Aku dan kau adalah dua orang yang saling jatuh cinta. Sepakat menjalani hubungan cinta, kita berdua yakin bahwa kisah ini kelak akan berujung bahagia dan indah pada akhirnya.
Sejak awal kita pacaran hingga menjalani kebersamaan selama berbulan-bulan, kesungguhan untuk mempersuntingku selalu saja kau utarakan.
Katamu,
Aku tak berharap hubungan yang sementara. Aku mau kau jadi pendamping hidupku untuk selamanya.”
Hati wanita mana yang tak tersentuh mendengarnya. Tatapanmu yang meyakinkan dan semua kebaikan yang selama ini kau tunjukkan, membuatku tak habis-habis mengucap syukur pada Tuhan untuk sebuah pertemuan yang dahulu pernah Ia takdirkan.
Kau adalah harapan yang menemukan jawaban. Aku bersyukur karena doa-doa yang kurapal siang malam akhirnya dikabulkan Tuhan.
Saat masih berpacaran denganmu, sering gundah datang dalam hati. Rindu ingin bertemu tapi tak bisa begitu saja memelukmu. Ketika waktu kunjungmu berakhir dan ayah sudah memintamu pulang, aku selalu berharap kau bisa tinggal lebih lama di sini dan berbincang ringan sampai kita lelah bicara.
Ketika ibu membuatkan hidangan ringan untuk ayah, aku pun berharap bisa melakukan hal yang sama untukmu.
Setiap gundah menghampiri, merapal doa jadi caraku menenangkan diri. Kau yang namanya kusebut berkali-kali, aku harapkan jadi pendampingku nanti.”
Akhirnya, Tuhan mendengar harapku. Segala keinginan sederhana tentang kita kini bisa menjadi nyata. Aku dan kau tinggal satu atap bersama. Makan di meja yang sama, bahkan tidur satu ranjang berdua. Bagiku, menikah denganmu seperti sedang bermimpi.
Memilikimu yang kini mendampingi hari-hari, jadi salah satu yang tak henti-henti aku syukuri.
Ketulusanmu memang bukan sekadar kata-kata. Layaknya suami siaga, kau selalu berusaha memberikan segala yang terbaik yang kau bisa.
Saat kata “sah” dari penghulu terucap, aku bahagia melihat raut wajahmu yang seketika lega. Mimik tegang saat mengucap akad nikah itu sekelebat berganti wajah bahagia. Aku pun merasakan yang sama, Sayang. Kita memang sama-sama menanti hari dimana semua proses pacaran ini bermuara.
Meski segalanya telah kau persiapkan dengan baik sebagai upayamu memantaskan diri, aku menyadari jika banyak hal yang harus kau tanggung kelak.
Perkara memenuhi kebutuhan rumah tangga, menjadi pemimpin keluarga, dan contoh baik bagi anak-anakmu setelah kelak mereka terlahir ke dunia.
Tapi aku bersyukur kau bukan orang yang mudah menyerah. Kau bukan orang yang mudah mengeluh untuk melakukan semuanya demi kita. Tak henti aku berdoa, agar kau tetap kuat menjalani tugasmu sebagai kepala keluarga.
Tak sekadar perkara dunia yang jadi perhatianmu. Kau pun terus memperbaiki diri demi jadi imam terbaik bagi istri dan anak-anakmu.
Tak hanya dunia yang kau kejar, target surga bahkan tak kalah kau perjuangkan. Pesan orang tuaku padamu yang cukup sederhana tetap kau pegang erat. Kau diminta untuk bisa mengingatkanku agar tetap giat beribadah. Sebagai suami, kau juga ingin menuntaskan niatanmu untuk bisa menjadi imam yang baik untukku dan keluarga kecil kita.
Bagaimana bisa aku tak mengucap syukur atas nikmat tak terkira yang Tuhan berikan. Saat kau membuka kedua matamu di pagi hari, dalam hati aku berkata:
Terima kasih Tuhan untuk pendamping hidup yang kau titipkan. Lingdungi dirinya agar dia bisa selalu membimbingku pada kebaikan.”
Kau adalah sosok laki-laki baik yang mampu menjaga prinsipmu.
Selain mencukupkan segala yang keluargamu butuhkan, perkara kehidupan setelah mati juga terus kau perjuangkan. Aku pun hanya bisa berdoa, semoga Tuhan memberikan ganjaran yang tak berbatas untukmu, Sayang.
Suamiku, terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang kau beri. Harapanku semoga kita bisa bersama hingga maut memisahkan nanti.
Terima kasih telah bersedia menjadi pelengkap dalam hidupku. Menutupi segala kekuranganku dengan segala kelebihanmu. Terima kasih telah membuatku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia.
Kau yang tak banyak menuntut dan mau menerima segala kekurangan yang kupunya.
Sayang, mungkin kau tak pernah tahu bahwa di setiap sembahyangku selalu ada namamu yang kusebut. Doaku semoga kau selalu sehat dan bahagia. Semoga kau diberi umur panjang agar bisa terus mendampingiku. Dan semoga aku selalu merasakan bahagia yang sama saat bersamamu.
Dari aku, istri yang bersyukur bisa jadi pendampingmu.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut Anda Tulisan Ini, Membantu atau Tidak? Tuliskan Masukan Anda di Kolom Komentar, dibawah!