas dan kewajiban suami, kalau ga mau kerja cari nafkah ya jangan berani-beraninya nikah dan punya anak.
Bekerja itu wajib bagi seorang kepala rumah tangga, tapi pekerjaan mengepel, mencuci, setrika, mengajari anak, itu semua bukanlah kewajiban Istri melainkan tugas bersama yang tidak seharusnya dibebankan kepada istri saja.

Walaupun saya yakin banyak suami-suami hebat di luaran sana yang tak canggung membantu istri nyuci, setrika bahkan ngepel. Tapi saya yakin juga masih banyak suami yang membebankan itu semua pada istri seorang diri lantaran dia merasa kewajibannya hanya bekerja dan mencarikan uang untuk makan dan keperluan rumah tangganya saja.

Anehnya di saat sedang luang waktunya, si suami bukannya membantu istri dan mengajak bermain anak tapi justru malah sibuk dan asyik dengan dunianya sendiri, misalnya: malah pergi mancinglah, mainan burunglah, sibuk touringlah, ya nongkronglah, sementara urusan pekerjaan rumah semua diserahkan pada istri.
Ingat istri itu pendamping dan pelengkap hidup suami bukan pembantu suami. 

Pendamping itu pekerjaanya mendampingi di kala susah dan senang. Melengkapi itu jika suami masih banyak kekurangan istri bisa hadir untuk menutup kekurangannya.
Begitu pula urusan pekerjaan dalam rumah tangga keduanya saling berbagi dan bekerja sama untuk menyelesaikannya.

Itulah sebabnya suami harus lebih bersabar terhadap istri apalagi jika suami belum bisa fokus membantu pekerjaan istri di rumah.

Bisa kita bayangkan bagi seorang Istri bahkan untuk mengurus keperluannya sendiri saja sudah tidak ada waktu karena lebih mendahulukan anak dan suami. Bagaimana mungkin suami menuntut istri yang sempurna jika sang suami sendiri tidak pernah mensupport dan membantu Istrinya.

"RATU BETARA, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami bukan sebagai pembantu.

Makna Valentine’s Day Menurut Sudut Pandang Hindu Bali



Merayakan Valentine Day selama berpijak pada jatitidiri sebagai orang timur dan sebagai umat beragama yang menjunjung tinggi moralitas adalah bukan hal yang salah. Hindu tidak memandang dari mana Velentine Day berasal tapi lebih kepada nilai yang didapat dari perayaan Valentine Day tersebut. Jika pada prakteknya perayaan valentine day lebih kepada pelampiasan kasih sayang ragawi(nafsu birahi) dengan tegas Hindu menolak perayaan hari kasih sayang tersebut. Hari apapun yang diperingati hendaknya lebih menekankan esensi nilai positif bukan semata-mata kemasan seremoni belaka.

Jika kita telah memahami arti sesungguhnya kasih sayang/cinta kasih tanpa menunggu valentine daypun rasa cinta kasih dapat direalisasikan ke dalam bentuk perbuatan angawe sukanikanang wong len, Love All, Serve All, Help Ever, Hurt Never. Mulai dari mengasihi, menyayangi dan mencintai diri sendiri, orang tua, saudara sampai kepada Bhatara-bhatari dan memuncak kepada Hyang Widhi.

Dalam Weda ada di nyatakan :
Samàno mantraá samitiá samàni samànam manaá saha cittam eûàm, samanam mantram abhi mantarey vah,samanena vo havisa juhomi. Rgveda X.191.3.
Wahai umat manusia! Pikirkanlah bersama. Bermusyawarahlah bersama. Satukanlah hati, dan pikiranmu dengan yang lain.Aku anugrahkan pikiran yang sama, dan fasilitas yang sama pula untuk kerukunan hidupmu
Samànì va àkutiá samànà hådayàni vaá, samànam astu vo mano yathà vaá susahàsati. Rgveda X.191.4.
Wahai umat manusia! Milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkan saling pengertian di antara kamu. Dengan demikian engkau dapat mewujudkan kerukunan dan kesatuan

Berdasarkan kutipan Rg Weda di atas sudah sepantasnya kita mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dalam kehidupan, baik kehidupan sehari-hari maupun di hari-hari raya serta hari spesial yang mengglobal seperti hari Valentine. Dari berita-berita yang beredar di internet bahwa “Kota-kota besar di Indonesia pada moment Valentine tahun lalu, penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya adalah apotek-apotek yang mengaku bahwa sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Valentine Day. Dan ada beberapa apotek yang menegaskan bahwa dalam 24 jam sudah menjual sedikitnya 6 kotak kondom berisi 24 merek dan isi 13 kotak yang dibeli oleh pemuda remaja setiap mendekati pertengahan Februari. Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun’.

Dari kutipan berita diatas dapat disimpulkan bahwa hari Valentine dijadikan ajang “SE*S BEBAS’ ,”melakukan seks diluar nikah” hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Sanatana Dharma atau lebih dikenal dengan nama Hindu.

S*x bebas dan “kumpul kebo” dalam Agama Hindu dilarang dan termasuk perbuatan adharma atau perbuatan dosa. Dalam Manawa Dharmasastra III.63 disebutkan:
Kuwiwahaih kriya lopair, wedanadhyayanena ca, kulanya kulam tamyanti, brahmanati kramena ca
Dengan berhubungan seks secara rendah diluar cara-cara perkawinan (brahmana wiwaha, prajapati wiwaha dan daiwa wiwaha), Artinya:

Dengan mengabaikan upacara pawiwahan, dengan mengabaikan weda, dengan tingkah laku hina, tidak memperhatikan nasihat Sulinggih maka keluarga-keluarga besar, kaya dan berpengaruh akan hancur berantakan.

Parasara Dharmasastra X.1:
Catur varnamsya sarva trahiyam prokta tu niskrtih, agamyagamate ca iva suddhau candrayanam caret

Aku (Bhagvan,Tuhan) telah menguraikan tentang upacara penebusan dosa bagi keempat golongan sosial; seorang laki-laki setelah menggauli seorang wanita yang dilarang untuknya harus melakukan penebusan dosa candrayanam.

Parasara Dharmasastra X.30:
Jarena janayed garbhe tyakte mrte patau, tam tyajed apare rastre patitam papa karinim.
Wanita yang memperoleh kehamilan dengan kekasih gelapnya (tidak melalui upacara pawiwahan), atau setelah ditinggal suaminya atau selama ketidakhadiran suaminya di negeri jauh, harus diusir ke sebuah kerajaan asing (keluar wilayah).
Selain itu dalam Sarasamuscaya yang menguraikan tentang Trikaya Parisudha, disebutkan salah satu dosa dari Kayika (perbuatan) adalah “Paradara” atau dalam bahasa sekarang “berzina” sebagaimana tertulis dalam pasal 153 :
Paradara na gantavyah sarvavarnesu karhicit, na hidrcamanayusyam yathanyastrinisevanam.
Menggoda, memperkosa, menggauli wanita dengan usaha curang (tidak melalui pawiwahan) jangan dilakukan karena akan menyebabkan dosa dan berumur pendek.
Dalam Lontar Dharma Kauripan disebutkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan adalah anak “dia-diu”, anak yang cuntaka, akan mengalami hidup yang susah. Hubungan seks sebelum pawiwahan dikatakan sebagai dosa yang disebut “kama kaperagan”.

