Mengenakan Bija Yang Benar

Mengenakan Bija Yang Benar

"Mengenakan Bija yang Benar" MASIH banyak umat Hindu yang mengenakan bija dengan tidak pada tempatnya. Bukan saja cara mengenakan bija, mereka pun tidak banyak yang paham apa arti bija itu.

Bahkan proses “pembuatan bija” juga mulai disepelekan, orang Bali bilang sudah campah. Seolah-olah tinggal mencari beras lalu diisi air supaya basah sehingga mudah melengket di tubuh. Bija seperti halnya tirtha adalah anugrah yang kita terima selesai melakukan persembahyangan.

Tirtha dipercikkan oleh pemangku atau sulinggih, bija diterima oleh tangan umat dan umat sendiri yang mengenakannya di tubuh masing-masing. Lalu di mana dikenakan? Ada yang mengenakan di lelata (antara kedua alis), ada yang menambahkan lagi di tepi kening (pelipis) kiri dan kanan, lalu di bawah tenggorokan dan ditelan. Mengenakan bija di tepi pelipis kanan kiri adalah mubajir, tidak ada di dalam sastra.

Salah kaprah ini bisa terjadi karena pengaruh tata rias penari Bali yang selalu membuat hiasan di pelipis itu. Yang seharusnya bija tersebut diletakkan di sela-sela alis (lelata) merupakan simbol “mata ketiga” atau dalam sastra disebut cudamani.
Kalau ditambah di pelipis kanan dan kiri, berapa kita punya mata? Mantram atau doa yang diucapkan saat mengenakan bija itu berbeda di kalangan umat kebanyakan dengan pemangku atau sulinggih. Pada umat cukup doa-doa yang menunjukkan permohonan.

Ketika diletakkan di sela-sela alis, ucapkan doa:

Om criyam bhawantu (semoga kebahagiaan meliputi hamba).

Letakkan di bawah tenggorokan ucapkan doa: Om sukham bhawantu (semoga kesenangan datang pada hamba).

Lalu ditelan satu biji dengan doa: Om purnam bhawantu, Om ksama sampurna ya namah swaha (semoga segala kesempurnaan menjadi bertambah sempurna).

Namun untuk pemangku, biasanya sudah mengenakan apa yang disebut “bija tiga”, yakni di ubun-ubun, lelata dan dada di bawah tenggorokan ditambah dengan ditelan. Mantramnya berbeda.

Bagi sulinggih masih ditambah, selain “bija tiga” ada yang disebut “bija jangkep” yang atinya adalah mengenakan bija secara lengkap ke seluruh tubuh. Yakni di ubun-ubun, lelata, di bawah tenggorokan, bahu kanan, bahu kiri, ulu hati, puncak atau ujung rambut, punuk, telinga kanan dan kiri. Juga disertai doa-doa yang khusus.

Bija itu disebut Bhasma
Didalam berbagai Lontar Hindu yang juga disebut gandaksata, yang artinya biji padi-padian yang utuh serta wangi. Karena itu seharusnya bija memakai beras yang utuh tidak patah, di Bali biasa disebut beras galih. Beras ini kemudian dicuci bersih, lalu dicelupkan ke air cendana atau bunga yang harum.
Beras utuh yang basah dan wangi ini kemudian diberi doa-doa oleh pemangku atau sulinggih yang nantinya berfungsi sebagai anugrah suci dari Hyang Widhi. Apakah hal itu dilakukan?

Seharusnya ya. Tetapi karena saat ini kesulitan mendapatkan beras yang utuh, maka sembarang beras akhirnya digunakan. Begitu pula sulit memperoleh air cendana yang harum, maka beras itu cukup diberi air supaya basah saja. Supaya mudah melengket di tubuh. Jika itu yang terjadi, apa boleh buat, cukup yang ditelan saja dicari yang utuh.

Sebutir pun tak apa-apa. Yang lebih parah lagi adalah beras yang sudah disiram air itu ternyata tidak diberi doa oleh pemangku. Beras itu cukup ditaruh di depan pemangku tanpa ada doa khusus “ngarga bija” (membuat bija), lalu langsung diberikan kepada umat. Bahkan tak jarang ketika selesai muspa dan pemangku memercikkan tirtha, ternyata tak ada bija atau bijanya kehabisan.

Lalu ada petugas (pengayah) yang langsung mengambil beras dimasukkan dalam wadah dan dibagikan ke umat seolah-olah itu sudah bija. Tak peduli di mana beras itu didapat. Artinya, itu baru beras yang basah, bukan bija karena sama sekali tak didoakan dan tidak dilibatkan dalam proses persembahyangan yang dipimpin pemangku.

Bagaimana itu bisa disebut sakral? Bija selain sebagai anugrah juga simbol dari “benih kehidupan” dalam tubuh. Diharapkan benih itu memancar dengan kesuciannya dan orang itu akan mendapatkan kesempurnaan.


Karena itu janganlah hal-hal yang sakral ini disepelekan, baik proses penempatannya apalagi proses pembuatannya. Kalau barang itu jadi campah maka yang dikenakan bukan bija, tetapi beras yang basah tanpa makna. 

Buah-Buahan Yang Dianggap Bergengsi dan Elit di Indonesia, disini Tidak Dilirik Orang

Buah-Buahan Yang Dianggap Bergengsi dan Elit di Indonesia, disini Tidak Dilirik Orang


Sewaktu masih tinggal di Jakarta, kalau membesuk orang sakit atau berkunjung kerumah teman, selalu singgah di toko buah untuk membeli buahan impor. Setidaknya buah Apel dan buah Anggur atau buah Pir dipastikan ada dibawa.

Kalau membawa buahan lokal seperti Alpukat atau buah Pepaya rasanya malu. Karena sewaktu saya sakit, teman-teman yang datang membesuk juga membawa buahan impor. Karena buahan impor dianggap buahan bergengsi dan elit.

Tapi sejak tinggal di Perancis, saya baru sadar bahwa ternyata buahan yang di negeri kita dianggap buahan bergengsi di sini justru tidak dilihat orang sama sekali. Misalnya buah Apel yang bertumpuk-tumpuk, tidak ada yang mau beli walaupun harganya hanya 1 EUR atau sekitar Rp.15.000 perkilo. Begitu juga buah Anggur harga per kilo 1.91 EUR (Rp. 30.000) bahkan kalau lagi musim buah satu kardus yang isinya 10 kilo hanya dijual 8.93 EUR atau sekitar Rp. 140.000. Sementara itu buahan yang di negeri kita, buahan yang selama ini tidak dianggap dan dipandang sebelah mata ternyata harganya selangit.

Menyaksikan semuanya ini saya baru sadar bahwa selama ini saya kurang menghargai buahan lokal karena sangat mudah didapat dan bisa dibeli dengan harga sangat murah. Tetapi di sini mau makan buah Alpukat seharga Rp. 60.000 per buah jadi mikir dulu. Bukan karena pelit tapi rasanya sayang banget hanya untuk buah Alpukat harus keluar uang Rp. 60.000.

Apalagi kalau dibandingkan rasanya dengan buah Alpukat Mentega yang ada di Indonesia hanya 5 ribu rupiah per buah dan jauh lebih besar dan enak. Bahkan buah Labu Siam disini dijual dengan harga 10.21 EUR atau sekitar Rp. 160.000 per--kilogram--nya. Buah labu Siam kalau di kampung saya merupakan makanan murahan karena dapat dibeli dengan harga 15 ribu rupiah per--kilogram. Tapi di sini harganya sekitar Rp. 160.000 per kilogram.

Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran kepada teman-teman yang belum berkesempatan untuk berkunjung ke Perancis. Bahwa apa yang di negeri kita dianggap buahan elit dan bergengsi di sini jangankan dibeli, dikasih gratis tak ada orang yang berminat, bahkan tak ada anak-anak yang tertarik mengambilnya walau gratis.

Menyaksikan semua gambar buahan ini, setidaknya ada rasa penyesalan dalam hati bahwa selama ini kita kurang menghargai produk buahan lokal.

Tips Mandi Secara Baik, Benar dan Sehat Agar Tidak Jatuh di Kamar Mandi dan Terkena Stroke

Tips Mandi Secara Baik, Benar dan Sehat Agar Tidak Jatuh di Kamar Mandi dan Terkena Stroke
Ida Ayu Kadek

Rudy Badil baru saja meninggal dunia kemarin, Kamis 11 Juli 2019 akibat stroke yang dideritanya sejak tahun 2002 yang lalu. Pendiri Warkop DKI ini, bersama dengan Indro Warkop yang masih bertahan hidup, dikabarkan oleh salah satu media online tanah air ditemukan meninggal jatuh di kamar mandi di dalam rumahnya. "Dia ada riwayat stroke ya, tahun 2002 sama 2010, kalo dugaan kita sementara dia jatuh di kamar mandi itu karena pembuluh darahnya pecah dulu baru dia jatuh.

