Perkembangan kehidupan yang kian maju tidak membuat kedudukan wanita setara dengan pria. Bahkan di Bali, dalam sistem pewarisan, masih ada diskriminasi. Ada pandangan di masyarakat Hindu, khususnya di Bali, yang menganggap anak pria saja yang berhak mewaris.
Jangan Terlalu! Ini Bagian Hak Waris Wanita Dalam Hindu
Wanita yang Hebat adalah Wanita Pekerja Keras! Dan Tak Berharap Dari Hasil Suami dan Warisan Sang Mertua
Mengapa wanita perlu mandiri finansial?
payanadewa.com |
Wanita setelah menikah, menjadi orang lain di rumah kelahirannya sendiri, menjadi orang asing di rumah keluarga suami.
Hari Baik dan Buruk Potong Rambut Menurut Hindu Bali
Di Bali masyarakatnya sangatlah peka terhadap apapun yang ada disekelilingnya, dari hal yang besar sampai hal yang paling kecil sekalipun.
Merawat alam adalah pokok ajaran agama Hindu Bali, menjaga keseimbangan sebagai ajaran adi luhung para pendahulu. Terlepas dari merawat bhuana agung atau alam, bagi orang Bali yang identik dengan kesucian, merawat diri tentu saja menjadi pedoman utama, namun dalam hal ini bukan merawat diri dalam artian berhias, selain dengan cara melukat, dalam keseharian bahkan dalam memotong rambut pun orang Bali sangat fanatik dalam memilih hari yang baik untuk memotong rambut. Entah bagaimana dan sejak kapan hal itu sangat dipercayai dan dipegang teguh oleh kalangan masyarakat sampai saat ini.
Rambut adalah mahkota yang harus dirawat secara baik, bukan saja dengan shampoo, namun dalam artian juga dirawat dengan kesucian, bagi orang Bali apapun yang posisinya di atas seperti rambut yang keberadaannya di kepala, haruslah dijaga.
Di Bali disebut dengan saptawara masing-masing dipercayai memiliki pengaruh yang sangat besar dengan kehidupan. Termasuk dengan hari baik yang dipilih untuk memotong rambut, notabenya hari yang dipilih kebanyakan orang adalah hari Rabu, hari Rabu adalah harinya Dewa Wisnu, simbol memelihara, memelihara kebaikan, hari Rabu juga identik dengan hari raya besar Hindu seperti Buda Cemeng, Buda Kliwon. Sehingga kebanyakan di saat hari itu tukang cukur di Bali di mana-mana biasanya akan padat pengunjung.
Hari yang uripnya besar (pancawara dan saptawaranya), karena jika memotong rambut di hari yang baik, maka akan berpengaruh juga pada kehidupan dan kelancaran rejeki. Namun selain itu, menurut masyarakat, ada juga hari ataupun dewasa yang dipantangkan untuk memotong rambut, bahkan itu berlaku sampai sebulan lamanya, tepatnya adalah di saat mulai menjelang Galungan sampai setelah Kuningan, atau dikenal masyarakat dengan Nguncal Balung, selama itu masyarakat mengatakan pantang sekali untuk memotong rambut dan juga melaksanakan kegiatan yang tingkatannya besar.
Karena dikatakan akan berpengaruh buruk pada yang akan dikerjakan. Nguncal artinya membuang kemudian balung artinya tulang. Nguncal balung, bisa diartikan sesudah penampahan tidak diperbolehkan lagi nampah buron, tidak boleh lagi ada rah.
Tentang lokal genius yang berkembang di daérah bahwa tidak boleh memotong rambut selama nguncal balung, ditafsirkan rambut dalam konsép Siwa adalah sebagai lambang nafsu, tidak memotong rambut pada saat itu diartikan tidak memotong jalan menuju Hyang Widhi. Beliau lanjut menjelaskan, nafsu itu tidak mesti dihilangkan, namun perlu dikendalikan, itu sebabnya rambut seharusnya di sisir sebelum melaksanakan acara.
