Orang Hindu Makan Daging Anjing dan Kucing, Ini Bahayanya dan Ini Cara Mengatasinya


Haywa mamukti menyanyikan sujana kasta picita tilaren. Mencari cari rahu wahya ri dalem aparek, Lwirnika kasta mangsa musika cregala wiyung ula Krimi kawat makadinika papara hilangaken ”. (Niti Sastra sloka 12)

Berarti:

Orang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci. Ia harus menjauhi segala yang mengotorkan badan dan segala yang mendekatkan seteru lahir batin. Daging Tikus, Anjing, Katak, Ular, Ulat dan Cacing. Semua itu makanan terlarang, sebab itu elakkan.

Peraturan tentang makanan bagi pemeluk Hindu, selain dalam Niti Sastra, juga ada di Manawa Dharmasastra, Buku kedatangan (Atha Pancamo Dhyayah). Pada garis batas pemeluk Hindu tidak diizinkan makan makanan yang terlarang, karena akan berakibat tidak suci dan disetujui pendek.

Asu bang bungkem adalah anjing dengan bulu tubuh berwarna krem ​​dan moncongnya berwarna hitam. Digunakan dalam upacara pecundang bagi pemeluk Hindu di Bali. Segala jenis caru yang ditawarkan antara lain untuk “nyomia bhuta” yaitu menghilangkan hal-hal negatif yang berlawanan dengan tri hita karana, menuju ke hal-hal positif.

Sesajen untuk bhuta tidak dimakan karena manusia adalah mahluk yang berderajat paling tinggi dalam pandangan ke-Tuhanan Hindu. Disamping itu, daging anjing adalah jenis yang dikeluarkan dimakan sesuai Manawa Dharmasastra tersebut diatas karena anjing makanannya kotor.

Kucing adalah hewan yang makanannya kotor, misalkan kompilasi menghasilkan ia menjilat dan diproses plasenta. Daging kera juga tidak boleh dimakan karena Kera adalah hewan yang berjari lima. Memakan binatang kodok / katak dan tikus dalam Parasara Dharmasastra XI.12. Karena itu, jika Anda ingin mengeluarkan kesucian dan menghabiskan panjang, hati-hatilah tentang sesuatu yang istimewa, pikiran, kesehatan lahir-bathin. Kutipan dari Atharva Veda XV.14.24: Brahmana annadena annam atti. Artinya: Dia memilih makanannya dengan hati-hati dan kemudian dia mengumpulkannya.

Bila terlanjur meminjamkan sesuatu yang dikeluarkan, pemeluk Hindu harus melakukan puasa yang disebut Kricchara selama sehari setiap bulan purnama.

Tak Mengapa Kau Meremehkan Hidupku, Asal Jangan Ibuku!

Tak Mengapa Kau Meremehkan Hidupku, Asal Jangan Ibuku!
ilustrasi photo Kompasiana.com

Kamu tuh bisanya apa sih? Kerja gak bisa, pikiran klemar-klemer, pikiranmu negatif mulu, apa hidup di dunia ini orang hanya mikirin hidupmu? Jangan sombong ya.

Diremehkan itu memang menyakitkan. Suara-suara sumbang tentang diriku dari orang yang sok tahu dan suka menghakimi, memang sering membuatku sedih. Tapi, seringnya diremehkan membuatku bisa lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan.

Hujatan yang sering aku terima, membuatku lebih tegar

Tapi, tak bisa dipungkiri, rasa kesal saat diremehkan pasti menyelimuti hati. Tapi aku mencoba bersabar. Mungkin saat ini kondisiku memang sedang di bawah. Aku tidak pernah tahu esok hari itu seperti apa. Tapi setidaknya aku punya keyakinan, kesuksesan sudah menantiku di ujung jalan sana.

Tak mengapa aku dianggap sebelah mata oleh semua orang. Toh nasib selalu bisa berubah kok

Kamu itu gak bisa jadi orang berguna, gayamu itu sok, dan sombong!

Iya, aku memang ndeso dan gak tahu gemerlap kota. Aku buta soal kehingar-bingaran kota yang menampilkan kesenangan duniawi. Justru, disitulah aku bersyukur. Aku tak peduli seperti apa kehidupan duniawi. Yang aku mau hanya ketenangan hidup bersama orang-orang tersayang. Dan untukmu yang suka meremehkan hadirnya diriku, kita lihat nanti, nasib pasti akan merubahku.

Aku tidak dendam, tapi aku hanya mau membuktikan padamu bahwa aku bisa lebih darimu

Tidak ada orang yang terlahir sempurna. Pasti ada kurangnya, tapi aku paham. Rizki setiap orang itu beda-beda

Siapa yang tidak ingin terlahir jadi orang kaya raya dan hidup berkecukupan? Beli ini itu mudah, keluarga lengkap dan sehat. Hampir setiap orang inginkan itu, tapi apa dayaku yang terlahir dari keluarga biasa-biasa saja dan punya masalah yang bertubi-tubi. Terlintas iri dengan kalian yang bisa hidup enak dengan keluarga yang lengkap. Tapi, aku percaya dan yakin bahwa setiap rizki orang itu beda-beda. Tidak mungkin sama. Tugasku, menggapai rizki yang besar itu dengan segala usaha, walaupun sampai berdarah-darah.

Iya, aku paham kamu punya segalanya, harta yang banyak dan keluarga yang utuh. Aku iri? Tidak. Karena aku percaya Tuhan memberikan rizki-Nya dengan adil kepada umat-Nya

Prinsipku, tak mengapa hidupku kamu remehkan. Asal jangan mencoba meremehkan orangtuaku

Sejujurnya, kau teriaki aku miskin dan tidak harga diri itu lebih baik, dibanding kau hina ibuku!

Aku sangat menerima bila diriku dihina atau diremehkan sedemikian rupa. Tapi, aku tidak bisa menerima kalau keluargaku, terutama ibu kandungku dihina. Rasa sakitnya melebihi dari apapun. Bila itu terjadi, kemarahanku akan meledak dan tidak peduli siapa kamu yang berani menghina keluargaku. Kenapa aku bisa bicara seperti ini?

Karena ini adalah prinsip hidupku.

Tidak mungkin seseorang yang tangguh lahir dari ombak yang tenang. Berbagai cobaan pernah kuhantam dengan berani

Tuhan, aku bersyukur dengan keadaanku seperti ini. Semakin aku bersyukur, nikmatmu pasti akan bertambah, aku yakin itu

Aku selalu percaya, tidak mungkin orang-orang hebat yang sudah berada di puncak kejayaan tidak pernah mengalami pahit manis kehidupan. Tidak ada orang yang tangguh lahir dari ombak yang tenang. Pasti ada ombak yang membuatnya jatuh, bangun, tenggelam dan mampu berdiri kembali. Ya, itulah aku. Orang yang mampu tegak berdiri dari cobaan apapun.

Tuhan maha tahu isi hatiku, suatu saat dia akan berikan cahaya kesejahteraan untukku dan keluarga

Hidup itu seperti roda yang akan selalu berputar. Tidak mungkin seseorang akan terus berada di bawah dan tidak selamanya di atas. Mungkin saat ini posisiku di bawah dan kamu sedang jumawa diatas. Tapi, dengarlah, aku tidak akan mau bertahan di posisi ini terus-terusan. Usaha demi usaha akan terus aku lakukan. Berbagai cara, berbagai usaha dan berbagai doaku panjatkan agar kesejahteraan menjumpai aku dan keluargaku.

Tuhan, bahagiakanlah keluargaku. Kuyakin, doa ini yang akan terwujud sebentar lagi

Setiap orang yang datang dan memandang rendah diriku, aku tak masalah, karna aku percaya setiap nasib pasti akan berubah. Semua hanya masalah waktu dan usaha. Doa akan selalu akan kupanjatkan disetiap langkahku mencapai puncak. Tak masalah mereka memandangku sebelah mata. Tak masalah aku diremehkan dengan keadaanku yang rendah dihadapan mereka. Tak masalah aku dan keluarga belum sejahtera. Yang jelas, aku tetap berada di jalan yang benar.

Usaha keras dan doa selalu menyertai langkahku. Doa dari ibu, selalu menuntun langkahku hidupku agar mendapatkan yang terbaik

Dan untukmu yang meremehkanku, terimakasih sudah memandang sebelah mataku. Akan kubuktikan lebih baik lagi.

Ini Mantra Penyucian dan Pengendalian Diri Dalam Tradisi Hindu.



Ini Mantra Penyucian dan Pengendalian Diri Dalam Tradisi Hindu.

Hampir semua agama mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesucian diri. Terlebih lagi ketika akan melaksanakan persembahyangan atau pemujaan kepada Tuhan, baik kebersihan fisik maupun kesucian pikiran dan rohani.