Jadi bukan jatuh baru pecah. Memang ada riwayat stroke". (CNN Indonesia) Kita sering mendengar orang jatuh di kamar mandi dan kena stroke. Dan jarang pemberitaan orang jatuh di tempat lain yang membuat seseorang stroke dan meninggal. Dan ini tentu menarik, mengapa orang sering jatuh di kamar mandi dan kemudian di-diagnosa terkena stroke? Pagi ini, saya di kirimin sebuah video pendek dari seorang dokter kenalan saya yang menjelaskan tentang cara mandi yang benar dan sehat agar tidak jatuh di kamar mandi dan terkena stroke. Penjelasan ini sangat berguna bagi semua orang.

Pada waktu mandi jangan basahkan kepala lebih dahulu, basahkan bagian badan. Karena kalau kepala yang basah lebih dulu, maka darah akan mengalir menuju ke otak untuk memanaskan kepala dulu dan melawan dingin akibat dari kepala yang disiram dengan air.

Dalam situasi ini, darah mengalir ke otak, bila ada saluran darah yang sempit maka bisa saja pecah karena derasnya aliran darah ke otak, maka menyebabkan terjadinya saluran darah ke otak pecah, dan orang itu akan jatuh, pingsan, dan stroke. Oleh karena itu, maka setiap mandi harus mengerti bagaimana cara mandi yang benar agar kejadian seperti jatuh dan stroke bisa dihindari sehingga akibat fatal tidak terjadi.

Jadi, kuncinya terletak pada cara mandi, terutama urutan bagian yang harus dibasahin lebih dahulu, kemudian baru bagian lainnya. Inilah tips yang sangat sederhana, dan bisa dilakukan oleh siapa saja yang mandi. Urutannya adalah ada 7 tahap, yaitu:

1. Tahap satu, siram air di telapak kaki.
2. Tahap dua, siram satu gayung di betis kiri dan kanan.
3. Tahap tiga, siram air satu gayung di paha kiri dan kanan.
4. Tahap empat, siram air satu gayung di perut.
5. Tahap lima, siram air satu gayung di badan.
6. Tahap enam, berhenti sejenak sekitar 5 sampai 10 detik, dan Anda akan merasakan badan Anda akan keluar semacam uap dan angin yang ke luar ke ubun-ubun di kepala, dan bada merasa nyaman karena badan sudah siap menerima siraman air keseluruh tubuh.
7. Tahap tujuh, lanjutkan mandi seperti biasa dengan menyiram seluruh badan, menggosok dan membersihkan.

Inilah urutan menyiramkan air di badan yang benar, sehat, dan tidak menyebabkan Anda sakit lalu terkena stroke. Pelajaran dan manfaat dari urutan cara mandi yang benar di atas, dapat dimengerti dengan sebuah contoh sederhana gelas yang diisi oleh air panas dan air dingin. Gelas kosong diisi dengan air panas, kemudian langsung diisi dengan air dingin. Yang terjadi adalah kemungkinan besar gelas akan retak. Ini sama dengan tubuh manusia, yang sebetulnya suhu tubuh manusia itu cenderung panas adanya.

Nah, ketika seseorang mandi dengan air yang cenderung dingin dan disiram langsung dari kepala, maka ada angin yang terperangkap di dalam tubuh. Dan angin inilah yang akan memaksa untuk keluar, dan di situlah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan pecah.

Keadaan ini, juga menjelaskan bahwa seseorang yang sering sakit kepala tanpa sebab-musabab yang jelas, karena mandi yang salah. Angin yang terperangkap dalam tubuh kita, di dalam saluran darah akan menjadi penyebab sakit kepala ketika cara mandi yaitu urutan menyiram badan salah.

Sebenarnya, cara mandi ini bukan saja hanya bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit semacam hipertensi, jantung atau yang lain. Tetapi juga bagi siapa saja, terutama yang sehat. Karena metabolisme tubuh manusia, bisa berjalan karena aliran darah ke seluruh tubuh tidak menemui hambatan.

Ketika semua itu mengalir secara normal pada saat dibutuhkan, maka tubuh tidak mengalami gangguan.


Semoga informasi ini bermanfaat. Salam Sehat! Dan selamat pagi. Jangan lupa mandi.

Tingginya Tingkat Pendidikan Belum Tentu Berwawasan Luas

Tingginya Tingkat Pendidikan Belum Tentu Berwawasan Luas


Tidak ada jaminantinggi semakin  pendidikan seseorang, maka semakin luas pula wawasannya, karena biarpun tinggi pendidikannya, kalau dia tidak banyak membaca, tidak bergaul, tidak berusaha untuk menambah wawasan maka tidak banyak pengetahuannya. 

Ada yang tinggi pendidikannya, tapi juga luas wawasannya, ada yang tinggi pendidikannya, namun wawasan pengetahuannya hanya sebatas ruang lingkup profesi yang ditekuninya, ada juga yang tidak tinggi pendidikannya, tapi wawasan pengetahuannya sangat luas.

Yang kurang tinggi pendidikannya kadang berusaha untuk menambah pengetahuan dengan berbagai cara, bisa saja dengan memperluas pergaulan, membaca, dan dia belajar langsung dengan situasi keadaan yang dihadapinya. Agar tidak terjadi gap dalam pergaulan, maka dia memperluas wawasannya dengan membaca, mendengar, dan melihat.

Dengan mengaktifkan panca inderanya untuk menambah pengetahuan. Yang seperti ini biasanya dalam pergaulan sosial sangat mudah diterima. Wawasan itu sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dan pergaulan, sementara pengetahuan tidak semata-mata didapat dari dunia pendidikan.

Pendidikan sekolah hanya mendidik seseorang menjadi ahli dibidang yang ia tekuni, artinya apa yang diketahui hanya satu bidang saja, karena proses pendidikan kita tidak mengajarkan seseorang untuk mengetahui banyak hal. Untuk mengetahui banyak hal lain, seseorang harus menambah wawasannya dari membaca.

Membaca pun bukan sekedar membaca buku, membaca koran, atau membaca majalah, tapi membaca, melihat dan mendengar kehidupan secara nyata. Dalam kehidupan nyata, kita melihat kenyataan bahwa, banyak orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi, tapi kaya wawasan, dan lebih mampu menghadapi tantangan jaman, sehingga dia mampu mencapai kesuksesan secara paripurna. Sementara dunia pendidikan kita tidak memberikan Jaminan bagi seseorang untuk Sukses.

Begitu menyelesaikan pendidikan diperguruan tinggi, tetap harus menambah keahlian lain, untuk memenuhi persyaratan kerja. Seorang sarjana tanpa memiliki keahlian, dianggap tidak bisa apa-apa, sementara realitas didunia kerja, menuntut seseorang ahli dibidangnya.

Kesadaran terhadap pentingnya dunia literasi baru kita mulai, meskipun terbilang terlambat, namun lebih baik terlambat daripada tidak dimulai sama sekali. Tulisan ini tidak bermaksud mau mengatakan bahwa, tingginya pendidikan itu tidak penting, tapi pendidikan tinggi saja tidak cukup kalau tidak memiliki wawasan.

Tulisan ini ingin menganjurkan, setinggi apapun pendidikan seseorang, tetap harus tinggi juga minat bacanya, karena dengan tingginya minat membaca, akan memperkaya wawasan seseorang.

Dengan membacalah seseorang bisa memperkaya wawasannya.

Beda Nasib Pekerja Bangunan Luar Negeri dan Indonesia

Beda Nasib Pekerja Bangunan Luar Negeri dan Indonesia


Di sini, bahwa untuk pekerjaan membangun, hanya diizinkan mulai dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam, pada hari Senin hingga hari Sabtu. Sedangkan pada hari Minggu dan hari libur lainnya, tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pekerjaan membangun. Hal ini adalah untuk menjaga agar warga di sekitar tidak terganggu menikmati hari libur bersama keluarga.

Tapi hal ini berlaku di Perancis. Kebetulan pembangunan rumah berada persis di samping kiri dan kanan, dimana saya bertempat tinggal di apartemen Bournz Le Reine, di kawasan Paris Barat. Disini kehidupan privasi setiap orang menjadi prioritas utama. Kalau ada tetangga yang melakukan kegiatan yang dirasa mengganggu, cukup telepon ke Dinas Sosial dan selanjutnya petugas yang akan menghubungi pemilik rumah yang bersangkutan.