Kita tidak tahu menghilangkan hawa nafsu, namun kita mengetahui pengendalian nafsu, karena nafsu itu juga penting sebagai semangat hidup, namun jangan sampai pula nafsu yang menguasai diri, namun kita yang harus menguasai nafsu tersebut Kemudian jika dikaitkan dengan mengapa di saat matelubulanan dan metatah rambut di potong sedikit, dijelaskannya, itu juga adalah sebagai simbol mengendalikan nafsu, di sanalah dibutuhkan pemaknaan dan kesadaran yang lebih.
Simbol dari pengendalian selalu memperhitungkan waktu (kala), kalau kita baik memperhitungkan waktu, maka diharapkan segala kebaikan akan tercapai.
Seperti Ini Proses Perceraian Hindu Bali
Semua pasangan menjalin hubungan sampai jenjang pernikahan pasti ingin hubungan mereka erat sampai menutup usia/kakek-nenek. Di tengah-tengah hubungan berjalan pasti ada saja getaran, masalah-masalah yang datang bisa di selesaikan secara cepat dengan membicarakannya bersama dan memperbaiki yang buruk.
Namun, jika ada pasangan entah si suami atau si istri berkhianat dan tidak setia, jalan akhir adalah bercerai. Dalam Hindu dan di kutip dari Reg Weda bahwa perceraian itu sudah melanggar Yadnya yang sudah dilakukan. Namun pasangan suami dan istri ingin berpisah tentu sudah dipikirkan dengan matang dari kedua belah pihak.
Baca Juga: Cara Memilih Hari Baik Menikah Menurut Hindu Bali (Dewasa Ayu Nganten)
Proses Perceraian Dalam Hindu Dengan Istilah Tri Upasaksi.
- Butha Saksi, Manusa saksi dan Dewa Saksi dalam upacara perwakinan Hindu Bali.
- Butha Saksi, Bebanten yang ditujukan (di ayab) dan diletakkan di bawah (biyakoanan, pekala-kalan, pedengan-dengenan) sebagai pralambang
- Manusa Saksi, lebih kepada pengesahan perkawinan sesuai dengan undang-undang perkawinan acara ini dihadiri oleh masyarakat, dimana petugas desa/adat (prajuru). Akta Perkawinan adalah bentuk manusa sakti selaku wakilnya sebagai manusa saksi.
- Dewa Saksi, adanya bebanten yang dihaturkan kehadapan Sang Hyang Widhi dan pemerajan/sanggah sebagai perwujudan dewa saksi.
- Pasangan suami istri yang akan melangsungkan perceraian, harus menyampaikan kehendaknya itu kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Prajuru wajib memberikan nasihat untuk mencegah terjadinya perceraian.
- Apabila terjadi perceraian maka terlebih dahulu harus diselesaikan melalui proses adat, kemudian dilanjutkan dengan mengajukannya ke pengadilan negeri untuk memperoleh keputusan.
- Menyampaikan salinan (copy) putusan perceraian atau akte perceraian kepada prajuru banjar atau desa pakraman. Pada saat yang bersamaan, prajuru banjar atau desa pakraman menyarankan kepada warga yang telah bercerai supaya melaksanakan upacara perceraian sesuai dengan agama Hindu.
- Prajuru mengumumkan (nyobyahang) dalam paruman banjar atau desa pakraman, bahwa pasangan suami istri bersangkutan telah bercerai secara sah, menurut hukum nasional dan hukum adat Bali, sekalian menjelaskan swadharmamantan pasangan suami istri tersebut di banjar atau desa pakraman, setelah perceraian.
- Setelah perceraian, pihak yang berstatus pradana (istri dalam perkawinan biasa atau suami dalam perkawinan nyeburin) kembali ke rumah asalnya dengan status mulih daa atau mulih taruna, sehingga kembali melaksanakan swadharma berikut swadikara-nya di lingkungan keluarga asal.