Untuk kebersihan fisik atau jasmani, tentu kita harus membersihkan diri dengan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan hal – hal lainya yang berhubungan dengan kebersihan diri atau badan jasmani.

Namun untuk kebersihan diri secara rohani serta menjaga kesucian pikiran tentu memakai cara lain, disamping berbagai upaya pengendalian diri, pengendalian pikiran dan indria – indria duniawi, ada juga beberapa mantra yang dapat dilantunkan dalam upaya membersihkan dan memberikan manfaat kesucian bagi pikiran serta rohani. Ritual pembersihan diri dengan mantra ini disebut dengan manasa snanam atau mandi dengan mantra.

Dibawah ini adalah mantra yang dapat dipakai untuk menyucikan diri sendiri secara rohani, serta mantra untuk memohon anugerah para dewa saat akan memulai sebuah persembahyangan atau pemujaan.

Om apavitra pavitro vasarva vastan gatopi vayah smaret pundarikaksamsa bahya bhyantarah sucihOm Shri Visnu Om Shri Visnu Om Shri Visnu

Om, baik murni ataupun tidak, baik suci ataupun tidak, di bawah semua kondisi, mereka yang berpikir atau merenungkan Engkau yang bermata teratai( Visnu) menjadi murni dan tersucikan lahir dan bathin.

 Hormat kepada Dewa Wisnu

(Saat mengucapkan bait mantra terakhir, percikan air ke kepala dan seluruh tubuh)

Om Asucir sucir wapisarwa kama gatopi waWicintayet isana dewamsa bahya bhyantarah sucih 

Om baik murni ataupun tidak murni, baik suci ataupun tidak suci, walaupun terbelenggu oleh berbagai nafsu.Dengan mengingat, merenungkan engkau dewa Isana atau Siva, menjadi murni tersucikan.

(Ketika mantra diatas diucapkan, pikiran dan konsentrasi harus diupayakan untuk fokus pada perwujudan Dewa Siwa ataupun Istha dewata yang dipuja)


Om Nama SivayaOm Namo BudhayaAnugrahi mami nirmala, sarva sastra, suksma siddhiOm Saraswati parama siddhi ya namahSarva karya suddha nirmala ya namah SvahaOm Siva, Sada Siva, Parama SivaOm Budha, Dharma, SanghaOm Gam Ganapataye namahSembah sujud pada dewa SivaSembah sujud pada Sang BudhaAnugerahkanlah hamba kesucian, segala pengetahuan, dan kekuatan bathinSembah sujud pada dewi Saraswati yang maha saktiSemoga semua kegiatan tersucikan atas rahmat-MuSujud pada Siva, Sada Siva, dan Parama SivaSujud pada Budha, Dharma dan SanghaSembah sujud pada dewa Ganesha, penghalau segala rintangan.

(Ini adalah mantra yang sangat baik dilantunkan saat mengawali sebuah pemujaan atau persembahyangan)

Dengan melantunkan salah satu mantra penyucian diatas akan memberikan manfaat kebersihan dan kesucian rohani seperti saat dimana seseorang membersihkan badan jasmaninya dengan mandi. Sehingga membantu seseorang untuk bisa lebih berkonsentrasi dalam kegiatan sembahyang, puja ataupun segala kegiatan spiritiualnya.

Dari ketiga mantra tersirat bahwa untuk dapat senantiasa menjaga kesucian pikiran dan rohani adalah dengan senantiasa berusaha mengarahkan pikiran untuk mengingat nama Tuhan dan perwujudan-Nya, dalam segala manifestasi-Nya atau dalam wujud dan nama Istha Dewata yang kita puja. Om Shantih

Sebaik-Baiknya Kita, Tetap Saja Buruk Dimata Pembenci


Mulai sekarang nggak perlu melakukan hal yang berguna untuk mencari penilaian manusia, apalagi sampai mati-matian berusaha untuk melakukan hal baik terhadap seseorang, masih saja terlihat buruk kepada orang yang membenci.

Bagi orang yang iri sama kamu, apapun yang kamu lakukan akan terlihat salah, sama sekali gak ada benarnya. Begitulah orang yang salah akan menilai dan melihat semua yang kamu lakukan.

Jadi jangan heran kalau orang yang iri sama kamu selalu tau memanipulasi cerita, memutar balikkan fakta. Karena dia yang iri sama kamu inginnya kamu terlihat buruk dihadapan banyak orang, terutama orang-orang yang disukai sama dia.

Karena Hanya Orang Yang Iri Padamu Yang Tidak Ingin Kamu Melakukan Sesuatu Yang Baik

Di dunia ini hanya orang yang iri padamulah yang tidak suka bahkan tidak ingin kamu melakukan hal-hal yang baik dan berguna serta menyenangkan bagi orang lain.

Hanya orang yang iri padamulah yang tidak ingin kamu disukai banyak orang, baginya sebaik-baik apapun yang kamu lakukan tetap saja salah dan tidak benar bagi dia, padahal kamu berbuat baik pada orang lain tapi dia sibuk memberikan penilaian buruk padamu.

Orang Yang Iri Ingin Hidupmu Lebih Buruk Dan Menyedihkan Seperti Dia

Orang yang iri padamu inginnya kamu hidup lebih buruk dari dia, makanya bagi dia yang iri sama kamu sebisa mungkin dia ingin menghentikan kamu untuk melakukan kebaikan atau menghantikan kamu berbuat sesuatu yang mengagumkan bagi orang lain.

Jangan heran jika kemudian kamu menemukan seseorang, teman dekatmu, rekan kerjamu atau orang yang baru akan berlaku curang pada dirimu. Karena seperti itulah sifat orang-orang yang iri pada kita, karenanya berhati-hatilah pada orang yang iri padamu.

Orang Yang Iri Padamu Akan Selalu Merasa Sakit Hati Ketika Kamu Merasa Bahagia

Semua orang yang memiliki rasa iri pada orang lain, hatinya pasti akan selalu merasa sakit kalau melihat kamu bahagia. Mereka akan merasa marah setiap kamu melakukan sesuatu yang berguna, terlebih kalau ngelihat kamu bahagia.

Apapun yang membuatmu merasa bahagia pasti akan membuat mereka yang iri padamu merasa sedih, benci dan marah pada kebahagian dan pencapaian yang kamu dapatkan.

Orang Yang Iri Padamu Selalu Punya Alasan Untuk Membenci Dan Tidak Suka Sama Kamu

Selama dalam hatinya memiliki rasa iri padamu, maka selama itu pula dia akan memiliki alasan untuk tidak suka pada kebaikan yang kamu lakukan dan akan menggap salah apapun yang kamu lakukan. Jadi jangan heran kalau yang iri sama kamu selalu sibuk ngurusin apapun yang kamu lakukan.

Tetaplah Berbuat Baik Karena Semakin Kamu Berbuat Baik Yang Iri Sama Kamu Akan Semakin Membencimu

Tetaplah terus berbuat baik dan bersikap baik pada semua orang, jangan pedulikan apa kata orang-orang yang terlalu sibuk memberimu penilaian salah tanpa memberikan solusi yang benar.

Karena sesungguhnya orang yang seperti itu hanya orang yang iri padamu dan akan semakin sakit hatinya kalau kamu terus melakukan hal-hal baik melebihi dia.

Orang Yang Iri Itu Selalu Menilai Apun Yang Kamu Lakukan Dari Sisi Buruknya

Orang yang iri adalah orang yang memiliki hati yang buruk, tak heran jika orang yang memiliki rasa iri selalu menilai segala sesuatu yang kamu lakukan dari sisi buruknya.

Dan apapun yang dinilai dari sisi buruk tentu saja akan buruk, walaupun kebaikan sekalipun. Ada orang yang iri sama kamu? Tertawakan saja mereka karena mereka tidak seberuntung kamu.

Pohon Beringin Dalam Mitologi Hindu


Beringin, Rambut Dewa Brahma Pembawa Kesuburan

Nama Latin : Ficus benghalensislinn
Nama Inggris : Banyan Tree
Nama India :
- Bengali : Bot
- Gujarat : Vad
- Hindi :Bar, Pargad
- Malayalam : Peral
- Marathi : Vad
- Sanskrit : Vata
- Tamil : Ala
- Telugu : Peddamari
Rumpun : Moraceae

Nama Beringin yang juga disebut dengan Banyan Tree diberikan oleh bangsa Inggris pada sebuah pohon yang mana dibawah pohon ini para saudagar Banias atau Hindu berkumpul untuk urusan bisnis ataupun mengadakan upacara. Ficus artinya pohon ara dan Benghalensis adalah berhubungan dengan Benggala. Kata dalam bahasa Sanskerta Vata berarti mengelilingi atau meliputi.

Pohon Beringin, Sungai Gangga, dan Pegunungan Himalaya, ketiganya adalah gambaran dari India. Bagi sebagian besar penduduk India, pohon tersebut disucikan, dan hanya dalam keadaan yang paling menakutkan, sebuah kelaparan sebagai contoh, barulah daunnya dipetik untuk makanan ternak.

