Om, Swastiastu...
Canang Sari ini merupakan upakΔra (perlengkapan) keagamaan umat Hindu di Bali untuk persembahan setiap harinya. Persembahan canang sari ini dapat ditemui di berbagai Pura, tempat sembahyang mulai dari yang paling kecil seperti di rumah-rumah, di jalan-jalan, dan di Pura sebagai bagian dari sebuah persembahan yang lebih besar lagi. Dikutip dari berbagai sumber yang menyebutkan bahwa canang sari merupakan ciptaan dari Mpu Sangkulputih yang menjadi sulinggih menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura Besakih.
Contoh canang sari sederhana
Canang sari ini dalam persembahyangan penganut Agama Hindu di Bali merupakan kuantitas terkecil yang berarti (kanista=inti). Kenapa disebut terkecil namun inti, karena dalam setiap banten atau yadnya apa pun selalu berisi Canang Sari. Canang yakni berasal dari kata “Can” yang berarti indah, sedangkan “Nang” berarti tujuan atau maksud (dalam bahasa Kawi/Jawa Kuno), Sari ini berarti inti atau sumber. Dari sebab itu, Canang Sari ini sangat bermakna untuk memohon kekuatan Widya kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa (manifestasi) Nya secara skala maupun niskala.
Unsur-unsur yang terdapat dari canang sari pun mempunyai makna dan simbolisme yaitu sebagai berikut:
1. Ceper
Ceper Merupakan sebuah alas dari canang yang memiliki bentuk segi empat dan melambangkan angga-sarira (badan). Semua dari setiap sisi ceper ini melambangkan pembentuk angga-sarira, yaitu Panca Maha Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, dan Panca Karmendriya. Canang yang dialasi ceper merupakan simbol Ardha Candra, sedangkan yang dialasi oleh tamas kecil merupakan simbol dari Windhu.
2. Beras (Wija/Pija)
Yang merupakan sebuah lambang Sang Hyang Δtma atau yang membuat badan mejadi hidup, melambangkan benih di awal kehidupan yang bersumber dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Δtma.
3. Porosan
Porosan biasanya terbuat dari daun sirih, kapur, dan jambe (gambir) yang melambangkan Tri-Premana, yang terdiri dari Bayu (perbuatan), Sabda (perkataan), dan Idep (pikiran).Ketiganya membuat tubuh yang bernyawa dapat melakukan aktivitas. Porosan yang melambangkan Trimurti, yaitu Siwa (kapur), Wisnu (sirih), dan Brahma (gambir). Dan juga, Porosan ini juga mempunyai makna bahwa setiap umat harus mempunyai rasa dan hati (poros) penuh cinta dan welas asih serta rasa syukur yang mendalam kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
4. Jajan,Tebu & Pisang
Ketiga itu merupakan simbol dari Tedong Ongkara yang melambangkan kekuatan Upetti, Stiti, dan Pralinan dalam kehidupan di alam semesta.
5. Sampian Uras atau Duras
Ini melambangkan roda kehidupan dengan asta iswaryanya (“delapan karakteristik’) yang menyertai setiap kehidupan umat manusia.
6. Bunga
Bunga yang merupakan salah satu bagian yang membuat canang terlihat lebih menarik. Sebab, disetiap warna dan peletakan bunga pada canang mempunyai makna atau melambangkan sesuatu.
- Bunga yang berwarna Putih disusun di Timur sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Iswara.
- Bunga yang berwarna Merah disusun di Selatan sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Brahma.
- Bunga berwarna Kuning disusun di Barat sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
- Bunga berwarna Biru atau Hijau disusun di Utara sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Wisnu.
- Kembang Rampai disusun ditengah sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Panca Dewata.
7.Kembang Rampai
Kembang Rampai memiliki makna sebagai lambang kebijaksanaan. Bermacam-macam bungai ada yang harum dan ada yang tidak berbau, melambangkan kehidupan manusia tidak selamanya senang atau susah. Sebab, dari itulah, dalam menata kehidupan, manusia hendaknya memiliki kebijaksanaan.
8. Lepa/ Boreh Miyik
Yang merupakan lambang sebagai sikap dan perilaku yang baik. Perilaku menentukan penilaian masyarakat terhadap baik atau buruknya seseorang.
Nah Itulah Makna Canang Sari Dalam Kehidupan Bermasyarakat di Bali. Mohon dishare apabila bermanfaat.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om