Kepercayaan akan adanya roh dan leluhur dalam keyakinan masyarakat Bali menjadikan masyarakat Hindu Bali sangat menghormati leluhur maupun mereka yang telah meninggal dalam keluarganya. Sehingga banyak sekali akan kita temukan ritual atau upacara yang bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada roh orang yang telah meninggal maupun para leluhur. Dalam adat, tradisi dan budaya masyarakat Hindu Bali, ada sebuah ritual yang disebut dengan istilah meluasin atau nunas baos. Nunas berarti meminta sedangkan baos berarti ucapan, jadi nunas baos dapat diartikan meminta atau memohon petunjuk secara ghaib atau mistik kepada para leluhur ataupun roh seseorang yang telah meninggal. Ritual ini adalah sebuah ritual untuk mencari dan mendapatkan sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan yang dilakukan secara ghaib atau niskala dengan perantara, mediator seorang dukun atau seorang jero dasaran. Dukun tradisional bali dikenal dengan sebutan Balian, sedangkan Jero Dasaran adalah seorang yang dianggap mampu berkomunikasi dengan alam ghaib utamanya roh – roh leluhur ataupun roh orang yang telah meninggal. Jero Dasaran adalah semacam seorang mediator antara alam nyata dan alam roh atau alam ghaib. Ritual nunas baos atau meluasin ini biasanya dilakukan oleh sebuah keluarga apabila dalam keluarga tersebut mendapatkan atau tertimpa sebuah musibah, sakit, kematian ataupun apabila akan mengadakan sebuah upacara adat agama yang besar dalam keluarga. Namun yang lebih sering adalah apabila sebuah keluarga tertimpa musibah, sakit atau kematian.
Dalam ritual meluasin atau nunas baos ini, biasanya para Balian atau Jero Dasaran ini akan berusaha berkomunikasi dengan roh para leluhur atau roh orang yang telah meninggal dari keluarga yang bersangkutan. Balian atau Jero Dasaran ini akan mengundang para leluhur dari keluarga yang datang kepada mereka, dengan kemampuan mistik dan mantra. Dalam ritual ini, tubuh Balian atau Jero Dasaran ini akan dirasuki oleh roh atau leluhur yang diundang. Roh atau leluhur yang datang biasanya memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan ciri – ciri fisik dalam kehidupannya terdahulu. Setelah itu para anggota keluarga yang datang dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau tujuan mereka mengundang mereka untuk hadir di dunia. Pertanyaan umumnya berkisar diantara sebab musabab terjadinya sebuah musibah, sakit ataupun kematian ataupun hal – hal lain yang mungkin menjadi ganjalan dalam hati mereka.
Bagi masyarakat tradisional Bali, ritual ini sangat dipercaya dan dianggap sebagai salah satu jalan dalam menanggulangi dan mencegah sebuah kejadian buruk yang sedang menimpa atau akan menimpa. Bagi mereka yang tertimpa sebuah bencana, permasalahan, musibah atau sakit akan meminta berbagai petunjuk dari para leluhur mereka, melalui perantara Balian atau Jero Dasaran perihal apa yang dapat mereka lakukan untuk menanggulangi dan menghilangkan serta apa yang menjadi sebab terjadinya musibah yang dialami. Petunjuk yang didapat yang dianggap merupakan petunjuk yang diberikan oleh para leluhur mereka melalui perantara Balian dan Jero Dasaran ini. Petunjuk yang paling sering didapat guna mengatasi atau mencegah sebuah hal buruk yang terjadi atau yang akan terjadi adalah petunjuk untuk melakukan sebuah upacara atau ritual khusus dan petunjuk tentang berbagai upakara banten atau persembahan yang mesti dilakukan, kapan waktunya dan dimana serta beberapa petunjuk tentang sebab – sebab yang telah mengakibatkan sebuah musibah, sakit ataupun kematian terjadi. Setelah mendapat petunjuk tersebut maka keluarga yang bersangkutan akan menggelar ritual atau upacara sesuai dengan petunjuk dan arahan yang mereka dapat dari ritual nuans baos atau meluasin tersebut. Tertanggulangi ataupun tidak semua permasalahan, musibah ataupun sakit, setelah pelaksanaan ritual upacara sesuai petunjuk yang didapat bukanlah menjadi tanggung jawab dari Balian atau Jero Dasaran tersebut. Semua dikembalikan pada keyakinan sendiri dari keluarga yang bersangkutan.