- Masing-masing pihak berhak atas pembagian harta gunakaya (harta bersama dalam perkawinan) dengan prinsip pedum pada (dibagi sama rata).
- Setelah perceraian, anak yang dilahirkan dapat diasuh oleh ibunya, tanpa memutuskan hubungan hukum dan hubungan pasidikaran anak tersebut dengan keluarga purusa, dan oleh karena itu anak tersebut mendapat jaminan hidup dari pihak purusa.
Artikel diolah dari:
Keputusan Majelis Utama Desa Pekraman Bali(MUDP)
Saat Seperti Ini, Wanita Bali adalah Penunjang Ekonomi Keluarga! Benar?
Sudah setahun Bali tidak di kunjungi wisatawan, para pekerja wisata pun tak ada pemasukan.
Mungkin judul tulisan ini sedikit menyinggung dan membuat laki-laki Bali marah. Tapi memang kenyataan dilapangan memang wanita Bali lebih (Tuyuh) pekerja keras dan tahan banting.
Bisa Anda lihat, banyak wanita Bali yang bekerja sampingan untuk menambah uang untuk rumah tangga mereka. Coba bisa kita lihat ada wanita Bali yang meburuh ngajang bias, meburuh ngajang kayu, dan jualan Banten dan busung... itu hanya contoh yang saya lihat, berat tidak?Selain memperhatikan anak dan keluarga yang paling penting selain memasak adalah budaya Bali~ mebabten, rerainan, ngopan, ngayah. Itu memang keharusan dan masih mempunyai kerja penting ada yang jadi PNS, guru, dll.
Sedangkan Suami?
Disini saya nggak membicarakan semua laki-laki Bali tidak baik atau bagaimana, kebanyakan hanya mempunyai 1 pekerjaan sisanya minum, bebotoh, coba kita berpikir betapa susah dan capeknya wanita kita. Apakah ini kewajiban sebagai wanita Bali?
Tidak seimbang jika bisa kita samakan. Tapi inilah Bali. Dimana wanita selalu di no duakan. Apakah benar? Jika tidak, ini hanya pikiran saya, jika lain, itu beda pemikiran.
Mari, coba kita berpikir jika tidak ada wanita dirumah, apa yang terjadi? Siapa yang ngurus anak, siapa yang mebabten, siapa yang, kebanjar bawa aban-aban? Susah tidak?
Inti dari tulisan ini, bukan menyudutkan laki-laki Bali tidak bagus,, hanya perhatikan wanita lebih, bantu dia jangan sampai dia lelah, sayangi dia, jangan sampai dia sakit, hargai dia, karena dia rela meninggalkan rumah dan keluarganya hanya untuk mengikuti suami yang dia cinta sampai akhir hanyatnya.
Ampura, jika tulisan ini tidak berkenan tapi saya sangat bahagia menulis ini.
Cara Menyembuhkan Penangkeb, Wanita yang Menggerogoti Suami Orang (Ilmu Pemikat Pria)
Memang saat ini zaman sudah maju, banyak orang yang tak percaya akan kejadian-kejadian yang meliputi seorang pria ataupun suami yang kena Penangkeb (ilmu penakluk pria/suami.
Namun, masih banyak yang terdengar di masyarakat bahwa ada saja cerita/opini tentang seseorang pria yang terkena Penangkeb ini. Bukan saja dari si istri ke suaminya, tapi tentang wanita lain kepada suami orang, ini terbukti dari saya si penulis!
Tentang Penangkeb, bisa baca disini...
Cara Mengobati Pria atau Suami yang Kena Penangkeb
Banyak cara yang pernah kita dengar untuk menyembuhkan Penangkeb ini dengan melukat, dan mendatangi Balian (orang pintar tapi masih saja belum bisa sembuh karena terlalu dekatnya si pria/suami dengan Wil (selingkuhannya) itu yang memang agak susah untuk di sembuhkan.
Namun, ada cara yang paling jitu untuk menyembuhkan Penangkeb dari Prempuan yang suka menggerogoti suami orang.
