Renungan Untuk Istri Dari Suami

Renungan Untuk Istri Dari Suami

Ini adalah perasaan suami, dengarlah Istriku bahwa seburuk-buruknya suamimu, dia tetap lebih baik ketimbang mantan yang pernah menjadi kekasih haram mu dulu itu.

Janganlah kamu mengeluhkan kekurangan pasanganmu sekarang, apalagi kamu sampaikan Aibnya pada Orang lain. Kamu harus ingat bahwa kamu dipilih untuk menjadi pkaian untuknya, dan begitu sebaliknya suamimu adalah pakaian bagimu, maka salinglah menutupi aib diri masing-masing agar kedamaian selalu menyanding, dan rahmat tuhan pun berlimpah.

Ingat, janganlah  sampai Kamu membanding-bandingkannya dengan Orang dimasa lalumu, sebab pasangan halalmu akan tetap lebih baik darinya, karena keberaniannya mengikatmu dalam ikatan yang halal, sedang masalalumu hanya bisa mengajakmu bersenang-senang pada lembah kemaksiatan.

Dan yang namanya manua enggak ada yang sempurna, meskipun Suamimu masih banyak memiliki kekurangan menurutmu, tetapi tanggung jawabnya lebih hebat dari dia yang tidak mampu bertanggung jawab dulu! Maka, hargailah apapun kekurangan suami mu ini.

Dan apabila ada yang mau disesali dan dilelhkan, seharusnya adalah dirimu sendiri yang tak bisa bersabar menghadapi ujian pernikahan.

Nah lo, yang harusnya disesali adalah dirimu yang tak mampu ikhlas dan bersabar dalam menghargai kekurangan dirinya, dan bodohnya dirimu karena sudah tak menyadari bahwa tak ada makhluq yang sempurna didunia.

Karena, yang mana hakekat hidup bersama dalam atap pernikahan ini adalah untuk saling menyempurnakan satu sama lain, bukan saling mengeluhkan kekurangan masing-masing.


Tidak ada yg sempurna di dunia ini Semua sudah di atur sama yg di atas.

Merasa Bahagia Join di Group Forum Mekedekan Semeton Bali

Merasa Bahagia Join di Group  Forum Mekedekan Semeton Bali


Tujuan saya bergabung di group facebook  Forum Mekedekan Semeton Bali ini pertama karena namanya, dipikaran saya ya pasti komunitas masrakat Bali, jelas dong, mau bergabung.

Dari namanya saja mekedekan (Tertawa/Bahagia) hehe, , isi postingan memberpun sangat membuat bibir saya jadi doer karena postingan - postingannya lucu - lucu.

Pokoknya saya sangat bahagia hahah, terimakasih Admin Tude Silfa, Anggeri, Kadek Febri dan dll, member Forum Mekedekan Semeton Bali.

Jangan Lupa Bahagia hari ini. Silakan komen di bawah! Kita lanjut mekedekan di sini. Yeyyy πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„

Kacang Panjang Thailand dan Indomie

Kacang Panjang Thailand dan Indomie


Pagi hari ini saya mampir ke toko makanan Asia. Maklum, stok beras menipis, begitu juga Indomie. Semua barang yang dibutuhkan sudah masuk keranjang belanja, ketika saya temukan barang satu ini.

Kacang panjang, ya kacang panjang. Bukan, saya bukan penggemar sayuran jenis ini sebenarnya, namun saya cukup kaget menemukannya di sini. Yang lebih mengagetkan adalah, kacang panjang tadi produk dari negara Thailand.

Rasa penasaran saya bertambah. Jangan-jangan masih banyak lagi produk Thailand di sini. Dan benar adanya, hampir sebagian besar produk bahan makanan mentah maupun kemasan di toko ini, yang khas Asia Tenggara, adalah produk dari Thailand.

Mulai beras, sayur macam pokchoi, kangkung, aneka bumbu masak seperti lengkuas dan kunir, hingga daun pisang pun asal negeri Gajah Putih tersebut. Saya lalu mencoba mencari pembandingnya. Adakah produk dari Indonesia yang dijual di toko ini? Pandangan saya tertuju pada jejeran bumbu masak kemasan di salah satu rak. Ada bumbu rendang juga opor. Nah ini pasti produk Indonesia, seru saya dalam hati.

Namun saat saya baca labelnya, damn, maki saya. Produk Singapura ternyata. Bahkan sambal bajak dalam botol di sebelahnya pun produk negeri Singa.

Wait, wait pasti ada produk Indonesia di sini. Ah, tempe. Pasti tempe produk kita. Saya ambil dari tumpukan di freezer untuk kemudian kembali kecewa. Tempe di sini dibuat di negara Belanda.

Akhirnya, saya melangkah lesu menuju rak mie instan. Saya tahu pasti, kalau ada produk Indonesia di sana. Apalagi kalau bukan Indomie. Ya, satu-satunya hal yang membuat saya temukan koneksi dengan tanah air adalah produk kesayangan penjual warung kopi (warkop) ini.

Ada apa dengan negara kita? Ada kendala apa sehingga produk-produk negeri tetangga macam Thailand dan Singapura banyak beredar hingga sejauh ini, namun tidak produk negeri kita?

Saya belum temukan jawaban atas pertanyaan itu. Saya terburu pulang sembari membawa bungkusan kacang panjang di tangan. Terpikir menyandingkan kacang panjang dengan Indomie.

Siapa tau bisa jadi ide jualan baru kelak saat pulang ke Indonesia.

Ketika Tempat Ibadah Beralih Fungsi Menjadi Tempat Hiburan

Ketika Tempat Ibadah Beralih Fungsi Menjadi Tempat Hiburan

Simak foto di postingan saya kali ini. Bisakah kalian tebak bangunan apakah ini?

Ya, jika kalian menjawab Gereja, dan saya yakin sebagian besar kalian mungkin menjawab demikian, kalian separuh benar. Ini adalah foto bekas Gereja. Lokasinya di tengah kota Lyon, Perancis di mana saat ini saya sedang berkunjung di rumah mertua.

Kenapa saya sebut bekas, karena sekarang bangunan dengan arsitektur menarik ini sudah tak lagi berfungsi sebagai rumah ibadah. Alih-alih, bangunan ini digunakan sebagai "night club", alias klab malam. Ya klab malam di mana pengunjung datang, bergoyang mengikuti dentuman musik sembari bersenang-senang.

Kaget? Tak percaya? Ya, teruskan baca dan kalian akan tahu alasannya.

Meski secara resmi Republik Perancis bukan negara agama, namun Perancis (ʁepyblik fʁɑ̃sΙ›z) sebagai bagian terbesarnya mengakui Gereja Katolik Roma sebagai Gereja resminya (disebut Gereja Katolik/Roma). Di mana segala urusan formal keagamaan dilakukan dan jadi pertanggujawabannya. Sri Paus (Paus) memegang jabatan tertinggi dalam struktur Gereja Katolik Roma ini.