Syarat mutlak yang tak bisa ditawar adalah, seks harus dilakukan dengan cara yang benar, dengan sarana yang suci dan dengan semangat welas-asih yang tinggi. Atau dalam manifesto yang sederhana: Pengalaman spiritual yang suci, dari seks hanya bisa diraih dari hubungan seks yang sah, yaitu hubungan suami-istri. Dalam bahasa ilmiah, pengalaman spiritual itu bisa dianalogikan—tidak disamakan—dengan kepuasan psikologis puncak, kedamaian psikologis yang tinggi, dan keseimbangan jiwa. Hubungan seks secara jahat, atau hubungan seks pra-nikah, atau hubungan selingkuh, apalagi hubungan seks menyimpang, tak akan bisa menghadirkan pengalaman spiritual yang suci dan agung, dan jika dikaitkan dengan konsep keyakinan Hindu, hubungan seks yang tidak sah akan membawa karma negatif bagi jiwa kita.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan beberapa hal mengenai “Hari Valentine” menurut pandangan Hindu. Secara kontekstual valentine tidak bertentangan dengan Hindu, namun jika kita melihat dari fakta yang ada, bahwa hari valentine dijadikan ajang seks bebas, maka sangat bertentangan dengan ajaran veda. Jika anda tidak suka, syukuri hari tersebut sebagai hari kasih sayang. Jika anda suka, rayakan apa adanya jangan sampai dijadikan ajang seks bebas. 

Pada praktiknya tidak menutup kemungkinan ada saja beberapa pasangan yang memiliki keinginan atau hasrat untuk merayakan valentine dengan seks bebas, ada beberapa saran dan kutipan yang perlu kita semua renungkan sebelum akhirnya terperosok lebih dalam ke arah seks bebas.
Saran buat lelaki : anda sebagai lelaki sudah sepatutnya menghargai dan menghormati perempuan.

Renungkan sloka Manawa dharmasastra dan praktikan;

Dimana perempuan dihormati disana para dewa merasa senang, akan tetapi dimana perempuan tidak dihormati disana tidak ada upacara suci yang berpahala. (MDs, III:56)

Dimana perempuan hidup sedih, keluarga itu akan cepat mengalami kehancuran, sebaliknya, dimana perempuan tidak hidup menderita, keluarga itu akan hidup bahagia. (MDs, III: 57). Pada hari raya memberinya hadiah perhiasan, pakaian, dan makanan.(MDs, II:59)

Saran buat perempuan : wanita yang berhubungan seks diluar nikah maka ia termasuk orang cuntaka (tidak suci), sehingga anda dilarang memasuki tempat-temapt suci, seperti pura. Jika anda melanggar itu tanggung jawab sendiri dihadapan Hukum Karma.
Canakya Niti Sastra XIV.1

Atmaparadha-vrksasya,Phalanyetani dehinam. Darydrya-roga-duhkhani,Bandhanavyasanani ca.

Dari pohon dosa diri sendiri, orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan, dan kebiasaan buruk.

Seorang wanita biasanya susah menghadapi dilema cinta, apalagi kekasihnya mengancam bahwa jika tidak melakukan hubungan seks dikatakan bahwa seorang perempuan tidak cinta , tidak sayang, dll. Itu hanya “PEMBENARAN” bukan “KEBENARAN”. Untuk menghadapi dilema seperti itu kita lihat dalam kitab Weda Smerti:
Canakya Niti sastra III.2:

….sambhramah snehamahkhyati

Cinta kasih terlihat dari rasa hormat dan kelembutan.
Jadi lelaki yang mengatakan pembenaran seperti itu hanyalah “Cinta karena Nafsu” bukan “Kasih Sayang”
Agar tidak terjebak oleh apa yang disebut “Cinta Buta dan Cinta Nafsu”, renungkan sloka dibawah ini:

Canakya Nitisastra XIII.6
Yasya sneho bhayam tasya, Sneho duhkhasya bhajanam.

Sneho mulani duhkhani, Tani tyaktva vaset sukham
Dimana ada cinta disana ada ketakutan, cinta adalah tempat bagi kedukaan, dan cinta juga yang merupakan permulaan dari segala kedukaan. Oleh karena itu , tinggalkan segala kecintaan itu dan mantaplah dalam kesukaan.

“Selain seorang ISTRI yang sah semua wanita adalah IBU. Selain seorang SUAMI yang sah semua laki-laki adalah AYAH”
Saringlah kebudayaan luar dengan memperhatikan ajaran Weda, jika ia bertentangan silakan diabaikan jika itu baik silakan kita praktikan. 

Karena tidak semua kebudayaan luar itu membawa dampak positif bagi kehidupan kita.

Jika melihat makna filosofinya Valentine Day, jelas Veda sangat akomodatif. Ini tercermin dalam konsep 'Tat Twam Asi" dan 'Vasudaiva Kutumbakam' dan Wejangan Bhagavan Sri Satya Sai Baba : Love All, Serve All, Help Ever, Hurt Never. 

Pesan inti dari konsep dan wejangan tersebut adalah supaya umat manusia mengembangkan persaudaran dan substansi dari persaudaraan adalah 'kasih sayang'. Hanya caranya tidak harus meniru masyarakat barat. Kebanyakan orang memberi bunga saat Valentine day karena bunga melambangkan bahasa cinta/kasih sayang. Bunga memberi kesan keindahan, keasrian, kesejukan, ketenangan, kedamaian yang kesemuanya merupakan refleksi dari cinta/kasih sayang.

Bukankah sebagai umat hindu kita juga mengungkapkan rasa cinta dan bakti kepada Hyang Widhi dengan mempersembahkan bunga kepada Beliau setiap hari?. Tidak suka bunga. Tidak suka coklat. Jadi bagaimana? Gampang. 

Yang namanya rasa kasih sayang atau cinta kasih dapat direalisasikan ke dalam bentuk perbuatan angawe sukanikanang wong len dan tidak harus menunggu tanggal 14 Februari. Anda bisa membantu anak-anak anda mengerjakan PR sekolah sebagai ungkapan cinta kepada anak-anak anda misalnya. Atau masak makanan kesukaan suami/isteri, anak-anak, orang tua misalnya.

Atau mencabut rambut uban bapak/ibu sebagai ungakapan cinta anda kepada mereka misalnya. Dan masih banyak cara lainnya. Jadi Weda tidak alergi dan tidak anti pada tradisi dari manapun datangnya selama tradisi tersebut mengandung kebenaran universal sekalipun ia secara implisit tidak terdapat dalam Weda. 