Namun yang patut menjadi perhatian dari ritual ini adalah betapa seringnya sebuah keluarga mendapatkan petunjuk yang terkadang malah memicu ketidak harmonisan dalam hubungan sebuah keluarga dan masyarakat. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin inilah ungkapan yang pas untuk menggambarkan hal ini. Karena seringkali bukan petunjuk - petunjuk bijak yang didapat tapi malah petunjuk yang cenderung memprovokasi.masalah. Musibah ataupun hal buruk yang menimpa belum juga teratasi kemudian ditambah atau timbul masalah baru. Tidak jarang sebuah keluarga yang datang pada seorang Balian atau Jero Dasaran untuk memohon petunjuk secara ghaib atau niskala akan sebab dan akan sebuah permasalahan, sakit ataupun kematian mendapat jawaban atau petunjuk yang menyatakan bahwa segala hal buruk yang terjadi di keluarga mereka disebabkan oleh ulah orang lain atau seseorang yang ternyata masih keluarga dekat mereka. Dalam ritual ini betapa seringnya sebab – sebab suatu penyakit dikatakan sebagai ulah orang jahat melalui perantara ilmu hitam,yang di Bali dikenal dengan istilah pengleakan. Banyak sekali kejadian dimana seorang yang menderita sakit medis namun dinyatakan oleh seorang Balian atau Jero Dasaran menderita penyakit magis. Kemudian menyatakan bahwa melalui petunjuk ghaib penyebab dari penderitaan dan sakit yang mereka derita adalah disebabkan oleh serangan ilmu hitam dari orang yang tidak suka kepada mereka.
Namun yang lebih memprihatinkan adalah ketika orang yang paling sering dituding dan dituduh sebagai biang kerok dari ilmu hitam tersebut adalah keluarga dekat mereka sendiri. Hal inilah salah satu penyebab utama adanya hubungan yang tak harmonis dalam sebuah keluarga dan masyarakat tradisonal Bali. Meskipun dipermukaan tampak tiada riak, namun di kedalaman bagaikan api dalam sekam. Saling mencurigai, berbagai prasangka buruk timbul dalam pikiran dan hati yang menyebabkan rasa tidak nyaman, tidak aman dalam hubungan keluarga besar. Padahal sebuah keluarga besar semestinya bersatu padu, rukun dan saling mendukung.
Ungkapan "layah gigi nyakitin" yang berarti bahwa keluarga sendirilah yang telah menyakiti atau berbuat jahat, melalui perantaraan "ilmu hitam" adalah sebuah ungkapan yang biasa didengar dalam masyarakat atau keluarga tradisional Bali. Kepercayaan akan ghaib dan mistik yang membabi buta tanpa logika dan pemikiran yang realistis inilah yang banyak menimbulkan banyak permasalahan,utamanya permusuhan baik dalam keluarga ataupun masyarakat tradisional Bali.
Menyikapi hal ini maka betapa pentingnya dibangun kesadaran di dalam diri pribadi dan masyarakat bahwasanya tidak semua hal dapat diselesaikan dengan ritual, upacara dan mistik. Tidak semua hal harus dibayar dengan berbagai upakara dan upacara. Musibah, penyakit dan kematian semua hal tersebut sudah diatur oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bahwasanya sebagai manusia kita tak akan luput dari Suka, Duka, Lara, Pati, kebahagiaan, kesedihan, sakit dan kematian. Bahwasanya kehidupan berputar, kadang diatas kadang dibawah. Kita tak luput dari Rwa Bhineda, baik buruk, suka duka, kelahiran dan kematian. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan dan itu pasti yang terbaik buat umatnya.
Ketika sakit atau mengalami suatu penyakit, berusaha untuk mendapatkan kesembuhan adalah hal yang wajar. Baik usaha melalui pengobatan medis, kedokteran ataupun mungkin secara alternatif. Tidak ada orang yang ingin mengalami sakit, namun "tan hana wong ayunulus", tak ada manusia yang hidupnya selalu baik, selalu lancar atau selalu sehat. Semua pasti pernah atau akan mengalami sakit dan pada akhirnya semua orang akan mati, karena kematian itu adalah hal yang pasti. Menyadari akan hal tersebut, usaha untuk mendapatkan kesembuhan atau kesehatan semestinya jangan membuat kita selalu menyalahkan keadaan dan berusaha mencari kambing hitam atau mengkambing hitamkan orang lain atas apa yang kita derita.