Namun, beberapa dekade belakangan, trend keagamaan warga Perancis menampilkan wajah pucat. Di mana berdasarkan survei yang dilakukan British Social Attitudes pada 2017, hanya 14% dari 66,8 juta penduduk Perancis mengaku sebagai penganut Katolik. Sementara 52% penduduk Perancis mengaku tidak menganut agama apapun.

Sebagian besar mereka yang masih mengaku beragama berada di rentang usia tua. Sementara di kelompok muda, hanya 2% saja yang mengaku berafiliasi dengan Gereja, sementara 7 dari 10 anak muda mengaku tak beragama.

Dari jumlah penduduk Katolik tersebut, hanya 1 dari 5 orang yang masih aktif pergi beribadah di Gereja setidaknya sekali dalam sebulan. Ini di luar menghadiri pernikahan atau upacara kematian.

Mungkin statistik di atas bisa memberi kita gambaran mengapa ada bangunan rumah ibadah yang akhirnya dikonversi jadi fasilitas hiburan macam tadi. Dan jangan salah, jumlahnya tidak sedikit lho, bukan hanya di kota Lyon saja, kota-kota lain di Perancis seperti Paris, Nantes, Cannes dll juga ada.

Jadi, silahkan kalian renungkan dan ambil hikmahnya sendiri-sendiri.


Salam πŸ™

Antara Kritik dan Caci Maki


Adakah yang salah dengan kritik? Adakah yang salah jika yang dikritik adalah penguasa? Tidak dan tidak sama sekali. Tapi akan salah jika yang disampaikan bukanlah kritik melainkan caci maki. Apa beda kritik dan caci maki?

Ini adalah menurut saya, kritik bersandar pada fakta, disampaikan menggunakan logika dan ditujukan untuk membenahi subyek yang dikritiknya.
Sedang caci maki, lebih berisi ungkapan tidak suka, seringnya tendensius, emosional dan menafikkan fakta serta nirlogika.

Saya selalu salut dengan mereka yang tegak berdiri dan lantang menyuarakan kritik pada penguasa. Dibutuhkan kecerdasan untuk merangkai kritik, keberanian untuk menyuarakan ketidaksetujuan dan keteguhan hati menahan konsekuensi yang mungkin datang.

Sayang sekali, tak semua orang paham beda kritik dan caci maki. Lebih parah lagi, caci maki sering disuarakan dalam mimbar berlabel acara keagamaan. Jauh lebih mengerikan, ada saja telinga-telinga yang mau mendengarkan dan bahkan memberi dukungan.

Bangsa ini nampaknya masih punya PR besar mendidikan anak-anaknya untuk bisa membedakan kritik dari caci maki. Kita bersama punya PR besar mendidik bangsa kita untuk bisa menyuarakan kritik secara logis dan berlandas fakta, dan menghindari terjebak caci maki berselimut emosi dan kebencian semata.

PR kita banyak, PR kita panjang, namun justru itu bisa kita jadikan agenda bersama untuk diwujudkan. Demi kita semua, demi Indonesia.


Salam πŸ™

Isu Referendum Aceh Hanya Ocehan Orang Kalah!

Isu Referendum Aceh Hanya Ocehan Orang Kalah!

Isu referendum di Nanggroe Aceh Darussalam kembali bergema. Kehendak itu dicetuskan oleh Muzakir Manaf (Mualem), mantan Panglima Gerekan Aceh Merdeka (GAM) yang saat ini menjabat sebagai ketua umum Komite Peralihan Aceh (KPA) dan sekaligus ketua umum Partai Aceh (PA), di depan Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh dan sejumlah pejabat di Provinsi paling barat itu.

Seriuskah gagasan referendum yang digagas Muzakir alias Mualem? Tentu tidak. Seruan mantan Wakil Gubernur Aceh tak lebih "ocehan" orang-orang kalah seperti halnya seruan merdeka yang pernah dilontarkan beberapa daerah usai jagoan mereka kalah dalam kontestasi elektoral atau pun ketika ada persoalan yang dirasa merugikan segelintir orang di daerah tersebut.

Seperti diketahui, pada Pilpres 2019, Partai Aceh mengusung pasangan Prabowo Subianto -- Sandiaga Salahudin Uno. Perolehan pasangan nomor urut 02 di Aceh cukup fantastis yakni 2.400.746 suara atau setara 85,59 persen. Sedangkan pasangan Joko Widodo -- Ma'ruf Amin hanya mengumpulkan 404.188 suara atau 14,41 persen suara. Namun Aceh tidak cukup untuk mendudukkan Prabowo sebagai Presiden. Secara nasional, Prabowo -- Sandiaga kalah telak dari Jokowi -- Ma'ruf dengan selisih sekitar 16,9 juta suara.

Tetapi suara untuk Prabowo belum tentu suara yang menghendaki pemisahan Aceh dari Indonesia. Terlebih di antara petinggi Partai Aceh lainnya seperti Sekjen Partai Aceh Kamaruddin Abubakar, menolak seruan tersebut. Jika pun Kamaruddin dianggap pro Jokowi, masih ada politisi Partai Aceh seperti Cut Meutia yang menyayangkan pernyataan Mualem karena dilakukan setelah Prabowo kalah.

Seruan referendum juga didasari tuduhan sumir. Mualem menyebut Indonesia, akan dijajah oleh asing. Pertanyaannya, negara mana yang akan menjajah Indonesia? Tiongkok, atau Amerika Serikat? Bagaimana jika Indonesia dijajah Arab, masihkah seruan referendum disuarakan? Ungkapan ini hanya untuk mempertegas bahwa isu yang dibangun tidak cukup serius sebagaimana seruan serupa, bahkan merdeka, yang pernah dilontarkan sejumlah daerah seperti Riau, Minahasa, Makasar, Maluku, Kalimantan dan lain-lain.

Beda halnya dengan Papua yang tidak mengenal penguasa di Jakarta, apalagi sekedar kekalahan dalam kontestasi daerah. Sekelompok orang Papua tetap menyuarakan pemisahan sejak era Soekarno, Soeharto hingga SBY dan Jokowi.

Namun demikian ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan. Pertama, upaya rekonsiliasi harus lebih konkret, bukan sekedar pernyataan politis. Sebagai bukti keseriusannya, pemenang harus berani membuka tawaran politik yang bisa diterima semua pihak.