Bahasa Weda adalah bukan hanya bahasa suku tertentu. Bahasa Weda adalah bahasa universal. Oleh karena bahasanya universal maka Weda menerima kebenaran universal yang diungkapkan dengan bahasa yang berbeda dari manapun datangnya.

Ini Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali


Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba adalah sebuah kegiatan rohani dalam rangka menyucikan bhuana agung (makrokosmos) atau alam semesta. Sugihan Jawa ini  jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang.

Kata Sugihan Jawa berasal dari urat kata Sugi, yang artinya membersihkan, dan Jaba artinya luar. Jadi hari Sugihan Jawa tersebut bukanlah hari Sugihan bagi para pengungsi leluhur-leluhur dari Jawa pasca bubarnya Majapahit. Maksud sebenarnya adalah pembersihan Bhuana Agung atau alam semesta, baik sekala maupun niskala.

Dalam lontar Sundarigama dijelaskan bahwa Sugihan Jawa merupakan "Pasucian dewa kalinggania pamrastista bhatara kabeh" (pesucian dewa, karena itu hari penyucian semua bhatara).

Pelaksanaan upacara ini dengan membersihkan alam lingkungan, baik pura, tempat tinggal, dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci. Dan yang terpenting adalah membersihkan badan fisik dari debu kotoran dunia maya, agar layak dihuni oleh Sang Jiwa Suci sebagai Brahma Pura.

Sementara Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang (sehari setelah Sugihan Jawa). Bali dalam bahasa Sansekerta berarti
kekuatan yang ada dalam diri. Jadi Sugihan Bali memiliki makna yaitu menyucikan diri sendiri, sesuai dengan lontar Sundarigama: "Kalinggania amrestista raga tawulan" (oleh karenanya menyucikan badan jasmani-rohani masing-masing /mikrocosmos), yaitu dengan memohon tirta pembersihan /penglukatan.

Manusia tidak saja terdiri dari badan fisik tetapi juga badan rohani (Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira). Persiapan fisik dan rohani adalah modal awal yang harus diperkuat, sehingga sistem kekebalan tubuh ini menjadi maksimal untuk menghadapi musuh yang akan menggoda pertapaan kita menjelang hari raya.

Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri


Minggu ini saya menonton tiga film yang memberikan pelajaran sama yaitu "Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri Dalam Menjalani Hidup." 

Saya tidak tahu kenapa film yang berbeda memberikan pelajaran yang sama dan kebetulan saya tonton ketiganya dalam waktu yang hanya berbeda beberapa hari saja.

Film pertama yaitu film yang sedang jadi berbincangan banyak orang Avengers: Endgame. Film kedua A Beautiful Mind dan yang ketiga Temple Grandin.

1. Avengers: Endgame

Saya tidak akan menceritakan secara utuh jalan cerita film yang disarankan untuk tidak di spoiler ini, saya hanya mengambil pelajaran berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.

Seperti film superhero lain di film Endgame ini juga terjadi pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Semua superhero besutan Marvel Studios keluar di film ini. 

Tiap superhero memiliki perjuangannya sendiri bertempur melawan kejahatan agar kehidupan di bumi bahkan di semesta tetap berlangsung.

Sepanjang pertempuran saya ikut ngos-ngosan dan merasa capek dengan perjuangan berbeda setiap superhero yang ada. Ada yang menyelamatkan sesuatu, ada yang bertempur dengan pasukan, ada yang bertempur dengan penjahat utama. Semua memegang peranan penting dan memiliki perjuangannya sendiri.

Memang para superhero itu bahu membahu tetapi utamanya mereka memiliki perjuangan sendiri dalam pertempuran. Hal ini memberikan pelajaran bahwa dalam hidup harus mau menjalani dan menghadapi perjuangan menghadapi kesulitan walau ada orang sekeliling yang akan membantu.

2. A Beautiful Mind

Film ini sudah beberapa kali saya tonton tetapi saya tidak bosan untuk melihatnya. Film yang di rilis pada tahun 2001 ini buat saya sangat menginspirasi terutama dalam hal menghadapi kesulitan hidup.

Film yang dibintangi oleh Russel Crowe, Jennifer Connelly adalah film biografi berdasarkan buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar.

Bercerita tentang perjuangan John Nash (Russel Crowe) dan istrinya Alicia Larde (Jennifer Connelly) yang berjuang melawan "skizoprenia" yang di derita Nash seorang jenius di bidang matematika sehingga tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan.

Alicia sang istri adalah orang yang gigih mendorong Nash agar tidak menyerah oleh skizoprenia hingga membuahkan hasil Nash mendapat penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1994.

Bisa dibayangkan kesulitan yang dihadapi baik oleh Nash yang berjuang melawan skizoprenia nya dengan menafikan tokoh khayalan yang ada dalam pikiran Nash seperti Herman sang teman sekamar saat kuliah di Princeton, Marcee yang merupakan keponakan Herman dan Parker penghubung agen pemerintahan dalam memerangi konspirasi.

Alicia sang istri juga tidak ringan dalam berjuangnya.  Alicia berjuang membantu agar suami jeniusnya tidak dikalahkan oleh skizoprenia.  Film ini menegaskan tiap orang memiliki perjuangannya sendiri.

3. Temple Grandin

Untuk film Temple Grandin saya baru menonton tidak seperti film A Beautiful Mind yang sudah berkali-kali saya tonton. Film yang dirilis pada tahun 2010 ini pun sangat menginspirasi terutama tentang perjuangan dalam menjalani hidup.

Seperti film A Beautiful Mind, film Temple Grandin ini juga sebuah film drama biografi. Yang dimana dibintangi oleh aktris Claire Danes sebagai Temple Grandin dan Julia Ormond sebagai Eustacia yang merupakan ibu dari Temple.

Jika A Beautiful Mind berjuang menghadapi skizoprenia dalam film Temple Grandin berjuang melawan autisme. Nash berjuang didampingi sang istri maka Temple berjuang didamping sang ibu.

Temple Grandin adalah seorang wanita yang didiagnosa autis sejak usia empat tahun. Diceritakan bagaimana perjuangan Temple menghadapi kesulitan hidup didorong ibunya yang tidak pernah putus asa mendorong agar Temple tidak menyerah dan kalah oleh autis yang dideritanya.

Perjuangan yang tidak sia-sia hingga akhirnya Temple yang autis bisa merevolusi praktik-praktik penanganan ternak manusiawi di peternakan dan rumah pemotongan hewan.

Temple bahkan bisa sampai taraf menjadi seorang profesor dan menjadi pembicara untuk mengedukasi orang lain tentang autis.

Kutipan yang menginspirasinya, "Saya memang berbeda tetapi bukan berarti tidak mampu."

Tiga film itu memberikan pelajaran bahwa hidup itu memang bersanding dengan kesulitan sehingga semua orang memiliki perjuangannya sendiri dalam menjalani hidup.