Caranya adalah lukat dengan "enceh bangkung buang" air kencing babi wanita.
Ini adalah cara ampuh yang bisa menyembuhkan Penangkeb suami Anda, dan sudah terbukti dari beberapa orang.
Car Lukat bisa ketis-ketis (bilas) air kencing babi di tempat tidur suami 3x saja, yang pastinya dengan doa dan percayaan Anda.
Cerita dari tetua...
Cara Mengatasi Ular Masuk Rumah Versi Pemarisudha Prewesa
Beberapa hari ini masyakarat khususnya di Bali sering ada kejadian, dinama rumah/paumahan kemasukan ular, kadang ular tersebut berada di tempat tidur, ular didalam almari/bupet, ular di kamar mandi, dan tempat lainnya di dalam rumah.
- Jika ditemukan di uttamaning mandala, pemarisudha dilaksanakan ditengah halaman pamerajan
- Jika ditemukan ular di madyaning mandala, pemarisudha dilaksanakan ditengah halaman pekarangan/paumahan.
- Banten Pejati
- Ngajum tirtha
- Banten pejati asoroh
- Ngajum tirtha
- Banten sesayut durmengala
- Segehan sasah warna hijau 11 tanding, ditanding diatas sebuah alat sidi
- Nasi harus poleng menyerupai ular, beralaskan daun telunjungan (ujung daun pisang udang sabha), berisi bawang jae garam, telor ayam mentah, arak dan berem, masing-masing dialas dengan takir prayascita, dan bayakawonan.
Ong aditya syaparanjotir, rakta teja namas tute, sweta pangkaja madyaste, baskara ye namah swaha. ong hrang hring sah parama siwaditya ye namah swaha
Ong, na, ma, si, wa, ya, ang, ah, ong, ing, siwa druwa resi maha sidhi ya namah swaha
Om pakulun sang hyang siwa raditya, sang hyang wulan lintang tranggana, meraga sang hyang triodasa saksi, sang hyang siwa guru, sang hyang siwa druwa resi, saksinin manusanira angaturaken tadah saji pawitra sprakaraning daksina, anyenengana bethara kabeh, manusanira kekeneng prawesa durmengala ring paumahan ipun marupa ula, mangke manusanira anadaha tirtha panglukatan, sehananing prawesa durmangala ring paumahan muah ring sariran ipun sang
Adruwe umah. Asung kertha nugraha bhetara ngeyogani pinunas manusanira mangda luput ring sarwa lara wigna, matemahan menadi amertha urip waras dirgayusa
Om sidhi rastu ye namah swaha
Sa, ba, ta, a i,sarwa bhuta ya namah swadaNdah ta kita sang bhuta prewesa-prawesi, sang bhuta durwesa-durwesi, sang bhuta durmengala, sang bhuta widura sandhi, maka kala wadwan sira kabeh, mari sira mona, apan sira manadi utusan hyang siwa ruwa resi arpa ula, mangke ingsun paweh sira tadah saji sanggraha, iki tadah sajinira, ngeraris amukti sari, wus amukti raris sumurup sira menadi widyadara-widyadari, aluara sira sakeng paumahan muah sariran ingsun sang adruwe umah, paweha ingsun urip waras, dirgayusa ring kahuripan. ong ing namah.
Ong bhuktyantu durga ketara, bhuktyantu kala mewaca, bhuktyantu sarwa bhutanam, bhuktyantu pisace sanggyem. Ang...Ah, mertha bhuta ya namah swada, Ang, Ung, Mang, siwamertha ya namah swada
A, Ta, Sa, Ba, I, Sarwa bhuta murswah wesat, Ang...Ah
Ong jalasidhi maha sakti, sarwa sidhi maha tirtha, sarwa tirtha manggala'ya, sarwa papa minasaya, ong sriyam bhawantu, ong sukham bhawantu, ong purnam bhawantu
- Durmengala bayekawonan
- Prayascita
- Tirtha kemulan
- Tirtha hyang siwa druwa resi
Ong hyang angadakaken sari, ong hyang anyumputaning sari, ong hyang angisepaning sarining yadnya lunga-sari-teka-sari (3x) ang ah amertha sanjiwani ye namah swaha ang, ung, mang, siwamertha ye namah swaha.