Jadi antara kita dengan tetangga tidak perlu saling cekcok dan adu omongan. Contohnya, ketika di rumah ibu mertua. Mertua saya memelihara ayam dan ayam tersebut berkokok hampir sepanjang hari, maka salah satu tetangga menelpon Dinas Sosial dan ibu mertua saya mendapatkan teguran tertulis. Yang isinya, bahwa di perumahan tidak diizinkan memelihara ayam dan kalau ayam masih juga berkokok, maka setiap kali berkokok, akan di denda 190.11 Euro atau setara 3 juta rupiah. Maka jalan terbaik bagi ibu mertua saya adalah memberikan ayam tersebut kepada temannya yang tinggal di luar kota atau menjadikan-nya sebagai ayam goreng.

Tulisan awal diatas sesungguhnya sudah sedikit keluar dari judul tulisan, tapi tidak ada salahnya. Kembali ke topik pembahasan, perlu diketahui tentang upah buruh bangunan di Perancis. Untuk jelasnya, saya kutip sebagian aturan yang berlaku, sebagai berikut: Gaji rata-rata tukang bangunan adalah sekitar 35.76 USD atau 31.68 Euro, setara 500 ribu rupiah, per jam, tergantung ke-ahlian masing-masing tukang. Sehingga penghasilan selama satu bulan berkisar sekitar 6-7 ribu dollar. Karena itu, di Perancis, Profesi Tukang Bangunan atau Tukang Las, tidak dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Malahan rumah Tukang Batu bisa jauh lebih bagus, ketimbang rumah seorang Insinyur. Tidak seorangpun pekerja yang diizinkan masuk ke lokasi dimana sedang berlangsung pekerjaan membangun, bila tidak mengenakan helm standard dan sepatu bot, untuk menjaga keselamatan mereka. Rata-rata mereka datang ke lokasi pekerjaan dengan mengemudikan kendaraan pribadi.

Menyaksikan betapa keselamatan para Pekerja menjadi prioritas utama dan juga cara menghargai privasi warga, mengingatkan kita akan buruh bangunan di negeri kita. Sebelum mulai dengan pekerjaan membangun, maka yang pertama dilakukan adalah mendirikan "Toilet Portable" di halaman rumah yang akan di bangun. Sehingga kebutuhan ke toilet para pekerja bisa disalurkan ke Toilet Portable.

Jadi pekerja bangunan tidak diperbolehkan menggunakan toilet rumah yang dibangun. Apalagi sampai melakukannya, sambil sembunyi di balik pohon atau di pinggir kali. Hingga saat ini belum terdapat kabar, ada yang nekat melakukannya. Karena bisa didenda 1.000 Dollar dan diberhentikan dari pekerjaan. Sama Sama Tukang Tapi Beda Nasib Bila membandingkan dengan nasib para tukang bangunan di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa, walaupun sama-sama Tukang Bangunan, tapi nasib mereka sangat jauh berbeda. Rasanya belum pernah menengok ada Tukang Bangunan di Indonesia yang datang dengan kendaran (mobil) pribadi, kecuali Mandornya. Apalagi bila membandingkan rumah tinggal mereka. Berbeda bagaikan langit dan bumi.

Disini rumah Tukang Bangunan lengkap dengan perabot rumah tangga dan di garasi berjejer mobil pribadi milik Tukang Bangunan dan kendaraan yang digunakan istrinya dan anak mereka.

Profesi boleh sama, tapi garis telapak tangan membedakan nasib mereka.

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Sebelum Galungan Tiba

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Sebelum Galungan Tiba

Sebelum menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam Agama Hindu khususnya di Bali, biasanya terdapat rententetan upacara. Yang dimulai dengan hari Raya Tumpek Wariga dan selanjutnya menjelang seminggu sebelum Galungan, dikenal dengan sugihan.

Mengenai tentang Hari Raya Sugihan masih terdapat hal yang menjadi pertanyaan dalam masyarakat Bali Hindu, tidak sedikit juga yang berpendapat jika merayakan hari raya sugihan jawa artinya merupakan keturunan dari Majapahit (Jawa) dan Sugihan Bali artinyaketurunan bali asli.

Saya Payanadewa.com mencoba menelisik pada sebuah lontar yaitu Lontar Sundarigama. Di dalam Lontar Sundarigama ini dijelaskan bahwa filosofi dari sugihan erat kaitannya dengan Pembersihan. Yang terdapat penjelasan makna dari Sugihan Jawa adalah penyucian makrokosmos atau buana agung atau alam semesta sebagai tempat kehidupan.

Pembersihan yang dilakukan ini secara sekala dilakukan dengan membersihkan pelinggih atau tempat-tempat suci yang digunakan sebagai tempat pemujaan.
Pembersihan juga bisa dilakukan dengan melakukan pecaruan ekasata di rumah masing-masing. Seumpamanya kita tidak sempat melakukan upacara pecaruan, nah untuk itu, maka cukup dengan bungkak nyuh gading yang dipercikkan ke semua penjuru rumah atau pekarangan kita yang sebelumnya sudah didoakan akan bisa menjadikan rumah atau lingkungan kita menjadi bersih.

Pastinya persembahan dalam Upacara ini harus dilengkapi dilengkapi canang sari yang dihaturkan ke hadapan pelinggih yang ada di lingkungan kita.
Yang diyakini pada saat Sugihan Jawa ini, para dewa akan turun diiringi dengan para luluhur untuk menerima persembahan.

Sugihan Bali, Sugihan Bali juga merupakan upacara untuk penyucian buana alit atau diri sendiri (mikrokosmos) sehingga bersih dari perbuatan-perbuatan yang ternoda atau pembersihan lahir dan batin.


Pembersihan dapat dilakukan dengan penglukatan, sarananya dapat menggunakan bungkak nyuh gading.

Dengan adanya kesucian lahir dan batin itu, umat lebih bisa memaknai Hari Suci Galungan, sebagai kemenangan dharma. Sebenarnya ada satu lagi hari sugihan sebelum datangnya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, yaitu Sugihan Tenten.
Seandainya Sugihan Jawa ini jatuh pada Wrhaspati atau Kamis Wage Wuku Sungsang dan Sugihan Bali pada Jumat Kliwon Wuku Sungsang maka Sugihan Tenten jatuh pada Buda Pon Wuku Sungsang atau tujuh hari sebelum Hari Raya Galungan tiba.

Sugihan ini disebut Sugihan Tenten karena merupakan hari ngentenin atau memperingatankan, mengingatkan umat manusia bahwa sebelum Kemenangan Dharma tiba Bhuta Tiga akan hadir untuk menggoda umat manusia.

Nah, dari sini kita dapat menyimpulkan mengenai Sugihan Jawa dan Sugihan Bali hendaknya tidak ada yang melaksanakan hanya salah satunya saja. Yang belum paham maka silakan baca ulang, sebab saya sudah menjelaskan diatas akan makna penting dari sugihan sugihan tersebut. Jadi alangkah baiknya untuk  melaksanakan kedua sugihan tersebut.

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel Mitologi Bhuta Kala bahwa dalam menyambut hari Raya Galungan Dewa Siwa menugaskan para Bhuta untuk menggoda para manusia. Sehingga dengan melakukan pembersihan Bhuana Agung pada Sugihan Jawa dan pembersihan Bhuana Alit pada Sugihan Bali akan mampu lebih menjauhkan kita dari godaan para Bhuta yang akan dapat merugikan diri kita.
Sehingga pada Hari Galungan nanti kita akan lebih mampu memahami akan arti kemenangan dharma melawan adharma. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton.

Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma

Berbagai sumber termasuk inputbali

Babad Wangsa Dewa Karang Suwung Kelod

BABAD WANGSA DEWA KARANG SUWUNG KELOD

Om awignamastu Namo sidham,
Sugra pengampeg, majeng ring betara-betari kawitan sareng sami miwah ring para panglingsir sareng sami, lugrayang miwah ampurayang, titiang jagi nyurat indik lelintihan(silsilah) warih(keturunan) wangsa Tirta Arum utawi wangsa dewa, pamekasnyane lelintihan warih wangsa dewa karang suwung kelod. Titiang nunas majeng Semeton sane sampun uning utawi Lingsir mangda ledang nureksa sesuratan titiang puniki.

1. SEPAT LAN SIKU-SIKU

Sane keanggen sepat lan siku2 sesuratanne puniki nenten ja tios: catur dresta. Purwa dresta, sampun saking nguni wenten pura dadia para gotra tirtha harum. Sastra dresta, sampun Munggah ring babad bangli-nyalian, babad ksatriya taman Bali, babad raja purana Batur, msl. Desa dresta, wenten karang suwung, nyalian, taman Bali, kebon, payuk, msl. Loka dresta, wenten pratisentana/keturunan wangsa dewa ring wewidangan Banjar adat karang suwung kelod.