Kesulitan ada bukan agar hidup menjadi kungkungan penderitaan dan kesengsaraan tetapi justru kesulitan ada agar bisa meningkatkan kualitas hidup yang dijalani.
Jadi saat berada dalam kesulitan yang diharapkan adalah sabar dalam menjalani, menghadapi dengan sikap terbaik dan yang terbesarnya adalah berserah diri serta menggantungkan segala sesuatunya hanya kepada Yang Maha Kuasa.

Semua orang hidup harus mau menghadapi kesulitan. Semua orang memiliki perjuangan hidupnya masing-masing. Yang tiap kesulitannya sudah ditakar bahwa pasti bisa dilalui dan sanggup menghadapinya.

Tinggal kesulitan itu akan mengubah yang tertimpa menjadi lebih baik dan kualitas hidupnya meningkat seperti contoh film di atas, atau malah menghancurkan dan menghinakan karena salah menyikapi dan menghadapinya.

Senangnya membuat sesuatu dan bisa menginspirasi orang lain seperti film-film itu. Mudah-mudahan suatu saat bisa jatuh gilirannya ke saya bahwa tulisan atau karya yang saya hasilkan menginspirasi, berguna, dan tentu jadi ilmu yang bermanfaat sehingga menjadi contoh kebaikan dan sebagai bekal kepulangan saya kelak.

Karena Kebencian Hanya Akan Menghancurkan Hidup Kita


Setiap orang siapapun adanya, pasti pernah merasa terluka hatinya, yang bisa disebabkan oleh berbagai alasan. 

Dan biasanya yang menyebabkan hati kita terluka, justru adalah orang-orang yang selama ini dekat dengan kita atau mungkin saja sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, orang yang disayangi, dihormati dan dihargai, justru telah melukai hati kita.

Berbagai pengalaman hidup telah mengajarkan kepada kita, bahwa ternyata hidup itu tidak seperti yang digambarkan dalam dongeng-dongeng, dimana orang hidup saling mengasihi dan saling menghormati sehingga hari-hari diliputi kegembiraan dan keceriaan.

Dalam kenyataannya, ternyata tidak jarang hidup itu menampilkan wajah yang bengis dan tidak kenal ampun, bahkan terkadang jauh lebih mengerikan dan menakutkan dibandingkan dengan film horor manapun.
Memeluk dan Sekaligus Menusuk Kita
Mengulangi menceritakan hal-hal yang sama, tentu akan menghadirkan kejenuhan bagi orang yang membaca. Karena itu, saya membatasi diri, hanya menulis beberapa point penting, yang mungkin dapat dipetik hikmahnya.

Bisa dibayangkan, betapa orang yang selama bertahun-tahun menjadi sahabat baik kita, bahkan setiap kali bertemu, selalu memeluk diri kita, sambil berucap:"
Tuhan memberkati "ternyata suatu waktu, menusuk diri kita dari belakang, yang membuat hidup kita sengsara Sungguh teramat menyakitkan. Terasa hati kita bagaikan dirobek-robek dan sesaat tergoda untuk tidak lagi percaya kepada siapapun.
Dilain kesempatan, orang yang sudah kita tolong dengan sepenuh hati tanpa berharap imbalan apapun, ternyata tega menipu. Atau orang tempat kita menyampaikan curahan hati karena saking percayanya kita terhadap dirinya, tetapi ternyata malah, apa yang kita ceritakan, menjadi bahan gosip bagi dirinya.

Disaat saat hidup kita hampir berada di titik nadir, orang-orang yang selama ini amat dekat dengan kita, tiba-tiba satu persatu menjauh dan kita hanya bisa menangis sendiri. Hati kita kembali terluka. Seakan luka lama masih menganga, sudah mendapat tikaman lagi secara bertubi-tubi.
Ketika Kita Harus Memilih
Bertubi-tubi hati kita terluka, apakah semudah itu untuk memaafkan orang-orang yang sudah melukai hati kita? Sejujurnya, memaafkan adalah kata yang sangat indah, tapi mempraktikan membutuhkan kesadaran jiwa yang mendalam.

Kita harus memilih, hidup memendam kebencian dan dendam atau memaafkan mereka yang telah melukai hati. Saat inilah merupakan ujian hidup yang paling sulit bagi kita.

Hidup dalam kemiskinan, memang tidak mudah tapi jauh lebih sulit memaafkan orang yang sudah menghancurkan hidup kita. Tapi, ibarat dalam ujian, kita harus memilih: "Ya" atau "tidak", kita harus memberikan jawaban.

Kalau salah menjawab, berarti kita tidak lulus dalam ujian hidup. Hidup menyimpan dendam, akan meniadakan kesempatan bagi kita untuk merasakan kebahagiaan. Karena itu, satu-satunya jalan adalah memaafkan. Saya bersyukur kepada Tuhan, saya lulus ujian hidup.

Ternyata hidup tanpa dendam dan kebencian, sungguh menghadirkan kedamaian yang mendalam di hati kita. Hidup tanpa kebencian memberikan kita kebebasan yang sejati. Semua tempat menjadi zona yang aman dan nyaman bagi kita.

Seperti lirik lagu "Disini senang, di sana senang, dimana mana hatiku senang: Tiada hari tanpa rasa syukur, karena kita sudah berhasil memutuskan belenggu jiwa, berupa dendam dan kebencian.

Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi.

Ida Ayu Kadek Asmita

Wanita dan Pendidikan



Wanita dan pendidikan, ini tentu dua hal yang kerap menjadi sebuah perbincangan yang menarik. Khususnya di negara kita, Indonesia. Bagaimana tidak, sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita telah dikumandangkan oleh Kartini, sehingga kemudian dianggap menjadi sesuatu hal yang penting oleh sebagian kalangan.

Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan dan seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan yang terbaik, salah satunya di bidang pendidikan.

Meski kini hampir semua lembaga pendidikan telah memberikan kesempatan yang sama bagi wanita untuk dapat menempuh pendidikan seperti halnya para pria, namun tidak sedikit juga yang enggan melakukannya. bahkan tak sedikit pula para orang tua yang masih terdoktrin dengan kata-kata "wanita itu ya tugasnya Sumur, Dapur, Kasur, sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya ya pasti kesitu!" padahal pendidikan sangat penting bukan hanya untuk pria saja.

Selain untuk diri sendiri pendidikan bagi seorang wanita juga di perlukan ketika kelak kita menjadi seorang Ibu, karna Ibu, adalah sekolah pertama dalam proses pendidikan manusia. Ia membawa peran penting dalam kehidupan. Jika ia salah dalam mendidik dan menanamkan ilmu pada anak, tentu menjadi awal kehancuran generasi berikutnya.