Ong anugeraham manuharam, dewa datta nugerahakem, yarcanam sarwa pujanam, namah sawra nugerahakem, dewa-dewi maha sidhi, yadnya khartem mulat midem, laksmia sidhis'ca, dirgahayu nirwigna suka werdhi tahPercikan tirta-tirtha ini ke sanak keluarga:
- Durmengala
- Bayekawonan
Jenis dan Makna Pelinggih di Natah Pekarangan
Terkadang memang banyak umat kebingungan tentang Pelinggih di Natah Pekarangan (halaman rumah).
Saat sembahyang, banyak umat yang masih kebingungan dengan Pelinggih di Natah Pekarangan, dan siapa beliau yang kita sembah disana?
Dari saudara Hindu yang bertempat tinggal di Bali bagian barat Pelinggih di Natah Pekarangan disebut pengijeng dan di Tabanan ada yang menyebut "Taksu". Namun, ada juga yang menyebut Pelinggih surya.
Pelinggih di Natah Ada Dua Jenis Pelinggih Natah dengan Memakai Atap dan Padma Natah
Memang kedua jenis Pelinggih Natah ini memiliki fungsi yang berbeda. Apa saja, yuk simak dibawah ini;
- Sanggah Natah Beratap: Di Pakai Secara Umum
- Sanggah Natah Panda: Dipakai Oleh Yang Menjadi Pemangku atau Jro Balian
Pemujaan yang di sembah adalah Siwa Reka dan ada juga yang melakukan memohon/ngayat ke Merajan jika di keluarga ada sebelan/ pakubon (Ngayat), pengayengan leluhur, rikala ring pakubon wenten upacara ngaben/kapialang.
Itulah Jenis dan Makna Pelinggih di Pekarangan Rumah, jika ada yang salah tolong di koreksi. Ini adalah pendapat saya yang saya dengar dari pengelingsir (tetua) Tiang (saya).
Walaupun Darurat, Ini Makna dan Saktinya Turus Lumbung (Sanggah Kemulan)
Ilustrasi photo via sapoiha.com |
Eling! Pitutur Niang (Selalu Emosi: Akan Memperlambat Segala Hurusan)
Eling (mengingat) Pitutur (Pesan/berpesan) Niang (Nenek) kata ini jika di artikan menjadi selalu ingat pesan dari nenek.
Zaman dulu, mungkin masih ada di beberapa Desa, saat nenek sedang mebase (ngunyah daun sirih) orang Tua dulu berpesan kepada anak/cucunya yang ada di sampingnya, "De Emosi" jangan pernah emosi dalam melakukan segala jurusan apapun, sambil ngunyah daun sirihnya.
Bahasa yang dilantunkan Niang seperti Ini dalam bahasa Bali;
"Yen Cening state Emosi, Nto ngainan Cening Sukeh...
Sukeh Ngalih Gehaen - Rejeki Cening Ngekoh...
Sukeh Seger (Gelem-geleman)
Sukeng Kedemenin Anak...
Sukeh Ngai Demen...
Keto Nyan Cening...
Begini Cara Menetralisir Aura Negatif Pekarangan Rumah Hanya dengan Air Beras dan Garam, Simak Manfaatnya!!
Banyak sudah kita jumpai cara-cara agar aura rumah kita baik dan bagus untuk kedamaian penghuninya. Mulai dari hal-hal tabu dan sampai memakan biaya yang tak sedikit untuk memohon kepada orang suci/pintar untuk membantu menetralisir aura rumah kita dari unsur negatif.