Kedua, pendekatan hukum yang terkesan hanya menekan salah satu pihak, terlebih dengan pasal karet, perlu dievaluasi. Jika semua saluran disumbat atas nama hukum, ruang demokrasi menjadi sangat sempit. Sejarah membuktikan, kondisi demikian menjadi ruang tunggu bagi terjadinya ledakan sosial-politik yang sulit diprediksi.

Ketiga, kemungkinan isu referendum disusupi kepentingan lain, harus juga menjadi sandaran kubu Prabowo dalam memutus sikap politik. Negoisasi politik harus tetap mengesampingkan opsi-opsi yang bisa memicu hal tersebut. Kubu Prabowo harus menjamin pihaknya mampu menangkal masuknya pengaruh yang tidak memiliki komitmen untuk menjaga keutuhan NKRI.

Kita sudah jenuh melihat pertikaian elit politik dan tebaran cacian dari pendukung kedua kubu. Polarisasi politik saat ini sudah melenceng karena bukan berangkat dari perbedaan cara mewujudkan cita-cita kemerdekaan menuju kesejahteraan rakyat, tetapi murni kebencian atas nama ras dan golongan.


Salam πŸ™

Menara Kembar Petronas Kalau kalian jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Malaysia

Menara Kembar Petronas Kalau kalian jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Malaysia


Jangan lupa untuk singgah di Menara kembar Petronas. Menara ini pernah sempat menjadi menara tertinggi di dunia. Tingginya 452 meter, 88 lantai, dan di lantai 41 dan 42 ada jembatan yang menghubungkan keduanya.

Tujuan jembatan ini adalah untuk berjaga-berjaga, kalau menara satunya terjadi kebakaran, maka penghuninya dapat pindah ke menara yang aman dengan melalui tangga darurat, menyeberang lewat jembatan ini.

Menara kembar ini selesai dibangun pada tahun 1998, di desain oleh Cesar Pelli, merefleksikan seni budaya Islam yang sudah mengakar di Malaysia. Pada tanggal 17 Oktober 2003, "Taipei 101" mengambil alih rekor menara tertinggi ini.

Di lantai bawah ada berbagai permainan dan pertunjukan simulasi, jika ada gledek atau halilintar yang menyambar gedung kembar itu. Aliran listrik berupa kilat diterima oleh penangkal petir dan "diamankan" ke bagian bawah gedung tanpa mempengaruhi penghuni gedung ataupun merusak bangunan fisik Menara.
Kejadian itu disimulasikan dengan cukup menarik setiap beberapa waktu tertentu, setiap setengah jam sekali (kalau nggak salah). Jadi banyak orang yang nungguin pertunjukan itu, hanya kepingin lihat geledek. Lucunya...gledek palsu aja kok pake ditunggu-tunggu. Berbagai Souvenir berupa gantungan kunci, poscard, plakat dan lain-lain yang nuansanya tentang kehebatan menara kembar itu dijual juga di situ. Kalau mau berkunjung ke sana, harus pagi-pagi sekali.

Karena pengunjung yang boleh naik dibatasi hanya 1.200 orang sehari. Antrian dibuka jam 7.30 pagi, tapi dalam sekejap, jatah sudah habis. Karena sudah diborong oleh agen-agen perjalanan. Masuk dan Naik ke Menara itu hingga lantai teratas, sebetulnya tidak bayar, percuma, alias gratis.

Tapi ya... itu, kayaknya sudah dikuasai oleh agen perjalanan deh. Tapi mungkin harus lebih pagi lagi dari si agen perjalanan itu. Kalau saya tidak terlalu bernafsu sangat, untuk naik sampai ke lantai tertinggi menara tersebut. Ngeri, tahu-tahu liftnya macet atau apa-apa lah, belum lagi kalau mual akibat naik lift. Di halaman bawah ada kolam dan air mancur simfonik serta ada ruang untuk joging dan jalan-jalan.

Ada juga Pusat perbelanjaan tersibuk di Malaysia yaitu SURIA KLCC (Kuala Lumpur City Centre). Jalan-jalan di Kuala Lumpur ada transportasi umum yang dapat digunakan, yaitu Bus, MRT (Mono Rail Train) dan juga taksi. Tapi untuk yang terakhir ini, lebih baik nggak usahlah, sebab banyak supir taksi yang nakal, suka ngegetok harga, nggak pake meteran, tapai main getok aja, 20 RM atau 50 RM, padahal jaraknya ya nggak jauh-jauh amat, cuma kita diputer-puter biar kelihatan agak jauh.

Gambar foto ini diambil pas lagi mendung, hari sudah hampir hujan dan menjelang malam waktu itu, jadi ya hasilnya, begitulah hehehe..

Singapura Oh Singapura

Singapura Oh Singapura


Jika kalian jalan-jalan dan shopping di Singapura, kalian jangan buru-buru dulu memuji-muji kemajuan negeri Singa itu. Kalian tentu saja akan memuji Singapura yang bersih, tertib, teratur, dan disiplin.

Singapura tentu beda dengan Jakarta misalnya. Di Jakarta setiap orang bisa membuang sampah di sembarang tempat. Salah satunya yaitu merokok dimana pun dan membuang puntung rokok di mana saja, termasuk sambil merokok saat menyetir dan menjentikkan abu rokok ke atas aspal.
Kalian pun akan biasa melihat para penumpang taksi yang rela antri menunggu taksi dan tak ada seorang pun yang berani menyerobot antrian. Kalian takkan melihat motor yang berjalan di atas trotoar. Di Singapura trotoar khusus diperuntukkan bagi pejalan kaki yang disebut "Pedestrian".

Di Singapura tidak akan terlihat pula mobil-mobil, taksi atau bus yang ngetem parkir di sembarang tempat mencari penumpang. Tetapi kalian coba lebih jeli sedikit. Saat kalian masuk ke mall ingin shopping atau kalian sedang di Changi Airport dan kalian masuk ke toilet sekedar untuk "Passing Water", maka kalian bisa melihat petugas kebersihan yang bertugas adalah pria berusia di atas 50 tahun.

Tak ada anak muda berusia di bawah 40 tahun yang bekerja sebagai petugas kebersihan toilet.

Pemandangan seperti itu juga akan kalian lihat saat makan di tempat-tempat makan baik yang berada di Changi Airport maupun di tempat-tempat lain di Singapura. Sebut saja misalnya di kawasan China Town tepatnya di People Park disana banyak terdapat tempat makan yang menyediakan Chinese Food.

Hampir semua petugas kebersihan, waiter atau waitress adalah orang-orang berusia di atas 40-50 tahun. Petugas-petugas hotel tempat saya menginap di kawasan Orchad Road yang bertugas mengatur keluar masuk mobil dan taksi juga adalah pria-pria berusia di atas 50 tahun. Coba lagi amati saat kalian shopping di mall di kawasan Orchad Road.