2. KASUKSMAAN LELUHUR

Sang Hyang Tunggal maprabawa dados Dwi Tunggal: purusa-pradana, dewa-dewi, dewa Siwa - Dewi Parwati, dewa Wisnu - Dewi Sri, dewa Brahma - Dewi Saraswati, cetana-acetana, niskala-sakala. Dwi Tunggal puniki sampun sane dados leluhur iraga, inggih punika dados LANANG-ISTRI. Ring Lanang melinggih purusa, dewa, cetana, Niskala. Ring istri melinggih Pradana, Dewi, acetana, sakala. Sane akeh makilit dados kalih, sane kalih dados siki, inggih punika dados LELUHUR.

3. LELUHUR WANGSA DEWA

Sekadi sane sampun uningayang titiang leluhur/kawitan wangsa dewa, nenten ja tios wantah: LANANG-ISTRI. Sane Lanang mapesengan, PADUKA PARAMESWARA SRI WIJAYA RAJASA pinaka purusa, pinaka Dewa Brahma-Wisnu-Siwa. Miwah sane istri mapesengan DEWI NJUNG ASTI, pinaka Pradana, pinaka Dewi Saraswati-Sri-Parwati.

Duk Warsa isaka 1311, Ida madue putra sane mapesengan DEWA ANGGA TIRTA , medal ring Tirta Arum. Risampuni duur Dewa Angga Tirta puniki merabian sareng I Dewa Ayu Mas sakeng Dalem Gegel. Raris Ida madue oka mapesengan I Dewa Garbhajata. I Dewa Garbhajata puniki duk Warsa isaka 1446 madeg raja Taman Bali tur maabhiseka I DEWA TAMAN BALI.

4. PARA RAJA TAMAN BALI

- I Dewa Garbhajata maabhiseka I Dewa Taman Bali
- I Dewa Ngurah Oka pemecutan
- I Dewa Gede Oka
- I Dewa Gede Batur
- I Dewa Gede Taman
- I Dewa Anom Teka (isaka 1731 runtuh)

5. PARA RAJA NYALIAN

- I Dewa Kanca Den Bancingah (Okane I Dewa Garbhajata), isaka 1478. Ida sane nyungsung pejenengan keris "Ki lobar".
- I Dewa Gereh
- I Dewa Cakra
- I Dewa Bebed (Betara Mantuk Ring Alangsanja)
- I Dewa Gede Oka Sudira maabhiseka I Dewa Gede Tangkeban (isaka 1697 runtuh)
Taler ring Bangli wenten arin i Dewa Kanca Den Bancingah sane maparab I Dewa Gede Perasi madeg raja Bangli isaka1500, raja Bangli sane tiosan nenten titiang surat iriki.

Sane mangkin ngiring lanturang indik para putra I Dewa Gede Oka Sudira, sane wenten pepitu:

1. I Dewa Korian, macek ring Tusan
2. I Dewa Nguwi, macek ring Banjar Belimbing
3. I Dewa Anom Rendang, macek ring Rendang
4. I Dewa Ngurah, macek ring Alangsanja
5. I Dewa Rai Siman, macek ring Banjarangkan (pagutan). Nah, puniki wenten paiketan sareng Semeton wangsa dewa karang suung Kelod. Ida puniki sane nyungsung Kris " Baruklidi"

6. I Dewa Gede Pering, macek ring
Nyanglan

7. I Dewa Gede Oka, madeg raja ring Nyalian.

Ngiring mangkin tureksain becik2 warih I Dewa Rai Siman:

I Dewa Rai Siman maduwe oka mapesengan I Dewa Gede Banjar, raris macek ring Payuk tur maduwe oka 6 diri, inggih punika:

1. I Dewa Putu Siman, kesah ke Pejeng
2. I Dewa Made Taman
3. I Dewa Nyoman Keramas
4. I Dewa Pering
5. I Dewa Kebon, kesah ke Nyalian
6. I Dewa Pasek

I Dewa Made Taman, maduwe oka, I Dewa Kompiang Payuk miwah semetone sane tiosan. Keswen- swen I Dewa Kompiang Payuk mawali Malih ke Pagutan (Banjarangkan) riantukan waris ring Pagutan sampun ceput. Sane kari ring Payuk wantah semetone manten (Sira pesengane, nenten titiang uning). Duaning ketarka jagi wenten musuh sakeng Karangasem, semetone puniki rarud/ngungsi ke Karang Suung Kelod.

Ring Karang Suung Kelod, semetone puniki dados masikian dadia sareng Semeton Bukian (wangsa dewa). Pura Dadiane daweg punika malinggih ring delod dauh Pura Puseh Karang Sung Kelod. Keswen-swen wenten gejor/gempa, mawinan Pura Dadiane punika rusak tur kegingsirang ring badelod ring genah mangkin dados kalih dadia.

Sane ngingsirang mapesengan I Dewa Aji Krebek sareng semeton ida, inggih punika:

1. I Dewa Aji Grudug
2. I Dewa Aji Bongol
3. I Dewa Aji Cablek
4. I Dewa Aji Cebur
5. I Dewa Aji Kembar
6. I Dewa Nyoman Rai
7. I Dewa Aji Gejir

6. PARA PENGEMPON PURA DADIA PARA GOTRA TIRTA HARUM KARANG SUUNG KELOD

Para gotra = carang/cabang sane akeh, maha gotra = bongkol/pusat sane asiki ring Tirta Harum

Lelintihan para pengempon Dadia Para Gotra Tirta Harum ring Karang Suung Kelod, sekadi ring sor puniki:

6.1. I DEWA AJI KREBEK

I Dewa Aji Krebek merabian sareng I Dewa Biang Sekwati sakeng undisan, maduwe oka, I Dewa Gede Bintit rabinne I Dewa Ayu Anom Raka. Ngidih oka: I Dewa Putu Gemuh miwah I Dewa Ayu Ketut Pica.

I Dewa Putu Gemuh rabinne 4:
1. I Dewa Ayu Nyoman Cablek/gabrug
2. I Dewa Ayu Made Sampring saking pagutan
3. I Dewa Ayu Anom
4. I Dewa Ayu Putu Tunjung

I Dewa Ayu Nyoman Cablek/gabrug, maduwe oka I Dewa Ayu Suka Nika

I Dewa Ayu Putu Tunjung maduwe oka:

1. I Dewa Gede Bawa
2. I Dewa Made Jawi
3. I Dewa Nyoman Sayang/Seririt
4. I Dewa Anom Merta
5. I Dewa Ayu Kompiang Raka
6. I Dewa Made Tagel Arimbawa
7. I Dewa Nyoman Dana
8. I Dewa Gede Ngurah

I Dewa Gede Bawa rabinne I Dewa Ayu Anom...? Maduwe oka:
1. I Dewa Gede Putra Adnyana rabinne Jero Ketut Sariasih
2. I Dewa Mangku Made Yasa rabinne Jero Mangku Kade Ariasih 3. I Dewa Ayu Nyoman...?

I Dewa Nyoman Sayang/Seririt rabinne Jero Wayan Pudak, maduwe oka:

1. I Dewa Ayu Griya
2. I Dewa Gede Rauh rabinne...?
3. I Dewa Ayu Dewi
4. I Dewa Anom Arta rabinne I Dewa Ayu Tirta Sari
5. I Dewa Made Sineb rabinne I Dewa Ayu Dewi

I Dewa Anom Merta rabinne Sang Ayu Putu Umum, maduwe oka: I Dewa Ayu Mayun kalih I Dewa Ayu Made Kembar

I Dewa Made Tagel rabinne Ida Ayu Nyoman Rai

I Dewa Nyoman Dana rabinne I Dewa Ayu Nyoman Rai, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Adnyana rabinne Jero Wayan Arniti
2. I Dewa Ayu Made Tini

I Dewa Gede Ngurah rabinne Jero Padma, maduwe oka:

1. I Dewa Gede Surya rabinne Sayu Putu Eka Purnama Dewi
2. I Dewa...?
3. I Dewa...?

6.2.  WARIH I DEWA AJI GRUDUG

I Dewa Aji Grudug, maduwe oka I Dewa Aji Krontong, maduwe oka:

1. I Dewa Rai Krinting
2. I Dewa Aji Mangku
3. I Dewa Ayu Nyoman Sekar
4. I Dewa Ayu Anom Raka
.
I Dewa Rai Krinting rabinne 2:
1. I Dewa Ayu Putu Kerti
2. Sang Ayu Putu Dapet (bekung), sakeng Tabungan Desa Semetone Pekak Masih

I Dewa Aji Mangku rabinne I Dewa Ayu Made Saban, sakeng Kayubihi

I Dewa Ayu Putu Kerti, maduwe oka:

1. I Dewa Gede Raka
2. I Dewa Made Ruka (kari alit seda)
3. I Dewa Ayu Nyoman Taman
4. I Dewa Ketut Tunjung
5. I Dewa Ayu Alit Duglur/gundul
6. I Dewa Ayu Kompiang

I Dewa Gede Raka rabinne 2:

1. I Dewa Ayu Rai Tindih
2. Sang Ayu Nyoman Raka

I Dewa Ayu Rai Tindih, maduwe oka I Dewa Made Tingen rabinne I Dewa Ayu Alit Darma, maduwe oka I Dewa Gede Darma

Sang Ayu Nyoman Raka, maduwe oka:

1. I Dewa Putu Alit rabinne I Dewa Ayu Rauh
2. I Dewa Made Kasih rabinne I Dewa Ayu Raka
3. I Dewa Ayu Nyoman Rai
4. I Dewa Ketut Kartika rabinne I Dewa Ayu Nyoman Pujiawati, kesah ke Jakarta
5. I Dewa Gede Sudana rabinne Jero Made Keben
6.I Dewa Mangku Made Putra rabinne Jero Mangku Made Murti, kesah ke Jakarta

I Dewa Ketut Tunjung rabinne I Dewa Ayu Suka Nika, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Ngurah rabinne Sang Ayu Rai Suta
2. I Dewa Ayu Made Simpen
3. I Dewa Ayu Wangi
4. I Dewa Nyoman Puri rabinne I Dewa Ayu Raka
5. I Dewa Ayu Kompiang Rauh
6. I Dewa Gede Merta rabinne I Dewa Ayu Kompiang Suci.
7. I Dewa Ayu Made Wangi
8. I Dewa Ayu Anom Sari
9. I Dewa Ayu Nyoman Putri
10. I Dewa Ayu Rai Suci
11. I Dewa Ayu Supadmi

6.3.  WARIH I DEWA AJI BONGOL

I Dewa Aji Bongol, maduwe oka:
1. I Dewa Aji Gianyar
2. I Dewa Ayu Putu Kerti
3. I Dewa Ayu Keteg (merabian ke Kebon)
4. I Dewa Mangku Gede Tambun
5. I Dewa Ayu Anom Dimpil (merabian ke Kebon Kangin)

I Dewa Aji Gianyar rabine I Dewa Biang Gianyar, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Gianyar
2. I Dewa Made Bangli
3. I Dewa Nyoman Rai
4. I Dewa Kompiang Sasak
5. I Dewa Ayu Ketut Kerta

I Dewa Made Bangli rabine Niang Dukuh
I Dewa Nyoman Rai rabine I Dewa Ayu Nyoman Sumejati
I Dewa Kompiang Sasak rabine I Dewa Ayu Made Sayang

I Dewa Mangku Gede Tambun rabine I Dewa Ayu Mangku...?, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Tinggal rabine I Dewa Ayu...?
2. I Dewa Ayu Alit Darma
3. I Dewa Ayu Anom
4. I Dewa Mangku Ketut Rai Siman rabine I Dewa Ayu Mangku Nyoman Berit
6. I Dewa Gede Bretong
7. I Dewa Mekel Nyoman Tagel rabine Sang Ayu Mekel Ketut Pasti

6.4. WARIH I DEWA AJI CABLEK

I Dewa Aji Cablek maduwe oka:
1. I Dewa Gede Telaga
2. I Dewa Aji Taman
3. I Dewa Ayu Nyoman Gabrug/Cablek
4. I Dewa Ayu Anom Sayang

I Dewa Gede Telaga rabine I Dewa Ayu Nyoman Sekar, maduwe oka:
1. I Dewa Ayu Sekuati
2. I Dewa Ayu Made Sayang
3. I Dewa Nyoman Gede
4. I Dewa Ketut Rai

I Dewa Nyoman Gede rabine I Dewa Ayu Sekar sakeng payuk.

I Dewa Ketut Rai rabine I Dewa Ayu Made Simpen

I Dewa Aji Taman rabine I Dewa Ayu Nyoman Taman, maduwe oka:
1. I Dewa Gede taman rabine I Dewa Ayu Made sari, transmigrasi ke Sulawesi
2. I Dewa Ayu Made Tunjung
3. I Dewa Nyoman Siman rabine I Dewa Ayu Kompiang Raka
4. I Dewa Ayu Anom
5. I Dewa Ayu Made Wenten

6.5. WARIH I DEWA AJI CEBUR

I Dewa Aji Cebur maduwe oka I Dewa Aji Salakan, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Raka
2. I Dewa Aji Rai
3. I Dewa Ayu Salakan

I Dewa Gede Raka rabine I Dewa Ayu Anom sayang, maduwe oka:
1. I Dewa Aji Suci rabine I Dewa Biang Suci
2. I Dewa Made Kresna rabine I Dewa Ayu Made Kartika
3. I Dewa Gede Buda rabine I Dewa Ayu Made Tunjung
4. I Dewa Ayu Made oka
5. I Dewa Nyoman Doblet

I Dewa Aji Rai rabine I Dewa Ayu Biang rai, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Namo rabine I Dewa Ayu Made geria
2. I Dewa Made jati rabine Sang Ayu Made beruk
3. I Dewa Nyoman Sumadi rabine I Dewa Ayu Made Oka

6.6. PRATISENTANA I DEWA AJI KEMBAR

I Dewa Aji Kembar rabine I Dewa Ayu Biang Kembar, maduwe oka I Dewa Gede Bontot(Pekak Turun), rabine I Dewa Ayu Siangan, maduwe oka:
1. I Dewa Ayu Rai Tindih
2. I Dewa Ayu Turun(Niang Mangku Rauh)

6.7. WARIH I DEWA NYOMAN RAI

I Dewa Nyoman Rai semetonne:
1. I Dewa Aji Togog
2. I Dewa Ayu Siangan

I Dewa Nyoman Rai, maduwe oka:
1. I Dewa Aji Mangku Rauh
2. I Dewa Aji Kerta
3. I Dewa Aji Anom Toya
4. I Dewa Ayu simpen
5. I Dewa Ayu Nyoman sumejati
6. I Dewa Ayu Ketut Pica

I Dewa Aji Mangku Rauh rabine I Dewa Ayu Turun (Niang Mangku Rauh), maduwe oka: iriki okan- okan Idane nenten titiang manggehang(cantumkan) iriki riantukan rikanjekan titiang nyurat lelintihanne puniki, para Okan Ida sane purusa(Lanang) durung maderbe putu, yadiastun para Okan Ida sane Pradana(istri) sampun maderbe putu.

I Dewa Aji Kerta rabine I Dewa Ayu Ketut Kerta, maduwe oka:
1. I Dewa Gede Kerta rabine wong Jawi, kesah ke Jakarta
2. I Dewa Made Mokoh rabine I Dewa Ayu Nyoman sari
3. I Dewa Ayu Nyoman sari
4. I Dewa Ayu Kompiang Wenten
5. I Dewa Gede Banjar rabine I Dewa Ayu Buleleng
(Iriki yadiastun I Dewa Gede Banjar durung maduwe putu, tetep titiang manggehang iriki, riantukan Semetone sane tiosan sane Lanang sampun maderbe putu)

I Dewa Anom Toya rabine I Dewa Ayu Alit Duglur/Gundul, maduwe oka (taler durung sida kasurat iriki riantukan durung maderbe putu sakeng purusa)

6.8. PRATISENTANA I DEWA AJI GEJIR

I Dewa Aji Gejir merabian sareng I Dewa Biang Gejir, Okan Ida :.
1. I Dewa Kompiang Gejir/Karya
2. I Dewa Rai Gejor
3. I Dewa Ketut Gunung
4. I Dewa Ayu Niang Jepun

I Dewa Kompiang Gejir rabine 2:
1. I Dewa Ayu Kompiang (bekung)
2. I Dewa Ayu Alit Darma

I Dewa Rai Gejor rabine I Dewa Ayu Sekuati, Okan Idane:
1. I Dewa Made Lombok rabine Jero Ketut Wati
2. I Dewa Ayu Nyoman Sari
3. I Dewa Ayu Dangin/Padma

I Dewa Ketut gunung rabine...? Ida transmigrasi ke Kalimantan.

7.  PAMUPUT SASURATAN

Sedurung titiang puputang sesuratane puniki, ngiring nunas suweca ring Ida Betara Kawitan mangda:
1. Dumogi nyabran 25-30 Warsa, sida wenten Semetone arsa ngewewehin ngelanturang Malih lelintihane puniki
2. Dumogi iraga sareng sami sida ngaturang subakti majeng ring Ida Betara Kawitan majalaran antuk:
- ngewangun lan ngelestariang pura Dadia
- Satya Tresna mangda stata nganggen gelar wangsa "I Dewa..." sane Lanang, utawi "I Dewa Ayu..." sane istri. Puniki pinaka cihna mangda sida dangan ngelingin kewentenan Semeton treh wangsa Dewa yadiastun masambeh ngantos ke dura negara(luar negeri) miwah yadiastun ngantos turun-temurun.
- dumogi iraga sareng sami sida melaksana sekadi " Dewa ", melaksana becik manut swadharma suang-suang miwah sesidan-sidan nyane
- Om Tat Astu!