Ibu harus memiliki bekal baik ilmu, pandangan hidup dan menginstropeksi diri. Bahkan, untuk menjadi seorang Ibu perlu persiapan sejak dini, agar kelak tidak salah dalam mendidik anak. berikut manfaat dan pentingnya pendidikan bagi seorang wanita.
  1. Menghindari Perdagangan Manusia Perempuan paling rentan terhadap perdagangan ketika mereka tidak berpendidikan dan miskin, hal tersebut setidaknya diungkapkan oleh badan PBB untuk pemberdayaan perempuan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan perempuan menjadi penting dalam suatu bangsa dan negara.
  2. Ibu Yang Berpendidikan Melahirkan Anak Yang Cerdas Banyak penelitian mengungkap, anak cerdas dilahirkan dari ibu yang cerdas. Tak hanya itu, ibu yang cerdas juga meningkatkan usia kesempatan anak untuk hidup melewati usia lima tahun.
  3. Mencegah Pernikahan Dini. Data United Nations Population Fund menunjukkan, satu dari tiga anak perempuan di negara terbelakang menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Itu tandanya perempuan lebih besar kehilangan haknya untuk mengembangkan diri karena disibukkan dengan hal-hal domestik keluarga, seperti mengurus anak.
  4. Mengurangi Kemiskinan. Kemajuan dan keberlangsungan suatu bangsa tergantung partisipasi perempuan, pendidikan dan ekonomi. Seperti yang pernah dikatakan Obama dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, "Masa depan tidak harus melulu dimiliki kaum patriarki. Masa depan harus dibentuk oleh anak-anak perempuan yang pergi ke sekolah dan mereka yang bermimpi hidup sejahtera."
Selain manfaat di atas, beberapa orang single parents yang pernah saya temui, dan termasuk saya sendiri (single parents). 

Jelas, mereka dan saya akan mengatakan pendidikan bagi seorang wanita sangat-sangatlah penting, ketika seorang wanita harus hidup sendirian dengan anak-anaknya tanpa perbekalan dari seorang laki-laki (suami) baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal, dan yang mampu memberikan penghasilan untuk menyambung hidup mereka sebagian besar adalah dari pendidikan.

Itulah beberapa alasan kenapa pendidikan itu sangat penting bagi wanita, bahkan dunia.

Satu hal yang juga harus diingat, pendidikan mampu memutus rantai kemiskinan banyak orang dan menjadi sarana untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. So, masa depan dunia juga ada di pundakmu lho, ladies!

Kasih Sayang Seorang Ibu



Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu. 

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?” Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana cara merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya, “Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

===================================

Tak salah jika pelukan seorang ibu menjadi peraduan ternyaman seorang anak. Ibu memberikan perhatian dan waktunya setiap waktu, ia rela menghabiskan waktu dan melakukan kesehariannya dengan sang buah hati dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Kedekatan ibu dan anak begitu hangat dan penuh dengan ikatan emosional yang sangat tinggi. Terlebih saat ibu menghabiskan waktu untuk sekadar bermain, bercanda dan tertawa bersama. Kehangatan tersebut murni dari lubuk hati terdalam, tanpa ada tekanan bahkan seperti meluapkan kerinduan terdalam saat bertemu, berjumpa dengan buah hati yang ia lahirkan.

Momen seperti itulah yang pastinya membuat kamu rindu kepada ibu. Kerinduan yang kadang harus kamu tahan ketika kau berada di tempat yang jauh dan tak bersamanya.

Jika beliau masih ada, jangan lupa memberikan kasih sayangmu lebih dari yang pernah kau berikan selama ini dan jika beliau sudah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tulus tanpa syarat kepadamu.

Kita Hidup di Dunia ini Hanya Sebentar Saja! Jadi, Kurangi Nyakiti Orang Lain


Selalu ingatkanlah pada hati kita untuk jangan pernah berlaku sembarangan tehadap orang lain, terlebih saat kita Tuhan beri nikmat yang luar biasa, karena tidak sedikit orang yang ketika diberi kesempatan hidup enak malah berlaku sebaliknya. 


Kita harus selalu sadar, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, kenikmatan yang kita miliki saat ini hanyalah pinjaman dari Tuhan, maka dengan terus mengingat demikian insyaallah kita tidak akan pernah sembarangan menjalani hidup. Satu hal yang harus selalu kita ingat, malaikat maut datang bertamu tidak pernah mengetuk pintu rumah, maka kurang-kurangi jahat kepada orang lain, sebab bisa jadi kita kembali kepada Tuhan sebelum meminta maaf kepada mereka yang kita sakiti hatinya.

Berusahalah Untuk Senantiasa Baik Sama Orang Lain, Meski Benar Orang Tersebut Telah Lebih Dulu Jahatin Kita

Lantas siapapun kita saat ini, apapun jabatan yang kita miliki, seberapa banyak ilmu yang melekat dalam diri kita, jangan membuat kita jumawa dan angkuh di hadapan sesama. Berusahalah untuk selalu merendahkan hati, berusahalah untuk senantiasa baik kepada siapapun, meski benar orang tersebut telah lebih dulu jahatin kita.

Jangan pernah kita berlaku hal yang sama kepada siapapun yang telah nyakitin kita, meski benar di dalam hati yang dasar kita begitu sangat ingin membalasnya. Sungguh Tuhan tidak pernah melewatkan suatu balasan meskipun itu hanya sedikit saja, karena Tuhan maha adil dan maha sempurna dalam memberi balasan pada setiap yang dilakukan hamba-hamba-Nya.

Jadi perbaiki diri kita dengan terus memperbaiki hati kita, jangan biarkan rasa jumawa dan sombong menyelinap ke dalamnya, karena hati adalah pangkal dari setiap tindakan kita. Jika hati telah baik maka insyaTuhan semua tindakan yang keluar dalam diri kita, ntah itu berupa sifat atau pun perilaku akan tetap terjaga dengan baik.

Sungguh Nyawa yang Masih Ada Dalam Diri Kita Hanya Sebatas Pinjaman, Maka Jangan Pernah Lupa Untuk Selalu Mencari Tujuan Tuhan . Oleh sebab itu, sangat penting sekali mengingat tujuan hidup kita, mengingat kapan kita akan kembali kepada-Nya, karena sesungguhnya nyawa yang masih ada dalam kiri kita hanya sebatas pinjaman semata. Ntah besok, lusa, atau pun nanti ia akan kembali kepada pemilik-Nya, maka jangan pernah lupa untuk selalu mencari ridho-Nya dengan terus berlaku baik kepada siapapun di dunia ini.

Ingatlah sekali lagi, kita hanya singgah sementara di dunia ini, karena tujuan kita hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat kelak. Dan tentang perbuatan baik yang selalu Tuhan anjurkan, itulah bekal kita untuk sampai pada tujuan kita dengan selamat. Lantas jangan pernah merasa aman tatkala Tuhan masih memberikan kita kenikmatan luar biasa, umur yang panjang, dan menjauhkan kita dari kata sulit, sebab bisa jadi semua itu adalah ujian untuk kita.


Jangan terkecoh kepada hal indah yang Tuhan anugerahkan, tetap rendah hati dan senanglah berbuat baik, agar kita selalu selamat baik di dunia mau pun di akhirat kelak.