Pohon tersebut merupakan lambang ketiga Dewa Tritunggal Hindu. Dewa Wisnu kulit kayunya. Dewa Brahma akarnya, dan Dewa Siwa cabang-cabangnya. Nama lain dari Dewa Kuwera, penjaga kekayaan para
Dewa, yaitu Vatashraya, tinggal di pohon Beringin tersebut. Menurut tradisi, Pohon Beringin dikunjungi oleh Dewi Laksmi pada hari Minggu.

Dalam Purana diceritakan tentang Savitri yang kehilangan suaminya setahun setelah pernikahannya. Suaminya meninggal dibawah pohon Beringin dan dengan memuja pohon ini, Savitri berhasil menghidupkan suaminya kembali. Legenda ini telah mengawali munculnya sebuah upacara Puja khusus yang dilaksanakan pada hari Vat Savitri dimana pada saat itu para wanita berpuasa dan berjalan mengelilingi pohon Beringin.

Pohon Beringin dianggap sebagai lambang kesuburan, dipuja oleh mereka yang mendambakan anak. Kitab Mahabharata mengisahkan tentang seorang ibu dan putrinya yang memeluk dua pohon Beringin dan menjadi para ibu dari Pendeta Vishvamitra dan Pendeta Jamadagni.

Dalam Nattipala Jataka, kitab suci agama Buddha, terdapat cerita seorang wanita dengan tujuh putranya yang mengatakan bahwa ia telah berdoa kepada Dewa yang berdiam di pohon Beringin yang telah memberkatinya anak-anak.

Sebuah ziarah ke salah satu dari pohon-pohon Beringin yang utama dianggap setara dengan dua puluh tahun pengorbanan dan dipercaya bahwa seseorang yang mengurapi dirinya sendiri dengan abu dari bagian manapun pada pohon ini menjadi bebas dari dosa.

Dalam Mitologi Hindu, Dewa wisnu dilahirkan dibawah pohon Seringin. Salah satu bentuk terdahulu dari seni pahat India adalah Kalpa-vriksha atau pohon yang mengabulkan permohonan dari Besnagar, kini terdapat di Museum India, Calcutta. Pahatan itu telah diidentifikasi oleh Ananda Cammarasvami sebagai pohon Beringin. Bangsa Arya melukiskan Dewa Indra duduk dengan permaisurinya dinaungi oleh pohon Beringin yang dari cabang-cabangnya orang-orang mendapatkan permata, pakaian, makanan, dan minuman. Pohon Beringin yang disebut juga Agastyavata, yang melambangkan keabadian. Ketika seluruh dunia digenangi air selama terjadinya air bah yang hebat, daun-daun pohon Beringin menyelamatkan Dalmukunda.

Bagaimana Dewi Amba Dapat Mengambil Pohon Beringin dari Taman Naga Basuki
(Sebuah Legenda Suku Bhil dari Rajasthan)

Basuki adalah Dewa Naga dari Patataloka, Dunia Bawah. Di dalam tamannya yang megah ada sebuah pohon Beringin raksasa. Dewi Bumi, Amba, bermimpi tentang pohon ini. Karena terkesan oleh keagungannya, ia ingin membawanya ke Bumi. Tetapi ia tidak dapat menemukan jalan untuk memasuki Patataloka.

Ia bertanya pada seluruh burung dan binatang. Namun tak seorangpun yang pernah kesana dan kembali dari tempat itu. Dari seluruh serangga, hanya kumbang yang tahu, karena mereka sering terbang keatas dan kebawah mencari-cari jalan bagi mereka untuk menuju dunia-dunia tersebut. Tetapi mereka telah berjanji untuk merahasiakannya. Dewi Amba membujuk dan memerintahnya, namun Si Kumbang tidak mau memberitahukan rahasianya. Maka ia memerintahkan prajuritnya untuk membuang Si Kumbang ke dalam sebuah kawah yang berisi minyak mendidih. Tentu saja Si Kumbang menyerah dan mengaku.

Dewi Amba sampai di Taman Naga Basuki. Ia berjalan mengelilingi pohon itu untuk melingkarinya dengan mantra dan membawanya ketika Naga Basuki melihatnya. Api terpancar dari matanya dan Dewi Amba pun seketika jatuh ke tanah dan mati.

Mahadewa dan Dewi Parwati juga pergi untuk melihat taman kepunyaan Naga Basuki yang manakjubkan itu ketika mereka menemukan jenazah Dewi Amba. Dewa Parwati terkejut dan sedih. Ia bertanya kepada Mahadewa tentang apa yang telah terjadi karena beliau Mahatahu, namun diabaikannya pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati yang sedang kalut itu.

Dewi Parwati melihat ketidak acuhan Mahadewa. Dewi Amba adalah penjelmaan Dewi Parwati sendiri dan juga ia mengalami kesedihan yang sangat dalam. Ia memutuskan untuk menghukum Mahadewa dan menghilang. "Kembalilah, Parwati", Mahadewa memanggil. Tetapi Sang Dewi merajuk dan menolak untuk kembali. Akhirnya Mahadewa menyerah. Ia menghidupkan kembali Dewi Amba.

Namun Dewi Amba masih marah dan begitu pula Dewi Parwati "Satu anugerah lagi. Setelah itu barulah aku kembali" kata Dewi Parwati. Apa yang dapat Mahadewa perbuat? Ia setuju untuk mengabulkan satu permohonan Dewi Amba. "Aku ingin membalas dendam pada Naga Basuki". Basuki, Sang Dewa Ular, mempunyai seribu kepala. Dewi Amba memotong semua kepalanya kecuali satu dan ketika darah mengalir dari luka-lukanya, ia membawa pohon Beringin itu ke bumi.

Bagaimana Pohon Beringin Memberi Makan Manusia
(Dongeng Sebuah Suku dari Daerah Ganjam)

Nirantali, penjaga dunia yang pertama, diutus oleh dewa-dewa untuk tinggal di Saptaganna. Ia membawa beberapa biji pohon Beringin yang dibungkus dengan daun-daun. Ketika Bumi dan awan-awan siap, manusia dilahirkan. Matahari dan Bulan menyinari mereka dan merekapun merasa sangat kepanasan setiap waktu. Mereka tidak mempunyai tempat yang teduh bagi rumah-rumah mereka yang terbuat dari lumpur. Maka mereka meminta benih-benih pohon Baringin itu dari Nirantali dan menanamnya. Benih-benih ini tumbuh menjadi pohon-pohon yang ramping dengan daun yang amat kecil dan tidak menghasilkan sedikitpun bayangan.

Mirantali menyentakkan dan menarik daun-daun itu sampai mereka membesar. Kemudian ia menarik cabang-cabangnya sampai mereka menjuntai ke Bumi. Maka pohon itu pun menghasilkan bayangan.

Tetapi manusia masih tidak memiliki makanan yang tepat untuk dimakan. Maka Mirantali berkata kepada Si Pohon Beringin, "Berilah manusia makan dengan air susumu, "Pohon Beringin menjawab, "Aku hanya memiliki darah di tubuhku. Dari mana harus kudapatkan susu itu?" Mirantali mengayunkan kapaknya mengenai batang pohon itu dan berkata, "Biarkan air susu mengalir." Maka terjadilah dan manusia hidup dari susu itu sampai pohon padi tercipta di dunia.

Pohon Beringin telah digambarkan sebagai bagian dari kelompok tumbuh-tumbuhan yang paling mengherankan di muka Bumi ini. Pohon ini selalu menghijau dan dapat tumbuh sampai setinggi seratus kaki. Pohon Beringin menjuntaikan akar-akarnya ke bawah dari cabang-cabangnya dan ini menembus tanah dan menjadi batang-batang. Pada awalnya akar-akar tersebut ramping tetapi ketika mereka menancap di tanah, mereka menjadi pilang-pilar yang tebal yang menunjang beban dari cabang-cabang yang terberat.

Daunnya lebar berbentuk oval bagian atasnya berwarna hijau tua dan disebelah bawahnya berwarna hijau pucat. Mereka halus dan mengkilat ketika muda, dan kemudian menjadi kaku dan kasar ketika tua. Bila dihancurkan, daun-daun tersebut mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Bunga dan daunnya tidak menarik. Buahnya berwarna hijau, keras, yang muncul dari sudut antara tangkai daun dan cabangnya, dan berubah menjadi merah dan lembut saat matang. Buahnya dimakan oleh hampir semua jenis burung.