Inggih wantah asapunika sane sida titiang aturang majeng ring Penglingsir miwah Semeton titiang sareng sami, antuk kekirangan miwah ketambetan titiang, titiang nunas geng rena sinampura! Titiang Sineb antuk Parama Santi:

Om Santi,Santi,Santi Om

Saudara kandungmu Sangat Penting Dalam Hidupmu, Jangan Sekali Melupakan Itu

Saudara kandungmu Sangat Penting Dalam Hidupmu, Jangan Sekali Melupakan Itu
Ilustrasi photo via halodoc.com

Bukanlah sebuah kebetulan ketika kita memiliki saudara kandung entah itu kakak atau adik. Kehadiran mereka sebetulnya memberikan banyak sekali warna dalam hidup kita. Tidak hanya ketika kita masih kecil, namun juga saat sudah dewasa. Dan alangkah lebih manis lagi, ketika kita bisa menua bersama mereka Mengapa hubungan yang sehat dengan saudara kandung sangat penting dalam kehidupan kita?.

Payanadewa.com menyebutkan setidaknya ada tiga alasan:

Yang Pertama mungkin kebanyakan teman akan datang dan pergi silih berganti, namun saudara kandung adalah sahabat yang tidak akan pergi.

Tentang hubungan bersaudara dapat dikatakan sebagai salah satu hubungan terpanjang yang dapat dimiliki manusia.

Dan yang kedua hubungan saudara tidak dibuat-buat dan selalu apa adanya.

Karena memang kita bertumbuh bersama mereka, dengan orangtua, kenangan, dan pengalaman yang sama.

Dan yang ketiga ialah hubungan dengan saudara kandung adalah hubungan yang unik, yang tidak kita temukan dalam hubungan lain.

Nah, Lalu bagaimana caranya menjalin hubungan yang sehat dengan saudara kandung kita?

  • Jangan biarkan pikiran negatif merasuki hubungan bersaudara
  • Jalinlah komunikasi yang intens dengan saudara kandung. 
  • Belajarlah untuk terbuka dan selalu saling berbagi dengan mereka. 
  • Beradu pendapat boleh, namun jangan sampai saling menyakiti hati.
  • Ketika sudah disibukkan dengan kesibukan masing-masing, jangan pernah lupakan keadaan saudaramu.

Kita tetap saudara walaupun seburuk apapun saudara kita, dia tetap darah daging kita, Sehina hina Saudara Dia tetap keluarga terdekat kita, sejahat jahat saudara dia tetap dikandungkan dari perut yang sama dan benih yg sama.

Jaganlah selalu lihat keburukan Saudara sehingga lupa akan kebaikan nya karna Saudara tetap Saudara cuma dilahirkan berlainan nasib dalam hidupnya. Ada yg susah ada yg senang, Janganlah kita bangga sekiranya kita lebih baik dari Saudara yg lain karna suatu hari nanti semua akan berbalik.

Janganlah kita angkuh dan sombong kepada Saudara yg kurang bernasib baik karna mereka yg akan menolong kita dgn susah payah satu hari nanti tanpa kita sangka.

Jangan terlalu berkira akan harta dan uang yg kita ada kerana harta dan duit takkan kekal selamanya.

Coba renungkan, pernakah kita terpikir siapa yg angkat jenazah kita kelak ???
Coba kita terpikirkan siapa keluarga terdekat kita yg akan membungkus mayat kita kelak?
Saudara kita sejahat jahatnya manapun Dia, Dia takkan jijik menyentuh mayat walaupun Dia hina buruk dan jahat dimata kita..

Janganlah terlalu benci akan Saudara karna Saudara tetap Saudara. Berkatnya rezeki dari tali persaudaraan saudara.


Semoga kita ingat akan siapa diri kita, kita hanya hamba yg hina di mata Tuhan Semoga kita dilembutkan hatinya dari perasaan benci kepada sesama Saudara sesama Tetangga. maupun dengan sesama manusia lainnya. 

Senyuman untuk jiwa-jiwa yang terluka

Senyuman untuk jiwa-jiwa yang terluka

Ada saatnya dalam hidup, seseorang sebaiknya mendengarkan pendapat orang lain secukupnya saja. Kemudian tumbuh sesuai dengan keyakinan di dalam diri. Terutama ketika pendapat orang lain lebih banyak melukai dibandingkan membuat harmoni.

Tanpa keberanian spiritual seperti ini, banyak sahabat jiwanya akan rawan masuk jurang. Di Dunia bagian Timur umumnya, tidak sedikit orang yang hidupnya bermasalah, karena sangat bernafsu untuk disebut ramah oleh banyak orang. Ujungnya, kehidupan tumbuh dari satu masalah menuju masalah yang lain.

Ini juga yang sering disebut sebagai menjadi pahlawan penyelamat bagi diri sendiri. Persisnya, menyelamatkan perjalanan jiwa dari bahaya. Di zaman gelap ini, keberanian jenis ini sangat diperlukan, terutama karena di mana-mana terlihat keramaian dengan aura yang gelap sekali.


Jangankan di dunia uang dan kekuasaan, bahkan di keramaian yang berisi banyak orang berdoa pun auranya menakutkan. Di saat seperti ini, Anda belajar untuk tersenyum, karena senyuman merupakan pusat  kedamaian yang ada di dalam diri. 

Penjor Galungan Dalam Tafsiran


Selamat merayakan Hari Raya Suci Galungan kepada Umat Hindu sedarhma dimanapun Saudara berada, semoga di hari suci ini kita semua diberikan anughrah yang indah dan kedamaian hidup.

Di cerna dari : Ida Pedanda Gede Made Gunung (Almarhum) dan didalam tafsiran saya, semoga Damai

Penjor Galungan Dalam Tafsiran

Untuk judul seperti ini, memang sengaja saja buat seperti itu, sebab akhir-akhir ini Saudara umat Hindu khususnya di Bali, sedang semaraknya membikin penjor untuk galungan, bahkan biaya yang dikeluarkan tidak tanggung-tanggung, lumayan besar bagi ukuran saya sendiri, memang sih itu uang mereka tapi apakah sudah benar dalam menghaturkan persembahan, dan itupun dilakukan tulus ikhlas.

Nah, karena meriahnya dan antusiasnya para saudara kita ini, mengenai pembuatan penjor Galungan ini, saya sangat mengharapkan dapat dimaknai atau paling tidak ditafsir maknanya dikaitakan dengan peningkatan moralitas, untuk memenangkan Dharma.

Ditulisan ini saya akan mencoba menafsir makna penjor tersebut dikaitkan dengan peningkatan moralitas.

Dari swgi Penjor itu, yang paling menyolok adalah bambu yang digunakan sebagai sarana pokok pasti bentuknya melengkung (bengkong muncukne).

Memang itu yang paling menarik perhatian saya, sebab selama yang saya tau penjor itu selalu bambunya begitu.
Kemudian yang kedua di paling ujung dari tali pengikat ujung bambu itu pasti ada sebuah benda hasil kesenian (reringgitan) yang disebut Sampyan. Dari keduanya inilah saya menafsir sebagai berikut;

Manusia hidup harus menggantungkan cita-citanya mungkin lebih tinggi dari langit. Dan setelah cita-citanya itu tercapai jangan lupa dengan asal (yang dibawah).
Contohnya: Seseorang yang bercita-cita menjadi Kepala Desa, menjadi Anggota Dewan dll,itu sangat bagus sekali, namun setelah cita-citanya itu tercapai jangan lupa pada rakyat di bawah, sebab dia dapat mencapai cita-citanya itu karena dukungan (pilihan rakyat). Itulah sebabnya penjor itu selalu mengrunduk melihat kebawah.
Dari segi bahasa saya sendiri, saya menafsir makna penjor itu, seperti ini;

AKU SEKARANG JADI BEGINI (PERBEKEL ATAU ANGGOTA DEWAN MAUPUN LAINNYA) KARENA SAMPYAN.

KALAU TIDAK SAMPYAN MEMILIH SAYA MANA SAYA BISA ADA DISINI, MAKANYA SAYA MENGABDI UNTUK SAMPYAN.

Nah, Itulah sebabnya bambu dipilih menjadi bahan penjor utama dan bambu bengkong kebawah, dan ujungnya ada sampyan. Kalau makna itu dapat diresapi dan juga dipraktikan untuk rakyat maka rakyat akan sangat merasa bahagia memiliki pemimpin yang mampu memenagkan dharma atas adharma di dalam hidupnya.