Ini Alasan Orang Bali ke Dapur Usai Bepergian


Sejak kita kecil orangtua kita pasti menyarankan setelah bepergian harus masuk ke dapur dahulu, begini penjelasannya. Dapur dalam bahasa Bali disebut  Paon atau Puwaregan ini, tak hanya menjadi tempat memasak. Namun, punya fungsi khusus menurut keyakinan Hindu.

Kata Paon sesungguhnya berasal dari istilah Pawon yang terdiri dari kata Pa dan Awuan yang artinya tempat abu. Tentu dengan demikian sangat mengena dengan konsep memasak masyarakat Bali zaman dahulu.

Selain dikenal sebagai tempat untuk memasak, dapur di Bali memiliki banyak makna, baik untuk upacara agama maupun sebagai tempat penyucian diri. Hal tersebut dikaitkan dengan Dapur sebagai Stana Dewa Brahma.

Jadi, untuk memohon panglukatan kepada Dewa Brahma, masyarakat diharapkan memohon di pelangkiran dapur,”.

Dalam Lontar Wariga Krimpin “disebutkan bahwa, Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri. 

Ketika seseorang mengalami sebel atau cuntaka setelah melakukan upacara Pitra Yajna, dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur.

Selain sebagai tempat memasak atau pun tempat makan, ternyata dapur juga menetralisasi  ilmu hitam atau pun butha kala yang mengikuti sampai ke rumah. Pernyataan tersebut tertuang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi.

Oleh karena itu, anggota keluarga yang berpergian hendaknya mengunjungi dapur terlebih dahulu, sebelum ke bangunan utama rumah ketika sudah pulang atau datang dari luar.

Tak jarang di Bali muncul mitos bila  penghuninya tidak ke dapur terlebih dahulu, ketika sampai di rumah, maka bhuta kala atau segala ilmu hitam mengikutinya sampai di dalam kamar.


“Sampai akhirnya penghuni rumah tersebut mengalami perasaan tidak tenang (seperti dihantui) dan tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yan pasti,”.

Konsep Tuhan Dalam Agama Hindu Bali




Kitab suci agama Hindu disebut “Weda” dalam literatur berbahasa Indonesia atau “Veda” dalam literatur berbahasa Inggris dan Sanskerta. Kata “Veda” adalah kata sanskerta yang berasal dari akar kata ‘Vid” yang berarti “untuk mengetahui; pengetahuan” (to know; knowledge). Untuk mengetahui apa dan pengetahuan tentang apakah kitab suci Weda? 

Kitab Weda berisi pengetahuan tentang Realitas Tertinggi (Agung) dan Absolut sehingga dengan demikian kitab suci Weda adalah merupakan teks manual untuk mengetahui Realitas Tertinggi dan Absolut. Dalam sastra Weda Realitas Tertinggi (Agung) dan Absolut disebut dengan banyak nama oleh kaum arif bijaksana/cendekia atau mereka yg sudah tercerahkan diantaranya yaitu Sat, Brahman, Siwa, Chit, Atman, Hridaya, dll. 

Namun dari sekian banyak nama, kata Brahman adalah yang populer dan paling sering disebut dalam kitab Upanisad.
Hal ini ditegaskan dalam salah satu sloka (ayat) Weda yang berbunyi “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadhanti” yang berarti ‘Hanya ada satu Realitas Tertinggi dan Absolut namun orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. 

Dalam bahasa theologi Indonesia Realitas Tertinggi dan Absolut ini disebut “Tuhan” atau “God” dalam bahasa Inggris. Bagi umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali menyebutnya dengan kata “Sang Hyang Widhi Wasa.” Sang adalah kata ganti utk subyek yg mulia dan agung yang netral atau neuter (tidak bergender laki-laki atau perempuan). Hyang berarti yang maha tinggi/agung/mulia merujuk pada yg suci. 

Widhi berarti ‘mengetahui.” Wasa berarti esa atau tunggal. Jadi secara harfiah sebutan Tuhan dalam agama Hindu di Bali “Sang Hyang Widhi Wasa’ berarti “Dialah satu2nya yang maha mengetahui, atau Yang Maha Mengetahui adalah Tunggal. Dalam bahasa Indonesia sering disingkat dengan sebutan “Tuhan Yang Maha Esa.”

Secara umum kitab suci Weda dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian yg disebut dengan ‘Karma Kanda” yaitu kitab yg berisi doa-doa dan manual/panduan pelaksanaan upacara/ritual dan bagian yg disebut dengan ‘Jnana Kanda” yaitu kitab yg berisi filsafat/theologi atau pengetahuan tentang Brahman (Tuhan). Dalam agama hindu pengetahuan tentang Brahman (Tuhan) disebut “Brahmavidya.”

Bagian kitab Weda yang memuat pengetahuan tentang Brahmavidya disebut Upanisad. Oleh karena letaknya berada di bagian akhir dari Weda, kitab Upanisad disebut juga dengan “Vedanta”. Veda = Weda; anta= akhir. Jadi Vedanta berarti bagian akhir atau kesimpulan dari Weda. Selain kitab-kitab Upanisad, Brahmavidya juga bersumber dari kitab hindu lainnya yaitu Bhagavad Gita dan Brahmasutra.

Dalam sistem filsafat hindu yg dikenal dengan ‘Sad Dharsana” (6 sistem/sekolah filsafat hindu), sistem filsafat (school of thought) yang menjadikan ketiga kitab di atas yaitu Upanisad, Bhagavad Gita dan Brahmasutra sebagai sumber referensi utama atau fondasi (prastanatraya) dari konsep theologi hindu disebut filsafat ‘Vedanta” (Vedanta Philosophy).

Dalam filsafat Vedanta dikenal ada 2 konsep ketuhanan (theologi) yaitu aspek Tuhan yang lebih tinggi yg disebut Nirguna Brahman dan aspek Tuhan yg lebih rendah yg disebut Saguna Brahman.

Nirguna = nir (tanpa); guna (sifat-sifat materi yaitu satwik, rajasik, tamasik). Jadi Nirguna Brahman berarti Tuhan dalam aspeknya yang tanpa wujud (formless and atributeless), tanpa sifat-sifat (bebas dari triguna), netral (neuter), tanpa sifat-sifat antropomorfis. Tak terdefinisikan, tak terjangkau oleh pikiran/tak terbayangkan (acintya), tak terbatas oleh ruang dan waktu (infinite), tak berawal dan tak berakhir (eternal) atau kekal abadi (anadi ananta). Realitas tunggal dan absolut, tak ada yg kedua selain DIA (ekameva advityam brahman), dan merupakan satu-satunya substratum/fondasi yang menyangga dan menopang alam semesta. 

Semua yg ada di dunia tidak bisa ada/eksis tanpaNya. Seperti cinema dimana semua objek, adegan, dan fenomena dalam gambar yg kita lihat tidak akan bisa nampak (dilihat) tanpa adanya layar (screen). Eksistensi (wujud) dari Nirguna Brahman adalah hanya “Kesadaran Murni” (prajnanam) atau Pure Consciousness. 