Selebar apakah sebuah pohon Beringin dapat tumbuh? Di Chicholi, Hoshangabad, ada Pohon Beringin yang tumbuh selebar satu setengah Are. Di Chunchanakuppe, dekat Bengalore, pohon Beringin yang dikatakan berumur lima abad, lebarnya hampir menjadi tiga Are. Dari sebuah biji yang ditanam pada tahun 1792, pohon Beringin yang ada di Botanical Garden di Sibpur, Calcutta, telah tumbuh mencapai ukuran dimana batangnya selebar lebih dari 51 kaki dalam ukuran lilitan dan memiliki lebih dari seribu akar hawa, naungannya meliputi empat Are. Pohon Beringin yang terdapat di Satara yang terakhir diukur pada tahun 1882 ketika kelilingnya mencapai 483 Meter.

Dikutip dari sumber Hindu

Jenazah Yang Lama Tak di Aben Akan Menjadi Butha Cuil

iasanya prosesi Ngaben dilaksanakan segera setelah mendapatkan hari baik. Namun, ada juga yang mengubur jenazah terlebih dahulu selama beberapa waktu, karena mempertimbangkan soal dana hingga cukup untuk melaksanakannya. Tapi, ada batasan waktu khusus yang tak boleh dilanggar karena akan berdampak buruk bagi yang meninggal dan keluarganya.

Jenazah orang yang telah meninggal berpuluh puluh tahun dan tidak diaben diyakini akan menjadi Bhuta cuil. Bhuta Cuil adalah Bhuta atau makhluk halus yang umumnya selalu mengganggu kehidupan manusia (prati sentana). Jadi, roh manusia yang telah meninggal puluhan tahun, namun belum dilaksanakan upacara Ngaben berisiko akan menjadi Bhuta Cuil.


Baca Juga Makna Pengijeng Karang atau Penunggun Karang Untuk Kerahayuan Pekarangan Rumah, karena jika tidak diupakara yang benar akan ditempati Butha Cuil.

Dalam filsafat Samkhya disebutkan, bahwa Purusa dan Prakerti saling tarik menarik. Oleh sebab itu, ketika manusia meninggal, maka unsur Prakerti (badan kasar) yang terdiri dari Panca Mahabhuta (Raga Sarira) harus dibersihkan dengan cara upacara Ngaben, sehingga unsur Purusa yang disebut Atman atau Antahkarana Sarira serta Suksma Sarira akan menjauh dari tarikan Prakerti," yang kami kutip dari tulisan BaliExpress.

Banyak Sastra yang menjelaskan, manusia dalam ajaran agama Hindu terdiri dari tiga lapisan, yaitu Raga Sarira, Suksma Sarira, dan Antahkarana Sarira (Atman).Raga Sarira merupakan badan kasar, yaitu wujud yang dapat dilihat yang terdiri dari unsur  Panca Mahabhuta. 

Unsur  Panca Mahabhuta, yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, dan Akasa. Sedangkan Suksma Sarira merupakan badan astral atau disebut juga badan halus yang terdiri dari alam pikiran (citta), perasaan (manah), keinginan (Indria), dan nafsu (Ahamkara). Kemudian, Antahkarana Sarira merupakan Atman atau bagian dari Ida Sang Hyang Widhi yang menyebabkan hidup, atau yang disebut juga Sang Hyang Atman.

Jika Antahkarana (Atman) masih dipengaruhi oleh Suksma Sarira, maka Atman tersebut masih terikat nafsu dan keinginan yang semena - mena. Hal itu biasanya terjadi pada mereka yang sudah meninggal cukup lama, namun Raga Sariranya masih dititipkan di Ibu Pertiwi. Itulah cikal bakal dari Bhuta Cuil. Mereka seharusnya sudah bersih, namun karena Raga Sariranya masih, otomatis Suksma Sariranya akan mengikat Antahkarananya dan membuat mereka kebingungan di Mercapada, paparan Hindu Bali.

Roh yang sudah menjadi Bhuta Cuil biasanya akan mengganggu keluarga yang ditinggalkan. Secara niskala mereka akan berusaha mengganggu, menggoda agar keturunannya segera melaksanakan prosesi Pangabenan. "Atman itu bersih dan suci. Tapi kalau roh dia masih terikat Suksma Sariranya. Karena itu roh roh bisa gentayangan, apa lagi yang meninggal Salah Pati, biasanya masih memiliki nafsu, dan keinginan sama seperti halnya manusia," tertulis.

Untuk menangani jenazah yang puluhan tahun telah dititipkan di Ibu Pertiwi, lanjutnya, ada rangkaian khusus yang dilaksanakan dalam prosesi Pangabenan yaitu upacara Pangaskaran. " Pangaskaran merupakan upacara inisiasi roh agar dari Preta menjadi Pitra. Itulah sebabnya dalam upacara Pangabenan memerlukan upacara Pangaskaran (askara atau inisiasi roh). Tujuannya, agar roh tersebut bersih atau terbebas dari Suksma Sarira.

Yang dimaksud Preta adalah roh yang masih diikat oleh Suksma Sarira. Sedangkan Pitra adalah Atman atau Antahkarana Sarira yang telah bebas dari pengaruh Suksma Sarira. Ia menekankan, dalam upacara Ngaben haruslah melakukan upacara Pangaskaran agar Atman tersebut bersih atau bebas dari ikatan Suksma Sarira. "Jadi, upacara Pangaskaran adalah upacara askara atau upacara penyucian atau pentasbihan atau padwijatian roh, dari roh yang disebut Preta diabhiseka (diubah) menjadi Pitra.

Yang berhak untuk melaksanakan inisiasi atau Pangaskaran hanyalah seorang sulinggih yang sudah lengkap melaksanakan upacara Mapulang Lingga. Kenapa hanya sulinggih? "Sulinggih kan sudah melalui upacara Mapulang Lingga, artinya sudah bersih atau Atmannya sudah terbebas dari Suksma Sarira, sehingga bisa menghantarkan Atman.  Sulinggih yang belum Mapulang Lingga tidak diperkenankan untuk muput prosesi Pangaskaran,"tegasnya.

Ida Rsi Waisnawa  mengimbau kepada masyarakat untuk segera melaksanakan kewajibannya melaksanakan upacara Ngaben untuk orang tua atapun leluhurnya yang masih dititipkan di Ibu Pertiwi. "Kalau alasannya karena biaya, ikutkan saja Ngaben massal atau Krematorium. Dari segi biaya murah, jangan sampai karena kita gagal melaksanakan kewajiban, orang tua kita berakhir menjadi Bhuta Cuil dan tidak bisa ke tempat sunya.


Ini Bukti Tanaman Kamboja Di Halaman Rumah Menetralkan Unsur Negatif


Ini Bukti Tanaman Kamboja Di Halaman Rumah Menetralkan Unsur Negatif

Bunga kamboja atau dengan nama Latin Plumeria, ditemukan oleh seorang botanis berkebangsaan Perancis yang bernama Charles Plumier. Bunga ini dulu hanya kita jumpai di tempat-tempat yang berbau religi dan mistis seperti Kuburan dan tempat-tempat lain. Namun, kini hal itu sudah berubah menjadi tanaman penghias dimana-mana. Bunga ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan Negara Kamboja sebab bunga ini ternyata berasal dari Amerika Tengah yang meliputi Equador, Colombia, Cuba, Venezuela, dan Mexico.

Keberadaan atau masuknya bunga ini ke Indonesia hingga kini belum diketahui tepat waktunya. Namun, bunga kamboja diperkirakan pertama kali dibawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis dan Belanda yang mana keduanya merupakan bangsa yang peduli terhadap lingkungan dan sangat menyukai alam tropis. Diperkirakan kamboja asli Indonesia adalah bunga kamboja yang berwarna putih dengan bagian dalam berwarna kuning di mana kuntumnya tidak terbuka penuh serta berukuran kecil. Bunga kamboja tumbuh subur di dataran rendah sampai pada ketinggian 700 meter namun, secara umum tanaman ini bisa tumbuh subur di semua tempat.

Pohon kamboja sangat baik ditanam di halaman rumah karena diperxaya untuk keberuntungan mendatangkan rezeki. Dalam fengshui, pohon kamboja dipercaya mampu menarik dan menciptakan chi serta memurnikan energi buruk yang ada di lingkungan rumah. Untuk perumahan, pohon kamboja sebaiknya di tanam di sektor bagian timur atau tenggara dari posisi rumah.

Menanam pohon kamboja dengan penempatan yang tepat mampu membawa rezeki untuk penghuni rumah. Selain itu, energi pohon kamboja juga dianggap dapat menetralisir Mikroba Negative karena pembusukan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa pohon kamboja juga banyak di tanam di kuburan dapat menetralisir energi negatif.

Selain itu, bunga dari pohon kamboja juga sering dikonsumsi sebagai obat herbal dan dikatakan untuk memurnikan energi tubuh juga mengurangi bau keringat yang menyengat. Kalau dimakan, buang ujung dekat tangkai yang bergetah seperti kulit apel. Restoran Internasional di Bali sering menyiapkan bunga kamboja ini dalam menu-menunya yang disajikan seperti daun selada d3ngan dimakan mentah.

