Salah satu tarian tradisional yang memiliki status sebagai warisan budaya dunia adalah joged bumbung. Hanya saja, ada fenomena miris yang perlu menjadi perhatian serius terkait keberadaaan tari tradisional ini. Fenomena tersebut adalah adanya sebagian oknum masyarakat yang kerap mempertunjukkan tarian ini dalam cara (mohon maaf) yang mesum dan erotis.
Kebiasaan untuk mengajak pengunjung untuk menari bersama merupakan hal yang lumrah di kalangan penari bumbung. Hanya saja, secara pakem, ajakan tersebut hanya berupa godaan saja. Kalaupun ada pengunjung yang berpartisipasi, tarian tetap dilakukan dengan gerakan sopan. Namun, kondisi ini jauh berbeda pada praktik dari para penari mesum.
Para oknum penari bumbung yang tidak bertanggung jawab, sering menggunakan gerakan yang mesum. Tak jarang, gerakan yang dipertontonkan merupakan gerakan seperti orang (mohon maaf) tengah bersenggama. Hal ini tentu saja cukup memprihatinkan. Apalagi, tak sedikit anak-anak yang turut berpartisipasi melihat pertunjukan tari tradisional ini.
Oleh karena itu, Pemerintah Bali sempat memiliki inisiatif untuk melarang pelaksanaan pertunjukan tari bumbung. Namun, upaya tersebut ternyata masih belum cukup. Tak jarang, tarian tradisional yang disalahgunakan menjadi tari mesum ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sontak, hal ini membuat citra tari tradisional ini memburuk.
Asal-usul Joged Bumbung Khas Bali
Dalam pakem aslinya, tari bumbung merupakan jenis tari tradisional yang positif. Keberadaannya bisa ditelusuri sejak thun 1940-an, dan dimanfaatkan sebagai tari pergaulan. Saat itu, tari ini menjadi sarana hiburan untuk para petani yang lelah setelah bekerja seharian di sawah. Dalam praktiknya, penari memang kerap mengajak para petani yang tengah menonton untuk berpartisipasi.
Penari yang biasa mempertunjukan tari bumbung adalah seorang wanita, yang memperlihatkan gerakan lincah serta dinamis. Dalam praktiknya, tari bumbung kerap disertai dengan iringan musik yang berasal dari gamelan serta perangkat musik dari bambu. Tidak ada cerita secara khusus yang menjadi corak dari pertunjukan tari ini. Hanya saja, secara umum tari Bali mengedepankan etika dalam setiap pementasannya.
Oleh karena itu, saat ini masyarakat Bali terus berusaha untuk mengembalikan joged bumbung dalam pakem aslinya. Hal ini penting, untuk bisa menghilangkan kesan sebagai tarian p0rn0 yang sudah berkembang di masyarakat luas. Apalagi, tarian ini memang sengaja diciptakan bukan untuk unsur mesum, tetapi murni sebagai hiburan.
Dengan begitu, citra Bali yang terkenal dengan kekayaan budayanya tidak tercoreng oleh tindakan orang-orang tak bertanggung jawab. Tidak ingin nama Indonesia buruk di mata internasional, kan?