Kalian akan melihat para pramuniaga yang di Jakarta disebut SPG (Sales Promotion Girl) sebagian adalah ibu-ibu, wanita-wanita berusia di atas 40 tahun. Di Indonesia rasanya sulit menemukan SPG yang berusia di atas 40 tahun, bukan?

Saya sempat naik taksi yang drivernya seorang pria berusia 70-an tahun. Tetapi, driver itu masih tampak sehat dan gesit menyetir. Dia mengeluh katanya hidup di Singapura cukup berat. Biaya hidup di Singapura tinggi.

Bagi yang berpenghasilan per bulan 1.000 - 3.000 dolar Singapura masih terasa berat, katanya. Dia memberi contoh bahwa makan mie semangkok paling murah 3 dolar. Itupun jika makannya di tempat biasa. Nsh, jika mau makan mie di mall, maka harga semangkuk bisa sampai 7 - 9 dolar. Dan yang terberat katanya adalah biaya sewa tempat tinggal atau menyicil apartemen. Di Singapura harga tanah sangat super duper mahal.
Makanya, jika tidak kaya beneran rasanya sulit bisa membeli rumah yang menempel di tanah (Landed House). Oleh karena itu, di Singapura banyak dibangun rumah vertikal yakni rumah susun atau apartemen. Para anak muda di Singapura mana mau bekerja menjadi petugas kebersihan (Cleaning Service), SPG, atau supir taksi. Saya tak tahu apa penyebabnya.
Apa mungkin karena ada faktor gengsi atau barangkali karena para pemuda di Singapura rata-rata teredukasi sehingga mereka tidak mau lagi bekerja kasar?

Di tambah pula di Singapura masih ada wajib militer. Makanya, para pekerja seperti penjaga toko, SPG, asisten rumah tangga banyak diimpor dari negara kita Indonesia dan Philipina. Sementara, karena biaya hidup yang tinggi, mau tak mau, orang-orang berusia tua masih harus bekerja.

Minimal mereka tidak membebani anak-anak mereka yang juga berat dalam mencari nafkah. Setelah kita tahu sedikit cerita tentang Singapura, maka kita mestinya bersyukur hidup sebagai warga negara Indonesia. Yang belum serumit hidup di Singapura.

Singapura memang terlihat indah, cantik, dan glamor dari brosur-brosur promosi bagi para turis dan indah bagi para "Shopaholic". Yang harus kita pelajari dari Singapura adalah bagaimana menerapkan aturan hukum yang tegas sehingga membuang puntung rokok pun bisa bikin orang jera dan takut.

Sementara, di Indonesia memukul orang laksana samsak bagai tindakan biasa dan tidak membuat efek jera. Kemudian, kita bangsa Indonesia, memang harus belajar dari Singapura dalam hal hidup bertoleransi.

Di Singapura antar etnis hidup berdampingan, rukun, dan damai.

Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri

Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri


Satu Bulan lalu saya menonton tiga film yang memberikan pelajaran sama yaitu "Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri Dalam Menjalani Hidup."

Saya tidak tahu kenapa film yang berbeda memberikan pelajaran yang sama dan kebetulan saya tonton ketiganya dalam waktu yang hanya berbeda beberapa hari saja.

Film pertama yaitu film yang sedang jadi berbincangan banyak orang Avengers: Endgame. Film kedua A Beautiful Mind dan yang ketiga Temple Grandin.

1. Avengers: Endgame

Saya tidak akan menceritakan secara utuh jalan cerita film yang disarankan untuk tidak di spoiler ini, saya hanya mengambil pelajaran berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.

Seperti film superhero lain di film Endgame ini juga terjadi pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Semua superhero besutan Marvel Studios keluar di film ini. Tiap superhero memiliki perjuangannya sendiri bertempur melawan kejahatan agar kehidupan di bumi bahkan di semesta tetap berlangsung.

Sepanjang pertempuran saya ikut ngos-ngosan dan merasa capek dengan perjuangan berbeda setiap superhero yang ada. Ada yang menyelamatkan sesuatu, ada yang bertempur dengan pasukan, ada yang bertempur dengan penjahat utama. Semua memegang peranan penting dan memiliki perjuangannya sendiri.

Kebanyakan Film superhero itu bahu membahu tetapi utamanya mereka memiliki perjuangan sendiri dalam pertempuran.

Hal ini memberikan pelajaran bahwa dalam hidup harus mau menjalani dan menghadapi perjuangan menghadapi kesulitan walau ada orang sekeliling yang akan membantu.

2. A Beautiful Mind

Film ini sudah beberapa kali saya tonton tetapi saya tidak bosan untuk melihatnya. Film yang di rilis pada tahun 2001 ini buat saya sangat menginspirasi terutama dalam hal menghadapi kesulitan hidup.

Film yang dibintangi oleh Russel Crowe, Jennifer Connelly adalah film biografi berdasarkan buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar.

Bercerita tentang perjuangan John Nash (Russel Crowe) dan istrinya Alicia Larde (Jennifer Connelly) yang berjuang melawan "skizoprenia" yang di derita Nash seorang jenius di bidang matematika sehingga tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan.

Alicia sang istri adalah orang yang gigih mendorong Nash agar tidak menyerah oleh skizoprenia hingga membuahkan hasil Nash mendapat penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1994.

Bisa dibayangkan kesulitan yang dihadapi baik oleh Nash yang berjuang melawan skizoprenia nya dengan menafikan tokoh khayalan yang ada dalam pikiran Naskah seperti Herman sang teman sekamar saat kuliah di Princeton, Marcee yang merupakan keponakan Herman dan Parker penghubung agen pemerintahan dalam memerangi konspirasi.

Alicia sang istri juga tidak ringan dalam berjuangnya. Alicia berjuang membantu agar suami jeniusnya tidak dikalahkan oleh skizoprenia. Film ini menegaskan tiap orang memiliki perjuangannya sendiri.

3. Temple Grandin

Untuk film Temple Grandin saya baru menonton tidak seperti film A Beautiful Mind yang sudah berkali-kali saya tonton. Film yang dirilis pada tahun 2010 ini pun sangat menginspirasi terutama tentang perjuangan dalam menjalani hidup.

Seperti film A Beautiful Mind, film Temple Grandin ini juga sebuah film drama biografi. Yang dimana dibintangi oleh aktris Claire Danes sebagai Temple Grandin dan Julia Ormond sebagai Eustacia yang merupakan ibu dari Temple.

Jika A Beautiful Mind berjuang menghadapi skizoprenia dalam film Temple Grandin berjuang melawan autisme. Nash berjuang didampingi sang istri maka Temple berjuang didamping sang ibu.