Pohon kamboja membawa perbaikan chi yang sangat baik dan bahkan yang terbaik untuk mendatangkan rezeki. Chi dari pohon kamboja meningkatkan kualitas chi yang ada di sekitarnmya. Jenis kamboja yang baik adalah dengan bunga merah, putih dan bungnya yang terbaik adalah jenis sudamala yang berwarna putih kekuningan.

Cara Menetapkan Hari Otonan, Banten dan Caranya Lengkap Disini



Otonan berasal dari kata “pawetuan”, yaitu peringatan hari lahir menurut tradisi agama Hindu di Bali yang didasarkan pada Sapta wara, Panca wara, dan Wuku. Dalam kalender Bali otonan dirayakan setiap 210 hari(setiap 6 bulan).

Dalam tradisi agama Hindu di Bali tidak mengenal adanya hari ulang tahun dikarenakan mempunyai sistem perhitungan hari kelahiran yang berbeda.

Makna Otonan

Otonan tidak mesti dibuatkan upacara yang besar dan mewah, yang terpenting adalah nilai rohaninya, sehingga nilai tersebut dapat mentransformasikan pencerahan kepada setiap orang yang melaksanakan otonan.

Tidak ada gunanya otonan yang besar namun si anak tidak pernah diajarkan untuk sungkem dan hormat pada orang yang lebih tua, akan sia-sia upacara otonan itu jika hanya untuk pamer kepada tetangga.

Otonan harus dapat merubah perilaku yang tidak benar menjadi tindakan yang santun, hormat, bijaksana dan welas asih baik kepada orang tua, saudara, dan masyarakat.

Otonan yang dilaksanakan dengan sadhana akan mengarahkan orang tersebut kepada realisasi diri yang tertinggi. Karena dalam upacara otonan terkandung makna bahwa kita berasal dari Brahman dan harus kembali kepadaNya.

Pentingnya Otonan

Jika dalam tradisi Hindu Bali merayakan hari ulang tahun bukanlah merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan akan tetapi beda halnya dengan Otonan. Karena di hari itu kita memanjatkan puja kepada Sanghyang Widhi karena atas perkenan-Nya roh/ atma bisa menjelma kembali menjadi manusia, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menempuh kehidupan.

Dalam penetapan hari otonan tidaklah boleh asal-asalan atau tidak boleh keliru. Karena dalam lontar pawacakan dan lontar jyotisha, jika keliru dalam penetapan otonan anaknya akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Cara Menetapkan Hari Otonan

Dalam menentukan hari otonan yang harus dijadikan patokan adalah sistem kalender Saka-Bali. Yang mana dalam pergantian hari atau tanggal yaitu ketika matahari terbit(sekitar jam 6 pagi).

Jika untuk bayi, otonan pertama kali dilakukan ketika sudah berumur 105 hari, karena organ tubuh dianggap sudah berkembang sempurna dan semua panca indra sudah aktif,dimana panca indra anak itu dapat membawa dampak positif dan negatif pada kesucian jiwa,sehingga harus di lakukan Otonan /upacara tiga bulanan.Dimana jika belum di lakukan Otonan /diupacarai tiga bulanan, maka anak itu masih “Cuntaka” atau  belum suci.

Sarana Upacara Otonan

Dalam upacara otonan yang sederhana sarana cukup sebagai berikut:

Banten Pejati (untuk Bhatara Guru/Kemulan). Dapetan (sebagai tanda syukur) dan Sesayut Pawetuan (untuk Sang Manumadi),s (untuk Bhuta) dan dapat diisi kue Taart di atasnya dikasi canang sari dan dupa, kemudian didoakan.


Dalam prosesi otonan, terdapat sebuah simbolis yaitu pemasangan gelang ditangan berwarna putih.  Kenapa menggunakan benang? karena benang mempunyai kontotasi “beneng” dalam bahasa bali halus. Yang dapat diartikan 2 hal yaitu:

Karena benang sering dipergunakan sebagai sepat membuat lurus sesuatu yang diukur.ini maksudnya agar hati yang otonan selalu di jalan yang lurus/benar
Benang memiliki sifat lentur dan tidak mudah putus sebagai simbol kelenturan hati yang otonan dan tidak mudah patah semangat.

Mantra/Doa Dalam Otonan

Mantra yang bisa digunakan dalam otonan yaitu sebagai berikut:

Mabya kala /bya kaon

Om shang bhuta nampik lara sang bhuta nampik rogha,sang bhuta nampik mala,undurakna lara roga wighnanya  manusanya.Om sidhirastu Yanama Swaha.
Matepung tawar

Om purna candra purna bayu mangka purnaya manusa maring marcepada kadi langgenaning surya candra vmangklana langgenganipun manusyania Om sidhirastu ya nama Swaha.

Mesesarik

kening;             om sri sri ya nama swaha
 bahu kanan:      om anengenaken phala bhoga ya nama swaha

 bahu kiri  :        om angiwangaken pansa bhaya bala rogha ya nama swaha
 telapak tangan :    om  ananggapaken   phala bhoga ya nama swaha

tengkuk :            om angilangaken  sot papaning wong ya nama swaha
dada :              om anganti ati sabde rahayu
Matebus benang

om angge busi bayu premana maring angge sarire

Natab sesayut

Dalam natab sesayut ada 2 mantra yang bisa dipergunakan untuk otonan sederhana

1. sesayut bayu rauh sai

om sanghyang jagat wisesa ,metu sira maring bayu, alungguh maring bungkahing adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah.
om ung sanghyang antara wisesa , metu sira maring  sabda, alungguh maring madyaning adnyuana sandi
om om sri sri paduka guru ya namah .
om mang sanghyang jagat wisesa . metu sire maring idep. alungguh maring tungtungngin adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah

2.sesayut pangenteg bayu

om dabam jaya bayu krettan dasa atma dasa premanam  sarwa angga m,a sariram wibbbbuh bhuanam dewat makam


Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Jika dalam penjelasan artikel ada yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Dan jika ada semeton yang belum tahu pasti hari otonannya bisa meninggalkan komentar dengan menyebutkan tanggal,bulan dan tahun lahirnya. Kami akan mencoba mencari hari otonannya. Suksma…

Beberapa Video Cara Membuat Banten Otonan


(sumber inputbali)

Besarnya Dosa Selingkuh Menurut Hindu, Baca Dulu, Mungkin Anda Tidak Jadi Melakukannya



Payanadewa.com memang  indah saat masa berpacaran, cinta yang menggebu-gebu dan begitu besar bahkan seakan-akan mungkin tiada batas, tapi perlahan namun pasti terasa “memudar” saat mereka berumah tangga atau terikat dalam ikatan perkawinan. Bertambahnya umur, kesibukan mengurus rumah tangga dan anak, membuat kecantikan sang istri tampak memudar. Sang suami yang sibuk dalam pekerjaannya, terkadang dengan berbagai tekanan, hingga sering lupa memberi perhatian kepada sang istri. Saat situasi seperti ini seringkali pasangan mencari pelampiasan di luar rumah. Sang suami ingin menginginkan wanita yang senatiasa cantik, lalu menjalin hubungan dengan perempuan lain. Sang istri yang ingin diperhatikan, berusaha memperoleh perhatian dari lelaki lain, yang menurutnya memberikan rasa bahagia. Inilah awal sebuah perselingkuhan dan goyahnya biduk rumah tangga. Namun sejatinya ada banyak sekali faktor penyebab yang mengawali terjadinya perselingkuhan.

Sekarang ini, perselingkuhan adalah sebuah kasus dan cerita yang marak di masyarakat, dan mungkin bisa dikatakan lagi trend. Kasus ini tidak sekadar terjadi di daerah perkotaan, namun juga di pelosok desa. Tidak sekadar di kalangan berada, kalangan artis, tapi juga kalangan masyarakat biasa.

Selingkuh atau dalam bahasa bali disebut dengan istilah memitra adalah salah satu penyebab utama hancurnya sebuah rumah tangga. Di zaman modern yang serba cepat, instant serta sibuk ini, banyak pria dan wanita yang sudah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan, baik secara agama maupun hukum, tidak mampu memegang teguh ikatan dan janji pernikahan yang mereka nyatakan sendiri dalam ritual upacara dengan Tuhan dan masyarakat sebagai saksinya. Banyak dari mereka yang kemudian terjerumus atau malah menjerumuskan diri dalam kegiatan mencari kepuasan fisik jasmani, memuaskan nafsu seksualnya dengan mereka yang bukan pasangan sahnya.