Demikianlah seklumit tafsir penjor Galungan dari saya, mungkin bagi yang lain beda lagi, tentunya berkaitan dengan peningkatan moral dalam istilah kemenaangan Dharma atas Adharma.
Sekian semoga para pemimpin kita dapat memaknai Penjor di dalam rangka berjuang memenangkan Dharma.

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM.

Makna Dan Cara Membuat Banten Pejati

Kata Pejati yang berasal dari bahasa Bali. Dari kata “jati” mendapat awalan “pa-“.

Jati berarti sungguh-sungguh, benar-benar. Awalan pa- membentuk kata sifat jati menjadi kata benda pajati, yang menegaskan makna melaksanakan sebuah pekerjaan yang sungguh-sungguh.

Makna Dan Cara Membuat Banten Pejati

Maka Banten Pejati merupakan sekelompok banten yang dipakai sarana untuk menyatakan rasa kesungguhan hati kehadapan Hyang Widhi dan manifestasiNya, akan melaksanakan suatu upacara dan memohon dipersaksikan, dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan. Banten pejati merupakan banten pokok yang senantiasa dipergunakan dalam Pañca Yajña. Banten Pejati sering juga disebut “Banten Peras Daksina”.

Saat melakukan persembahyang di sebuah Pura (tempat suci), begitu pula jika seseorang memohon jasa Pemangku atau Pedanda, “meluasang” kepada seorang balian/seliran, atau untuk melengkapi upakara, banten pejati sering dibuat.
Oleh sebab itu, Banten Pejati dipandang sebagai banten yang utama, maka di setiap set banten apa saja, selalu ada pejati dan pejati dapat dihaturkan di mana saja, dan untuk keperluan apa saja. 

UNSUR DAN MAKNA FILOSOFI

Adapun unsur-unsur banten pejati, yaitu:

Daksina Banten Peras, Banten Ajuman Rayunan/Sodaan Ketupat Kelanan Penyeneng/Tehenan/Pabuat Pesucian Segehan alit Sarana yang Lain Daun/Plawa; lambang kesejukan. Bunga; lambang cetusan perasaan Bija; lambang benih-benih kesucian. Air; lambang pawitra, amertha Api; lambang saksi dan pendetanya Yajna. 

Daksina terdiri atas: bakul/serembeng, simbol arda candra kelapa dengan sambuk maperucut, simbol brahma dan nada bedogan, simbol swastika kojong pesel-peselan, simbol ardanareswari kojong gegantusan, simbul akasa/ pertiwi telur bebek simbol windu dan satyam tampelan, simbol trimurti irisan pisang, simbol dharma irisan tebu, simbol smara-ratih benang putih, simbol siwa Ketupat Kelanan adalah lambang dari Sad Ripu yang telah dapat dikendalikan atau teruntai oleh rohani sehingga kebajikan senantiasa meliputi kehidupan manusia.

Dari sebab itu, dengan terkendalinya Sad Ripu maka keseimbangan hidup akan menyelimuti manusia.
Sarana Banten Pejati dipersembahkan  kepada Sanghyang Catur Loka Phala, yaitu, Daksina kepada Sanghyang Brahma Peras kepada Sanghyang Isvara Ketupat kelanan kepada Sanghyang Visnu Ajuman kepada Sanghyang Mahadeva.


CARA MEMBUAT Banten Pejati ini terdiri dari 4 macam tetandingan yaitu :

DAKSINA terdiri dari wakul daksina yang dibuat memakai janur/slepan yang di dalamnya dimasukkan tapak dara beras, dan kelapa yg sudah dihilangkan sabutnya, lalu diatas kelapa diisi tujuh kojong yang terbuat dari janur atau selepan, yg masing-2 kojong diisi telor itik, base tampelan, irisan pisang tebu, tingkih, pangi, gegantusan, pesel-peselan lalu di atasnya diisi benang putih dan terakhir letakkan canang burat wangi di atasnya. 

PERAS : memakai alas taledan lalu di atasnya diisi kulit peras yg diisi beras+ benang+base tampelan, lalu di atas kulit peras diletakkan 2 buah tumpeng nasi putih, raka-raka (jaja dan buah-buahan) selengkapnya, ditambah kojong rangkadan yang terbuat dari janur/slepan yang berisi kacang saur, gerang/terong goreng, garam, bawang goreng, timun, lalu di atasnya diisi canang dan sampiyan peras.

SODAAN atau AJUMAN RAYUNAN : memakai tamas dari janur atau selepan yang di dalamnya diisi 2 buah nasi penek, raka-raka secukupnya, ditambah dengan dua buah clemik berisi rerasmen seperti kacang saur, teri, gerang dan lain-lain.

Lalu di atasnya diisi canang dan sampiyan Plaus/sampiyan Soda.

TIPAT KELANAN : memakai tamas sama seperti Sodaan, cuma di dalamnya diisi ketupat nasi sebanyak 6 biji, lalu dilengkapi dengan 2 buah clemik yang berisi rerasmen. Di atasnya diisi canang dan sampiyan Plaus/Soda.

Untuk melengkapi Pejati perlu juga dibuatkan Pesucian yang terbuat dari ceper bungkulan yang di dalamnya dijahitkan 5 buah clemik, yang masing-masing berisi boreh miik, irisan pandan wangi yang dicampur minyak rambut, irisan daun bunga sepatu, sekeping begina metunu, seiris buah jeruk nipis dan 1 buah takir untuk tirta, reringgitan suwah serit dan base tampel. Untuk pelengkapnya juga perlu dibuatkan segehan putih kuning dua tanding bila pejati untuk dibawa ke Pura/Tempat suci.


Untuk melengkapi banten Pejati juga perlu dibuatkan Penyeneng yang dibuat dari 3 potong janur lalu kita bentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai tiga bentuk kojong yang disatukan dan berdiri tegak, di mana masing-masing kojong diisi dengan beras, tepung tawar (beras+daun dapdap+kunir ditumbuk) dan irisan bunga cepaka dan jepun dicampur boreh miik, jagan lupa diisi benang putih.

Makna Penampahan Galungan

Penampahan Galungan

Penampahan Galungan adalah hari raya yang dilaksanakan di Bali tepatnya pada hari selasa / anggara wage wuku dungulan yaitu sehari sebelum perayaan Galungan yang ditandai dengan proses nampah, ngelawar.

Sebagai ciri khas dalam masyarakat Bali. Pelaksanaan hari raya ini dalam cerita rakyat pulau dewata disebutkan penampahan galungan merupakan wujud ritual / yadnya yang dirayakan dengan upacara Natab Sesayut Penampahan atau disebut dengan Sesayut Pamyak Kala Laramelaradan.

Makna dari prosesi ritual ini adalah untuk mengingatkan umat agar membangun kekuatan Wiweka Jnana atau membangun kekuatan diri untuk mampu membeda-bedakan Rwa Bineda, yaitu :

  • Mana yang benar dan mana yang salah. 
  • Mana yang baik dan mana yang buruk. 
  • Mana yang patut dan mana yang tidak patut.


Dengan demikian secara tegas dapat kita menghindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat membawa kita pada kehidupan yang adharma.

Ternyata penyembelihan hewan seperti ayam dan babi itu sesungguhnya sebagai simbol untuk menyembelih sifat-sifat serakah suka bertengkar seperti :

  • sifat buruk dari ayam
  • sifat-sifat malas pengotor seperti babi

Karena binatang itu juga memiliki sifat-sifat baik secara instingtif. Tentunya akan menjadi mubazir kalau perayaan hari Penampahan ini kita rayakan hanya dengan pesta-pesta.

Hendaknyalah disertai renungan agar dengan sungguh-sungguh kita berusaha untuk menyembelih sifat-sifat malas dan serakah yang mungkin masih melekat dalam diri kita.


Maka dari dari Haro Penampahaan saat Galungan berikutnya kita sudah menjadi lebih baik dari Galungan sebelumnya.

Makna Hari Raya Galungan Dan Prosesinya Yang Benar

  • Galungan 2019


Hari raya Galungan jatuh pada hari Budha Kliwon Dunggulan, dan diperingati setiap enam bulan atau 210 hari. Ternyata Hari Raya Galungan ini dirayakan sebagai hari pawedalan jagat atau sering juga disebut oton gumi. Dan nilai yang tersirat pada hari raya galungan adalah “kemenangan dharma melawan adharma”.

Di Negara pemeluk Hindu terbesar seperti India perayaan hari kemenangan disebut Sradha Wijaya Dasami. Di dalam Kitab Ramayana hal ini dilukiskan pertempuran sepuluh hari antara Rama dan Rahwana, lalu kemenangan ada dipihak Rama (dharma). Di Bali-Indonesia perayaan kemenangan dharma dilakukan dengan merayakan hari raya Galungan dan Kuningan.