Namun, tidak pernah kita sadari bahwa sesuatu yang kita cari itu ada di sekeliling kita, bahkan kita gunakan setiap hari untuk memasak. Garam dan Air Beras, atau air banyu beras.
Air beras ini sangat memiliki khasiat yang ampuh menangkal berbagai hal yang berbau magic, salah satu menetralisir Aura Negatif Pekarangan Rumah.
Baca juga: 10 Pekarangan Yang Tidak Baik di Tempatkan
Selain bisa digunakan menyubur tanaman, air beras dan garam bisa menyembuhkan segala penyakit magic, dan Menetralisir Pekarangan Rumah dari Aura Negatif.
Cara Menetralisir Pekarangan Rumah dengan Air Beras dan Garam
Menurut dari kajian Sastra Dasa Aksara, Air Beras memiliki kekuatan dari Dewi Sri dengan Sewanya Bhatara Wisnu (Dewa Air) dalam ajaran Hindu. Yang mana air merupakan pembersih, bila dioperasikan menjadi air suci untuk pemarisudha. Jika Air Beras di campur Garam berarti mempertemukan kekuatan dari Dewi Sri dan Bhatara Wisnu dimana memiliki kekuatan untuk melebur unsur Mala, Leteh, letuh, di Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
Caranya;
- Siapkan garam besar secukupnya lalu berdoa sesuai keyakinan dengan satu niat apapun yang menyebabkan pekarangan atau usaha menjadi panas dan menyakiti agar dinetralkan oleh kekuatan Tuhan dalam wujud Batara Bharuna Sakti. Bahkan tanpa doapun bisa.
- Tebar garam keliling searah jarum jam 3x putaran mengelilingi pekarangan rumah atau usaha. Biarkan sekitar 15 menit kemudian cipratkan air cucian beras searah jarum jam sebanyak 3x putaran dan biarkan. Tunggu satu jam setelah mencipratkan air cucian beras dan rasakan perubahan aura pekarangan maupun usaha.
- Secara otomatis suhu akan berubah menjadi lebih sejuk dan lebih nyaman pada saat tidur. Kenyamanan dan kesejukan itulah hasil dari sebuah proses menetralisir pekarangan dengan Garam dan air cucian beras.
Untuk menetrlisir tubuh yang sakit akibat magic :
- Siapkan garam halus secukupnya lalu berdoa sesuai keyakinan dengan satu niat apapun yang menyebabkan sakit dalam tubuh agar dinetralkan oleh kekuatan Tuhan dalam Wujud Batara Bharuna Sakti. Bahkan tanpa doapun bisa
- Balurkan garam ke bagian tubuh yang sakit secara merata, misalkan di bagian kaki, balurkan satu arah menurun dari paha sampai kaki. tunggu 5 sampai 10 menit. Kemudian basuh dengan air cucian beras yang telah disiapkan tadi.
- Lakukan hal tersebut secara rutin untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dan semoga penyakit mejik yang ada dalam tubuh sedikit demi sedikit dapat berkurang.
Jika Anda Percaya dengan Adanya Hyang Widhi/Tuhan yang Maha Kuasa... Anda wajib percaya dengan Hal ini.
Kembali lagi dengan kepercayaan Anda.. semoga artikel ini bermanfaat.
Ini Ciri-ciri Suami Kena Penangkeb!
Ilmu Penangkeb merupakan ajaran Ilmu gaib yang seketika membuat sang suami tunduk, dan mematuhi segala keinginan sang istri.
Ini merupakan cara halus dari tindakan istri jaman dulu di pulau Bali dari kekesalannya kepada sang suami yang melakukan KDRT ( kekerasan dalam rumah tangga).
Ilmu "Penangkeb" adalah sarana gaib agar orang lain/orang banyak menjadi tunduk dan mematuhi perkataan kita.
Dengan menguasai ilmu Penangkeb ini, Orang tersebut bisa mengendalikan, mengarahkan atau menguasai orang lain dengan keinginannya dengan bantuan makhluk halus.