Sebuah kutipan dari lontar Adi Parwa, mengenai hukum dan dosa seseorang yang melakukan perselingkuhan, dalam  Adi Parwa dikatakan;

Yan hana ta  pwa stri majalun hana swaminya. Bhrunahatya kretam param. Salwiring papaning brunahatya tinemunya, pada lawan papaning amati rare jro weteng patakanya. Mangkana prawrettinya. Mangkana tekang jalu-jalu yawat yan hareping stri patiwrata, mahyuna ring stri brahmacari kunang, mangguhakena brunahtya, papa tinemunya”.


“Jika ada seorang wanita yang sudah bersuami, melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain. Bhrunahatya kretam param. Berbagai dosa siksa neraka akan didapatkannya, sama halnya dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan. Demikian pula bagi para lelaki, yang menginginkan(bernafsu, ingin memiliki istri orang lain) seorang istri yang setia kepada suaminya, menginginkan wanita yang brahmacari, akan mendapatkan neraka yang sama dengan dosa siksa  neraka menggugurkan bayi dalam kandungan”

Seorang wanita yang sudah bersuami, hendaknya tidak menginginkan lelaki lain, begitupun sebaliknya, seorang lelaki yang sudah beristri hendaknya jangan menginginkan wanita lain. Seorang laki-laki baik lajang ataupun sudah beristri hendaknya tidak berusaha merayu seorang wanita yang sudah bersuami, apalagi jika wanita tersebut adalah seorang wanita yang setia pada suaminya. Perbuatan seperti ini dianggap sama dosanya dengan menggugurkan bayi dalam kandungan, dan dosa menggugurkan bayi dalam kandungan sangatlah besar.

Ternyata besar sekali dosa selingkuh tersebut, hingga almarhum Ida Pedande Gunung, mengatakan bahwa dosa selingkuh tidak ada penglukatannya. Namun ternyata banyak orang yang melakukannya, bahkan dijadikan hobi. Kenikmatan sesaat dan petualangan yang didapat dari perselingkuhan tersebut ternyata mengalahkan rasa takut akan dosa neraka. Mungkin inilah pengaruh zaman Kaliyuga, zaman kegelapan bathin, dimana hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama banyak digemari dan malah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah.

Sumber (Ganapatyananda) gedetoya.blogspot.com iwayanwijanegara.com masterleakbali.com

Nunas Baos atau Meluasan Sering Memicu Ketidak Harmonisan Keluarga



Nunas Baos atau Meluasan Sering Memicu Ketidak Harmonisan Keluarga

Kepercayaan akan adanya roh dan leluhur dalam keyakinan masyarakat Bali menjadikan masyarakat Hindu Bali sangat menghormati leluhur maupun mereka yang telah meninggal dalam keluarganya. Sehingga banyak sekali akan kita temukan ritual atau upacara yang bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada roh orang yang telah meninggal maupun para leluhur. Dalam adat, tradisi dan budaya masyarakat Hindu Bali, ada sebuah  ritual yang disebut dengan istilah meluasin atau nunas baos. Nunas berarti meminta sedangkan baos berarti ucapan, jadi nunas baos dapat diartikan meminta atau memohon petunjuk secara ghaib atau mistik kepada para leluhur ataupun roh seseorang yang telah meninggal. Ritual ini adalah sebuah ritual untuk mencari dan mendapatkan sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan yang dilakukan secara ghaib atau niskala dengan perantara, mediator seorang dukun atau seorang jero dasaran. Dukun tradisional bali dikenal dengan sebutan Balian, sedangkan Jero Dasaran adalah seorang yang dianggap mampu berkomunikasi dengan alam ghaib utamanya roh – roh leluhur ataupun roh orang yang telah meninggal. Jero Dasaran adalah semacam seorang mediator antara alam nyata dan alam roh atau alam ghaib. Ritual nunas baos atau meluasin ini biasanya dilakukan oleh sebuah keluarga apabila dalam keluarga tersebut mendapatkan atau tertimpa sebuah musibah, sakit, kematian ataupun apabila akan mengadakan sebuah upacara adat agama yang besar dalam keluarga. Namun yang lebih sering adalah apabila sebuah keluarga tertimpa musibah, sakit atau kematian.

Dalam ritual meluasin atau nunas baos ini, biasanya para Balian atau Jero Dasaran ini akan berusaha berkomunikasi dengan roh para leluhur atau roh orang yang telah meninggal dari keluarga yang bersangkutan. Balian atau Jero Dasaran ini akan mengundang para leluhur dari keluarga yang datang kepada mereka, dengan kemampuan mistik dan mantra. Dalam ritual ini, tubuh Balian atau Jero Dasaran ini akan dirasuki oleh roh atau leluhur yang diundang. Roh atau leluhur yang datang biasanya memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan ciri – ciri fisik dalam kehidupannya terdahulu. Setelah itu para anggota keluarga yang datang dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau tujuan mereka mengundang mereka untuk hadir di dunia. Pertanyaan umumnya berkisar diantara sebab musabab terjadinya sebuah musibah, sakit ataupun kematian ataupun hal – hal lain yang mungkin menjadi ganjalan dalam hati mereka.

Bagi masyarakat tradisional Bali, ritual ini sangat dipercaya dan dianggap sebagai salah satu jalan dalam menanggulangi dan mencegah sebuah kejadian buruk yang sedang menimpa atau akan menimpa. Bagi mereka yang tertimpa sebuah bencana, permasalahan, musibah atau sakit akan meminta berbagai petunjuk dari para leluhur mereka, melalui perantara Balian atau Jero Dasaran perihal apa yang dapat mereka lakukan untuk menanggulangi dan menghilangkan  serta apa yang menjadi sebab terjadinya musibah yang dialami. Petunjuk yang didapat yang dianggap merupakan petunjuk yang diberikan oleh para leluhur mereka melalui perantara Balian dan Jero Dasaran ini. Petunjuk yang paling sering didapat guna mengatasi atau mencegah sebuah hal buruk yang terjadi atau yang akan terjadi adalah petunjuk untuk melakukan sebuah upacara atau ritual khusus dan petunjuk tentang berbagai upakara banten atau persembahan yang mesti dilakukan, kapan waktunya dan dimana serta beberapa petunjuk tentang sebab – sebab yang telah mengakibatkan sebuah musibah, sakit ataupun kematian terjadi. Setelah mendapat petunjuk tersebut maka keluarga yang bersangkutan akan menggelar ritual atau upacara sesuai dengan petunjuk dan arahan yang mereka dapat dari ritual nuans baos atau meluasin tersebut. Tertanggulangi ataupun tidak semua permasalahan, musibah ataupun sakit, setelah pelaksanaan ritual upacara sesuai petunjuk yang didapat bukanlah menjadi tanggung jawab dari Balian atau Jero Dasaran tersebut. Semua dikembalikan pada keyakinan sendiri dari keluarga yang bersangkutan.

Namun yang patut menjadi perhatian dari ritual ini adalah betapa seringnya sebuah keluarga mendapatkan petunjuk yang terkadang malah memicu ketidak harmonisan dalam hubungan sebuah keluarga dan masyarakat. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga,  mungkin inilah ungkapan yang pas untuk menggambarkan hal ini. Karena seringkali bukan petunjuk - petunjuk bijak yang didapat tapi malah petunjuk yang cenderung memprovokasi.masalah. Musibah ataupun hal buruk yang menimpa belum juga teratasi kemudian ditambah atau timbul masalah baru. Tidak jarang sebuah keluarga yang datang pada seorang Balian atau Jero Dasaran untuk memohon petunjuk secara ghaib atau niskala akan sebab dan akan sebuah permasalahan, sakit ataupun kematian mendapat jawaban atau petunjuk yang menyatakan bahwa segala hal buruk yang terjadi di keluarga mereka disebabkan oleh ulah orang lain atau seseorang yang ternyata masih keluarga dekat mereka. Dalam ritual ini betapa seringnya sebab – sebab suatu penyakit dikatakan sebagai ulah orang jahat melalui perantara ilmu hitam,yang di Bali dikenal dengan istilah pengleakan.  Banyak sekali kejadian dimana seorang yang menderita sakit medis namun dinyatakan oleh seorang Balian atau Jero Dasaran menderita penyakit magis. Kemudian menyatakan bahwa melalui petunjuk ghaib penyebab dari penderitaan dan sakit yang mereka derita adalah disebabkan oleh serangan ilmu hitam dari orang yang tidak suka kepada mereka.

Namun yang lebih memprihatinkan adalah  ketika orang yang paling sering dituding dan dituduh sebagai biang kerok dari ilmu hitam tersebut adalah keluarga dekat mereka sendiri. Hal inilah salah satu penyebab utama adanya hubungan yang tak harmonis dalam sebuah keluarga dan masyarakat tradisonal Bali. Meskipun dipermukaan tampak tiada riak, namun di kedalaman bagaikan api dalam sekam. Saling mencurigai, berbagai prasangka buruk timbul dalam pikiran dan hati yang menyebabkan rasa tidak nyaman, tidak aman dalam hubungan keluarga besar. Padahal sebuah keluarga besar semestinya bersatu padu, rukun dan saling mendukung.