Dalam Mitologi yang berkaitan dengan hari raya galungan adalah peperangan antara Maya Denawa dan Bhatara Indra. Untuk perayaan Hari Raya Suci Galungan dan kuningan ini berjarak sepuluh hari, namun sebagai rentetannya dimulai sejak Tumpek Wariga sampai Budha Kliwon Pahang, yaitu sebagai berikut:

A. Tumpek wariga

Tumpek Wariga disebut juga Tumpek Bubuh, pada hari ini umat memohon kehadapan Sang Hyang Sangkara, Dewanya tumbuh tumbuhan agar Beliau menganugrahkan supaya hasil pertanian meningkat.

B. Wrespati wage sungsang

Wrespati Wage Sungsang adalah hari Sugihan Jawa merupakan pensucian bhuwana agung dilaksanakan dengan menghaturkan pesucian mererebu di Merajan, pekarangan, rumah serta menyucikan alat-alat untuk hari raya Galungan.

C. Sukra kliwon sungsang

Sukra Kliwon Sungsang disebut hari Sugihan Bali, pada hari ini kita melaksanakan penyucian bhuwana alit, mengheningkan pikiran agar hening, heneng dan metirta gocara.

D. Pada wuku dunggulan

1. Redite Paing Dungulan

Redite Paing Dungulan disebut penyekeban. Pada hari ini adalah hari turunnya Sang Kala Tiga Wisesa, berwujud Bhuta Galungan, maka pada hari ini para wiku dan widnyana meningkatkan pengendalian diri (anyekung adnyana).

2. Soma Pon Dungulan

Soma Pon Dungulan disebut penyajaan pada hari ini tetap menguji keteguhan sebagai bukti kesungguhan melakukan peningkatan kesucian diri seperti yoga semadi.

3. Anggara Wage Dungulan

Anggara Wage Dungulan disebut penampahan melakukan Abhuta Yadnya ring Catur pate atau lebuh di halaman rumah, serta memberi pasupati pada senjata-senjata. Maksudnya agar tidak diganggu Sang Kala Tiga Wisesa.

4. Budha Kliwon Dungulan

Ternyata Budha Kliwon Dungulan juga disebut Hari Raya Galungan umat Hindu melakukan yajna kepada Sang Hyang Widhi, Dewa, Pitara, termasuk semua alat-alat yang telah membantu kehidupan manusia apakah alat-alat pertanian, industry, ketrampilan, dan lain-lain.

5. Wrespati Umanis Dungulan

Dan Setelah Galungan, Wrespati Umanis Dungulan disebut Manis Galungan umat saling kunjung-mengunjungi dan maaf-memaafkan.

6. Saniscara Pon Dungulan

Saniscara Pon Dungulan disebut Pemaridan Guru pada hari ini umat melaksanakan tirta gocara.

7. Redite Wage Kuningan

Redite Wage Kuningan disebut Ulihan, kembalinya Dewa dan Pitara kekahyangan.

8. Soma Kliwon Kuningan

Soma Kliwon Kuningan disebut Pemacekan Agung, Dewa beserta pengiringnya kembali dan sampai ketempat masing-masing.

9. Sukra Wage Kuningan

Sukra Wage Kuningan disebut Penampahan Kuningan adalah persiapan untuk menyambut hari Raya Kuningan.

10. Saniscara Kliwon Kuningan

Saniscara Kliwon Kuningan hari Raya Kuningan, pada hari ini umat Hindu memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.

Upacara menghaturkan saji hendaknya dilaksanakan jangan sampai lewat tengah hari, mengapa? Sebab pada tengah hari ini para Dewata diceritakan kembali ke swarga. Pemaangan tamyang, kolom, andongan adalah symbol senjata dan perbekalan untuk menunjukan kemenangan Dharma melawan Adharma.

Persembahan berupa nasi kuning juga disebut sebagai tebog dengan hiasan serba kuning adalah symbol bhakti lawansih yakni bhaktinya umat menjadi padu dengan sih-Nya Beliau Sang Pencipta.

11. Buda Kliwon Pahang

Buda Kliwon Pahang disebut Pegat Uwakan atau Pegat Waraha akhir dari pada melakukan peberatan Galungan sebagai pewarah Dewi Durga kepada Sri Jaya Kasunu ditandai dengan mencabut penjor kemudian dibakar, abunya dimasukkan kedalam bungkak gading ditanam di pekarangan.(Karmini, Ni Wayan.dkk.2003.63-64).

Macam – Macam Galungan

  1. Galungan Isi dari lontar Sundarigama ialah disebutkan pada Buda Kliwon wuku Dungulan disebut hari raya Galungan.
  2.  Galungan Nadi Apabila Galungan jatuh pada bulan Purnama disebut Galungan Nadi, umat Hindu melaksanakan tingkatan upacara yang lebih utama. Berdasarkan dari Lontar Purana Bali Dwipa bahwa Hari Raya Galungan jatuh pada sasih kapat (kartika)  pada tanggal 15 (purnama) ditahun 804 saka Bali bagaikan lndra Loka ini menandakan betapa meriahnya dan sucinya hari raya itu. Saat hari raya galungan di setiap nadi penjor disertai juga dengan pemasangan lampu dan dinyalakan.
  3.  Galungan Naramangsa. Ternyata didalam Lontar Sanghyang Aji Swamandala juga berisi sama mengenai Hari Raya Galungan Naramangsa disebutkan apabila Galungan jatuh pada Tilem Kapitu dan sasih Kasanga rah 9, tengek 9, tidak dibenarkan merayakan hari raya Galungan dan menghaturkan sesajen berisi tumpeng seyogyanya umat mengadakan caru berisi nasi cacahan dicampur ubi keladi, bila melanggar akan diserbu oleh Balagadabah.

PENJOR

Di kutip dari www.parisada.org, Definisi Penjor menurut I.B. yaitu Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang dapat diberikan arti sebagai, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf sengau, “Ny” menjadilah kata benda sehingga menjadi kata, “Penyor” yang mengandung maksud dan pengertian, ”Sebagai Sarana Untuk Melaksanakan Pengastawa”. Para Umat Hindu di Bali pada saat hari raya Galungan pada umumnya membuat penjor.

Penjor Galungan ditancapkan pada Hari Selasa/Anggara wara/wuku Dungulan yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya dharma. Seharusnya Penjor dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan sebelah kanan pintu masuk pekarangan. Jika rumah menghadap ke utara maka penjor ditancapkan pada sebelah timur pintu masuk pekarangan. Sanggah dan lengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan.

Bahan untuk membuat Penjor Galungan adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa).

Perlengkapan penjor ialah Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya.

Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Tujuan pemasangan penjor adalah sebagai swadharma umat Hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa.

Penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Bambu tinggi melengkung adalah gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci.
Hiasan yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, padi, jajan dan kain adalah merupakan wakil-wakil dari seluruh tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.

Penjor Galungan adalah penjor yang bersifat relegius, yaitu mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap dengan perlengkapan-perlengkapannya.

Dilihat dari segi bentuk penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah digambarkan sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananta bhoga.

Selain itu juga, penjor merupakan simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Hiasan-hiasan adalah merupakan bejenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku pipid, pakis aji dll.

Untuk buah-buahan mempergunakan padi, jagung, kelapa, ketela, pisang termasuk pala bungkah, pala wija dan pala gantung, serta dilengkapi dengan jajan, tebu dan uang.
Oleh karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan dengan pelaksanaan upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat saja, namun seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan Sastra Agama, sehingga tidak berkesan hiasan saja. 

Sesungguhnya bahwa unsur-unsur penjor tersebut adalah merupakan symbol-simbol suci, sebagai landasan peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga mencerminkan adanya nilai-nilai etika Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai berikut:

  •  Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
  •  Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma. 
  • Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra. 
  • Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa. 
  • Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
  • Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
  • Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu. 
  • Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa. 
  • Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.

Didalam Lontar “Tutur Dewi Tapini, Lamp. 26”, menyebutkan sebagai berikut : “Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha, Sang Hyang Iswara Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala, Hyang Brahma Meraga Sarwa Sesanganan, Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa Meraga Ruaning Gading, Hyang Sangkara Meraga Phalem, Hyang Sri Dewi Meraga Pari, Hyang Sambu Meraga Isepan, Hyang Mahesora Meraga Biting (IB. PT. Sudarsana, 61; 03) WHD No. 478 Nopember 2006


Dilansir dari berbagai situs seperti yanartha.wordpress.com, saivaya.blogspot.com, hindualukta.blogspot.com, payanadewa.com