Temple Grandin adalah seorang wanita yang didiagnosa autis sejak usia empat tahun. Diceritakan bagaimana perjuangan Temple menghadapi kesulitan hidup didorong ibunya yang tidak pernah putus asa mendorong agar Temple tidak menyerah dan kalah oleh autis yang dideritanya.

Perjuangan yang tidak sia-sia hingga akhirnya Temple yang autis bisa merevolusi praktik-praktik penanganan ternak manusiawi di peternakan dan rumah pemotongan hewan.

Temple bahkan bisa sampai taraf menjadi seorang profesor dan menjadi pembicara untuk mengedukasi orang lain tentang autis. Kutipan yang menginspirasinya, "Saya memang berbeda tetapi bukan berarti tidak mampu."

Tiga film itu memberikan pelajaran bahwa hidup itu memang bersanding dengan kesulitan sehingga semua orang memiliki perjuangannya sendiri dalam menjalani hidup. Kesulitan ada bukan agar hidup menjadi kungkungan penderitaan dan kesengsaraan tetapi justru kesulitan ada agar bisa meningkatkan kualitas hidup yang dijalani.

Jadi saat berada dalam kesulitan yang diharapkan adalah sabar dalam menjalani, menghadapi dengan sikap terbaik dan yang terbesarnya adalah berserah diri serta menggantungkan segala sesuatunya hanya kepada Yang Maha Kuasa. Semua orang hidup harus mau menghadapi kesulitan.

Semua orang memiliki perjuangan hidupnya masing-masing. Yang tiap kesulitannya sudah ditakar bahwa pasti bisa dilalui dan sanggup menghadapinya. Tinggal kesulitan itu akan mengubah yang tertimpa menjadi lebih baik dan kualitas hidupnya meningkat seperti contoh film di atas, atau malah menghancurkan dan menghinakan karena salah menyikapi dan menghadapinya. Senangnya membuat sesuatu dan bisa menginspirasi orang lain seperti film-film itu.

Mudah-mudahan suatu saat bisa jatuh gilirannya ke saya bahwa tulisan atau karya yang saya hasilkan menginspirasi, berguna, dan tentu jadi ilmu yang bermanfaat sehingga menjadi contoh kebaikan dan sebagai bekal kepulangan saya kelak.

Banyak Copet Dan Jambret di Eropa

Banyak Copet Dan Jambret di Eropa

Saya jadi ingat beberapa bulan lalu teman saya bercerita mengakhiri liburan di Eropa dengan air mata karena koper mereka berikut isinya (dokumen² penting dan barang-barang bermerek) yang ada di dalam bus, hilang tak berbekas karena bus di satroni oleh penjahat.

Cerita tour leader lebih seru lagi. Cerita-cerita tentang aksi pencopetan beragam. Tour leader ini meminta anggota grup untuk selalu berjalan beriringan. Penjahat di Eropa cenderung nekat. Sasaran mereka pada umumnya turis-turis Asia, terutama turis dari China, yang jumlahnya terus meningkat.

Pemerintah China bahkan secara resmi memprotes Pemerintah Perancis setelah berulang kali terjadi kejahatan yang menimpa turis asal China. Turis Indonesia juga pernah jadi korban serupa.

Berdasarkan cerita tour leader, serombongan turis Indonesia menginap di sebiah hotel di Paris, Perancis. Bus berikut koper dan barang-barang berharga diparkir tak jauh dari Menara Eiffel. Bus itu dirampok dan semua isinya dibawa lari. Cerita lainnya yang tak kalah menyeramkan adalah seorang tour leader jadi korban suntikan obat bius.

Beruntunglah, anggota grup yang berjalan di belakang, segera menolongnya. Sang tour leader baru bisa sadarkan diri esok harinya. Aksi kejahatan di Eropa ini terkait dengan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh wilayah Eropa. Jumlah penganggur makin banyak.

Cara mudah mendapatkan uang bagi mereka tampaknya mengincar turis-turis asing yang datang ke negeri mereka. Singkat kata, bagi kalian yang ingin berlibur ke Eropa, ingatlah untuk selalu waspada dan hati-hati.


Simpanlah uang, paspor, dan dokumen penting lainnya di tempat paling aman. Kalau perlu di balik pakaian dalam Anda.

Tinggal di Eropa Tak Seindah Yang Dibayangkan

Tinggal di Eropa Tak Seindah Yang Dibayangkan

Sembilan tahun tinggal di Perancis membuat saya ingin berbagai sedikit cerita tentang pengalaman hidup saya. Tentu cerita ini bersifat pribadi, boleh setuju dan dianjurkan sekali menolak.

Sembilan tahun bisa dibilang waktu yang cukup begitu lama, ada banyak hal baru yang saya alami. Pasti Orang di luar sana beranggapan, hidup di negara maju itu enak, sejahtera, lebih bahagia dan lain sebagainya. Dalam beberapa hal ada betulnya, karena kesenjangan sosial tidak begitu mencolok. Tidak banyak kegaduhan dan kriminalitas. Hukum dan aturan juga adil untuk semua pihak. Di Perancis, hampir semua orang memiliki taraf hidup relatif setara satu dengan yang lain. Gedung dan rumah antar kota pun tidak terlalu jauh berbeda, bahkan ada guyonan kalau kita tiba-tiba dilempar di satu kota tertentu tanpa tahu itu daerah mana, kita susah menebak bedanya Nantes dengan Rennes atau Lyon dengan Cannes. Begitu juga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya, hampir sama antara ibukota Paris dengan kota-kota lain disekitarnya. Di setiap kota pasti selalu ada mall, pusat perbelanjaan, lokasi rekreasi, pusat pendidikan serta sistem transportasi (kereta dan bis) yang nyaman. Berbeda dengan Indonesia, kemajuan dan moderenisasi seolah hanya miliki ibu kota Jakarta, Jawa, dan kota-kota tertentu saja. Ironi memang.

Berkaca pada kehidupan saya di Perancis, muncul pertanyaan, mengapa mereka kok lebih suka naik transportasi umum (padahal mahal) daripada kendaraan pribadi? Bahkan kenalan saya seorang professor pun pergi ke dan pulang dari kampus juga naik bis dan kereta, karena kerap kali ketemu dengan sang professor di bis tanpa sengaja. Saat saya tanya, prof kenapa kok gak naik mobil saja? Dia menjawab, mobil ada di rumah, tetapi hanya untuk keperluan pergi jauh.