Ungkapan "layah gigi nyakitin" yang berarti bahwa keluarga sendirilah yang telah menyakiti atau berbuat jahat, melalui perantaraan "ilmu hitam" adalah sebuah ungkapan yang biasa didengar dalam masyarakat atau keluarga tradisional Bali. Kepercayaan akan ghaib dan mistik yang membabi buta tanpa logika dan pemikiran yang realistis inilah yang banyak menimbulkan banyak permasalahan,utamanya permusuhan baik dalam keluarga ataupun masyarakat tradisional Bali.

Menyikapi hal ini maka betapa pentingnya dibangun kesadaran di dalam diri pribadi dan masyarakat bahwasanya tidak semua hal dapat diselesaikan dengan ritual, upacara dan mistik. Tidak semua hal harus dibayar dengan berbagai upakara dan upacara. Musibah, penyakit dan kematian semua hal tersebut sudah diatur oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bahwasanya sebagai manusia kita tak akan luput dari Suka, Duka, Lara, Pati, kebahagiaan, kesedihan, sakit dan kematian. Bahwasanya kehidupan berputar, kadang diatas kadang dibawah. Kita tak luput dari Rwa Bhineda, baik buruk, suka duka, kelahiran dan kematian. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan dan itu pasti yang terbaik buat umatnya.

Ketika sakit atau mengalami suatu penyakit, berusaha untuk mendapatkan kesembuhan adalah hal yang wajar. Baik usaha melalui pengobatan medis, kedokteran ataupun mungkin secara alternatif. Tidak ada orang yang ingin mengalami sakit, namun "tan hana wong ayunulus", tak ada manusia yang hidupnya selalu baik, selalu lancar atau selalu sehat. Semua pasti pernah atau akan mengalami sakit dan pada akhirnya semua orang akan mati, karena kematian itu adalah hal yang pasti. Menyadari akan hal tersebut, usaha untuk mendapatkan kesembuhan atau kesehatan semestinya jangan membuat kita selalu menyalahkan keadaan dan  berusaha mencari kambing hitam atau mengkambing hitamkan orang lain atas apa yang kita derita.

Memang baik sekali memohon petunjuk tentang suatu hal yang mungkin diluar pengetahuan ataupun diluar nalar kita kepada mereka yang mempunyai pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun akan sangat berbahaya apabila terlalu berlebihan mempercayai  berbagai petunjuk mistik yang diberikan oleh seseorang, yang mungkin saja belum tentu benar adanya. Apalagi jika petunjuk tersebut pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada permasalahan – permasalahan baru. Sebab itulah penting sekali bagi semua orang untuk berusaha memilah, memilih, berpikir secara bijak dengan logika dan nalar serta senantiasa berusaha melihat realitas yang ada.

Disinilah pentingnya untuk senantiasa mawas diri, senantiasa melihat kedalam, introspeksi, jangan selalu menyalahkan keadaan atau orang lain apabila ada kejadian atau hal yang buruk menimpa . Mawas diri berarti senantiasa berpikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk sebelum bertindak. Senantiasa berusaha melihat sebuah permasalahan atau sebuah kejadian dari sudut pandang yang baik dan berusaha memetik hikmahnya. Semua hal yang terjadi dalam kehidupan adalah sebuah pembelajaran kehidupan dari penguasa alam semesta.

Mawas diri berbeda dengan sikap waspada, waspada berarti senantiasa siap akan segala kemungkinan yang terjadi. Namun waspada lebih cenderung adalah sikap saat seseorang sedang dalam sebuah pertempuran atau peperangan. Waspada berarti bahwasanya kita tengah berhadapan dengan musuh atau ada seseorang yang dianggap sebagai musuh. Jadi sikap waspada ini biasanya diawali dengan adanya sebuah permusuhan. Sikap waspada yang berlebihan timbul akibat berbagai prasangka buruk atau rasa curiga. Semakin besar prasangka dan rasa curiga menimbulkan lebih banyak ketakutan dan kecemasan. Berbagai prasangka buruk ini membuat hati dan pikiran tidak tenang. Seseorang yang pikirannya tidak tenang akan akan mudah sekali tersulut amarahnya. Kecemasan, ketakutan, benci, dendam dan amarah semua ini meracuni pikiran, badan dan sel – sel tubuh tanpa di sadari. Kemudian semua pemikiran negatif ini  melemahkan kekebalan tubuh manusia dan membuat seseorang gampang sekali terserang penyakit.

Karena pikiran memiliki peranan yang sangat besar dalam kesehatan tubuh, maka semua hal yang meracuni pikiran akan segera berdampak pada tubuh. Bukannya kesembuhan yang didapat tapi sebaliknya, berbagai penyakit malah tambah lebih mudah menyerang badan. Bukannya orang lain atau ilmu hitam yang ternyata menyebabkan penyakit, namun ternyata segala pikiran buruk sendirilah yang menimbulkan berbagai penyakit, yang tampak sulit sekali diatasi. Bukanya badan yang sakit tapi pikiranlah yang sedang sakit, sehingga ketika didiagnosa secara medis tidak ditemukan adanya sebab – sebab medis dari penyakit yang diderita. Badan ini sehat tapi ia merasa sakit, badan ini kuat tapi ia merasa lemah, itu semua karena pikiran.

Prasangka, amarah, dengki dan dendam adalah racun yang sangat berbahaya bagi pikiran. Sehingga salah satu jalan untuk senantiasa sehat adalah dengan menjaga pikiran. Menjaga pikiran untuk senantiasa berpifikir positif, jauhkan dari segala prasangka dan curiga. Kesadaran bahwa hidup adalah bagaikan putaran roda pedati, kadang dibawah kadang diatas, dan semua pasti tak luput dari yang namanya sakit, hendaknya membuat kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas hidup dan segala kenikmatan serta pembelajaran yang didapat dalam hidup ini dari-Nya. Hidup rukun, harmonis dan saling mendukung dalam kebajikan dalam hubungan keluarga dan masyarakat.  Manusia berkarya dan berusaha namun pada akhir dan hasilnya, Tuhanlah yang menentukan. Berbuatlah yang terbaik dan biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya, dan yakinlah bahwa apapun yang kita dapatkan dalam hidup, itu pasti yang terbaik dari-Nya, karena Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga semua dalam kesehatan yang baik, bahagia dan damai.

Sumber (Ganapatyananda)


12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya


12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya

Cuntaka atau sebelan adalah suatu keadaan tidak suci menurut pandangan agama Hindu. Menurut pengertian kamus Kawi-Indonesia istilah cuntaka berarti cemer (letuh). Berdasarkan keputusan pesamuhan agung PHDP Nomor 015/Tap/PA.PHDP/1984 dipergunakan istilah cuntaka untuk menyatakan suatu keadaan kotor (tidak suci) baik akibat dari kematian maupun hal – hal lain yang dipandang kotor.

Cuntaka dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

Cuntaka karena diri sendiri adalah orang yang dalam keadaan kotor (cemer), sehingga tidak boleh melakukan suatu upacara Agama dan memasuki tempat suci.

Cuntaka yang disebabkan oleh orang lain adalah orang yang dalam hubungan duka karena kematian, sehingga tidak boleh melakukan upacara keagamaan dan memasuki tempat suci kecuali kegiatan yang ada hubungannya dengan upacara kematian tersebut.

12 Jenis Cuntaka dan Penyebabnya 

Ada beberapa penyebab sehingga terjadinya Cuntaka, berikut penyebab dan penjelasannya :

1. Kematian

Jika Kematian yang terkena cuntaka adalah keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orang- orang yang ikut mengantar jenazah, demikian pula alat- alat yang dipergunakan dalam keperluan itu. Batas waktunya disesuaikan dengan Loka dresta dan Sastra dresta.

2. Haid / Mens

Jika Haid / Mens yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dengan kamar tidurnya. Batas waktunya selama masih mengeluarkan darah sampai membersihkan diri.

3. Bersalin

Jika Bersalin atau melahirkan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suaminya beserta rumah yang ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pabersihan dan suaminya sekurang- kurangnya sampai lepas puser bayinya.

4. Keguguran kandungan

Jika Keguguran kandungan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suami beserta rumah yang ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pabersihan.

5. Sakit (kelainan)

Penderita sakit kelainan juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan kemasyarakatan, karena khawatir akan akibat yang ditimbulkan oleh sakit yang dideritanya.

6. Perkawinan

Cuntaka akibat berlangsungnya upacara perkawinan/pernikahan yang dialami oleh kedua mempelai sebelum dibersihkan dengan upacara penyucian (Sampai dengan mendapat tirta pabeakaonan)

7.Gamya gamana

Agamya gamana adalah hubungan seks antara anak dengan orang tua, atau termasuk juga hubungan seks antara saudara kandung.

