Sulit sekali mencari dan mendapatkan pendampingan di RS Kanker di Indonesia. Pasien-pasien penyintas kanker semakin lama semakin banyak. Dalam era moderen seperti saat ini, Indonesia butuh rumah sakit kanker.
Sayangnya, RS Kanker di Indonesia sangat terbatas. Keluarga yang hidupnya pas-pasan pun juga hanya bisa berpasrah menerima nasib. Semoga saja setelah dua atau tiga bulan menunggu antrian, saudara yang terkasih masih bisa bertahan dan kanker tidak naik stadiumnya.
Ini adalah jeritan suara hati para keluarga pasien penyintas kanker. Kalau banyak uang, tentulah sudah berobat ke luar negeri. Biasanya, para pasien kanker harus menunggu dua atau tiga bulan agar mendapatkan giliran pengobatan di RS yang ada di Indonesia.
Rekomendasi pun muncul di RS Dharmais, yang sudah penuh. RS Dharmais menjadi satu RS yang sudah moderen. Kalau bicara kanker stadium tertentu, itu adalah angka, yang tentu bisa ada di angka berapa saja. Akan tetapi, ini bukan bicara sembuh atau tidaknya. Tapi ini berbicara mengenai keberadaan keluarga yang bisa mendampinginya.
Kalau ke luar negeri, siapa lah yang bisa menjenguknya? Ditemani satu dua orang kerabat terdekatnya pun sudah bersyukur. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana seorang penyintas kanker yang harus dirawat 24 x 7 di RS luar negeri. Pasangannya sulit menemaninya. Apalagi harus mengorbankan pekerjaan mereka.
Tapi berbeda bila jika di Jakarta, setidaknya dengan bahasa yang sama, paspor yang sama, dan negara yang sama mereka bisa sembari menemani pasangan tercinta, handai taulan yang dihargai, orang tua yang disayang, mereka bisa sambil mencari pekerjaan di ibu kota.
Berbicara tentang perbedaan ini, tentu membuat hati kita semua merasa masygul. Kita melihat bagaimana dua orang sudah pergi berpulang ke sang pencipta. Dua orang ini, adalah Ibu Ani Yudhoyono, yang sebelumnya adalah Ustadz Arifin Ilham. Kedua orang ini adalah penyintas kanker.
Ustadz Arifin Ilham dirawat di RS di Malaysia, kalau tidak salah Penang. Kalau Ibu Ani Yudhoyono di Singapura, kalau tidak salah di National University Hospital Singapore. Ini adalah sebuah hal yang kita paham betul. Mereka adalah orang yang berada dan mampu ekonominya.
Banyak sekali pengalaman orang-orang yang saudaranya mengidap kanker, dan harus mengembuskan nafasnya yang terakhir, dan melihat perjuangan saudara-saudaranya atau pasangannya, dalam menghadapi kanker yang tidak bisa dilawan.
Yang paling penting ini bukan urusan kesembuhannya. Karena sampai saat ini kita harus sepakat bahwa belum ada penyakit kanker yang memiliki obat manjur nan mujarab.
Tapi yang terpenting adalah bagaimana ada saudara-saudara dan orang-orang terdekat berkumpul bersama-sama, menemani pasien. Ini adalah mimpi eks Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang layu sebelum terkembang. Membangun RS Kanker berstandar dunia seperti dirancangkan Ahok, namun tak dilanjutkan dan dibatalkan oleh Gubernur penggantinya.
Semoga saja ada pemimpin-pemimpin yang bisa memikirkan psikologis dan jiwa dari para keluarga pasien kanker. Mereka bisa mendapatkan pelayanan terbaik di Indonesia. Semoga saja Indonesia bisa maju dengan hal ini.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!