Nsh, jika hanya untuk ke kampus, itu justru merugikannya karena mobilnya ada minimal jarak kilometer yang digunakan untuk sekali jalan, kalau kurang dari minimal KM-nya bisa merusak mesin mobil dan penjelasan lain sebagainya.
Beberapa teman kolega kampus yang tidak punya mobil atau motor mengatakan, kalau mau ke mana saja bisa ditempuh menggunakan transportasi umum, kenapa harus punya kendaraan pribadi, karena punya kendaraan pribadi jauh merepotkan, harus punya SIM (biayanya mulai dari tes sampai SIM jadi bisa seribu Euro, kalo per euro Rp 16 ribu, tinggal kalikan saja), belum lagi pajak dan lain sebagainya. Kebetulan kalau kita mahasiswa atau pekerja, ada Semester Ticket yang bisa digunakan untuk naik bis dan kereta gratis kemana aja se-negara bagian. Namun, kita di Indonesia betapa bahagianya bisa punya mobil atau motor dengan cara nyicil alias kredit, bisa klaim asuransi, buat SIM murah lagi (350 ribu udah nembak, nah lho).

Trus, apakah biaya listrik di Perancis murah? Sebagai contoh nyata, saya tinggal berdua dengan anak saya di apartemen yang sederhana. Biaya listrik, gas, dan air per bulan kena 62 Euro (kira-kira 1 Juta Rupiah) dengan pola pemakaian sangat hemat, ini di luar biaya sewa apartemen.

Nah, sedangkan di Indonesia, kita bisa puas-puasin pakek listrik, air, dan gas mungkin gak lebih dari Rp 200 ribu (hidup seukuran keluarga sederhana).

Belum lagi setiap orang yang tinggal di Perancis harus bayar pajak TV antara 17-20 euro (225-300 ribu rupiah), padahal belum tentu semua orang punya TV dan mau nonton, karena program acaranya mirip seperti TVRI (kecuali yang punya TV kabel). Seorang teman saya pun kadang jengkel setiap ditagih bayar karena dia gak punya TV dan gak pernah nonton TV. Alasan pihak penagih, Anda punya internet? Anda punya komputer & Handphone? Itu berarti Anda bisa lihat TV kabel atau TV Streamming. Sedangkan di Indonesia, gratis tis tis tanpa bayar apa pun untuk nonton TV.

Mengenai kehidupan sosial, janjian adalah hal yang sangat penting. Janjian digunakan untuk segala urusan, mulai dari birokrasi pemerintah, kampus hingga hal sepele ketemu dengan teman. Bahkan beberapa tukang cukur rambut di Perancis harus pakai janjian dulu. So, sebelum kita berangkat ke tukang cukur, kita telepon dulu, kalau tukang cukur setuju dengan waktunya, barulah kita datang sesuai jam. Kalau kita tiba-tiba datang tanpa janjian, hal yang wajar kalau ditolak. Bagi mereka, janjian adalah ciri masyarakat yang beradab. Bener nih beradab? Karenanya, beberapa teman saya di Paris kadang juga suka jengkel, mereka mengeluh karena terkadang untuk urusan sepele saja harus pakai janjian, padahal bisa diselesaikan saat itu juga. Entah, berbeda dengan Indonesia, kalau kita mau ketemu ya ketemu aja, gak perlu janjian segala, bahkan nongkrong di warung makan atau ngumpul ketawa-ketiwi di gardu pun hal yang biasa bagi kita. Beginilah indahnya Indonesia, gak perlu repot-repot dan pakai janjian segala.

Nah, lalu apakah birokrasi di negara maju lebih bagus daripada di Indonesia?

Mertua saya heran ketika saya buat visa resident permit di keduataan Perancis di Indonesia hanya membutuhkan waktu 1 bulan hingga visa jadi, karena mereka beranggapan pembuatan visa bisa memakan waktu 3 bulan (gak usah heran guys, inilah hebatnya Indonesia). Saat saya berurusan dengan segala macam birokrasi di Paris, mulai dari urusan imigrasi, transportasi, listrik, kantor polisi, dan birokrasi lainnya, luar biasa lambat dan repotnya. Segala urusan bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Gak di Indonesia gak di Perancis sama aja birokrasinya, benar-benar lambat. Karena itu, perlu diacungi jempol bagi cepatnya beberapa birokrasi di Indonesia, mulai dari sistem satu atap, urusan sekali datang selesai, dan lain sebagainya. Pokoknya kita gak kalah maju.

Apakah orang Perancis jauh lebih pinter dari orang Indonesia? Kalau lebih taat pada aturan memang iya, sebaliknya beberapa temanku kolega kampus di Perancis juga mengakui kalau orang Indonesia sangat kreatif dan suka menolong. Bahkan dia mengatakan, orang Indonesia itu tau yang kita sendiri tidak tau. Sebagai contoh, orang Indonesia bisa nemukan harga apartemen murah dekat kota sedangkan orang Perancis taunya kalau apartemen di kota pasti selalu mahal daripada apartemen di pinggiran kota.

Nah, kita ini justru diakui pinter sama orang Perancis sendiri, sudah pinter, kreatif dan suka menolong pula. Soalnya kalau ada temen sesama Indonesia yang mau pindahan rumah, biasanya kita saling bantu angkut-angkut barang. Hal ini yang gak berlaku bagi orang Perancis. Kalau mereka mau pindah, ya silakan pindah aja sendiri. Bagi mereka, tidak ada pekerjaan gratis. Di Indonesia, kita benar-benar menolong sesama tetangga, ada kerja bakti, ronda malam, tradisi menjenguk famili/teman sakit, nyumbang nikahan, kenduri dan lain sebagainya yang ini semua gak bakal kita jumpai di Eropa. So, jangan pernah remehkan bangsa kita.

Hidup di Perancis segalanya serba berbayar. Seandainys ada ungkapan, ibukota lebih kejam daripada ibu tiri, sekarang ada ungkapan lagi: negara maju lebih kejam daripada negara berkembang.

Mau bukti? Contoh nyata, toilet umum aja bayar 50 cent (Rp 7.500), itu sekali masuk dan untuk satu orang lho. Bahkan ada beberapa toilet umum yang bayar 1 Euro (16 ribu). Kalau urusan parkir kendaraan, per jam 1 Euro. Seandainya kita parkir 5 jam karena ingin jalan-jalan ke mall, maka kena 5 Euro (80 ribu). Kalau jamnya nambah, tinggal dikalikan aja. Di Indonesia, meski toilet bayar seribu atau ada yang 2 ribu, beberapa lokasi toilet masih ada yang gratis. Untuk urusan parkir, mau berapa jam aja, mobil cukup kena 5 ribu sekali parkir. Masih bilang enak hidup di negara maju?