8. Salah timpal (bersetubuh dengan binatang)

Manusia melakukan hubungan seks dengan binatang. Perbuatan manusia seperti itu adalah merupakan ketidakseimbangan alam, sehingga menyebabkan cuntaka bagi desa adat yang bersangkutan.

9. Kehamilan di luar perkawinan/pernikahan

Terjadinya kehamilan di luar perkawinan/pernikahan dan juga melahirkan tanpa didahului dengan upacara perkawinan/pernikahan, akan membuat ketidakharmonisan keluarga bersangkutan dan juga membuat resah keadaan masyarakat sekitarnya. Cuntaka ini sampai diadakannya dengan upakara beakaon.

10. Mitra Ngalang

Mitra Ngalang yaitu Hubungan seks di luar perkawinan/pernikahan. Yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan kamar tidurnya. Batas waktunya sampai dengan upakara beakaon.

11. Lahir dari kehamilan tanpa upacara

Yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi, anak dan rumah yang ditempatinya. Dengan batas waktu Sampai dengan adanya yang memeras (disahkan sebagai anak sesuai dengan agama Hindu).

12. Melakukan Sad Tatayi

Sadatatayi, merupakan bahagian dari ajaran moral-etika (susila) kita, yaitu perbuatan yang amat buruk serta harus dijauhkan dari pelaksanaan, perkataan dan bahkan pemikiran sekalipun. Ada enam macam kejahatan yang sangat keji, (sad = enam; atatayi = tiran, pembunuh keji) yaitu terdiri dari:


  • Agnida, membakar milik orang lain.
  • Wisada, meracuni orang lain.
  • Atharwa, melakukan ilmu hitam untuk membunuh orang lain.
  • Sastraghna, mengamuk sehingga menyebabkan kematian orang lain.
  • Dratikrama, memperkosa sehingga membuat orang lain kehilangan   kehormatan.
  • Rajapisuna, suka memfitnah sampai mengakibatkan kematian orang.


Upacara dan Upakara Penyucian Terhadap Cuntaka

Penyucian terhadap cuntaka adalah usaha pengembalian keadaan yang dipandang tidak suci, agar menjadi suci kembali, baik berupa benda-benda, bangunan, lingkungan maupun keadaan manusia.Upacara adalah pelaksanaan dari usaha manusia dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Selanjutnya didalam pelaksanaan upacara akan diperlukan perlengkapan-perlengkapan yang disebut upakara.

Bagi umat Hindu, penyelenggaraan upacara keagamaan menggunakan sarana pelengkap (upakara) berupa banten yaitu beberapa jenis bahan yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dilihat dan mempunyai arti simbolis religius keagamaan sesuai dengan fungsi dan pengaruhnya terhadap keadaan tertentu.

Suatu sarana yang tergolong dalam upakara penyucian yaitu prayascita, durmanggala, beakala (beakawon), pedudusan, caru. Dari semua jenis banten tersebut tidaklah terpisah satu sama lainnya, tapi tidak mesti setiap penyucian memakai semua banten tersebut.

Itulah 12 Jenis Cuntaka atau Sebelan dan Cara Penyuciannya. Semoga dapat bermanfaat untuk semeton dan mampu menambah wawasan agar tahu apakah langkah yang dilakukan ketika mengalami cuntaka. Jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Sumber inputbali, gedetoya.blogspot.com masterleakbali.com

Cara Membuat Segehan Wong-wongan Beserta Maknanya


Banyak  beredar di facebook dan WhatsApp supaya Umat HINDU Bali membuat segehan  Wong-wongan seperti di foto diatas, untuk menangkal Virus Corona.  Katanya ada yang dapat Pawisik di PURA Pulaki...

Siapa yang dapat pawisik tidak jelas. Pengempon PURA  dan Desa Adat di Pulaki juga TIDAK ADA membuat.

Tapi, ada tapinya. Membuat Segehan ini sangat baik dan sangat berguna untuk Kerahayuan pekarangan kita. Tiang buktikan sendiri dituliskan ini.

Ritual kecil ini diBali disebut nasi wong-wongan atau segehan wong, mungkin bahasa ini serapan dari bahasa Jawa yaitu sego'an. Bagi sahabat yang lain mungkin ritual ini bisa di sebut mengundang setan atau hal-hal aneh lainya, apapun itu saya sangat sulit menjelaskan bagi yang mempunyai keyakinan lain.

Segehan Wong-wongan atau Sego wong ini sesunguhnya lebih tepat di tinjau dari sisi Supranatural sebab nasi berbentuk orang ini lazim di gunakan di bali untuk sesaji atau hal-hal yang berbau mistis yang berhubungan dengan bhuta dan kala. Nah dari sisi supranatural saya sudah membuktikan dan beberapa teman juga sudah membuktikan, ini tidak membutuhkan keyakinan yang kuat, jika sekedar mengujipun boleh saja, nah bagaimana caranya?...

Buatlah nasi berbentuk orang ini dan beralaskan tempat segi empat, tidak boleh bundar atau segitiga. Lalu setelah jadi maka tempatkan nasi ini di depan pintu rumah anda, mulai sore jam 5 ke atas, lalu ucapkan tujuan anda apa?...kalau saya hanya mengucapkan kata " semoga maksud dan pikiran yang baik datang dari segala penjuru".

Cara Membuat Segehan Wong-wongan 

Silahkan anda boleh memakai doa sesuai keyakinan anda,  lalukan membuat dan meletakan sego wong ini selama 9 hari dengan waktu yang sama.
Lalu apa yang akan terjadi?....

Pengalaman saya dan teman saya setelah selesai hari ke 9, sebulan setelah itu ada kejadian aneh, seseorang teman masuk rumah saya dan sampai di dalam dia ga ketemu pintu keluar, padahal pintu keluar besar dan jelas, dan setelah saya tunjukan baru dia bisa keluar.

Makna Dari Pengalaman Saya

Pengalaman teman di Ubud, pada hari ke 17 ada seorang pencuri masuk rumah namun naas pencuri itu pingsan ahirnya ketangkap oleh satpam.

Boleh percaya boleh tidak!
Sego wong ini bukan jampi-jampi, kisi-kisinya adalah setiap bentuk memiliki energy, nah yang paham energy akan sangat mudah paham.
Lain kesempatan saya jelaskan teori energy.....

Ini Dasyatnya Kelapa Gading Untuk Melukat


Ini Dasyatnya Kelapa Gading Untuk Melukat

Kata Melukat adalah berasal dari bahasa jawa kuno yaitu lukat yang artinya bersih, melukat yang simpel bisa kita laksanakan pada mata air /aliran sungai di laut atau pertemuan laut dan sungai kalau di bali biasanya dekat pura segara atau di beji.

Melukat Dengan Kelapa Gading

Kelapa Gading ( Bungkak Nyuh Gading) merupakan salah satu sarana yang sering dipergunakan dalam melukat. Kenapa menggunakan  Kelapa Gading ( Bungkak Nyuh Gading)? Karena Kelapa Gading merupakan simbol dari Siwa Raditya. Siwa Raditya adalah pancaran sinar suci Siwa dalam kekuatan-Nya untuk menyinari dan menjaga yang ada di alam ini.

Sejarah Kelapa Gading Untuk Melukat

Dari sejarah yang coba kami telusuri tentang dasyatnya kelapa gading(Bungkak Nyuh Gading) untuk melukat tidak banyak pembahasan mengenai hal tersebut akan tetapi ada yang menyebutkan bahwa pada jaman dahulu, Ida Pedanda Sakti juga menggunakan klungah/bungkak kelapa gading untuk memperlancar proses ritual beliau. Akibat prana matahari yang kuat, maka air kelapanya memiliki daya pembersih yang sangat kuat. Daya yang demikian kuatnya ini dapat untuk membersihkan badan secara lahir dan batin. Mampu merubah aura tubuh menjadi prana , mampu membuka cakra spiritual, mampu menetralisir pencemaran tubuh manusia , serta mengurangi bekas-bekas pengaruh hewani, membersihkan pengaruh negatif, magic ataupun mengobati penyakit.

Saat Tepat Melukat Dengan Kelapa Gading

Untuk dewasa atau hari baik dalam penggunaan kelapa gading untuk  melukat, dari beberapa Mangku yang kami coba tanyakan mengenai hal ini menyebutkan bahwa pada setiap Hari Purnama merupakan salah satu hari yang baik untuk melukat dengan menggunakan kelapa gading. Karena jika melukat setiap Hari Purnama menggunakan kelapa gading akan mampu membersihkan tubuh kita dari segala hal yang bersifat negatif baik itu secara medis ataupun non-medis. Dan tentunya dengan segala kuasa dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Kuasa.

Itulah Dasyatnya Kelapa Gading untuk melukat. Jika tulisan ini bermanfaat silakan Share agar semua saudara kita paham.