Kesadaran Murni ini tidak bisa dilihat, diraba, dirasakan karena Ia bukanlah objek tapi merupakan esensi yg hakiki dari eksistensi alam semesta dan isinya (kita manusia adalah bagian dari alam semesta karenanya esensi kita yg hakiki adalah sama dg esensi alam semesta yaitu Brahman itu sendiri). Brahman yang bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup termasuk manusia sebagai esensi atau “DIRI SEJATI” disebut “Atman.” Karena DIA bukanlah objek yg bisa dikenali (recognise) oleh panca indera dan pikiran maka DIA hanya bisa dialami langsung (anubhawa) sebagai “Kesadaran Murni.”
Brahman dalam aspeknya yg nirguna memiliki kekuatan (sakti) yang inheren atau intrinsik di dalam diriNya. Dengan saktiNya inilah tercipta alam semesta beserta isinya (nama dan rupa). 

Untuk melakukan fungsinya sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur alam semesta Brahman harus mengambil wujud tertentu. Misalnya mengambil wujud sebagai Dewa Brahma saat mencipta alam semesta, wujud Dewa Wisnu saat menjalankan fungsinya sebagai pemelihara alam semesta, dan wujud Dewa Siwa saat melebur dunia kembali kepada asalnya. 

Nama Brahma, Wisnu, Siwa, adalah penyebutan atau gelar yg diberikan oleh manusia kepada Tuhan yang satu sesuai dengan fungsi yg dijalankan. Ini tidak berarti ada 3 Tuhan yaitu Tuhan Brahma, Tuhan Wisnu, dan Tuhan Siwa. Semuanya merujuk pada satu entitas yaitu Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Kurang lebih sama dengan laki-laki yang disebut dan dipanggil sesuai dg fungsi/perannya. Misalnya laki-laki ini adalah seorang presiden. 

Di kantor oleh para menterinya Ia dipanggil bapak presiden. Di rumah Ia dipanggil ayah/papa/bapak oleh anak2nya atau Mas, Kakanda, Sayang oleh istrinya. Di rumah orangtuanya Ia mungkin dipanggil ‘nak’ oleh orangtuanya, atau mas/kakak/dik oleh saudara2nya.

Fungsi/peran tidak bisa lepas dari wujud dan sifat-sifat (guna/atribut). Oleh karena itu Tuhan yg pada hakekatnya tidak berwujud dan tak terbayangkan disimbolkan atau dipersonifikasikan dg wujud dan sifat-sifat rertentu sesuai dg peran dan fungsinya.Tuhan yang mengambil wujud tertentu untuk menjalankan fungsi dan perannya di dunia disebut Saguna Brahman. Sa=dengan/ber; guna=sifat-sifat (atribute). Wujud dan sifat yg dimaksud disini bukanlah wujud fisik/kasar melainkan metafisik. 

Misalnya sebagai pencipta Tuhan dipersonifikasikan sebagai Dewa Brahma dengan wujud sedemikian rupa. Demikian juga wujudNya sebagai Dewa Wisnu dan Dewa Siwa sebagai pemelihara dan pelebur alam semesta digambarkan/disimbolkan sedemikian rupa. Semua wujud personifikasi ini adalah imajinasi/kreasi dari pikiran untuk membayangkan yang ‘tak terbayangkan dan tak terpikirkan.” 

Selain 3 fungsi/peran utama Tuhan yg disebutkan di atas masih banyak lagi fungsi dan peran yg lain dan dipersonifikasikan dg simbol/lambang tertentu misalnya yaitu Dewi Saraswati, lambang atau personifikasi dari Tuhan dalam fungsi dan peranNya sebagai sumber ilmu pengetahuan (science) atau Dewi Laksmi, personifikasi Tuhan sebagai sumber kekayaan/kemakmuran. 

Semua wujud2 (personifikasi) Tuhan ini bersifat halus tidak berwujud kasar seperti badan kasar manusia dan bisa dilihat (vision of god) lewat bhakti (devotion) dan meditasi yg dalam serta intens. Semua yg berwujud termasuk wujud dan personifikasi Tuhan pun bisa hancur/hilang/lenyap kembali kepada aspeknya yg lebih tinggi dan eksis dalam esensinya yang hakiki yaitu Realitas Absolut (Brahman) yg adalah Nirguna (formless dan atributeless).

Konsep Saguna Brahman ini diterjemahkan oleh penganut hindu di Bali lewat seni dan budaya salah satunya adalah dalam bangunan tempat suci yg disebut ‘Pura.” 

Maka tidak heran tempat ibadah (Pura) di Bali selalu dihiasi dg ukiran/pahatan patung-patung yg melambangkan personifikasi Tuhan sesuai dg peran dan fungsinya. Bagi yang pernah berkunjung atau berlibur ke Bali pasti tidak asing dengan patung-patung Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, dll yg ada di Pura. Atau di Candi Prambanan yang dihiasi dg patung Dewi Durga.

Ini bukan berarti umat hindu menyembah patung. Patung-patung tsb hanyalah sebagai media untuk membantu konsentrasi saat sembahyang/berdoa kepada Tuhan yg bersifat metafisik dan transendental.

Pindah Agama Menurut Hindu, Kisah Nyata Pak Made




Pindah agama pada umumnya disebabkan karena mengikuti keyakinan dari pasangannya. Karena di Indonesia untuk menikah tidak bisa dengan agama yang berbeda.  Dan tentu masih ada hal-hal lain yang menyebabkan seseorang pindah agama.

Berikut adalah sudut pandang dari Agama Hindu jika umatnya pindah agama, yaitu:

  1. Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavadgita Xvi.23. Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi.
  2. Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka. Hal ini telah disebukan dalan Manawa Dharma sastra VI.35. Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutannya akan tenggelam ke bawah. Jika sudah meninggalkan agama Hindu berarti tidak bisa lagi membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena tidak mengakui adanya Tri Rna.
  3. Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju Swargaloka. Hal ini telah disebutkan dalam Bhagavad gita III.35. Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain.
Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu. Bisa jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah melekat juga sejak ribuan tahun.

Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan dengan disiplin dan ketat.

Kisah Nyata Umat Hindu Pindah Agama
Kisah sedih dialami oleh Pak Made yang berasal dari Klungkung. Pak Made pergi ke Jogja untuk kuliah hingga pada akhirnya menikah dengan wanita disana dan mengikuti keyakinan istrinya. Namun pernikahannya itu tidak bisa diterima oleh orang tuanya di Bali. Dan Pak Made pun sudah dianggap anak hilang.

Pak Made bahagia dengan keluarganya dan dikaruniai 3 orang anak laki-laki. Hingga beberapa tahun lalu Pak Made pun meninggal dan dua tahun kemudian di susul oleh istrinya. Meninggalkan 3 anak mereka yang sudah besar.