Kalau rapat atau meeting apakah ada snack atau makan? Selama saya tinggal di Perancis dan seringkali ikut menghadiri seminar atau sekadar rapat tim dengan dosen kampus dalam berbagai pertemuan, snack tidak pernah ditemui. Meskipun pernah ada sekali snack saat acara colloquium, itu pun sekadarnya saja, teh/air putih dan roti tawar. Di Indonesia? Jangankan snack, setiap rapat pasti ada makan (menunya berubah-ubah lagi tiap rapat). Enak mana kalau kayak begini? Maka di negara maju tidak ada istilah traktir-mentraktir. Jangan ke-GR-an dulu kalau ada teman yang ngajak makan, itu bukan berarti kita ditraktir. Kita tetap bayar masing-masing.

“Nggak ada kata free lunch,” tidak ada makan siang gratis, beginilah pepatah Barat berkata.

Karena itu, wajar kalau orang Barat berpikir matematis. Untuk punya anak, cukup satu atau dua saja. Jika lebih dari itu, biasanya mereka termasuk sangat kaya. Bahkan beberapa pasangan memilih untuk tidak punya keturunan karena alasan ekonomi. Kerasa banget di hati, betapa kasihannya mereka hingga lebih memilih memiliki hewan piaraan untuk sekadar teman. Di Indonesia, mau punya anak berapa aja gak masalah, karena prinsip hidup kita, rezeki itu Tuhan yang mengatur. Dan ternyata mereka yang punya anak banyak, sebagian besar sukses juga. Tidak semua urusan dalam hidup ini dipikir pakek logika dan matematika.

Sobat, kapan kita pernah membanggakan bangsa kita? Silakan tinggal dan menetap dulu di negara maju untuk beberapa tahun, bukan hanya untuk jalan-jalan saja. Setelah itu, baru kita merasakan apa yang berbeda dari tanah air. Sekarang saya baru menyadari bahwa kita seringkali terlalu meremehkan diri kita sebagai orang Indonesia. Menjelek-jelekkan dengan cerita lucu yang sebenarnya kurang baik juga. Barat memang lebih maju, tetapi kemajuan belum tentu membawa pada kebahagiaan. Banyak hal baik yang sudah kita miliki termasuk tradisi kita yang justru jauh lebih ramah. So, masihkah kita meremehkan diri kita sendiri dan membanggakan kehebatan Eropa, Amerika, dan negara maju lainnya? Cintailah negerimu dengan segala kekurangannya. 

Piodalan BHATARA HYANG GURU


Piodalan BHATARA HYANG GURU
Ilustrasi photo via mantrahindubali.com

Redite Umanis Wuku Ukir setelah Tumpek Landep dikenal dengan Piodalan Bhatara Hyang Guru(tergantung desa,kala,patra) Kita mungkin mengetahui kalau yang disebut Bhatara Hyang Guru adalah leluhur kita,karena leluhur kita lah yang yang memberikan tuntunan hidup (sebagai guru)kepada para generasi penerusnya, supaya kita diberikan penerangan didalam jalan hidup kita.

Dimana secara awam kita mengetahui kalau mereka melinggih di pelinggih Rong Tiga. Di piodalan Bhatara Hyang Guru inilah kita melaksanakan upacara untuk menghormati dan menghaturkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada para leluhur atas tuntunan mereka sebagai seorang guru sehingga kita bisa menjalankan kehidupan seperti sekarang. Apakah cukup dengan upacara saja?

Sejatinya kita bisa menggunakan momentum ini sebagai hari untuk mengingatkan kita agar menghormati "Betara Hyang Guru" yang masih hidup yaitu orang tua kita sendiri,buatlah mereka senang dan bahagia dengan menjadi anak yang baik. Bukan hanya nanti menunggu saat mereka meninggal baru dibikinkan upacara yang megah dan kita sembahyangi di sanggah atau merajan setelah mereka melinggih di rong tiga. Kita juga mengenal istilah Punarbhawa atau kita biasa sebut reinkarnasi, kita percaya kalau suatu saat leluhur ataupun kita sendiri akan bereinkarnasi menjadi keturunan kita sendiri di suatu saat nanti.

Maka dari itu kalau kita sebagai orang tua,Bethara Hyang Guru itu juga bukan hanya leluhur ataupun orang tua kita yang sudah tiada ataupun yang masih hidup. Keturunan dan calon calon keturunan kita pun adalah Bethara Hyang Guru bagi kita,kita juga patut menghormati dan memuliakan mereka sebagai pretisentana kita. Bagaimana caranya?

Didik dan sayangi mereka agar menjadi anak yang suputra,menjadi generasi yang lebih baik,generasi yang mulia sehingga nantinya saat mereka dewasa mereka bisa menjadi manusia yang mulia dan bisa menghormati kita sebagai orang tua atau leluhur mereka nantinya,memuliakan diri mereka sendiri dan juga menghormati dan memuliakan keturunan keturunan mereka nantinya.

Reklamasi Teluk Benoa, Berdampak Positif Atau Negatif?

Reklamasi Teluk Benoa, Berdampak Positif Atau Negatif?

Teluk Benoa merupakan sebuah kawasan yang terletak di bagian selatan Pulau Bali. Seperti kita tahu, wilayah selatan Pulau Bali merupakan daerah yang paling berkembang terutama untuk sektor pariwisata yang terdapat di Pulau Bali. Lokasi Teluk Benoa sendiri berada di centre point untuk daerah pariwisata di wilayah Bali selatan yakni berbatasan langsung dengan Kuta, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Denpasar, Bandara Ngurah Rai, dan juga wilayah bekas reklamasi Pulau Serangan. Selain itu, Teluk Benoa merupakan wilayah konservasi mangrove terbesar di Pulau Bali yang luasannya hampir mencapai 2000 hektar menurut data dari buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Bali.

Sebelum masuk ke isu reklamasi Teluk Benoa yang saat ini terjadi, pemuatan pulau sebelumnya pernah terjadi di Bali pada sekitar tahun 1993-1995. Reklamasi tersebut adalah pelebaran Pulau Serangan yang terletak di bagian mulut Teluk Benoa. Reklamasi di Pulau serangan pada saat itu sejatinya bertujuan untuk membuat daerah pariwisata baru yang nantinya bisa menarik banyak wisatawan untuk berkunjung kesana. Tapi hingga saat ini kawasan serangan hanya menjadi sebuah tanah kapur kosong yang sesekali hanya dipakai sebagai spot untuk memancing oleh beberapa warga disekitarnya.

Meskipun terdapat beberapa titik yang terdapat kafe-kafe untuk wisatawan, namun jumlahnya tidak banyak dan hanya berada di beberapa titik saja. Selain itu dampak reklamasi serangan juga membuat bagian mulut Teluk Benoa mengalami penyempitan. Hal tersebut membuat aliran arus yang masuk dan keluar Teluk pada saat kondisi pasang atau surut cukup besar. Dampaknya jelas, banyak sekali material yang terbawa ke daerah mulut Teluk sehingga bagian tersebut relatif cepat untuk mengalami pendangkalan.