Kebanyakan ilmu Penangkeb ini digunakan oleh perempuan atau sang istri agar pria atau suaminya menjadi penurut. Ilmu Penangkeb ini bisa didapatkan di dukun yang menganut ilmu hitam.
Baca Juga: Cara Menyembuhkan Ilmu Penangkeb
Di kalangan penekun ilmu spiritual ilmu Penangkeb ini tak jauh dari ilmu pengeleakan. Jika menggunakan ilmu Penangkeb ini lama-lama seorang itu bisa menguasai ilmu pengeleakan itu sendiri tanpa ia sadari.
Ciri- ciri Seorang Pria/Suami yang Kena Ilmu Penangkeb
Pada situasi seperti ini yang tadinya sang istri yang tersakiti KDRT atau Sang Wanita yang Ingin membuat si Pria tekuk lutut kepadanya, langsung;
- Kelihatan bodoh
- Kewibawaannya hilang
- Matanya Sayu
- Linglung
- Prustasi
- Tunduk kepada si wanita
- Takut
Percaya Atau Tidak! Ini Larangan Suami Saat Istrinya Hamil Menurut Hindu
Masyarakat Hindu di Bali hingga saat ini masih banyak yang kita lihat melaksanakan tradisi budaya yang dipercaya dan dilaksanakan dengan benar dalam tradisi turun-temurun. Namun, disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak lagi menjalankan tradisi tersebut dengan berbagai alasan. Dan ada juga yang “sekedar” melaksanakan tradisi-tradisi ini tanpa memahami secara mendalam maksud dan tujuan dari tradisi tersebut.
- Berpergian atau bermain disaat matahari terik (jam 12) yang disebut “jejeg surya”
- Jika bepergian atau bermain pas pada pukul 12 siang hari, maka menurut kepercayaan orang, orang tersebut akan di segap (Engkebin Memedi).
Dulu pernah ada anak yang belum tanggal gigi di Bali dan diajak tangkil ke Pura Luhur Batu Karu, kemudian hilang, dan tidak dapat diketemukan lagi. Saat meluasan (ditanyakan) kepada “orang pintar (balian)”di Bali kejadian ini diartikan sebagai tanda bahwa alam niskala melarang orang tua mengajak anaknya yang belum tanggal gigi ke Pura Luhur Batu Karu. Seperti itulah tradisdi Budaya Bali yang sangat kuat dan dijalani sampai sekarang oleh masyarakat yang masih mempercayainya.
- Jangan pergi mancing
- Jangan menjelekkan, menghina
- Merendahkan orang lain
- Menyiksa binatang
- Makan/ minum berlebihan apalagi sampai mabuk
- berjudi
- Tidak boleh membangunkan istri yang sedang tidur
- Tidak boleh melangkahi (ngungkulin) istri yang sedang tidur
- Pada saat si istri yang sedang hamil itu makanーjangan dilarang anglawatin (membayangi dengan bayangan badan) terhadap nasi atau makanan yang sedang dimakannya
- Memotong rambut
- Membangun rumah
- Menyelenggarakan pengangkatan anak
- Membuat tambak (empang)
- Membuat pagar rumah atau pagar ladang
- Memperistri wanita lain, selingkuh.
- Membuat perasaan istri tenang/ damai/ aman/ terlindungi Melakukan derma (Drwya Yadnya – dana punia)
- Rajin sembahyang, bersamadhi, bermeditasi Membaca Mahabharata Saat usia kehamilan istri Anda 7 bulan
- Adakan upacara megedong-gedongan (kalau mungkin/ bisa) jika tidak, sembahyang biasa ditujukan kepada Bhatara Guru (Sanghyang Widhi) mohon keselamatan bayi dan ibunya.
- Jangan mencambuk sapi tatkala bekerja di sawah
- Tidak boleh ngetok lait, atau menyumbat segala bentuk lubang (sombah), karena menurut kepercayaan, semua perbuatan itu akan membawa efek yang kurang baik bagi calon anaknya