Sejak mininggal beberapa tahun lalu, Made sering mendatangi ibunya di Bali, baik dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Ibu ini sekarang sudah berusia sekitar 70 tahun. Matanya sudah rabun berat. Tapi dalam jaga ia sering melihat anaknya made datang ke rumahnya, kadang-kadang duduk di tangga rumah, kadang-kadang menemuinya di dapur. 

Ingat ibu ini sudah rabun berat. Ia tidak bisa melihat siapapun. Tapi ia melihat sosok made yang sudah meninggal dengan jelas. Mungkin yang melihat adalah mata bathin-nya? Ia juga mendengar suaranya dengan jelas. Made sering mendatanginya dan menangis sedih sekali.

kenapa kamu Made,”  tanya ibu ini satu kali.

Tyang ngidih pelih Me. Tulung kedetin tiang” (saya minta maaf Ma. Tolong tarik saya. Secara harfiah arti ‘kedetin’ ditarik dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, dari tempat yang gelap ke tempat yang terang, dari penderitaan kepada kebahagiaan , dari kematian kepada kehidupan. Arti simboliknya di  Abenkan ( NGABEN).

Tapi kulit Made kan sudah lain”. 

(maksudnya agamanya kan sudah beda ).

Ya, Saya salah jalan. Sekarang saya berada di lorong yang gelap. Saya tidak bertemu siapa-siapa. Saya dengar istri saya sudah meninggal. Tapi saya tidak bertemu dengan dia. Saya kesepian sekali di sini, Me.

Tolong kedetin tiang”.

Singkat cerita anak dari Pak Made datang ke Bali, menyampaikan pesan dari Alm. Ibu mereka bahwa Pak Made sebelum meninggal ingin diupacarai dengan upacara Hindu-Bali ketika meninggal. Akan tetapi pesan itu disimpan oleh Alm. Ibu mereka selama ini.

Karena Pak Made sudah dikubur sesuai keyakinan agama lain sehingga kuburannya tidak diijikan untuk di bongkar oleh petugas pemakaman. 

Pengabenan Made tetap dilangsungkan. Ia dibuatkan pengadeg-adeg (semacam simbol dari Made)  dari kayu cendana.

Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu, Catur Purusa Artha



Dalam ajaran agama Hindu ada sebuah sloka yang berbunyi "Moksartham Jagathita ya ca iti Dharmah" yang artinya tujuan beragama adalah untuk mencapai kebahagian abadi atau moksa. Yang kemudian dijabarkan dalam ajaran catur purusa artha.

Pengertian Catur Purusa Artha berdasarkan etimologi

Catur purusa artha berasal dari kata catur yang berarti empat, purusa yang berarti hidup, artha berarti tujuan . Catur purusa artha berarti empat tujuan hidup sebagai manusia . Hal ini tertulis dalam Brahma Purana 228,45 yaitu
dharma, artha, kama, moksana sarira sadhanam"
artinya : badan yang disebut sarira hanya boleh digunakan alat untuk mencapai dharma, artha, kama, moksa.

Bagian-bagian Catur purusa artha

  1. Dharma adalah kebenaran absolut, yang mengarahkan manusia untuk berbudi pakerti luhur sesuai dengan ajaran agama yang menjadi dasar hidup. Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia. keutamaan dharma sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan, keteguhan abadi, dan menjadi dasar dari semua tingkah laku manusia.
  2. Artha adalah kekayaan dalam bentuk benda-benda duniawi yang merupakan penunjang kehidupan manusia. memiliki harta benda merupakan suatu keharusan , tetapi hal itu harus didasarkan dharma agar tidak dikusai oleh nafsu keserakahan . artha perlu diamalkan (dana punia) untuk  kepentingan manusia.
  3. Kama adalah keinginan untuk memperoleh kenikmatan(wisaya). Manusia hidup cenderung untuk memenuhi keinginan . untuk memenuhi kama harus didasarkan oleh dhama agar tidak melenceng dari ajaran agama dan sebelum kita memenuhi kama kita harus memiliki artha.
  4. Moksa adalah kelepasan, kemerdekaan dan kebebasan (Nirwana) menunggal dengan sang pencipta (Sang Hyang Widhi Yasa) sebagai tujuan utama,tertinggi, dan terakhir. moksa dapat tercapi jika dharma, artha, dan kama sudah terlaksana. 

Jadi dalam menjalani hidup ini kita harus mengamalkan ajara catur purusa artha dengan berurutan yaitu dari dharma ke artha lalu kama kemudian moksa. jangan kita mencari harta dulu tanpa didasarkan dharma sehingga cara memperolehnya tidak sesuai dengan ajaran agama seperti mencuri dan korupsi, dan seterusnya .

Sabarlah, Jangan Membenci Meski Sering Disakiti, Tetaplah Berbuat Baik



Tak ada seorang pun yang ingin disakiti. Namun, entah apa yang merasukinya, tetap saja ada orang yang menyakiti, baik secara sengaja atau tidak. Namun, jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan tetap berbuat baik.

Disakiti, memang membuat perih. Apalagi bila yang menyakiti adalah orang terkasih. Seseorang yang amat disayangi, tetapi malah membuat perih.

Menikam luka hingga ke ulu hati. Sakit tak terperi. Hingga, seringkali rasa sayang berubah jadi benci.

Namun, janganlah lakukan itu. Jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan terus berbuat baik. Karena bila kau membenci, kau hanya akan mengotori hatimu yang jernih. Membuatmu terus berpikir negatif terhadap orang yang kau benci. Hingga, tak kau lihat lagi kebaikan dari dirinya.

Jangan Membenci

Karena sesungguhnya, sejahat apapun seseorang, pasti ada sisi baik darinya. Selain itu, bila membenci, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Karena semakin kau membenci, semakin tak tenang hidupmu, terutama ketika bertemu dengan orang yang kau benci.

Karena itu, jangan membenci meski sering disakiti. Sabarlah dan tetaplah berbuat baik. Dengan begitu, hatimu akan semakin jernih. Perih juga akan terobati dengan sendirinya. Kau juga dapat memperlihatkan kepada orang yang menyakitimu bahwa engkau berbeda.

Meski sering tersakiti, tidak akan membuatmu menjadi buruk hati. Kau tetap pribadi yang suci. Tetap jadi pribadi yang baik budi. Yang takkan menjadi pembenci hanya karena sering tersakiti.

Namun, bila memang harus membenci, maka bencilah sifatnya bukan orangnya. Dengan membenci sifatnya, tentu kau tidak akan melakukan hal yang sama yang dapat menyakiti bukan?

Lagi pula, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Sesudah kesedihan pasti ada kebahagiaan. Jadi, untuk apa membenci bila bahagia nantinya akan hadir juga? Untuk apa membenci bila benci malah membuat jiwamu gelisah?

Karena itu, jangan membenci meski sering tersakiti. Tetaplah sabar dan tetaplah berbuat baik. 

Karena dengan kamu terus berbuat baik, akan ada kejutan-kejutan indah yang nantinya akan menghampirimu.