Berbicara tentang reklamasi Teluk Benoa, tentu tidak akan pernah lepas dari isu Lingkungan, Pariwisata, Budaya, dan yang jelas adalah isu Politik. Sebagai salah satu lokasi yang sangat strategis tentu saja banyak pihak yang berharap agar potensi pariwisata di Teluk Benoa semakin dikembangkan. Nah, untuk saat ini salah satu upaya yang hendak dilaksanakan oleh pemerintah provinsi Bali adalah rencana pengembangan Teluk Benoa melalui jalur Reklamasi.

Reklamasi tersebut bertujuan untuk membuat pulau-pulau baru yang nantinya akan dijadikan destinasi pariwisata baru di Pulau Bali. Permasalahannya adalah, dalam setiap pembangunan apalagi yang berskala besar tentu saja harus dilakukan yang namanya uji AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dari hasil analisis ini dapat dijadikan acuan dan juga saran seperti apa nanti proses reklamasi itu berlangsung, pembentukan pulau, serta apa saja yang wajib dan dilarang untuk dilakukan oleh pihak pengembang. Berbicara tentang AMDAL tentu saja banyak aspek yang harus dipenuhi, namun dalam tulisan kali ini hanya dua aspek saja yang akan dibahas yakni mengenai aspek lingkungan dan sosial budaya.

LINGKUNGAN

Dimulai dari dampak secara lingkungan dari proses dan pulau hasil reklamasi tersebut. Analisa dampak lingkungan nantinya akan berhubungan erat dengan masalah teknis dalam pembuatan pulau reklamasi sehingga kondisi lingkungan Teluk Benoa tidak menjadi memburuk pasca reklamasi. Ketika berbicara sebuah Teluk tentu saja fungsinya sangat penting, diantaranya sebagai tempat pembilasan (water flushing), tempat dari berbagai biota dalam berkembang biak oleh beberapa spesies hewan laut. Teluk Benoa sendiri memiliki beberapa manfaat yang cukup penting diantaranya adalah sebagai area konservasi mangrove, muara sungai-sungai besar di Pulau Bali, menjadi tempat berkembang biak dan mencari makan beberapa biota laut, serta tempat pembilasan (water flushing) bagi polutan sebelum menuju ke laut lepas.

Sebuah studi yang dilakukan oleh salah satu LSM menyebutkan bahwa apabila di Teluk Benoa dilaksanakan reklamasi, maka hal tersebut akan memiliki dampak terhadap banyaknya volume air laut yang masuk. Sebagai daerah yang menjadi muara dari beberapa sungai-sungai besar, tentu saja hal ini sangat memiliki pengaruh yang cukup banyak. Hal yang dimungkinkan terjadi adalah perbandingan antara air sungai dan air laut yang selama ini sudah terjadi akan mengalami perubahan seperti perubahan salinitas, ketinggian muka air, kadar oksigen terlarut, atau pengaruhnya terhadap endapan sedimen.

Kondisi teersebut dikhwatirkan akan mengganggu keseimbangan ekosistem di Teluk Benoa yang selama ini terbentuk seperti ekosistem mangrove, bentos, ikan-ikan kecil, dan lain sebagainya. Selain itu luasan teluk yang mulai mengecil juga akan berimbas terhadap pola arus yang berada di Teluk Benoa, dimana dinamika arus tersebut akan mempengaruhi proses sedimentasi. Seperti contoh adalah mengecilnya mulut teluk akibat reklamasi pulau serangan membuat kecepatan arus yang masuk ke Teluk Benoa mengalami peningkatan yang salah satu imbasnya adalah cepatnya proses pendangkalan yang terjadi di sekitar mulut Teluk Benoa. Oleh sebab itu rencana dari reklamasi Teluk Benoa ini hendaknya dilakukan kajian yang secara spesifik dan lebih mendalam terhadap dampak yang terjadi pada ekosisitem Teluk Benoa.

SOSIAL BUDAYA

Teluk Benoa cukup di-identikan sebagai salah satu kawasan suci yang terdapat di area selatan Bali. Cukup banyak dan sering masyarakat Hindu Bali yang melaksanakan berbagai upacara agama ataupun adat yang dilakukan di kawasan Teluk Benoa. Hingga saat ini hampir mayoritas masyarakat yang daerahnya berbatasan langsung dengan kawasan Teluk Benoa telah mendeklarasikan diri untuk menolak rencana Reklamasi yang hendak dilakukan oleh pemprov Bali. Desa-desa yang dimaksud antara lain Tanjung Benoa, Bualu, Kedonganan, Kuta, Kelan, Serangan, dll. Sebagai salah satu masyarakat yang pastinya akan mengalami dampak tentu saja kajian mengenai sosial masyarakat ini harus dilakukan lebih intensif lagi, mengingat masyarakat daerah mereka lah yang nantinya akan mengalami dampak paling besar akibat Reklamasi Teluk Benoa. Untuk membuat sebuah AMDAL yang baik tentu saja semua kajian tersebut harus dilakukan secara komprehensif sehingga tidak ada yang dirugikan diantara pihak pengembang dan masyarakat yang terdampak langsung di daerah tersebut.

Dari beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa setiap proyek besar tentunya harus memiliki rencana yang jelas. Hal ini wajib dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan ketika nantinya proyek sudah dijalankan ataupun sudah selesai dalam pengerjaannya. Jika nantinya Teluk Benoa jadi untuk di Reklamasi hendaknya mempertimbangkan aspek lingkungan dan budaya yang selama ini menjadi isu yang cukup hangat di Bali. Tentu saja kita semua tidak ingin pengembangan Teluk Benoa sebagai daerah reklamasi nantinya akan sama seperti reklamasi serangan yang sampai saat ini belum terlihat manfaatnya dan justru memberikan efek buruk terutama mempercepat proses pendangakan mulut Teluk Benoa akibat terjadinya penyempitan mulut Teluk.


Sebagai sebuah daerah yang sangat strategis tentu saja pengembangan kawasan di daerah Teluk Benoa wajib hukumnya untuk dilakukan. Namun hendaknya dalam proses pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan yang jelas sehingga tidak menjadikan sebuah bencana atau merugikan banyak pihak. Pengembangan kawasan Teluk Benoa tak harus dengan cara reklamasi, melainkan bisa dengan metode yang lain misalnya mempercantik kawasan mangrove untuk dijadikan daerah pariwisata atau memanfaatkan kawasan dalam Teluk sebagai daerah Bahari. Mengembalikan kawasan Teluk Benoa menjadi daerah konservasi juga bisa dijadikan salah satu proyek “Revitalisasi Teluk Benoa” yang selama ini sering di dengungkan dalam pengembangan Teluk Benoa.