Upacara 3 Bulanan (Mecolongan)





Lontar Tutur Panus Karma menjelaskan bahwa Nyama Bajang merupakan sebuah kelompok dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menjalankan tugas untuk membantu Kanda Pat dalam menjaga bayi yang masih ada didalam kandungan ibu. Nama Bajang sendiri merupakan kelompok yang terdiri dari berbagai mahluk halus mulai ada yang namananya Bajang Dedari, Bajang colong, Bajang dodot, Bajang yeh, Bajang lengis, Bajang simbuh, Bajang sapi, Bajang lelawah, Bajang kebo dan masih banyak lainnya.

Upacara Mecolongan (3 bulanan) ini akan dilaksanakan ketika sang bayi sudah menginjak usia 105 atau pas 3 bulan. Ini semua bersumber dari Kalender Bali 3 x 35 = 105 hari. Mengadakan upacara 3 bulanan ini bertujuan untuk : 

  1. Ucapan terima kasih kepada Nyama Bajang berkat bantuannya dalam menjaga jabang bayi ketika masih ada didalam kandungan ibunya. Mengingat tugasnya sudah selesai maka diharapkan Nyama Bajang ini bisa kembali ke asalnya masing-masing. 
  2. Upacara ini juga bertujuan untuk menyucikan si jabang bayi 
  3. Memberi nama yang diberikan oleh orang tuanya untuk bayinya 
  4. Menguatkan kedudukan Atman yang ada di tubuh bayi 


Pada saat akan melaksanakan upacara Mecolongan ini akan dilaksanakannya acara Mebajang Colong atau yang dikenla dengan sebutan Mecolongan. Hal ini dilakikan sebagai ucapan terima kasih dan ucapan selamat jalan. Upacara yang akan disiapkan adalah banten Bajang Colong. Kalau Nyama Bajang ini akan disimbulkan sebagai raregek. 

Selain itu ada Kanda Pat yang juga akan diupacarai dengan simbul : papah Kelapa, mentimun untuk simbol lamas, simbul ari-ari, batu bulitan sebagai simbol yeh nyom, pusuh atau jantung pisang sebagai simbol getih. 

Peralatan yang digunakan untuk upakara lainnya seperti ayam pesolsoan sebagai simbol atma, air di dalam pane ini sebagai akasa, pane sebagai simbol bumi, tangga tebu sebagai simbol Sanghyang Semara Ratih, lesung batu sebagai simbol kekuatan, gelang kaki sebagai simbol Brahma, pupuk sebagai simbol Siwa dan gelang tangan sebagai simbol Wisnu. 

Sebelum digunakan semua simbol-simbol tersebut harus diupacarai dengan rangkaian mareresik, mapasupati, matepung tawar, malis-lis dan ngayab banten. Setelah semua simbol itu selesai diupacarai maka segera di praline. Papah dan raregek kemudian dibawa ke tepi sungai dengan diiringi lagu Babi anung. Mentimun, pusuh, dan batu bulitan akan ditanam disebelah tanaman ari-ari. Setelah semua selesai maka bayi akan menaiki tangga dan tidak harus menginjak tanah. Kemudian bayi akan dimandikan di pane dan diteruskan dengan megogo-gogoan. 

Setelah selesai megogo-gogoan maka bayi kemudian mapasolsolan ayam ti digunakan sebagai penguat kedudukan atma pada tubuh bayi. Dilakukan upacara mapetik atau acara memotong rambut bayi. Pemtongan rambut ini ada di lima tempat yaitu mulai dari samping kanan, samping kiri, ubun-ubun, dan belakang. Kemudian diusehan hal ini sebagai simbol membuang kotoran. Hal ini dikarenakan rambut terdapat kotoran yang dibawa sejak bayi di dalam rahim dan dilanjutkan bayi natab banten sambutan. 

Dengan berbagai serangkaian upacara ini maka akan hilanglah cuntaka atau sebel pada bayi. Ketika seseorang belum pernah diupacarai Mecolongan, jadi orang tersebut sampai tua akan dianggap tetap cuntaka atau sebel. Setelah selesai acara maka bayi akan dihadapkan pada Palinggih Kemulan. Kaki bayi kemudian dicuci dengan air dan diinjakkan ke tanah tiga kali. Hal ini sambil meminta kepada Ida Bethara Kemula untuk memberi nama bayi. Nama ini mengandun arti yang skral dan tidak boleh diganti kecuali diganti oleh ayah atau ibunya. Demikianlah segi sacral yang ada pada pemahaman agama Hindu.

No comments:

Post a Comment

Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!