Memang baik sekali memohon petunjuk tentang suatu hal yang mungkin diluar pengetahuan ataupun diluar nalar kita kepada mereka yang mempunyai pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun akan sangat berbahaya apabila terlalu berlebihan mempercayai berbagai petunjuk mistik yang diberikan oleh seseorang, yang mungkin saja belum tentu benar adanya. Apalagi jika petunjuk tersebut pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada permasalahan – permasalahan baru. Sebab itulah penting sekali bagi semua orang untuk berusaha memilah, memilih, berpikir secara bijak dengan logika dan nalar serta senantiasa berusaha melihat realitas yang ada.
Disinilah pentingnya untuk senantiasa mawas diri, senantiasa melihat kedalam, introspeksi, jangan selalu menyalahkan keadaan atau orang lain apabila ada kejadian atau hal yang buruk menimpa . Mawas diri berarti senantiasa berpikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk sebelum bertindak. Senantiasa berusaha melihat sebuah permasalahan atau sebuah kejadian dari sudut pandang yang baik dan berusaha memetik hikmahnya. Semua hal yang terjadi dalam kehidupan adalah sebuah pembelajaran kehidupan dari penguasa alam semesta.
Mawas diri berbeda dengan sikap waspada, waspada berarti senantiasa siap akan segala kemungkinan yang terjadi. Namun waspada lebih cenderung adalah sikap saat seseorang sedang dalam sebuah pertempuran atau peperangan. Waspada berarti bahwasanya kita tengah berhadapan dengan musuh atau ada seseorang yang dianggap sebagai musuh. Jadi sikap waspada ini biasanya diawali dengan adanya sebuah permusuhan. Sikap waspada yang berlebihan timbul akibat berbagai prasangka buruk atau rasa curiga. Semakin besar prasangka dan rasa curiga menimbulkan lebih banyak ketakutan dan kecemasan. Berbagai prasangka buruk ini membuat hati dan pikiran tidak tenang. Seseorang yang pikirannya tidak tenang akan akan mudah sekali tersulut amarahnya. Kecemasan, ketakutan, benci, dendam dan amarah semua ini meracuni pikiran, badan dan sel – sel tubuh tanpa di sadari. Kemudian semua pemikiran negatif ini melemahkan kekebalan tubuh manusia dan membuat seseorang gampang sekali terserang penyakit.
Karena pikiran memiliki peranan yang sangat besar dalam kesehatan tubuh, maka semua hal yang meracuni pikiran akan segera berdampak pada tubuh. Bukannya kesembuhan yang didapat tapi sebaliknya, berbagai penyakit malah tambah lebih mudah menyerang badan. Bukannya orang lain atau ilmu hitam yang ternyata menyebabkan penyakit, namun ternyata segala pikiran buruk sendirilah yang menimbulkan berbagai penyakit, yang tampak sulit sekali diatasi. Bukanya badan yang sakit tapi pikiranlah yang sedang sakit, sehingga ketika didiagnosa secara medis tidak ditemukan adanya sebab – sebab medis dari penyakit yang diderita. Badan ini sehat tapi ia merasa sakit, badan ini kuat tapi ia merasa lemah, itu semua karena pikiran.
Prasangka, amarah, dengki dan dendam adalah racun yang sangat berbahaya bagi pikiran. Sehingga salah satu jalan untuk senantiasa sehat adalah dengan menjaga pikiran. Menjaga pikiran untuk senantiasa berpifikir positif, jauhkan dari segala prasangka dan curiga. Kesadaran bahwa hidup adalah bagaikan putaran roda pedati, kadang dibawah kadang diatas, dan semua pasti tak luput dari yang namanya sakit, hendaknya membuat kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas hidup dan segala kenikmatan serta pembelajaran yang didapat dalam hidup ini dari-Nya. Hidup rukun, harmonis dan saling mendukung dalam kebajikan dalam hubungan keluarga dan masyarakat. Manusia berkarya dan berusaha namun pada akhir dan hasilnya, Tuhanlah yang menentukan. Berbuatlah yang terbaik dan biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya, dan yakinlah bahwa apapun yang kita dapatkan dalam hidup, itu pasti yang terbaik dari-Nya, karena Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga semua dalam kesehatan yang baik, bahagia dan damai.
Sumber (Ganapatyananda)